Nama :
Pipit Rizky Irianti (20214663058)
2. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah : kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi seperti ( kelainan kromosom, lingkungan, radiasi kurang sempurna dan pengaruh
luar), infeksi akut seperti (pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV),
abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan
serviks, dan retroversio uterus, kelainan plasenta (Ana Ratnawati, 2018).
Penyebab terjadinya abortus adalah : infeksi akut yaitu infeksi yang muncul dalam
waktu singkat, contoh infeksi yang dapat menyebabkan abortus antara lain cacar, rubella, dan
hepatitis. Selain infeksi akut terdapat infeksi kronis yang menyebabkan terjadinya abortus
seperti sifilis, tuberkulosis paru (TB) aktif, selain itu penyakit kronis seperti hipertensi,
anemia berat, penyakit jantung. Gangguan fisiologi seperti syok dan ketakutan serta adanya
trauma fisik termasuk dalam infeksi kronis penyebab terjadinya abortus. Penyebab dari janin
termasuk penyebab terjadinya abortus seperti adanya kelainan bawaan pada janin (sylvi
wafda, 2018)
3. Patofisiologis
Patofisiologi abortus pada awalnya terjadi karena perdarahan dalam desidua basalis,
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas. Karena dianggap benda asing uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya.
Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena vilikorialis
belum menembus desidua terlalu dalam. Pada kehamilan 8-14 minggu, vilikorialis telah
masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal atau melekat
pada uterus. Hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium menyebabkan terjadinya perdarahan.
Ketika plasenta, seluruh atau sebagian tertinggal di dalam uterus, akan menimbulkan
perdarahan yang terjadi seketika ataupun kemudian. Abortus biasanya disertai oleh
perdarahan kedalam desidua basalis dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Hasil
konsepsi terlepas, hal ini memicu kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulasi. Apabila
kantung dibuka biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh
cairan, atau mungkin tidak tampak janin didalam kantung dan disebut blighted ovum (Farid
Husin, 2013)
4. Manifestasi Klinis
Adanya dugaan klien hamil mengalami abortus jika mengalami perdarahan segar per
vagina, rasa nyeri perut bagian bawah dan kemungkinan keluar massa hasil konsepsi. Apabila
perdarahan banyak maka dapat menyebabkan rasa lemas (Ana Ratnawati, 2018)
Tanda-tanda umum terjadinya abortus antara lain seperti adanya kontraksi pada
uterus, terjadi perdarahan, terjadi dilatasi (pelebaran) pada serviks, serta ditemukan sebagian
atau seluruh hasil konsepsi (Sylvi Wafda, 2018)
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa
mulas dan keluhan nyeri perut bagian bawah, merasa takut dan khawatir akan kehilangan
janin (Mitayani, 2011)
5. Klasifikasi
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor ilmiah.
Abortus terbagi lagi menjadi:
a) Abortus kompleks (keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong
b) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan
plasenta
c) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah abortus yang
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang
teraba
d) Abortus iminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat
dan akan terjadi
e) Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih
f) Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih
g) Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaan darah atau
peritoneum
b. Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a) Abortus medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim
dokter ahli
b) Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis
6. Penatalaksanaan
Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan cairan
infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi perdarahan yang
hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar
jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus
dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan
kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum
ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan
kanula dari plastik. Pasca tindakan disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan
kontraksi uterus (Prawirohardjo, 2006)
7. WOC
Kelainan Kelainan
Kelainan
Pertumbuhan Infeksi Akut traktus
Plasenta
hasil Konsepsi genetalis
Oksigenasi
Toksin,
Plasenta
bakterivirus
Terganggu
Mulas
Perdarahan
Tindakan kuretase
Nyeri akut
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari abortus inkompletus menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari
luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu hosterektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan
untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-
tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik)
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-3
hari setelah abortus
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
(Arif Mansjoer, 2001)
10. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Yang terdiri dari :
a) Identitas klien
b) Keluhan utama: sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak
c) Riwayat kesehatan, terdiri dari :
Kesehatan sekarang
d) Riwayat pembedahan
e) Riwayat penyakit yang pernah dialami
f) Riwayat kesehatan keluarga
g) Riwayat kesehatan reproduksi : tanyakan usia menarche, siklus haid, lama
haid, keluhan saat haid dan HPHT
h) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas: kaji tentang riwayat kehamilan lalu
dan saat ini. Tanyakan riwayat ANC, keluhan saat hamil
i) Riwayat seksual: kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluhan yang menyertainya
j) Riwayat pemakaian obat: kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k) Pola aktivitas sehari-hari: kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan
saat sakit
b. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain: mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik dan seterusnya
b) Palpasi
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, drajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
c. Pemeriksaan psikososial
a) Respon dan persepsi keluarga
b) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
d. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Resiko ketidaksimbangan cairan b.d trauma/perdarahan
3. Berduka b.d kehilangan d.d merasa sedih
11. Intervensi dan Rasional
Kolaborasi 2. Untuk
meningkatkan
1. Kolaborasi gizi dalam tubuh
pemberian obat
pengontrol 3. Agar bisa segera
perdarahan, jika diatasi jika
perlu
terjadi
perdarahan
Kolaborasi
1. Untuk
mengontrol
perdarahan, jika
perlu
Kolaborasi
Ajak untuk
konseling, jika
perlu
DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Nurarif. A.H dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediaAction
Wiknjosastro, Hanifa dalam Srwono. 2013. Ilmu kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Sulistyawati, A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta