Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Dosen Pengampu :
Ganesa Pupus Dinda Kurniawan, SST.Ft., M.Fis.

Disusun Oleh Kelompok 2 :


Dominika Widya Rianti P3.73.26.1.20.248
Eva Yuliana Mulyadi P3.73.26.1.20.219
Stefan Wibin Chrisnawan P3.73.26.1.20.239

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG DIPLOMA IV FISIOTERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal
(STK) adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi
penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada
terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil tangan
sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan.
Carpal Tunnel Syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang
disertai nyeri pada daerah distribusi nervus medianus (Viera ,2003, Sidharta,
2006.
Carpal tunnel syndrome (CTS) merupakan neuropati tekanan saraf
medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang
paling sering, bersifat kronik, dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam
hari, parestesia jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus,
kelemahan dan atrofi otot thenar (Kao,2003, Susanto, 2004, Aroori,2008).
Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia, median
thenar neuritis atau partialthenar atrophy (De Jong, 1992)
Terowongan karpal terdapat di bagian depan dari pergelangan tangan
dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang
dilalui oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia
membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan
atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan
palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang
karpalia tersebut (Krames, 1994,Viera ,2003, Barnardo,2004, Davis,2005).
Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan
tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.
2.2 Rumusan Masalah
berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini
dipaparkan rumusan masalah dalam makalah.
1. Apa yang dimaksud dengan carpal tunnel syndrome?
2. Bagaimana anatomi serta biomekanikanya ?
3. Apa etiologi dari carpal tunnel syndrome ?
4. Apa patofisiologi dari carpal tunnel syndrome ?
5. Bagaimana manifestasi klinis bagi carpal tunnel syndrome ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnosis bagi carpal tunnel syndrome ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada carpal tunnel syndrome ?

2.3 Tujuan

berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini


dipaparkan tujuan masalah dalam makalah.

1. Mengetahui definisi carpal tunnel syndrome


2. Mengetahui anatomi dan biomekanika
3. Mengetahui etiologi carpal tunnel sindrome
4. Mengetahui patofisiologi carpal tunnel sindrome
5. Mengetahui manifestasi klinis carpal tunnel sindrome
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik carpal tunnel sindrome
7. Mengetahui penatalaksanaan carpal tunnel sindrome .
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kompresi simtomatik nervus


medianus pada pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan di dalam
terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. Hal ini ditandai
dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot.
Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia , median thenar
neuritis atau partial thenar atrophy Carpal Tunnel Syndrome pertama kali dikenali
sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut
fraktur radius bagian distal. Istilah Carpal Tunnel Syndrome diperkenalkan oleh
Moersch pada tabun 1938.

(CTS) merupakan gangguan umum yang berhubungan dengan pekerjaan


yang disebabkan gerakan berulang-ulang dan posisi yang menetap pada jangka
waktu yang lama yang dapat mempengaruhi saraf, suplay darah ke tangan dan
pergelangan tangan. Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati terhadap
nervus medianus di dalam carpal tunnel pada pergelangan tepatnya di bawah fleksor
retinakulum. Sindrom ini terjadi akibat kenaikan tekanan dalam terowongan yang
sempit yang dibatasi oleh tulang-tulang carpal serta ligament carpi tranversum yang
kaku sehingga menjebak nervus medianus (Rambe, 2004).
2.2 Anatomi Dan Biomekanika

2.2.1 Anantomi
Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang,otot,struktur persendian dan
diinervasi oleh beberapa saraf.
A. Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan
Tulang-tulang pada sendi pergelangan tangan yaitu ada dua deretan.
Daratan pertama yaitu dari tulang Radius dan Ulna. Deretan yang kedua terdiri
atas delapan tulang carpalia yang tersusun dalam dua deretan. Tulang carpal
deretan proximal antara scapoideum,lunatum,triquetrum,pisiforme. Sedangkan
bagian distal terdiri atas tulang trapesium,trapesoideum,capitatum, dan
hamatum.

1. Tulang scapoideum
Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran yang proximal konveksi
bersendi dengan tulang radius. Yulang ini memiliki dataran sendi yaitu
ke arah ulnar bersendi dengan tulang hamatum, ke arah distal bersendi
dengan tulang tulang trapesium, capitatum, dan trapesoideum dan pada
permukaaan volar memiliki tonjolan yang disebut tuberositas
scapoideum (Putz R dan R. Pabst,2005).
2. Tulang Lunatum
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial
dengan tulang Scapoideum, ke arah ulnar dengan Triquetrum, ke arah
distal dengan tulang capitatum. Tulang ini memiliki dataran proximal
yang konvek yang bersendi dengan tulang radius, dan berbentuk kecil,
seperti bulan sabit (Putz R dan R. Pabst, 2005).
3. Tulang Triquetrum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan
tulang radius, ke arah radial dengan tulang Lunatum, ke arah ulnar dan
polar berhubungan dengan tulang pisiforme yang melekat pada
permukaan polar tulang triquetrum dan arah distal dengan tulang
hamatum (Putz R dan R. Pabst,2005).
4. Tulang Pisiforme
Tulang yang berbentuk kecil,agak bulat seperti biji kacang ini melekat
di dataran polar pada tulang triquetrum (Putz R dan R. Pabst,2005).
5. Tulang Trapesium
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah polar
dengan trapesoideum dan terdapat tonjolan tulang yang disebut
tuberositas osis trapesium, ke arah proximal dengan tulang
scapoideum, ke arah distal dengan tulang metacarpal satu dan dua (Putz
R dan R. Pabst,2005).
6. Tulang Trapezoideum
Tulang ini ke arah radial mempunyai hubungan dengan tulang
trapesium ke arah ulnar dengan tulang capitatum, ke arah distal dengan
tulang metacarpal dua, dan ke arah proximal berhubungan dengan
tulang scapoideum (Putz R dan R. Pabst,2005).
7. Tulang Capitatum
Memiliki bangunan bangunan bulat dan panjang sebagai caputnya.
Mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial
berhubungan dengan tulang trapesoideum, ke arah proximal dengan
tulang scapoideum dan lunatum. Ke arah ulnar dengan tulang hamatum
dan ke arah distal dengan tulang metacarpal dua, tiga, dan empat (Putz
R dan R. Pabst,2005).
8. Tulang Hamatum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah proximal dengan
tulang triquetrum ke arah radial dengan tulang capitatum ke arah distal
dengan tulang metacarpal empat dan lima. Dan ke arah polar memliki
bangunan seperti lidah yang disebut hamalus ossis hamati (Putz R dan
R. Pabst,2005).
Pada os scapoideum dan os trapesium yang masing-masing memiliki
tonjolan tulang pada bagian colarnya membentuk eminentia carpi radialis. Di
sebelah ulnanya terdapat eminentia carpi ulnaris yang dibentuk oleh os
pisiforme dan hamalum ossis hamati.

B. Ligamen
Ligamen colateral capri ulnar yang membentang dari procesus
styloideus ulna menuju ke tulang triquetrum ligamen colateral carpi radialis
yang membentang dari prossesus stiloideus radii menuju tulang scapoideum dan
ligamen intercarpal yang terdiri dari ligamen interlaveum collare dan dorsale,
ligamen interseum dan ligamen carpiarquetrum.

C. Otot
Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk sentral.
Otot pergelangan tangan secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
otot fleksor dan ekstensor yang masing-masing terbagi dua bagian superfisialis
dan profunda.
Otot fleksor superficialis yaitu otot fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi
radialis, fleksor digitorum sublimes dan palmaris longus (Cailliet,1990).Otot
fleksor carpi radialis dan fleksor carpi ulnaris berfungsi fleksi di pergelanagan
tangan, dan otot ekstensi ekstensor carpi radialis longus brevis dan ekstensor
carpi ulnaris berfungsi ekstensi pergelangan tangan. Pada gerakan ulnar deviasi
dilakukan oleh m.ekstensor carpi ulnaris dan fleksor carpi ulnaris. Sedangkan
gerakan radial deviasi dilakukan oleh m,ekstensor carpi radialis, fleksor carpi
radialis, ekstensor pollicis brevis dan abduktor pollicis longus.
D. Nerves Medianus
Berasal dari pleksus brakhialis dengan dua buah caput yaitu caput medial
dari pasikulus medialis dan caput lateral. Dari pasikulus lateralis kedua caput
tersebut ersatu pada tepi bawah otot pectoralis minor, jadi serabut dalam truncus
berasal dari tiga atau empat segmen medula spinalis (C6-8, Th 1). Dalam lengan
serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus berjalan turun sepanjang arteri
brachialis dan melewati sisi polar lengan bawah dna bercabang masuk ke tengah
dan berakhir dengan cabang muscular kutaneus (Chusid, 1993).
Otot-otot yang mensarafi nerves medianus antara lain : m. pronator teres, m.
fleksor carpi radialis, m.palmaris longus, m.fleksor digitorum profundus,
m,fleksor pollicis longus dan pronator quadratus (Chusid, 1993). Apabila ada
lesi yang mengenai nerves medianus akan mengakibatkan terjadinya
pengurangan sensoris pada bagian polar lengan bawah, daerah palmar tangan
jari satu,dua,tiga,dan setengah jari empat.

2.2.2 Biomekanik
Ditinjau dari morfologinya termasuk articulasio ellipsoidea, tetapi fungsinya
sebagai artikulatio gluboidea. Gerakan yang terjadi pada persendian itu yaitu fleksi
dengan LGS 800 ekstensi 700, ulnar deviasi 300, dan radial deviasi 200. Derajat
fleksi dan ulnar deviasi lebih besar dibandingkan dengan gerakan ekstensi dan
radial deviasi, hal ini disebabkan karena bentuk permukaan sendi radius dari
ligamen bagian dorsal lebih kendor dari bagian palmar (Chuside, 1967).

2.3 Etiologi
Etiologi CTS dapat terjadi pada keadaan yang menyebabkan penyempitan
terowongan karpal misalnya trauma pada tangan bisa karena fraktur riwayat
immobilisasi lama akibat operasi ataupun karena over use yang bersifat kronik pd
pergelangan tangan, kelainan anatomis bawaan (herediter), gangguan pada otot dan
tulang seperti akromegali osteofit yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan
tangan. Etiologi yang paling sering terjadi yaitu penebalan fleksor retinaculum
karena proses radang. Namun secara sekunder CTS dapat timbul juga pada
penderita dengan Osteoarthritis, Diabetes Melitus, Miksedema, Amiloidosis atau
wanita yang hamil (Sidharta,1984).
Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan dan menopause karena
gangguan keseimbangan hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau
cairan yang menimbulkan penyempitan dalam terowongan karpal (Katz, 2002).
CTS merupakan neuropati jepitan yang paling banyak dijumpai, yaitu terjebaknya
Nervus Medianus di dalam terowongan Karpal pada pergelangan tangan, di bawah
fleksor retinakulum (DeJong, 1992). American Society for Surgery of the Hand
mendefinisikan CTS sebagai kompresi neuropati dari Nervus Medianus di
pergelangan tangan dimana saraf melewati bawah ligamentum karpal transversus
(Burton, 1983).
Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
carpal tunnel syndrome antara lain :
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan
tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja
kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama
pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
merupakan etiologi dari carpal turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya
sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalanligamen, dan tendon
dari simpanan zat yang disebut mukopolisakarida.
6. Endokrin : akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
8. Penyakit kolagen vaskular : artritis reumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik.
9. Degeneratif: osteoartritis.
10. Latrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk
dialisis, hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome.

2.4 Patofisiologi

Patofisiologis CTS masih belum jelas.Beberapa teori telah diajukan untuk


menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf.Yang paling populer adalah
kompresi mekanik, insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran.

Menurut teori kompresi mekanik, gejala CTS adalah karena kompresi nervus
medianus di terowongan karpal.Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa teori
ini menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi
yang mendasari kompresi mekanik.Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa
faktor seperti ketegangan, tenaga berlebihan, hiperfungsi, ekstensi pergelangan
tangan berkepanjangan atau berulang (Bahrudin, 2011).

Teori insufisiensi mikrovaskular mennyatakan bahwa kurangnya pasokan darah


menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan saraf
secara perlahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf.

Menurut teori getaran, gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari penggunaan
jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di karpal tunnel.Lundborg
mencatat edema epineural pada saraf median dalam beberapa hariberikut paparan
alat getar genggam.Selanjutnya, terjadi perubahan serupamengikuti mekanik,
iskemik, dan trauma kimia (Bahrudin, 2011).

Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor


retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang
berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler,
akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini
akan mengganggu nutrisi intrafasikuler diikuti oleh anoksia yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocor protein sehingga
terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan
sembab yang timbul terutarna pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah
tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya
perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan
terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama- kelamaan saraf
menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi
nervus medianus·terganggu secara menyeluruh (Davis, 2005).

2.5 Manifestasi Klinis


Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
sensorik yang timbul awalnya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau
rasa jari seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun
kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih
menonjol di malam hari. Gejala lain adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih
memberat di malam hari . Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas
dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan
tangan (Rambe, 2004). Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada
jari-jari tangan dan pergelangan tangan terutama di pagi hari.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal
biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena
aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan
distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari-jari (Salter, 2009).

Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis. Bentuk
akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau
tangan, tangan dingin dan gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan
oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik
disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan motoric dengan perubahan
trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam CTS (Pecina, et al., 2001).
Kebanyakan sindrom ini bersifat idiopatik. Penderita mengeluh kelemahan
atau kekakuan tangan, terutama bila melakukan pekerjaan halus menggunakan jari.
Selain gangguan motorik, terdapat akroparestesia, serangan nyeri, gelenyar, mati
rasa dan tangan terasa bengkak. Pada tahap dini, biasanya terdapat hiperparestesia
di daerah kulit yang dipersarafi oleh nervus medianus. Pada penderita yang sudah
lama terkena radang terdapat hipotrofi tenar. Parestesia bertambah berat bila
pergelangan tangan difleksikan semaksimal mungkin selama satu menit, uji ini
disebut uji Phalen (Moore, 2002). Gejala awal, pasien sering terbangun di malam
hari mengeluhkan tebal, nyeri dan kesemutan di ibu jari, telunjuk, jari tengah dan
setengah sisi radial jari manis kecuali jari kelingking (Richard, 1983 dikutip oleh
Bahrudin, 2005).
Gejala lainnya adalah pergelangan tangan serasa diikat ketat (tightness) dan
kaku gerak (Moeliono, 1993 dikutip oleh Rambe, 2004). Pada tahap yang lebih
lanjut kekuatan tangan menurun. Selain itu, seringkali penderita mengeluh jari-
jarinya menjadi kurang trampil terutama fungsi menggenggam serta dapat dijumpai
atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang dipersarafi oleh Nervus Medianus
(Sidharta, 1984).

Carpal Tunnel Syndrom yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang


timbul dan hilang dalam beberapa bulan atau tahun tapi rasa tidak enak pada malam
hari dapat lebih menonjol dan berlangsung sehingga mengganggu penderita
progresitifitasnya lebih sering terjadi pada penyakit yang melatarbelakangi. Bila
ada kelainan sensorik, kelainan ini bersifat reversible, tetapi bila dijumpai kelainan
motorik maka kesembuhan akan lebih lama walaupun telah melakukan banyak
terapi.

2.6 Diagnosa
CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas dan
diperkuat dengan pemeriksaan yaitu :
A. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita
dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan
diagnosa CTS adalah:
• Phalen test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini
menyokong diagnosis. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosis CTS.

• Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan torniquet


dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di
atas tekanan sistolik. Bila dalam kurun waktu 1 menit timbul gejala
seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
• Tinel test : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
• Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau
menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong diagnosis CTS. Harus diingat bahwa tanda
ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
• Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya
atrofi otot-otot thenar.
• Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dynamometer.
• Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga
dapat dibandingkan. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala-gejala
seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosis CTS.
• Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan
menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul
gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosis.
• Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan
jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak
dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan
mendukung diagnosis.
• Pemeriksaan sensitibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua
titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6mm di daerah
nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosis.
• Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada
perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah
innervasi nervus medianus. Bila ada Dari pemeriksaan provokasi diatas
Phalen test dan Tinel tes adalah test yang patognomonis untuk CTS
(Tana,et al.2004).
B. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan untuk
melihat kemungkinan adanya penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto
polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada
vertebra. USG, CT-scan, dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif
(Latov, 2007).

C. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik
gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot
lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS. Pada 15-25% kasus,
kecepatan hantar saraf (KHS) bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan
menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan
adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa laten
sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik (Latov, 2007).

D. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui


penyebab dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat gangguan tersebut. Dalam
kasus ini pemeriksaan khusus yang dilakukan antara lain:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta kemampuan
gerak, pengecilan otot (atrofi), deformitas, warna serta kondisikulit
sekitarnya, langkah (gait). Kemampuan beraktifitas serta alat bantu
yangdigunakan untuk melakukan aktivitas, posisi pasien dan lain-lain.
2. Quick tes
Quick tes atau tes cepat adalah pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui secara cepat kasus yang dialami oleh pasien, sehingga
dapat memilahkan pemeriksaan selanjutnya yang berhubungan dengan
kasus yangkemungkinan diderita oleh pasien.
3. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif, gerak pasif, dan gerak
isometric.Pada pemeriksaaan ini umumnya pada pasien ditemukan adanya
rasa nyeri,keterbatasan gerak, kelemahan otot dan sebagainya.
4. Tes Khusus
Test khusus yang digunakan untuk mendiagnosa adanya Carpal
TunnelSndrome pada diri seseorang atau tidak meliputi :
a. Phalen Tes
Pergelangan tangan dipertahankan selama 1 menit, dalam posisi
fleksi palmer yang penuh (90°). Apabila posisi ini cukup lama
dipertahankan pada setiap orang, maka akan timbul rasa kesemutan.
Tetapi dalam halCarpal Tunnel Syndrome kesemutan dapat timbul
dalam waktu yangsangat singkat (dalam waktu 30 detik). Kadang-
kadang diikuti dengan parestesia baru akan timbul apabila
pergelangan tangan digerakkankembali dari posisi fleksi palmer yang
maksimal.
b. Tinel Tes
Ketokan local pada syaraf medial, memancing timbulnya “nyeri
kejut“di dalam tangan serta parestesia didalam jari.

5. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan
menggunakantangan dan membedakan antara kedua anggota gerak yang
kanan dan kiri.Palpasi
6. Pemeriksaan ROM
Pemeriksaan ROM ini dilakukan pada pergelangan tangan, dengan
tujuan untuk mengetahui apakah ada keterbatasan gerak pada pergelangan
tangan, pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan goniometer.
7. Pemeriksaan Nyeri
Pemeriksaan nyeri menggunakan VRS bertujuan untuk
mengetahuikeadaan nyeri yang dirasakan pasien. Baik saat diam atu gerak.
2.6 Penatalaksanaan Fisioterapi
A. Terapi Latihan
Terapi awal dapat dilakukan immobilisasi pada pergelangan tangan dengan
menggunakan splint pada malam hari selama 6 sampai 8 minggu dan dapat
digunakan secara selektif pada aktifitas yang memprovokasi CTS (mis:mengetik),
posisi pemasangan splint, wrist pada posisi neutral (0-2 derajat flexi,0-3 derajat
ulnar deviasi),tujuan pemakaian splint adalah untuk mengistirahatkan jaringan
lunak yang mengalami peradangan dan untuk meminimalkan tekanan intra
tunnel.Dapat juga dikombinasi dengan ice therapy. Bila pekerjaan dapat
memperparah kondisi, maka perlu disesuaikan dengan posisi yang
ergonomis.Selain medika mentosa , ultra sound dan terapi latihan pada penderita
dapat mengurangi gejala.Bila semua tindakan konservatif tidak dapat membantu
maka tindakan pembedahan (Carpal Tunnel Release) dapat dipertimbangkan.

Therapy Latihan berupa :


1. Tendon Glide Exercise
Tujuan dari tendon glide exercise adalah untuk meningkatkan sirkulasi
darah ke tangan dan pergelangan tangan sehingga akan mengurangi
pembengkakan dan meningkatkan perbaikan pada jaringan lunak (otot,
ligamen dan tendon). Tujuan utama dari latihan ini adalah untuk
mengurangi hambatan padaterowongan carpal sehingga tendon dapat
bergerak bebas. tetapi tidak untuk meningkatkan kekuatan otot pada
pergelangan tangan. Latihan2 ini tampak sederhana, tetapi jika dilakukan
secara teratur bersamaan dengan latihan lain, seperti memakai splint saat
tidur, dan memakai carpal tunnel braces saat beraktifitas, menggunakan
salep/gel utk penghilang nyeri dan juga menggunakan therapydingin,
maka akan dirasakan perbedaan setelah therapy. Terapi ini memeng
efektif untuk carpal tunnel syndrome yang ditandai dengan kesemutan
pada telapak tangan belum terlalu parah.
Gerakan ini dapat dilakukan 3 atau 4 kali setiap hari.
Step2= hook, step4= fist, step8= straight
2. Nerve Glide Exercise
Tujuan dari Nerve Glide Exercise adalah untuk memelihara
flexibilitas dari nerves dan ligament.

Gerakan dapat diulang 5-10 kali gerakan.statik thenar splint


untuk mencegah adduksi kontraktur. Saran untuk penderita :
• Selalu memelihara posisi pergelangan tangan pada posisi
netral saat melakukan aktifitas sehari-hari.
• Hindari gerakan menjumput , mencengkeram dan menekuk
pergelangan tangan dalam jangka waktu lama. (pada saat
tidur hindari posisi menekuk pergelangan tangan).
3. Ressisted exercise
Ressisted exercise yaitu merupakan bagian dari active exercise
dengan dinamik atau statik kontraksi otot dengan tahanan dari luar.
Tahanan dari luar bisa dengan manual atau dengan mekanik.Posisi
pasien: duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, terapis duduk
berhadapan dengan pasien.
Pelaksanaan:
• Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh.
Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri. Terapis
menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian pasien diminta
menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis memberi
tahanan kearah palmar dan dorsal tangan dengan aba – aba
“pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan
kemampuan pasien dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Gambar 7. Gerak palmar dan dorsi fleksi dengan tahanan
• Gerakan ulnar deviasi dan radial deviasi
1. Ulnar deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan
pronasi dalam posisi netral. Latihan diberikan pada pergelangan
tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan bawah
dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis
memberi tahanan kearah dorsal tangan dengan aba – aba
“pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan
kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Gambar 8. Gerak ulnar deviasi dan radial deviasi yang ditahan
2. Radial deviasi:
Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan
pronasi dalam posisi netral. Latihan diberikan pada pergelangan
tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada distal lengan bawah
dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan
terapis memberi tahanan kearah ulnar tangan dengan aba – aba
“pertahankan disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian
hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan
kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Untuk (T2 – T6) pemberian terapi latihan pada pergelangan tangan
kanan dan kiri sama seperti T1 tapi untuk tahanannya ditambah.

B. Teknologi Fisioterapi
1. Ultrasound
Efek terapeutik US masih sedang diperdebatkan. Sampai saat ini, masih
sangat sedikit bukti untuk menjelaskan bagaimana US bisa
menyebabkan efek terapeutik dalam jaringan yang terluka. Namun
demikian praktisi di seluruh dunia terus menggunakan modalitas terapi ini
sesuai dengan pengalaman pribadi, bukan bukti ilmiah. Berikut adalah
sejumlah teori oleh US yang berhubungan dengan efek terapeutik.
• Thermal effect
Ketika gelombang ultrasonik lulus dari transuder ke dalam kulit yang
menyebabkan getaran di sekitar jaringan, terutama yang mengandung
kolagen. Getaran yang meningkat ini menyebabkan produksi panas
dalam jaringan. Pada kebanyakan kasus, hal ini tidak dapat dirasakan
oleh pasien sendiri. Peningkatan suhu ini dapat menyebabkan
peningkatan Ekstensibilitas struktur seperti ligamen, tendon, jaringan
parut dan kapsul fibrosa sendi. Selain itu, pemanasan juga dapat
membantu untuk mengurangi rasa sakit dan kejang otot dan
meningkatkan proses penyembuhan.
Efek pada inflamasi dan proses perbaikan :
Salah satu manfaat terbesar terapi US yang disampaikan adalah yaitu
mengurangi waktu
Penyembuhan cedera jaringan lunak tertentu.
• US bertindak untuk mempercepat waktu penyembuhan yang normal
dari proses peradangan dengan menarik lebih banyak “mast sells” ke
lokasi cedera. Ini dapat menyebabkan peningkatan aliran darah yang
dapat bermanfaat pada fase sub-akut pada cedera jaringan. US tidak
di anjurkan pada cidera dimana peningkatan aliran darah masih
berlangsung.
• Ultrasonografi juga dapat merangsang produksi kolagen khususnya
komponen protein dalam jaringan lunak seperti tendon dan ligamen.
Oleh karena itu US dapat mempercepat fase proliferatif pada
penyembuhan jaringan.
• US berpikir untuk meningkatkan ekstensibilitas kolagen dan dapat
memiliki efek positif pada fibrosa jaringan parut yang dapat
terbentuk setelah cedera.
a. Persiapan alat
Mesin ditest apakah mesin dalam keadaan baik dan dapat mengeluarkan
gelombang ultra sonic dengan cara memberi air pada tranduser guna
menampung air dan dipegang menghadap ke atas kemudian mesin
dihidupkan, bila mesin dalam keadaan baik maka air akan bergerak seperti
mendidih kemudian koupling medium, handuk, tissue, dan alkohol
dipersiapkan.
b. Persiapan pasien
Pasien diposisikan senyaman mungkin, rileks, dan tanpa adanya rasa sakit
yaitu posisi dengan duduk kemudian tangan supinasi diletakkan diatas bed,
kemudian pada bagian tangan disuport oleh bantal. Dan tangan yang akan
diterapi harus terbebas dari pakaian dan segala aksesoris. Sebelum pemberian
terapi dilakukan tes sensibilitas dengan menggunakan tabung berisi air panas
dan dingin didaerah tangan bagian palmar. Posisi terapis duduk di depan
pasien. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan pengobatan yang diberikan
dan juga rasa panas yang dirasakan dan jika pasien merasakan seperti
kesemutan yang berlebihan saat terapi berlangsung diharapkan pasien
langsung memberitahukan kepada terapis.
c. Pelaksanaan
Alat diatur sedemikian rupa sehingga tangkai mesin dapat menjangkau tangan
yang akan diterapi kemudian area yang akan diterapi yaitu pada dorsal
pergelangan tangan kanan diberikan koupling medium kemudian tranduser
ditempelkan lalu mesin dihidupkan lalu tranduser digerakan pelan-pelan pada
pergelangan tangan kanan pasien secara tranvers dan irama yang teratur di
atas pergelangan tangan dengan arah tegak lurus dengan area terapi, tranduser
harus selalu kontak dengan kulit, dengan intensitas 1,5 watt/cm2 secara
continous, lama terapi 5 menit diperoleh dari luas area 25 cm2 dan ERA 5
cm2. Selama proses terapi berlangsung harus mengontrol panas yang
dirasakan pasien. Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot
meninggi, dosis harus dikurangi dengan menurunkan intensitas. Hal ini
berkaitan dengan overdosis. Setelah terapi pada pergelangan tangan kanan
selesai intensitas dinolkan dan dilanjutkan untuk pergelangangan tangan yang
kiri sama seperti yang dilakukan pada pergelangan tangan kanan, setelah
selesai kemudian alat dirapikan seperti semula. Untuk (T2 – T6) pemberian
terapi ultra sonic pada pergelangan tangan kanan dan kiri sama seperti T1.
d. Edukasi
Agar hasil maksimal maka perlu diberikan edukasi pada pasien tentang
cara melakukan aktivitas sehari-hari yang benar dan pemberian modalitas
fisioterapi. Edukasi yang diberikan untuk penderita carpal tunnel syndrome
yaitu pasien diminta untuk mengompres dengan air hangat pada kedua
pergelangan sampai telapak tangan kanan dan kiri sekitar 10 menit,
menggerakkan kedua pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara aktif
dengan tujuan pemperlancar peredaran darah dan mengistirahatkan kedua
tangan saat timbul nyeri dan juga jangan mengangkat beban berat yang
menimbulkan nyeri, serta melakukan latihan tangan seperti yang diajarkan
terapis tapi menggunakan tahanan kantong pasir, jangan mengangkat beban
berat yang menimbulkan nyeri, jangan memaksakan bekerja secara berlebihan
saat tangan merasa nyeri.
BAB III

STATUS KLINIS

A. IDENTITAS KLIEN
1. NRM : 00-00-03-73-62
2. Nama : Ny I.K
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 24 Oktober 1964
5. Alamat :
6. Agama : Islam
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Hobi : Cooking
9. Tanggal masuk : 3 Agustus 2020
10. Diagnosa medis : Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) dextra
11. Medika mentosa :

B. ASESMEN/PEMERIKSAAN 1. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Adanya nyeri dan kaku pada pergelangan tangan dan jari
ke 2,3,dan 4 saat bangun pagi. Adanya kesemutan pada ibu
jari hingga jari ke 3.
b. Keluhan penyerta :
Tidak ada riwayat penyakit penyerta
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada 2 tahun lalu merasa nyeri dan kesemutan pada jari-
jari kemudian telah melakukan fisioterapi sebanyak 12 kali
dan merasa enakan. Lalu pada agustus 2020 pasien
merasakan kembali adanya nyeri, kaku dan kesemutan
pada pergelangan tangan dan jari-jari tangan kanan. Nyeri
dan kaku pada jari-jari dan pergelangan tangan dirasakan
saat bangun tidur dan nyaman saat digerakan dan
kesemutan hanya dirasakan saat melakukan aktivitas berat.

d. Riwayat Penyakit Dahulu :


Pada 2 tahun lalu pasien pernah mengalami CTS dextra
2. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Tekanan darah : 130/90 mmHg
c. Denyut nadi : 80x/menit
d. Pernafasan : 22x/menit
e. Kooperatif : Pasien sangat kooperatif

3. Pemeriksaan Fisioterapi

a. Inspeksi
1) Statis
Kondisi umum baik, tidak ada tampak adanya
deformitas dan tidak ada tanda-tanda inflamasi
2) Dinamis
Pasien tampak menahan nyeri saat digerakkan secara
aktif pada pergelangan tangan dan saat menggenggam
ada rasa kaku pada jari-jari.

b. Tes Cepat
Prayer Test Negatif
Pallen Test Positif
Tinnel Test Positif
ULTT 1 Negatif

c. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)


1) PFGD Aktif
Sendi Gerakan ROM Nyeri
Flexi MCP Full Tidak nyeri
Extensi MCP Full Tidak nyeri
Wrist Join Flexi Wrist Terbatas Nyeri
Extensi Wrist Terbatas Nyeri
Ulna Deviasi Full Tidak nyeri
Radial Deviasi Full Tidak nyeri

2) PFGD Pasif
Sendi Gerakan ROM End feel
Flexi MCP Full Soft
Extensi MCP Full Soft
Wrist Join Flexi Wrist Terbatas Soft
Extensi Wrist Terbatas Soft
Ulna Deviasi Full Soft
Radial Deviasi Full Soft

3) PFGD Isometrik

Sendi Gerakan ROM Isometrik


Flexi MCP Full Mampu
melawan
Wrist Join tahanan
Extensi MCP Full Mampu
melawan
tahanan
Flexi Wrist Terbatas Mampu
melawan
tahanan minimal
Extensi Wrist Terbatas Mampu
melawan
tahanan minimal
Ulna Deviasi Full Mampu
melawan
tahanan
Radial Deviasi Full Mampu
melawan
tahanan

d. Tes Khusus
1. Pemeriksaan nyeri dengan VDS
Nyeri Nilai
Nyeri diam Nilai 1 (tidak nyeri)
Nyeri tekan Nilai 5 (nyeri cukup berat)
Nyeri gerak Nilai 4 (nyeri tidak begitu
berat)

2. Pemeriksaan Kekuatan otot (MMT)


Gerakan Nilai MMT
Flexi MCP 5
Extensi MCP 5
Flexi Wrist 4
Extensi Wrist 4
Ulna Deviasi 5
Radial Deviasi 5

3. Pemeriksaan LGS
Aktif Pasif
S : 40º-0º-35º S: 50º-0º-50º
F: 15º-0º-25º F: 20º-0º-30º
S(MCP): 10º-0º-45º S(MCP): 15º-0º-45º

4. Pemeriksaan Kemampuan Fungtional Wrist Hand Disability (WHD)


Bagian Jarak
Intensitas nyeri 1
Rasa tebal dan kesemutan 1
Perawatan diri 3
Kekuatan 2
Toleransi menulis atau 3
mengetik
Bekerja 2
Menyetir sepedah motor 2
Tidur 1
Pekerjaan Rumah 2
Rekreasi / olahraga 2

e. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada

C. DIAGNOSA FISIOTERAPI

1. Problematik Fisioterapi
a. Body Function and Structure Impairment :
✓ Adanya nyeri dan kaku pada pergelangan tangan dan
jari-jari tangan kanan
✓ Adanya keterbatasan gerak Flexi dan Extensi Wrist
✓ Adanya penurunan kekuatan otot Wrist dextra
b. Activity Limitation :
Mengalami gangguan sehari-hari seperti memasak,
bermain dengan cucu dan membersihkan rumah.
c. Participation Restriction:
Mengalami hambatan saat bekerja dan beraktivitas sehari-
hari yang berhubungan dengan tangan kanan.

2. Diagnosa Fisioterapi berdasarkan ICF


Adanya keterbatasan gerak akibat nyeridan kaku pada
pergelangan tangan dan pada jari-jari tangan kanan yang
menyebabkan pasien mengalami ketidak nyamanan saat
beraktifitas sehari-hari seperti saat kegiatan memasak, bermain
dengan cucu dan membersihkan rumah et causa carpal tunnel
syndrome dextra.

D. PERENCANAAN FISIOTERAPI
1. Tujuan Jangka Pendek
✓ Mengurangi nyeri pada pergelangan tangan
✓ Meningkatkan kekuatan otot tangan kanan
✓ Meningkatkan lingkup gerak sendi tangan kanan
2. Tujuan Jangka Panjang
Dapat melakukan kembali aktivitas sehari-hari dengan nyaman dan tanpa
hambatan.

E. INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Intervensi Fisioterapi (Uraian Goal, Metode, Dosis, SOP)
N Intervensi Cara Dosis Keterangan
o Fisioterapi
1. Microwave Pasien dengan posisi duduk F = - untuk mengurangi
Diathermy dan tangan kanan diatas bed. I = 100 watt nyeri, mencegah
MWD diletakkan diatas T = 15 menit kekakuan dan
tangan kanan (terowongan T = Microwaveketerbatasan
carpal) lalu atur waktu dan Diathermy gerak sendi lebih
intensitas hingga terasa lanjut,
hangat. Meningkatkan
elastisitas
pembungkus
jaringan saraf dan
meningkatkan
ambang
rangsang/threshol
d
2. Ultrasound Pasien dengan posisi duduk F = 1 MHz mempercepat
dan tangan kanan diatas bed. I = 0,5 proses inflamasi,
2
Pada pergelangan tangan watt/cm meningkatkan
(terowongan carpal) di T = 6 menit proses sintesa
berikan gel US lalu tranduser T = collagen dan
digerakkan di Ultrasound meningkatkan
area tsb. permeabilitas
membran sel, dan
memperbaiki
extensibilitas
jaringan collagen
yang telah
terbentuk setelah
proses inflamasi,
3. Terapi Latihan Terapi latihan terdiri dari F=2x Adanya
active exercise, passive perhari mekanisme
exercise,dan resisted active I = 8 repetisi kontraksi dan
exercise. T = 5-8 rileksasi mampu
Pasien diarahkan untuk menit menurunkan
menggerakkan tangan kanan T = Terapi ketegangan otot
kearah flexi, ekstensi , ulnar Latihan sehingga otot
deviasi, radial deviasi dan menjadi kendor
latihan menggenggam pada dan lentur. Pada
jari-jari. otot yang
berkontraksi,
maka otot tersebut
akan beradaptasi
dengan
meningkatnya
kekuatan otot
akibat adanya
adaptasi syaraf
dan peningkatan
serat otot.
4. Median Nerve Pasien tiduran di atas bed. F=2x Untuk Mobilisasi
Mobilisation Lalu depresi shoulder perhari saraf medianus
ULTT 1 girdle dengan fleksi siku I = 6-7
hingga 90°, abduksi bahu pengulangan
dengan fleksi siku hingga T = 5-8
90°, eksorotasi bahu, menit
pergelangan tangan dan jari T = ULTT 1
ekstensi dengan lengan
bawah supinasi dan siku
ekstensi. Setiap gerakan
dilakukan sampai
titik uncomfortable melalui
feedback dari pasien dan
kemudian release hanya
pada titik dimana
tekanan uncomfortable teras
a.

2. Edukasi/ Home Programe


1. Pasien diedukasi untuk tidak tidur dengan menindih
tangan dan mengurangi aktivitas berat pada tangan kanan
seperti memasak, megulek, mengangkat yang berat,
mencuci dll.
2. Pasien dianjurkan untuk melakukan kembali latihan
yang sudah di ajarkan di rs.
3. Pasien diminta untuk mengistirahatkan tangan saat
adanya nyeri

F. EVALUASI (SOAP)
Setelah dilakukan 6 kali fisioterapi didapatkan hasil
S = Masih ada nyeri dan kaku pada pergelangan tangan dan
jari-jari tapi sudah terasa enakan dan masih ada kesemutan.
O = Didapatkan hasil dibawah ini

1. Evaluasi nyeri dengan VDS


Nyeri T0 T6
Nyeri diam 1 1
Nyeri tekan 5 3
Nyeri gerak 4 3

2. Evaluasi Kekuatan otot (MMT)


Gerakan T0 T6
Flexi MCP 5 5
Extensi MCP 5 5
Flexi Wrist 4 4
Extensi Wrist 4 5
Ulna Deviasi 5 5
Radial Deviasi 5 5

3. Evaluasi LGS
Bidang T0 T6
S 40º-0º-35º 40º-0º-35º
F 15º-0º-25º 15º-0º-30º
S(MCP) 10º-0º-45º 10º-0º-50º

4. Evaluasi Kemampuan Fungtional Wrist Hand Disability


(WHD)
Bagian T0 T6
Intensitas nyeri 1 2
Rasa tebal dan kesemutan 1 1
Perawatan diri 3 3
Kekuatan 2 3
Toleransi menulis atau 3 3
mengetik
Bekerja 2 2
Menyetir sepedah motor 2 3
Tidur 1 1
Pekerjaan Rumah 2 2
Rekreasi / olahraga 2 2

A = Carpal Tunnel Syndrome dextra


P = Dilakukan terapi Fisioterapi berupa MWD, US, TERAPI
LATIHAN dan Mobilisasi Saraf ULTT 1

………,.......................... 2020

BAB IV

PENUTUP
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang (1) Definisi Carpal
Tunnel Syndrome (2) Anatomi Dan Biomekanika Carpal Tunnel Sindrome (3)
Etiologi Carpal Tunnel Sindrome (4) Patofisiologi Carpal Tunnel Sindrome (5)
Manifestasi Klinis Carpal Tunnel Sindrome (6) Pemeriksaan Diagnostik Carpal
Tunnel Sindrome (7) Penatalaksanaan Carpal Tunnel Sindrome. Maka dari
pembahasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.

3.1 Simpulan
(1) Carpal Tunnel Syndrome adalah neuropati kompresi simtomatik nervus
medianus pada pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan di dalam
terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf.
(2) Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang,otot,struktur persendian
dan diinervas oleh beberapa saraf. Daratan pertama yaitu dari tulang Radius
dan Ulna. Deretan yang kedua terdiri atas delapan tulang carpalia yang
tersusun dalam dua deretan. Tulang carpal deretan proximal antara
scapoideum, lunatum, triquetrum, pisiforme. Sedangkan bagian distal
terdiri atas tulang trapesium,trapesoideum,capitatum, dan hamatum.
Disusun juga oleh ligamen colateral capri ulnar, otot fleksor dan ekstensor
yang masing-masing terbagi dua bagian superfisialis dan profundus.
(3) Etiologi CTS dapat terjadi pada keadaan yang menyebabkan penyempitan
terowongan karpal misalnya trauma pada tangan bisa karena fraktur riwayat
immobilisasi lama akibat operasi ataupun karena over use yang bersifat
kronik pd pergelangan tangan, kelainan anatomis bawaan (herediter),
gangguan pada otot dan tulang seperti akromegali osteofit yang dapat
mempengaruhi struktur pergelangan tangan. Etiologi yang paling sering
terjadi yaitu penebalan fleksor retinaculum karena proses radang.
(4) Umumnya CTS terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor
retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus.
Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian
tekanan intrafasikuler, akibatnya aliran darah vena intrafasikuler
melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrafasikuler diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
endotel ini akan mengakibatkan kebocor protein sehingga terjadi edema
epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural
yang merusak serabut saraf. Lama- kelamaan saraf menjadi atrofi dan
digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus
medianus·terganggu secara menyeluruh .
(5) Gejala awal, pasien sering terbangun di malam hari mengeluhkan tebal,
nyeri dan kesemutan di ibu jari, telunjuk, jari tengah dan setengah sisi radial
jari manis kecuali jari kelingking. Gejala lainnya adalah pergelangan tangan
serasa diikat ketat (tightness) dan kaku gerak. Pada tahap yang lebih lanjut
kekuatan tangan menurun. Seringkali penderita mengeluh jari-jarinya
menjadi kurang trampil terutama fungsi menggenggam serta dapat dijumpai
atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang dipersarafi oleh Nervus
Medianus.
(6) Carpal Tunnel Syndrom yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang
timbul dan hilang dalam beberapa bulan atau tahun tapi rasa tidak enak pada
malam hari dapat lebih menonjol dan berlangsung sehingga mengganggu
penderita
(7) Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala klinis seperti di atas
dan diperkuat dengan pemeriksaan yaitu ; Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan
radiologis, Pemeriksaan neurofisiologi¸
(8) Pemeriksaa Umum dan Penunjang pasien meliputi ; Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan kognitif. Pemerksaan interpersonal, Pemeriksaan
intrapersonal.
(9) Dalam kasus ini pemeriksaan khusus yang dilakukan antara lain ; Inspeksi,
Quick tes, Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar, Tes Khusus, Palpasi,
Pemeriksaan ROM, Pemeriksaan Nyeri
(10) Pelatalaksanaan Fisioterapi meliputi ; Terapi Latihan, Teknologi Fisioterapi,
Edukasi.

3.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, dengan ini kami
menyarankan agar pembaca dapat mengetahui apakah itu kasus CTS dan
keterkaitannya terhadap fisioterapi sehingga kita semua dapat mengetahui dan
memberikan penanganan yang tepat kepada penderitanya. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA

Diakes pada 16 november 2016 https://www.scribd.com/doc/307178359/makalah-


Carpal-Tunnel

Diakes pada 16 november 2016


http://eprints.ums.ac.id/25491/13/02_NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai