Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Moch Alief Nurhikmat

NO. UJIAN : .................................


NIM : 41120028
SMT/KLS/JUR : 3/A2/Administrasi Negara
MATA KULIAH : Kebijakan Publik
DOSEN : Dr. A.P. Delly Maulana,
MPA
UNIVERISTAS SERANG RAYA HARI/TANGGAL : Jumat, 03/12/2021
Tanda tangan

LEMBAR JAWABAN UTS-UAS


(Moch Alief Nurhikmat)

JURNAL 1

Efektifitas Inovasi Kebijakan Publik; Pengaruhnya pada Kualitas Pelayanan


Publik di Indonesia
Latar belakang

Pemerintah mengambil langkah penataan organisasi penyelenggara pelayanan publik


melalui reformasi birokrasi. Sesuai dengan grand design yang telah disusun, ada delapan area
perubahan yang ingin dicapai yakni: Organisasi, Tatalaksana, Peraturan Perundang-undangan,
Sumber Daya Manusia Aparatur, Pengawasan, Akuntabilitas, Pelayanan Publik, dan Pola Pikir
(mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur. Reformasi birokrasi di Indonesia
mempunyai semangat untuk meningkatkan kualitas layanan untuk masyarakat, sebagaimana
disebutkan dalam salah satu area perubahan Reformasi Birokrasi yaitu pelayanan publik. Tujuan
reformasi birokrasi diantaranya; meniadakan penyalahgunaan wewenang oleh pejabat publik,
meningkatkan kualitas pelayanan publik, meningkatkan kualitas pembuatan dan implementasi
kebijakan publik, meningkatkan efisiensi (baik dalam segi biaya dan waktu) pada setiap
pelaksanaan tugas organisasi, menjadikan birokrasi di Indonesia lebih antisipatif, proaktif, dan
efektif dalam menghadapi tuntutan perubahan di dalam masyarakat serta membentuk most
improved bureaucracy (Peraturan Presiden, 2010). Berdasarkan tujuan tersebut, reformasi
birokrasi jelas ingin mencapai peningkatan kualitas pelayanan publik.

Hal ini yang menjadi inti utama alasan diterapkannya inovasi kebijakan publik. Inovasi
kebijakan dilakukan dalam rangka efisiensi kinerja organisasi. Organisasi publik melakukan
efisiensi untuk peningkatan nilai dan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, sedangkan
sektor swasta menggunakan efisiensi sebagai kesempatan untuk berkompetisi di pasar guna
memperoleh laba yang lebih besar (Hartley, 2005; Nurmandi, 2006). Inovasi pada sektor swasta
dapat dilihat dari perkembangan perusahaan seiring dengan perubahan pasar. Berbeda hal,
birokrasi cenderung kaku dan kurang dapat beradaptasi dengan perubahan dalam masyarakat.
Kondisi ini mengakibatkan birokrasi bergerak cenderung lamban dan kurang inovatif. Karakter
tersebut mempengaruhi kinerja aparat birokrasi dan buruknya kualitas pelayanan publik.

Tujuan Riset

Efektifitas Implementasi Inovasi Pelayanan Publik Untuk mencapai peningkatan kualitas


pelayanan publik, perlu diketahui bagaimana efektifitas implementasi inovasi pelayanan publik.
Sebagaimana dinyatakan dalam argumen berikut “In the absence of effective implementation, the
benefits of innovation adoption are likely to be nil” . Jika efektifitas implementasi tidak terjadi,
maka tidak ada keuntungan yang bisa diperoleh dari inovasi kebijakan. Pada kondisi ideal,
keuntungan yang ingin ingin dicapai adalah pelayanan publik yang berkualitas.

Selain itu Tujuan Inovasi Kebijakan Publik adalah mencapai prinsip efisiensi dan
efektifitas pelayanan publik. Namun, dengan banyaknya laporan dugaan maladministrasi
pelayanan publik menunjukkan bahwa masih banyak pelayanan publik yang tidak menunjukkan
prinsip efisien dan efektifitas. Faktanya, jumlah laporan adanya dugaan maladministrasi
pelayanan tiap tahunnya meningkat berbanding lurus dengan kuantitas inovasi pelayanan publik.
Seharusnya, perbandingan antara jumlah inovasi pelayanan publik dengan laporan dugaan
maladministrasi pelayanan publik berbanding terbalik. Jika inovasi pelayanan banyak dilakukan,
seharusnya dugaan praktik maladministrasi menurun.

Teori Penelitian

Perubahan adalah hal yang mutlak terjadi dalam kehidupan. Perubahan tersebut menuntut
tindakan penyesuaian untuk menghadapinya. Jika penyesuaian tidak dilakukan, maka dapat
berpengaruh pada kualitas keberlangsungan hidup sebuah masyarakat. Kondisi tersebut juga
berlaku bagi organisasi, baik organisasi publik maupun swasta. Sifat dinamis dalam menghadapi
perubahan harus dimiliki oleh organisasi. Organisasi swasta telah memberikan banyak contoh
bentuk adaptasi terhadap perubahan pasar. Tingkat fleksibilitas organisasi menjadi modal untuk
dapat bertahan bahkan sukses menghadapi keinginan pasar.

Inovasi diartikan sebagai “new ideas that work” (Albury & Mulgan, 2003). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kesuksesan inovasi adalah penciptaan dan implementasi dari proses baru,
produk, layanan, dan metode penyampaian yang menghasilkan peningkatan efisiensi, efektifitas,
dan kualitas yang signifikan (Albury & Mulgan, 2003). Albury mengklasifikasikan jenis inovasi
menjadi inovasi incremental, radikal, dan sistemik.

Borins menyatakan setidaknya ada tiga hambatan bagi suatu inovasi, yaitu: Pertama,
hambatan yang muncul dari dalam birokrasi sendiri. Hambatan ini dapat berupa ketidakcocokan
antar birokrat, sikap skeptis, koordinasi yang buruk, masalah logistik, kesulitan menerapkan
teknologi baru, dan lain sebagainya. Kedua, hambatan yang muncul dari lingkungan politik.
Lingkungan politik berpengaruh terhadap implementasi inovasi karena erat kaitannya dengan
penyediaan funding (pendanaan) maupun sumber daya yang lain. Sumber daya inovasi
bersumber dari persetujuan legislatif-eksekutif. Jika oposisi politik berseberangan maka akan
mempengaruhi keberlangsungan sebuah inovasi. Ketiga, hambatan dapat berasal dari lingkungan
eksternal organisasi publik. Misalnya, keraguan publik akan efektifitas program, kesulitan dalam
mencapai kelompok target, dan perlawanan dari sektor swasta yang akan terpengaruh adanya
inovasi.

Metode Penelitian

Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif bertujuan untuk
memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian dengan cara mendeskripsikan melalui
pernyataan-pernyaataan dengan menggunakan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2014).
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik literature review. Berbagai macam literatur
mengenai inovasi, inovasi kebijakan publik, dan pelayanan publik digunakan dalam proses
penulisan. Studi ini menggunakan pendekatan deskriptifanalitis dengan menganalisis informasi
dan data sekunder. Berbagai jenis laporan, data, dan informasi digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya, data sekunder tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik data reduksi
kemudian disajikan dalam bentuk diagram, tabel, maupun gambar. Hal ini dilakukan untuk
memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai fenomena yang diteliti. Triangulasi digunakan
untuk menggabungkan berbagai jenis temuan dalam penelitian. Triangulasi digunakan untuk
memahami suatu hal dari beberapa sudut pandang sehingga dapat meningkatkan keakuratan
(Neuman, 2013). Penggunaan literatur, data, dan informasi sekunder dikombinasikan untuk
menelaah dan menganalisis fenomena pada objek penelitian.

JURNAL 2

Membangun Kota Layak Anak: Studi Kebijakan Publik di Era Otonomi


Daerah

Latar Belakang

Anak tidak dapat dipungkiri merupakan masa depan Bangsa. Anak adalah generasi
penerus cita-cita kemerdekaan dan kelangsungan hajat hidup Bangsa dan Negara. Selain itu,
anak merupakan modal pembangunan dan awal kunci kemajuan bangsa di masa depan. Sepertiga
dari total penduduk Indonesia adalah anak-anak. Anak-anak terbukti mampu membuat
perubahan dan menyelesaikan masalah secara lebih kreatif, sederhana, dan ringkas. Sebagai
wujud upaya pemenuhan hak anak, pemerintah harus segera mewujudkan Kota Layak Anak
(KLA). Kota Layak Anak merupakan istilah yang diperkenalkan pertama kali oleh Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan tahun 2005 melalui Kebijakan Kota Layak Anak. Karena
alasan untuk mengakomodasi pemerintahan kabupaten, belakangan istilah Kota Layak Anak
menjadi Kabupaten/Kota Layak Anak dan kemudian disingkat menjadi KLA.1

Dalam Kebijakan tersebut digambarkan bahwa KLA merupakan upaya pemerintahan


kabupaten/kota untuk mempercepat implementasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka
hukum ke dalam definisi,strategi, dan intervensi pembangunan seperti kebijakan, institusi, dan
program yang layak anak. Secara normatif yuridis pengembangan KLA terdapat dalam World Fit
for Children, Keputusan Presiden No 36/1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak-hak Anak,
Undang- Undang Dasar 1945 (Pasal 28b, 28c), Program Nasional Bagi Anak Indonesia 2015,
UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak, dan Permenneg PP No 2/2009 tentang Kebijakan
KLA

Tujuan Riset

Oleh karenanya, melindungi dan menjadikan mereka generasi yang tangguh merupakan
sebuah keniscayaan. Namun, kenyataan yang terjadi di Indonesia jauh dari harapan. Artinya,
bangsa Indonesia masih belumuntuk tidak mengatakan kurang-peduli terhadap perkembangan
dan masa depan anak. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya kasus eksploitasi, kekerasan, dan
tindak pidana terhadap anak.3 Setidaknya 6000 anak Indonesia saat ini berhadapan dengan
hukum. Lebih dari 5000 anak tersebut berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) anak,
sedangkan sisanya ada di Lapas-La pas Dewasa, tahanan kepolisian, maupun di tempat lainnya.4
Selain banyaknya kasus eksploitasi serta kekerasan terhadap anak, hal ini diperparah dari tahun
ke tahun, jumlah pekerja anak di Indonesia cenderung meningkat. Berdasar Data Sensus
Kesejahteraan Nasional (Susenas) tahun 2003, di Indonesia terdapat 1.502.600 anak berusia 10
hingga 14 tahun yang bekerja dan tidak bersekolah, sekitar 1.621.400 anak tidak bersekolah serta
membantu di rumah atau melakukan hal lainnya. Data Susenas juga menyebutkan insiden
pekerja anak dan ketidakhadiran di sekolah terbilang tinggi di daerah pedesaan. Di perkotaan
sekitar 90,34 persen anak-anak usia 10-14 tahun dilaporkan bersekolah, dibandingkan dengan
82,92 persen di pedesaan.

Teori

Dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan, bahwa pekerja


anak adalah anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun. Menurut data dari organisasi buruh
internasional (ILO), jumlah pekerja anak di Indonesia usia 10-14 tahun mencapai 10,4 juta
orang. Jumlah ini meningkat pada tahun 2007, menjadi 2,6 juta anak. Berdasarkan studi antara
ILO dan Universitas Indonesia pada tahun 2003, jumlah pekerja anak domestik mencapai 700
ribu, sebanyak 90 persen adalah anak perempuan.

Sedangkan angka dari Sensus Kesejahteraan Nasional , di Indonesia terdapat 1.502.600


anak berusia 10 hingga 14 tahun yang bekerja dan tidak bersekolah. Sekitar 1.621.400 anak tidak
bersekolah serta membantu di rumah atau melakukan hal lainnya. Sebanyak 4.180.000 anak usia
sekolah lanjutan pertama (13-15) atau 19 persen dari anak usia itu, tidak bersekolah.Menurut
data yang sama para pekerja anak di desa lebih banyak daripada di kota, yakni sebesar 79 persen
untuk di desa dan 21 persen di kota. Sebanyak 62 persen bekerja di sektor pertanian, 19 persen di
industri dan 19 persen di sektor jasa. Sebanyak 2,1 juta di antaranya ternyata bekerja di dalam
lingkungan buruk. Lingkungan buruk itu seperti di pertambangan atau terpapar bahan kimia
pestisida perkebunan. Tahun sebelumnya, hanya tercatat 5,5 juta pekerja anak.

Metode Penelitian

Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian Kualitatif bertujuan untuk
memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian dengan cara mendeskripsikan melalui
pernyataan-pernyaataan dengan menggunakan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2014).
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik literature review. Berbagai macam literatur
mengenai inovasi, inovasi kebijakan publik, dan pelayanan publik digunakan dalam proses
penulisan.

Studi ini menggunakan pendekatan deskriptifanalitis dengan menganalisis informasi dan


data sekunder. Berbagai jenis laporan, data, dan informasi digunakan dalam penelitian ini.
Selanjutnya, data sekunder tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik data reduksi
kemudian disajikan dalam bentuk diagram, tabel, maupun gambar. Hal ini dilakukan untuk
memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai fenomena yang diteliti. Triangulasi digunakan
untuk menggabungkan berbagai jenis temuan dalam penelitian. Triangulasi digunakan untuk
memahami suatu hal dari beberapa sudut pandang sehingga dapat meningkatkan keakuratan
(Neuman, 2013). Penggunaan literatur,data, dan informasi sekunder dikombinasikan untuk
menelaah dan menganalisis fenomena pada objek penelitian.

JURNAL 3
Konsep Umum Pelaksanaan Kebijakan Publik

Latar Belakang

Pembangunan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan


swasta berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik pada aspek materiil maupun spiritual (Afandi &
Warjio, 2015). Pembangunan perlu dikendalikan melalui suatu kebijakan yang memuat pedoman
pelaksanaan tindakan dan bahkan memuat larangan-larangan tertentu untuk menjamin proses
pembangunan dapat terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Terbitnya kebijakan publik dilandasi kebutuhan untuk penyelesaian masalah yang terjadi
di masyarakat. Kebijakan publik ditetapkan oleh para pihak (stakeholders), terutama pemerintah
yang diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Makna dari
pelaksanaan kebijakan publik merupakan suatu hubungan yang memungkinkan pencapaian
tujuan-tujuan atau sasaran sebagai hasil akhir dari kegiatan yang dilakukan pemerintah.
Kekurangan atau kesalahan kebijakan publik akan dapat diketahui setelah kebijakan publik
tersebut dilaksanakan, keberhasilan pelaksanaan kebijakan publik dapat dilihat dari dampak yang
ditimbulkan sebagai hasil evaluasi atas pelaksanaan suatu kebijakan (Rohman, 2016).

Tujuan Riset

Artikel ini bertujuan untuk membahas konsep dasar pelaksanaan kebijakan publik, untuk
kemudian dapat dijadikan acuan dalam melakukan evaluasi dan analisa atas pelaksanaan
kebijakan publik.

Teori Penelitian

Subarsono (2011) menghimpun beberapa teori yang berkenaan dengan variabel- variabel
yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan publik, diantaranya:

A. Teori Merilee S. Grindle


Pelaksanaan kebijakan publik dalam teori Merilee S. Grindle dipengaruhi oleh dua variabel
besar, yakni: isi kebijakan (content of policy); dan lingkungan implementasi (context of
implementation). Variabel tersebut mencakup: sejauhmana kepentingan kelompok sasaran
tertuang dalam isi kebijakan; jenis manfaat yang diterima oleh kelompok sasaran; sejauhmana
perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan; apakah penempatan lokasi program sudah
tepat; apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan pelaksananya secara detail; dan apakah
sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai (Subarsono, 2011).

B. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier


Teori ini menyebut ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan kebijakan publik, yaitu: karakteristik dari masalah (tractability of the problems),
karakteristik kebijakan/ Undang-Undang (ability of statute to structure implementation), dan
variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation) (Subarsono, 2011).

C. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn


Teori Meter dan Horn menyatakan paling tidak dijumpai lima variabel yang mempengaruhi
kinerja pelaksanaan kebijakan publik, yakni: standar dan sasaran kebijakan; sumberdaya;
komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas; karakteristik agen pelaksana; dan kondisi
sosial, ekonomi dan politik. (Subarsono, 2011)

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

JURNAL 4

PERAN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM MENGENTASKAN


KEMISKINAN DAN KESENJANGAN SOSIAL

Latar Belakang

Pertanyaan penelitian yang akan diteliti adalah bagaimana menetapkan perbedaan yang
jelas antara kemiskinan dan ketidaksetaraan dalam perdebatan kebijakan publik dan bagaimana
administrator publik dapat merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan yang akan
mengurangi ketidaksetaraan dunia saat ini. Kesetaraan tidak selalu dipandang sebagai persamaan
kondisi ekonomi tetapi terutama sebagai persamaan peluang untuk mencapainya. Inilah mengapa
penting untuk mengacu pada konsep keadilan sosial saat menangani ketimpangan. Artikel ini
akan meninjau dan menganalisis literatur terkini tentang kemiskinan, ketimpangan, dan keadilan
sosial dan akan menyarankan beberapa pendekatan baru untuk menghapus ketimpangan.
Meskipun inisiatif yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut harus datang dari politik,
administrator publik pada akhirnya akan menjadi orang yang memberikan rencana atau prosedur
yang pasti untuk memastikan pemenuhan inisiatif politik ini. Artikel ini akan membahas
bagaimana pembuat kebijakan publik dapat mempromosikan kesetaraan dan keadilan sosial.

Tujuan Riset

Agar masyarakat mengetahui tentang kemiskinan, ketimpangan, dan keadilan sosial dan
akan menyarankan beberapa pendekatan baru untuk menghapus ketimpangan.

Teori Penelitian

Suharto (2004) mengungkapkan pengertian kemiskinan adalah penghasilan ditambah


uang ditambah dengan manfaat non materi yang diperoleh seseorang. Secara garis besar,
kemiskinan meliputi kurangnya atau kurangnya pendidikan, kesehatan yang buruk, dan
kurangnya transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Penting untuk memahami apa artinya
ketidaksetaraan. Meski sering dikaitkan dengan kemiskinan, ada perbedaan mencolok di antara
keduanya (Svara & Brunet, 2005). Terdapat banyak literatur tentang kedua topik dengan
pembagian sederhana satu sama lain, yang sering diabaikan oleh banyak orang, termasuk politisi
dan pembuat kebijakan. Kaplinsky (2013), menjelaskan perbedaan antara dua topik ini dengan
cukup pelit dengan menyatakan "kemiskinan adalah ketika orang tidak memiliki banyak dan
ketidaksetaraan adalah ketika beberapa orang memiliki lebih dari yang lain."

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi
literatur. Artikel ini akan meninjau dan menganalisis literatur terkini tentang kemiskinan,
ketimpangan, dan keadilan sosial dan akan menyarankan beberapa pendekatan baru untuk
menghapus ketimpangan sebagai bentuk hasil penelitian.

JURNAL 5
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK
TENTANG BPJS KESEHATAN DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN
PURWOSARI KABUPATEN PASURUAN

Latar Belakang

Dalam mendukung jalannya kebijakan tentang kesehatan, di dalam implementasinya


pemerintah membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu BPJS Kesehatan
dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program jaminan
kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan program jaminan atas kecelakaan
kerja, kematian, pensiun dan hari tua. Oleh sebab itu, UU SJSN menyatakan bahwa 4 (empat)
BUMN di bidang asuransi yaitu PT Jamsostek (Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri
(Persero), dan PT Askes (Persero) akan ditransformasi menjadi BPJS. Berkaitan dengan institusi
BPJS Kesehatan, UU BPJS secara jelas menyatakan bahwa PT Askes (Persero) akan
bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan

Dengan adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tersebut diharapkan warga negara
Indonesia dapat menikmati jaminan sosial yang diberikan pemerintah. Agar seluruh masyarakat
Indonesia baik dari semua kalangan masyarakat dapat menikmati fasilitas yang disediakan
Negara. Akan tetapi pada kenyataanya timbul persepsi masyarakat mengenai program BPJS
kesehatan ini, hal tersebut dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk mendaftar menjadi
peserta BPJS. Oleh karena itu, dari beberapa paparan tersebut peneliti tertarik untuk mengambil
judul “Partisipasi Masyarakat Dalam Implementasi Kebijakan Publik Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Di Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari,
Kabupaten Pasuruan.

Tujuan Riset

Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan


mutu kesehatan dan mampu dijangkau oleh semua golongan, terutama kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Pelayanan kesehatan menjadi aspek penting yang diperhatikan oleh
pemerintah selain pendidikan dan ekonomi. Masyarakat yang sudah terdaftar sebelumnya
sebagai peserta ASKES, ASKESKIN, JAMKESMAS, JAMKESDA secara otomatis tersebut
tidak lagi membayar iuran setiap bulannya karena sudah mendapatkan Penerima Bantuan Iuran
(PBI). Dana yang diperoleh BPJS Kesehatan untuk peserta PBI diambil dari APBD Jawa
Tengah. Akan tetapi, berbeda lagi dengan peserta yang melakukan pendaftaran secara mandiri.
Mereka dikenakan premi pembayaran setiap bulannya tergantung kelas yang dipilihnya. Manfaat
yang didapat dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta JKN terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Nasional.

Teori Penelitian

Menurut UU No. 36 tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis . Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Negara dalam hal ini sebagai penyelenggara pemerintahan, wajib memperhatikan kesejahteraan
masyarakatnya, karena kesejahteraan masyarakat juga dilihat dari pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan Perpres No. 12 tahun 2013, jaminan kesehatan adalah
jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Mengacu pada
pengertian tersebut, jaminan kesehatan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sebagai penyedia
layanan public atau pelayanan sosial kepada masyarakatnya. Semua masyarakat yang telah
membayar iuran tersebut berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang telah dirancang oleh
pemerintah.

Metode Penelitian

Sugiyono (2014:9) Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan
cara studi kasus (case study). Alasan peneliti melakukan penelitian dengan metode deskriptif
dengan cara Studi Kasus (case study) adalah karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian
yang ingin diperoleh bukan menguji hipotesis tetapi berusaha mendapat gambaran nyata tentang
“Partisipasi Masyarakat Terhadap Implementasi Kebijakan Publik Tentang BPJS Kesehatan di
Kelurahan Purwosari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan”.

Anda mungkin juga menyukai