Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

Nama :
Pipit Rizky Irianti (20214663058)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Menurut WHO dan VIGO dikatakan abortus jika
usia kehamilan kurang dari 20-22 minggu. Abortus selama kehamilan terjadi 15-20% dengan
80% diantaranya terjadi pada trimester pertama (≤13 minggu) dan sangat sedikit terjadi pada
trimester kedua (Salim dalam Jurcovic, 2011)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu). Pada
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan dengan berat badan janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, dalam asuhan
kompleks maternal&neonatal, 2018)

2. Etiologi
Etiologi yang menyebabkan terjadinya abortus adalah : kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi seperti ( kelainan kromosom, lingkungan, radiasi kurang sempurna dan pengaruh
luar), infeksi akut seperti (pneumonia, pielitis, demam tifoid, toksoplasmosis, dan HIV),
abnormalitas traktur genitalis, serviks inkompeten, dilatasi serviks berlebihan, robekan
serviks, dan retroversio uterus, kelainan plasenta (Ana Ratnawati, 2018).
Penyebab terjadinya abortus adalah : infeksi akut yaitu infeksi yang muncul dalam
waktu singkat, contoh infeksi yang dapat menyebabkan abortus antara lain cacar, rubella, dan
hepatitis. Selain infeksi akut terdapat infeksi kronis yang menyebabkan terjadinya abortus
seperti sifilis, tuberkulosis paru (TB) aktif, selain itu penyakit kronis seperti hipertensi,
anemia berat, penyakit jantung. Gangguan fisiologi seperti syok dan ketakutan serta adanya
trauma fisik termasuk dalam infeksi kronis penyebab terjadinya abortus. Penyebab dari janin
termasuk penyebab terjadinya abortus seperti adanya kelainan bawaan pada janin (sylvi
wafda, 2018)

3. Patofisiologis
Patofisiologi abortus pada awalnya terjadi karena perdarahan dalam desidua basalis,
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas. Karena dianggap benda asing uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya.
Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena vilikorialis
belum menembus desidua terlalu dalam. Pada kehamilan 8-14 minggu, vilikorialis telah
masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal atau melekat
pada uterus. Hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi
miometrium menyebabkan terjadinya perdarahan.
Ketika plasenta, seluruh atau sebagian tertinggal di dalam uterus, akan menimbulkan
perdarahan yang terjadi seketika ataupun kemudian. Abortus biasanya disertai oleh
perdarahan kedalam desidua basalis dan nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Hasil
konsepsi terlepas, hal ini memicu kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulasi. Apabila
kantung dibuka biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh
cairan, atau mungkin tidak tampak janin didalam kantung dan disebut blighted ovum (Farid
Husin, 2013)

4. Manifestasi Klinis
Adanya dugaan klien hamil mengalami abortus jika mengalami perdarahan segar per
vagina, rasa nyeri perut bagian bawah dan kemungkinan keluar massa hasil konsepsi. Apabila
perdarahan banyak maka dapat menyebabkan rasa lemas (Ana Ratnawati, 2018)
Tanda-tanda umum terjadinya abortus antara lain seperti adanya kontraksi pada
uterus, terjadi perdarahan, terjadi dilatasi (pelebaran) pada serviks, serta ditemukan sebagian
atau seluruh hasil konsepsi (Sylvi Wafda, 2018)
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering terdapat rasa
mulas dan keluhan nyeri perut bagian bawah, merasa takut dan khawatir akan kehilangan
janin (Mitayani, 2011)

5. Klasifikasi
Menurut Mochtar Rustam abortus dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanisme
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor ilmiah.
Abortus terbagi lagi menjadi:
a) Abortus kompleks (keguguran lengkap) adalah seluruh hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga rongga rahim kosong
b) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari
hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua dan
plasenta
c) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah abortus yang
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang
teraba
d) Abortus iminens (keguguran membakat) adalah keguguran membakat
dan akan terjadi
e) Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih
f) Abortus habitualis adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih
g) Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinnya kedalam peredaan darah atau
peritoneum
b. Abortus provokatus
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a) Abortus medisinalis
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim
dokter ahli
b) Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis

6. Penatalaksanaan
Apabila abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, segera diberikan cairan
infus NaCl atau cairan Ringer yang disusul dengan transfusi. Bila terjadi perdarahan yang
hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar
jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus
dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan
kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati sesuai dengan keadaan umum
ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan
kanula dari plastik. Pasca tindakan disuntikkan ergometrim (IM) untuk mempertahankan
kontraksi uterus (Prawirohardjo, 2006)
7. WOC

Kelainan Kelainan
Kelainan
Pertumbuhan Infeksi Akut traktus
Plasenta
hasil Konsepsi genetalis

Oksigenasi
Toksin,
Plasenta
bakterivirus
Terganggu

Perdarahan dalam desidua basalis

Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Villi korialis menembus lebih dalam Villi korialis belum menembus


(8-14 minggu) desidua (≤8 minggu)

Lepas sebagian Lepas seluruhnya

Mulas

Perdarahan

Tindakan kuretase

Resiko ketidakseimbangan Cairan

Nyeri akut
8. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari abortus inkompletus menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari
luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu hosterektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan
untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-
tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik)

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes kehamilan akan menunjukkan hasil positif bila janin masih hidup bahkan 2-3
hari setelah abortus
b. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
(Arif Mansjoer, 2001)
10. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Yang terdiri dari :
a) Identitas klien
b) Keluhan utama: sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak
c) Riwayat kesehatan, terdiri dari :

 Kesehatan sekarang

 Kesehatan masa lalu

d) Riwayat pembedahan
e) Riwayat penyakit yang pernah dialami
f) Riwayat kesehatan keluarga
g) Riwayat kesehatan reproduksi : tanyakan usia menarche, siklus haid, lama
haid, keluhan saat haid dan HPHT
h) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas: kaji tentang riwayat kehamilan lalu
dan saat ini. Tanyakan riwayat ANC, keluhan saat hamil
i) Riwayat seksual: kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluhan yang menyertainya
j) Riwayat pemakaian obat: kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k) Pola aktivitas sehari-hari: kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan
saat sakit

b. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain: mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik dan seterusnya
b) Palpasi
Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, drajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,


memperhatikan posis janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor

 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon


nyeri yang abnormal
c) Perkusi
Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi
d) Auskultasi
Mendengarkan diruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin (Johnson &
Taylor, 2005)

c. Pemeriksaan psikososial
a) Respon dan persepsi keluarga
b) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

d. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
2. Resiko ketidaksimbangan cairan b.d trauma/perdarahan
3. Berduka b.d kehilangan d.d merasa sedih
11. Intervensi dan Rasional

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o.
1. Nyeri akut b.d Setelah Observasi Observasi
agen dilakukan
pencedera tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk
fisik keperawatan lokasi, mengetahui
2x24 jam, karakteristik lokasi,
diharapkan: durasi, frekuensi, karakteristik,
kualitas, durasi, frekuensi,
 Keluh
an intensitas nyeri kualitas dan
nyeri intensitas nyeri
2. Identifikasi skala
menur
un nyeri 2. Untuk
mengetahui
 Freku 3. Identifikasi
ensi berapa skala
faktor yang
nadi memperberat nyeri
memb dan
aik 3. Untuk
memperingan mengetahui
nyeri faktor yang
Terapeutik memperberat
dan
1. Berikan teknik memperingan
nonfarmakologis nyeri
untuk
mengurangi rasa Terapeutik
nyeri 1. Untuk
2. Fasilitasi mengurangi rasa
nyeri secara
istirahat dan
tidur mandiri

2. Agar klien bisa


3. Pertimbangkan
jenis dan sumber rileks dan tidak
merasakan nyeri
nyeri dalam
pemilihan 3. Agar mengetahui
strategi strategi apa
meredakan nyeri untuk meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan Edukasi
penyebab,
periode, dan 1. Untuk
pemicu nyeri mengetahui
penyebab,
2. Jelaskan strategi periode dan
meredakan nyeri pemicu nyeri

3. Ajarkan teknik 2. Untuk


nonfarmakologis mengetahui
untuk strategi
mengurangi rasa meredakan nyeri
nyeri
3. Agar bisa
Kolaborasi mengurangi rasa
nyeri secara
1. Kolaborasi mandiri
pemberian
analgetik, jika Kolaborasi
perlu
1. Berikan obat
untuk
mengurangi rasa
nyeri, jika perlu

2. Resiko Setelah Observasi Observasi


ketidaksimban dilakukan
gan cairan b.d tindakan 1. Monitor tanda 1. Untuk
trauma/perdar keperawatan dan gejala
mengetahui
ahan 2x24 jam, perdarahan
tanda dan gejala
diharapkan: 2. Monitor nilai perdarahan
hematokrit/hemo
 Turgor
globin sebelum 2. Untuk
kulit
dan setelah mengetahui nilai
memba
kehilangan darah hematokrit/hemo
ik
3. Monitor tanda- globin sebelum
 Asupa
tanda vital dan setelah
n
ortostatik kehilangan darah
cairan
mening
3. Untuk
kat
Terapeutik mengetahui
1. Pertahankan bed tanda-tanda vital
rest selama ortostatik
perdarahan
Terapeutik
2. Batasi tindakan
invasif, jika 1. Agar tidak
perlu terjadi
Edukasi perdarahan
1. Jelaskan tanda kembali
dan gejala
2. Untuk
perdarahan
membatasi
2. Anjurkan tindakan invasif,
meningkatkan jika perlu
asupan makanan
dan vitamin K Edukasi
3. Anjurkan segera
1. Untuk
melapor jika
terjadi mengetahui
perdarahan tanda dan gejala
perdarahan

Kolaborasi 2. Untuk
meningkatkan
1. Kolaborasi gizi dalam tubuh
pemberian obat
pengontrol 3. Agar bisa segera
perdarahan, jika diatasi jika
perlu
terjadi
perdarahan

Kolaborasi

1. Untuk
mengontrol
perdarahan, jika
perlu

3. Berduka b.d Setelah Observasi Observasi


kehilangan d.d dilakukan
merasa sedih tindakan  Identifikasi  Untuk
keperawatan fungsi marah,
mengetahui
2x24 jam, frustasi, dan
amuk bagi fungsi marah,
diharapkan : frustasi, dan
pasien
 Verbali  Identifikasi hal amuk bagi
sasi yang telah pasien
meneri memicu emosi  Untuk
ma mengetahui hal
kehilan Terapeutik
yang telah
gan  Fasilitasi
mening memicu emosi
mengungkapkan
kat perasaan cemas, Terapeutik
 Verbali marah, atau
sasi sedih  Agar klien bisa
perasaa  Buat pernyataan mengungkapkan
n sedih suportif atau perasaannya
menur empati selama yang sedang
un fase berduka cemas, marah
 Menan  Lakukan atau sedih
gis sentuhan untuk
menur memberikan  Mensupport
un dukungan klien dan
berempati
Edukasi
selama fase
 Anjurkan berduka
mengungkapkan  Agar klien
perasaan yang merasa diberi
dialami
dukungan lewat
Kolaborasi sentuhan itu
 Rujuk untuk Edukasi
konseling, jika
perlu  Agar perasaan
klien plong
karena telah
mengungkapkan
perasaannya

Kolaborasi

 Ajak untuk
konseling, jika
perlu

12. Impelementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat, serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
lain. Disisi lain, tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya (Ana Rahmawati, 2018)

13. Evaluasi keperawatan


Evaluasi keperawatan merupakan penilaian keseimbangan ibu hasil implementasi
keperawatan dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai (Ana
Rahmawati, 2018)
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:

DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI
Nurarif. A.H dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediaAction
Wiknjosastro, Hanifa dalam Srwono. 2013. Ilmu kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Sulistyawati, A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai