Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Leukemia

“untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan anak”

Dosen Mata Kuliah: Hj.Winani,S.Kep.,Ners,.M.kep

Hari/tanggal: Kamis,16-09-2021

Kelas: D3kp2b

Di Susun Oleh:

DELA AGUSTIANI (2006037)

Program Studi DIII Keperawatan

Politeknik Negeri Indramayu

Jl.Lohbener lama no.08, Legok, Kec.Lohbener, Jawa Barat 45252


TELEPON: (0234)5746464

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas dengan judul yaitu “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Leukemia”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua
dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga
semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih
baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari tugas ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar
tugas ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Penulis
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi /Pengertian penyakit

Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang yang
di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia dkk, 2012).
Leukemia adalah kanker sel darah putih atau leukosit. Kanker ini menyerang sumsum
tulang karena disanalah leukosit diproduksi. Akibat kanker ini, maka sumsum tulang
didominasi oleh sel-sel kanker tersebut, akibatnya fungsi sumsum tulang terganggu.
Sumsum tulang terletak di rongga tulang yang berfungsi sebagai tempat produksi
komponen-komponen darah, seperti sel darah merah, trombosit dan sel darah putih.
Penyakit leukemia menyebabkan fungsi sumsum tulang terganggu, sehingga seluruh
kegiatan produksi darah (hematopoesis), yaitu : pembetukan sel darah merah
(eritropoesis), pembentukan sel limfosit (limfopoesis), pembentukan trombosit
(trombopoesis) dan granulopoesis mengalami gangguan. Anak yang menderita sakit ini
akan mengalami anemia, mudah mengalami perdarahan dan mudah terkena
infeksi.Leukemia Limfositik Akut (LLA) merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali dan kegagalan organ. LLA sering ditemukan pada anak-
anak (82%) dari pada umur dewasa (18%). Tanpa pengobatan sebagian anak-anak hidup
2-3 bulan setelah terdiagnosa diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang
(NANDA,2015). Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos λευκός, "putih"; aima αίμα,
"darah"), atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi
kanker (istilah medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di
sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih).
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang.
Biasanya ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-sel
abnormal dalam darah tepi (sel blast) secara berlebihan dan menyebabkan terdesaknya sel
darah yang normal yang mengakibatkan fungsinya terganggu. Leukemia dibagi atas :

- akut : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), Leukemia NonLimfoblastik Akut (LNLA)


atau Leukemia Mieloblastik Akut (LMA)

- kronis : Leukemia Mielositik Kronik (LMK)


Leukemia merupakan jenis kanker yang paling sering pada anak dengan insiden 31,5%
dari semua kanker pada anak di bawah usia 15 tahun di Negara industry dan sebanyak
15,7% di Negara berkembang, tipe leukemia yang paling sering pada anak-anak adalah
Leukemia Limfositik Akut (LLA), yang terjadi sekitar 80% dari kasus leukemia dan
diikuti hamper 20% dari Leukimia Mieloid Akut (LMA) (WHO,2009).

2. Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi
terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia,
yaitu : (Sibuea,2009)
1) Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
2) Radiasi
3) Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet
hylstilbestrol
4) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5) Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia
biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran
radiasi dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakain
obat anti kanker, meningalkan resoko terjadinya leukemia. Orang
yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya down sindrom
dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia
3. Patofisiologi/Pathway penyakit
Leukemia adalah jenis ganguan pada sistem hematopoietic yang total dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar
sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalm sumsum
tulang, limposit disalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar. Proliferasi dari
satu jenis sel sering menggangu produksi normal sel hematopoetik
lainnya dan mengarah ke pengembangan/pembelahan sel yang cepat
dank e sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih
mengakibatkan menurunnya immunocompetence dengan meningkatnya
kemungkinan terjaddi infeksi (Long,1996).
Virus genetik sinar radioaktif

(Enzyme Retrovirus Transcriptase)

Kelainan kromosom 21 Perubahan ionisasi sumsum tulang


belakang

Invasi ke sumsum tulang (Syndroma dowa)

Leukemia limfosit akut

kemotrapi Poliferasi sel darah putih immatur

asam lambung hcl imunosupresi sumsum tulang


Hematopiosis,Entrosit,Neu
mual dan muntah (anoreksia) trofil dan trombosit

Gangguan rasa
Resiko nyaman nyeri Neutrop
ganggua enia
n nutrisi
Trombositop
enia
Pertahanan
Entropenia imunitas

Pendarahan

Hemoglobin
Risiko infeksi

Risiko
Sirkulasi O hipovolemia
darah kurang
sehingga
kelelahan

Intoleransi
aktivitas
4. Manifestasi klinik
Akibat adanya gangguan sistem pembentukan darah, maka dapat muncul
bermacam – macam gejala, seperti :

1. Pucat (anemia)

Pucat pada anak disebabkan oleh kurangnya sel darah merah. Gejala ini
dapat diwaspadai oleh orangtua dengan melihat apakah bibir anak pucat
atau tidak.

2. Perdarahan

Perdarahan pada anak dapat berupa lebam di kulit, mimisan ataupun


berupa bercak merah sebagai tanda adanya perdarahan. Perdarahan ini
disebabkan oleh trombositopenia atau trombosit kurang dari jumlah
normal (<150.000/µL). Semakin rendah trombosit msemakin tinggi
risiko perdarahan.

3. Mudah terinfeksi

Sel leukosit yang diproduksi sumsum tulang bukanlah leukosit yang


normal, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini
menyebabkan anak mudah terinfeksi kuman maupun virus.

4. Demam

Sel kanker dapat menyebabkan demam karena ada pelepasan zat-zat


peradangan (sitokin inflamasi) sehingga menyebabkan demam. Selain
itu, demam juga sering disebabkan karena adanya infeksi akibat
kekebalan yang menurun.

5. Nyeri tulang/sendi
Nyeri yang dirasakan pada anak merupakan manifestasi dari adanya
infiltrasi (penyebaran) sel-sel kanker yang masuk kedalam permukaan
tulang maupun sendi. Selain nyeri, leukemia pada anak juga
menyebabkan bengkak di daerah persendian. Nyeri tulang pada anak.
Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat berdiri dan berjalan, tiba-
tiba tidak mau melakukannya lagi, anak lebih nyaman untuk digendong.

6. Pembesaran organ (organomegali)

Pembesaran organ atau organomegali disebabkan oleh sel kanker yang


menyebar ke hati, limfa, kelenjar getah bening ataupun organ lain.
Pembesaran ini sering ditemukan secara tidak sengaja ketika dokter
sedang melakukan pemeriksaan fisik.

7. Kloroma

Kloroma adalah salah satu tanda khas dari leukemia yang berupa bercak
kehitaman pada kulit. Gejala ini merupakan salah satu tanda adanya
infiltasi sel kanker ke dermis, subdermis atau epidermis pada kulit.

8. Hiperleukositosis

Pada keadaan tertentu anak dapat mengalami kenaikan jumlah sel


leukosit yang sangat tinggi, yaitu lebih dari 100.000/µL.
Hiperleukositosis ini dapat menyebabkan komplikasi atau penyakit
penyerta berupa kejang, sesak, perdarahan pada paru, otak maupun
ginjal. Anak – anak yang memiliki gejala di atas, perlu segera diperiksa
oleh dokter spesialis anak untuk pemeriksaan dan konfirmasi diagnosis
lebih lanjut.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat pada darah tepi
berdasarkan pada kelainan sumsum tulang berupa adanya
pansitopenia, limfositosis yang kadang – kadang menyebabkan
gambaran tepi monoton dan terdapat sel blas. Terdapat sel blas
dalam darah tepi merupakan gejala patognomik untuk leukemia.
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoietik patologis
sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
Anak dengan sel darah putih lebih dari 50.000/mmγ
adalah tanda
prognosis kurang baik. Kadar hematokrit dan hemoglobin rendah
mengindikasikan anemia. Trombosit rendah mengindikasikan
potensial perdarahan.

b. Aspirasi sumsum tulang (BMP), hiperseluler terutama banyak


terdapat sel muda

c. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit
normal, RES, granulosit.

d. Cairan serebrospinalis atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS)


Bila terdapat jumlah patologis dan protein, berarti suatu leukemia
meningeal. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat (MTX)
secara intratekal secara rutin pada setiap pasien yang menunjukkan
gejala tekanan intrakranial meninggi.

6. Penatalaksanaan Medis
1) Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan
masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda –
tanda DIC dapat diberikan heparin (Ngastiyah, 2012).
2) Terapi leukemia meliputi pemakaian agens kemoterapeutik,
tujuannya untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel
kanker, kemoterapi dapat membunuh sel kanker yang telah lepas dari
sel kanker induk atau bermetastase melalui darah dan limfe ke bagian
tubuh lain.
3) Terapi radiasi Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan
menggunakan sinar – sinar bertenaga tinggi untuk membunuh sel –
sel leukemia.pada terapiini, radiasi diarahkan pada limpa, otak, atau
bagian – bagian dari tubuh yang menjadi tempat berkumpulnya sel –
sel leukemia. Radiasi ini biasanya diberikan sebelum transplantasi
sumsum tulang. Ketika pasien menerima terapi radiasi umumnya
kulit menjadi kemerahan, kering, dan peka pada area yang dirawat
(Maharani, 2009).
4) Transplantasi sumsum tulang Transplantasi sumsum tulang sudah
dilakukan untuk penanganan anak – anak yang menderita ALL dan
AML dengan hasil yang baik. Mengingat prognosis ank-anak yang
menderita AML lebih buruk, transplantasi sumsum tulang alogenik
bisa dipertimbangkan selama remisi pertama. Transplantasi sumsum
tulang alogenik meliputi tindakan memperoleh sumsum tulang dari
donor anggota keluarga yang histokompatibel dan cocok (Wong,
2008). Meskipun terapi yang agresif pada kanker dimasa kanak –
kanak telah menghasilkan perbaikan yang dramatis pada angka
keberhasilan hidup, namun terdapat peningkatan kekhawatiran
mengenai efek lanjutnya. Efek lanjut yang paling menghancurkan
adalah terjadinya kelainan keganasan sekunder. Anak – anak yang
mendapatkan iradiasi kranial pada usia 5 tahun atau kurang
merupakan kelompok yang paling rentan terkena tumor otak (Wong,
2008).

7. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak segera
dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah:

 Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru-paru.


 Tubuh rentan terhadap infeksi.
 Risiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma.
Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang
dilakukan. Berikut ini beberapa komplikasi akibat pengobatan leukemia:

 Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi


sumsum tulang.
 Anemia hemolitik.
 Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor).
 Gangguan fungsi ginjal.
 Infertilitas.
Sel kanker muncul kembali setelah penderita menjalani pengobatan.
Anak-anak penderita leukemia juga berisiko mengalami komplikasi
akibat pengobatan yang dilakukan. Jenis komplikasi yang dapat terjadi
meliputi gangguan sistem saraf pusat, gangguan tumbuh kembang, dan
katarak.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian
a) Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis
kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa,
nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua.
Biasanya leukemia banyak diderita oleh anak yang berusia 2
sampai 5 tahun, diamana penderita laki – laki lebih banyak
dibandingkan penderita perempuan.
b) Keluhan utama
 Riwayat Kesehatan sekarang Biasanya orang tua anak
mengeluhkan anak demam, nafas sesak, anak tampak bernafas
cepat, terdapat petekie pada tubuh anak, anak tampak letih. Anak
meneguluh nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari,
penurunan selera makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak
badan.
 Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan dahulu juga
mencakup riwayat kesehatan keluarga yaitu keluarga juga
mengalami leukemia.
 Riwayat kehamilan dan kelahiran Riwayat kesehatan ibu saat
hamil adanya pemaparan sinarX saat hamil muda, riwayat
keluarga dengan Sindrom down karena kelainan kromosom salah
satu penyebab terjadinya leukemia.
 Riwayat pertumbuhan Biasanya anak cenderung mengalami
keterlambatan pertumbuhan karena keletihan, nyeri pada
ekstremitas, anak mudah terserang infeksi.
 Riwayat psikososial dan perkembangan Kelainan juga dapat
membuat anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini disebabkan karena aktivitas bermain anak
dibatasi.
c) Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum Kesadaran composmentis sampai koma
Tekanan darah hipotensi Nadi takikardi Suhu tubuh
tinggi Pernapasan takipnea sesak napas
 Kepala-leher Pada umumnya tidak ada kelainan pada
kepala, kadang ditemukan pembesaran Kelenjer getah
bening.
 Mata Biasanya pada pasien dengan leukemia
konjungtiva anemis, perdarahan retina.
 Hidung Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
 Mulut Biasanya pada wajah klien leukemiasering terjadi
perdarahan pada gusi
 Thorax Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi
pleura.
 Abdomen Biasanya pasien mengalami hepatomegali,
spenomegali, limfadenopati, nyeri abdomen
 Kulit Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie
pada tubuh akibat perdarahan.
 Ekstremitas Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri
terutama pada persendian apabila digerakkan
d) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah Didapatkan Hb dan eritrosit menurun,
leukosit rendah, trombosit rendah.
2) Pemeriksaan sumsum tulang Hasil pemeriksaan hampir selalu
penuh dengan blastosit abnormal dan sistem hemopoitik normal
terdesak. Aspirasi sumsum tulang (BMP) didapatkan
hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
3) Lumbal punksi Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat
terinfiltrasi
4) Biopsi limpa Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit
normal, RES, granulosit (Wijaya & putri, 2013)

2. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1 Ds; keluarga pasien Genetik Risiko infeksi
mengatakan pasien berhubungan
sering demam naik Kelainan kromosom 21 dengan
turun. imunosupresi
Ds; pasien demam
Leukemia limfosit akut
dengan suhu 38,3°C,
jumlah leukosit 27,92
Proliferasi sel darah putih immature
g/dl,

Hematoposis,Entrosit,Neutrofil,trombosit
Neutropenia

Pertahanan imunitas

Risiko infeksi

2 Ds; Genetik Ketidakseimbangan


-Mengeluh badan nutrisi kurang dari
panas
-Mual muntah Kelainan kromosom 21 kebutuhan tubuh
-Tidak nafsu makan berhubugan dengan
Do;
kurang asupan
-Klien tampak lemas Leukemia limfosit akut
-klien tampak pucat makanan

Proliferasi sel darah putih immature

Kemotrapi

Asam lambung naik

Mual muntah
Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubugan dengan kurang
asupan makanan

3 Ds; Ibu mengatakan Genetik Kekurangan


anaknya bercakcair volume cairan
tanpa ampas lebih
dari 10xdan muntah Kelainan kromosom 21 berhubungan
6x jika diberi dengan kehilangan
makanatau minum
cairan aktif
disertai dengan Leukemia limfosit akut
perutkembung.- Ibu
klien mengatakan
klen BAKdirumah 3– Proliferasi sel darah putih immature
5x/hari

DO : Hematoposis,Entrosit,Neutrofil,trombosit
- TD : 100/60 mmHg
Neutropenia
- N : 100x/mnt
- S : 37,30 C
- RR : 24x/menit Trombositopenia
- TB : 101 cm
- BB : 20kg
- Intake oral di RS: Pendarahan
500–600cc

Kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan aktif.

4 Ds; Genetik Intoleransi aktivitas


- ibu mengatakan berhubungan
anaknya selalu lelah
Kelainan kromosom 21 dengan kelelahan
Do;
-klien hanya tampak
Leukemia limfosit akut
berbaring di tempat
tidur
-klien tampak lemah
Proliferasi sel darah putih immature

Hematoposis,Entrosit,Neutrofil,trombosit
Neutropenia

Entropenia

Hemoglobin

Sirkulasi O2 dalam darah menurun

Kelelahan

Intoleransi aktivitas

5 Ds; Genetik Gangguan rasa


-Klien mengatakan nyaman
nyeridirasakan pada berhubungan
bagian peruttembus Kelainan kromosom 21 dengan
ke belakang imunosupresi
sumsum tulang
DO :
-Ekspresi wajah Leukemia limfosit akut
tampak meringis
-Klien selalu
merintihGelisah Proliferasi sel darah putih immature
-Tanda-tanda vitalTD
: 120/90 mmHg
-N : 100x/menit
-P : 26x/menit
Imunosupresi sumsum tulang
-S : 36,5 C
Gangguan rasa nyaman

3. Diagnosis keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubugan dengan kurang asupan makanan
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan imunosupresi
sumsum tulang
5) Risiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Rencana Keperawatan

No. Tujuan dan Kriteria Rencana Rasional


Dx Hasil
Setelah diberikan asuhan -Mengetahui
1 keperawatan selama 3x24 -Kaji pemenuhan nutrisikekurangan nutrisi
jam diharapkan kebutuhan klien klien
nutrisiklien terpenuhi -Kaji penurunan nafsu -Agar dapat
secara adekuat dengan makan klien dilakukan intervensi
kriteria hasil : -Ukur tinggi dan berat dalam pemberian
-Mempertahankan berat badan pasien makanan pada klien
badan dalam batas normal. -Ciptakan suasana makan-Membantu dalam
-Klien mampu yang menyenangkan identifikasi malnutrisi
menghabiskan ½ porsi -Dokumentasikan masukanprotein-
makanan yang disediakan oral selama 24 jam,riwayat
kalori,khususnya bila
-Klien mengalami makanan,jumlah kalori
berat badan kurang
peningkatan nafsu makan dengan(intake) dari normal
-Berikan makanan selagi-Mengidentifikasi
hangat ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisu
-Meningkatkan nafsu
makan
-Memudahkan proses
makan
2 Setelah dilakukan tindakan -Kaji keadaan umum klien -Mengetahui dengan
keperawatan selama 3x 24 dan tanda tanda vital cepat penyimpangan
jam pasien akan; -Observasi adanya tanda- dari keadaan normal
-Menunjukan tanda syok -Agar dapat segera
keseimbangan elektrolit -Kaji input dan output dilakukan tindakan
dan asambasa cairan jika terjadi syok
-Menunjukan -Anjurkan klien untuk -Mengetahui balance
keseimbangan cairan. banyak minum cairan dan elektrolit
-Turgor kulit baik -Kolaborasi dengan dokter dalam tubuh
-Tanda tanda vital dalam dalam pemberian IV -Asupan cairan sangat
batas normal diperlukan
untuk menambah
volum cairan tubuh
-Pemberian cairan IV
sangat penting dalam
pemenuhan
kebutuhan cairan
klien.

3 Setelah dilakukan tindakan -Tentukan penyebab -Untuk menghindari


keperawatan keletihan(misalnya nyeri terjadinya letih
Selama 3x24 jam masalah dan pengobatan) -Memahami derjat
intoleran aktivitas dapat -Pantau respon o2 pasien dekompensasi
teratasi dengan kriteria dan ttv pasien jantung dan pulmonal
hasil: -Ajarkan pasien tentang penurunan TD
1.Berpartisipasi dalam teknik perawatan diri yang -Untuk bertanggung
aktivitas fisik tanpa disertai akan meminimalkan jawab terhadap
peningkatan tekanan komsumsi oksigen kesehatan sendiri
darah,nadi dan RR. -Ajarkan tentang untuk meminimalkan
2.Mampu melakukan pengaturan aktivitas dan o2
aktivitas sehari-hari secara teknik manajemen waktu -Untuk bertanggung
mandiri untuk menceah kelelahan jawab terhadap
3.Tanda tanda vital normal -Bantu dengan aktivitas kesehatan sendiri
4.Energi psikomotor fisik teratur tentang manajemen
5.Level kelemahan waktu untuk
6.Mampu berpindah mencegah kelelahan
dengan atau tanpa bantuan -Jika beraktivitas
alat. dengan teratur maka
terhindar dari cedera
4 Setelah dilakukan asuhan -Memastikan pasien -Menurunkan skala
keperawatan selama 3x 24 mendapatkan analgesic nyeri yang dirasakan
jam diharapkan klien secara tepat klien
merasa lebih nyaman -Mengeksplorasi factor -Mencegah nyeri
dengan keadaannya dengan yang dapat memperburuk klien bertambah
kriteria hasil; nyeri klien buruk
-Frekuensi nyeri klien -Mengajarkan prinsip -Memberikan teknik
menurun dalam memanajemen nyeri unntuk mengatasi
-Klien tampak meringis -Mengatur temperature nyeri pada klien
-KLien dapat mengontrol ruangan pada suhu yang -Memberikan suhu
gejala nyaman untuk klien yang nyaman agar
Relaksasi dari otot klien -Mengurangi hal-hal yang pasien lebih rileks
dapat menggangu klien -Mencegah
munculnya atau
bertambah buruknya
perasaan tidak
nyaman pada klien.
5 Setelah tindakan -Kaji tanda-tanda - Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 infeksi:suhu tanda-tandainfeksi
jam,pasien diharapkan tubuh,nyeri,perdarahan,dan dan perubahan
terhindar dari tanda dan pemeriksaan suhu,nyeri,perdarahan
gejala infeksi dengan laboratorium,radiologi serta mengetahui
kriteria hasil; -Monitor tanda dan grejala hasil abnormal yang
-RR; 30-60x/Menit infeksi terjadi pada pasien
-Irama napas teratur -Menaikan asupan gizi -Mengetahui tanda
-Suhu 36-37C yang cukup dan cairan dan gejala infeksi
-Integritas kulit baik yang sesuai pada pasien
-Leukosit dalam batas -Monitor menghitung -Untuk mengetahui
normal granulosit jumlah WBC
-Integritas mukosa baik -Pertahankan teknik -Memulihkan kondisi
asepsis pada pasien yang pasien
berisiko -Memberikan
-Administrasikan antibiotic yang sesuai
antibiotic yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai