Mohd. Khairul Nizam ABSTRAK Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) merupakan sebuah program baru yang dikelola oleh DITPSMK yang bekerjasama dengan SEAMEO. Program ini menjadi salah satu solusi dari tingginya angka pengangguran lulusan SMK di Indonesia. Pada awal tahun 2018 program ini mulai diimplemetasikan di SMK yang kemudian dijadikan wadah bagi siswa untuk melatih skill berwirausahanya. Dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pembinaan siswa SMK yang lebih berkualitas dan mampu menghadapi tantangan masa kini dan masa depan. Dibutuhkan sebuah kecakapan dan ketrampilan yang relevan yaitu kurikulum abad 21, yang meliputi siswa mampu berkomunikasi dan berkolaborasi, berfikir kritis dan memecahkan permasalahan, serta kreatif dan inovatif. Pada program kewirausahaan melalui kelas model Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW) siswa SMK diharapkan tidak hanya cakap dalam bidang keahlian tetapi juga mampu mengomunikasikan hasil produk dan jasa kepada pengguna atau pasar dengan terus menyesuaikan perubahan teknologi digital. Bagi kebanyakkan orang, pemahaman serta orientasi utama memasukkan anak ke sebuah sekolah untuk mendapatkan pekerjaan. Semua upaya dilakukan agar anak-anak mereka masuk sekolah yang diidamkan. Namun, tak sedikit yang pada akhirnya keinginan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut tak kunjung terwujud karena ketetnya persaingan di dunia kerja. Dengan kenyataan tersebut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak menjadi tujuan mutlak. Namun sebaliknya, meski masih menimba ilmu di SMK tetapi anak didik diupayakan sudah mampu menciptakan dunia usahanya sendiri dan memberikan peluang kerja bagi yang lain. Diantaranya, dengan terus berupaya mengembangkan skil kewirausahaan di kalangan siswa SMK. Dengan program ini, para kepala sekolah ditantang untuk melahirkan lebih banyak wirausaha muda dari SMK. Mochamad Widiyanto adalah kepala Subdirektorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK. Dalam kegiatan bimbingan teknis bantuan pengembangan pembelajaran kewirausahaan yang di helat di Bandung, dia mengungkapkan Kemendikbud telah mengadakan beberapa tahap “program Sekolah Pencetak Wirausaha (SPW). Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan konsep BMW, yaitu: Bekerja, Melanjutkan studi, Wirausaha,” ujarnya, di Bandung beberapa waktu lalu. Mengacu pada peta jalan Revitalisasi SMK, SPW merupakan bagian dari upaya pemerintah mencapai target Revitalisasi SMK. Kemendikbudingin mencetak siswa dengan ‘kartu biru’, baik dari untuk diri sendiri atau orang lain. Pendidikan kewirausahaan ini juga sejalan dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Salah saatu nilai karakter utama yang ingin dicapai melalui program SPW ini adalah kemandirian. Bila sudah mampu berdiri di atas kaki sendiri tentu taka da cerita pengangguran disumbang paling banyak oleh lulusan SMK. Praktek baik justru dapat di salurkan ke siswa atau sekolah lainnya. Misalnya saja seperti yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Muntilan, Kabupaten Mgelang. Tak lagi garus menunggu lulus, tapi mereka yang bahkan masih berstatus pelajar pun sudah bisa bekerja menghasilkan tambahan pendapatan. Tak hanya itu, berdasarkan laporan omset yang diberikan kepada SEAMOE (The Southest Asian Ministers of Education Organization) yang bisa dilihat melalui website kwu.seameolec.org, SMK Muhammadiyah 2 Muntilan ternyata merupakan peraih pertama kelas kewirausahaan tingkat nasional. Kelas kewirausahaan memang jadi salah satu program unggulan si SMK Muhammadiyah 2 Muntilan dan satu-satunya sekolah (se-kabupaten magelang) yang membuka program tersebut. Dalam penerapannya, program ini dinilai cukup berhasil. Pembuktian program ini dirasakan oleh Riski, salah satu siswa kelas XII jurusan TKJ SMK Muhammadiyah 2 Muntilan dengan omset Rp 155.000.000 dan laba Rp 25.100.000 telah memiliki usaha warung angkringan dan penjualan VCD sejak September 2018-2019. Selain Riski, siswa SMK Muhammadiyah 2 Muntilan yang masuk 5 besar se-Indonesia ialah Lurina Nur S dengan omset Rp 122.000.000 dan Adelia Nur S dengan omset Rp 28.300.000. “Program kewirausahaan akan terus dijalankan dan akan membuka kelas setiap tahunnya bagi siswa baru. Harapannya, Ketika siswa sudah lulus bisa bisa mandiri dan sukses berwirausaha”. Ujarnya, kelas kewirausahaan yang berlangsung hampir 2 tahun ini, berhasil membina dan mencetak wirausahawan muda di SMK Muhammadiyah 2 Muntilan. Pada 2018, siswi Lurina Nur S berhasil meraih penghargaan omset tertinggi di sekolah dari Kementerian Pendidikan RI. “Siswa tidak hanya belajar materi di kelas, tetapi diajarkan pula berwirausaha. Kelas kewirausahaan dibuka karena visi sekolah kami menjadi SMK yang berkarakter Islami, unggul, dan berjiwa Entrepreneur”, terang Untung Spriyadi, kepala SMK Muhammadiyah 2 Muntilan. Sejalan dengan upaya menghadapi era industry 4.0, program SPW disetting sebagai model pembelajaran yang dapat merangsang kreativitas melalui praktik usaha. Para siswa dikebalkan kepada pratek wirausaha secara daring atau online. Selain relative lebih murah, model seperti ini dinilai lebih mudah dan familiar di kalangan generasi milenial.