Anda di halaman 1dari 21

UJIAN AKHIR SEMESTER

RANCANGAN PENYUSUNAN APBD SERTA RANCANGAN


ANGGARAN

Disusun oleh:
2018122017 Richi ivinata

Dosen Pengampu:

Agung Joni Saputra,S.E.,M.Akt.

Program Studi Akuntansi


Fakultas Bisnis
Universitas Universal Semester
Gasal 2021/2022
ABSTRAK
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pengelolaan
keuangan daerah yang didalamnya terkandung pengeluaran dan pendapatan daerah
yang dicatat dan dikelola guna mensejahterakan masyarakat daerah tersebut.
Pemerintahan daerah menjadi komponen penting dalam pelaksanakan APBD
tersebut. Dimana pelaksanaan APBD diserahkan kepada pemerintahan daerah agar
supaya pemerintah daerah lebih leluasa dalam memanfaatkan dan mengelola
sumberdaya dan potensi di daerah sesuai dengan kebutuhan serta arah
pembangunan daerahnya Guna tercapainya kesejahteraan masyarakat daerah.
tujuan makalah ini adalah untuk menjelaskan pemahaman mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tahap penyusunan, dan laporan susunan
rancangan anggaran.

Kata Kunci : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Prosedur


Pengajuan, Tata Cara Penyusunan.

ABSTRACT

The Regional Revenue and Expenditure Budget or the so-called APBD is a


regional financial management which contains regional expenditures and revenues
that are recorded and managed for the welfare of the regional community. Local
government is an important component in implementing the APBD. Where the
implementation of the APBD is handed over to the regional government so that the
regional government is more flexible in utilizing and managing resources and
potential in the region according to the needs and direction of the region in order to
achieve the welfare of the regional community. The purpose of this paper is to
explain the understanding of the Regional Revenue and Expenditure Budget
(APBD), the preparation stage, and the budget draft report.

Keywords: Regional Revenue and Expenditure Budget (APBD), Submission


Procedure, Preparation Procedure.

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR BAGAN..........................................................................................................i
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3. Maksud & Tujuan ............................................................................................2
BAB II ...........................................................................................................................3
KAJIAN TEORI ...........................................................................................................3
2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ....................................3
2.2. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ..............................4
2.3. Dasar Hukum APBD .......................................................................................5
2.4. Komponen Pembentuk APBD ..........................................................................6
2.4.1. Pendapatan...............................................................................................6
2.4.2. Belanja .....................................................................................................6
2.4.3. Surplus atau Defisit ..................................................................................6
2.4.4. Pembiayaan..............................................................................................7
2.5. Tahap Penyusunan Rancangan & Proses PenyususanAPBD .............................7
2.6. Sumber Penerimaan APBD...................................................................................9
2.6.2. Dana Bagi Hasil (DBH).................................................................................. 10
2.6.3. Dana Alokasi Umum (DAU)........................................................................... 10
2.6.4. Dana Alokasi Khusus (DAK) .......................................................................... 11
2.7 Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS) ...................................................................................................................... 12
2.7.1. Kebijakan Umum APBD ........................................................................ 13
2.7.2. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara ............................................... 14
BAB III ........................................................................................................................... 16
LAPORAN ANGGARAN KEGIATAN KEUANGAN HIDUP PERBULAN ................................ 16
BAB IV ........................................................................................................................ 17
PENUTUP ................................................................................................................... 17
4.1. Kesimpulan.................................................................................................... 17

ii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1. Tahap Penyusunan Rancangan ......................................................................7

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan
rencana kerja tahunan untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan Pemerintah Daerah
baik rutin maupun pembangunan yang diatur dan diperhitungkan dengan uang.
Proses penyusunan anggaran baik itu APBD atau APBN seringkali menjadi isu
penting yang menjadi sorotan masyarakat, bahkan APBD atau APBN tersebut
menjadi alat politik yang digunakan oleh pemerintah sendiri maupun pihak oposisi.
Penyusunan anggaran pendapatan adalah suatu rencana yang disusun secara
sistematis, yang seluruh kegiatan pemerintah atau instansi yang dinyatakan dalam
unit moneter (nilai uang) untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Anggaran pendapatan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam penyusunan APBD. Dimana dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan
mempunyai arti penting bagi pemerintah daerah dalam membantu kelancaran roda
pembangunan dan memberikan isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah
daerah khususnya sehingga tercipta perencanaan dan pelaksanaan yang efektif.
Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan efisien,
tahap persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor yang
harus diperhatikan. Namun demikian, tahap persiapan atau penyusunan anggaran
harus di akui memang hanyalah salah satu tahap penting dalam keseluruhan siklus
/ proses anggaran daerah tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan permasalahan yang dijabarkan sebelumnya, maka pada makalah
ini rumusan masalah adalah yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana Tahapan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)?
2. Apa saja Proses-Proses Pengajuan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)?

1
2

3. Bagaimana Susunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Daerah (APBD)?
1.3. Maksud & Tujuan
Dalam makalah ini, adapun maksud serta tujuan yang penyusunan
makalah adalah yakni sebagai berikut:
1. Maksud
penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu bentuk pelaksanaan
Ujian Akhir Semester (UAS) untuk mata kuliah Sistem Pengendalian
Manajemen.
2. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui APBD, tahap
penyusunan APBD, proses pengajuan APBD serta susunan rancangan
APBD dan untuk bisa mendapatkan hasil UAS yang memuaskan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu bentuk
konkrit rencana kerja keuangan daerah yang komprehensif yang mengaitkan
penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah yang dinyatakan dalam
bentuk uang, untuk mencapai tujuan yang direncanakan dalam jangka waktu
tertentu dalam satu tahun anggaran.
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
APBD merupakan rencana kerja tahunan untuk mewujudkan kegiatan-
kegiatan Pemerintah Daerah baik rutin maupun pembangunan yang diatur dan
diperhitungkan dengan uang. Proses penyusunan anggaran baik itu APBD
atau APBN seringkali menjadi isu penting yang menjadi sorotan masyarakat,
bahkan APBD atau APBN tersebut menjadi alat politik yang digunakan oleh
pemerintah sendiri maupun pihak oposisi.
Anggaran Belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan
tugas pemerintahan di daerah. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya.
Serta ada juga pendapat menurut ahli mengenai pengertian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai berikut :

a. Menurut M. Suparmoko Pengertian APBD adalah anggaran yang


memuat daftar pernyataan rinci tentang jenis dan jumlah
penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran negara yang diharapkan
dalam jangka waktu satu tahun tertentu.

b. Menurut Alteng Syafruddin Pengertian APBD adalah rencana kerja


atau program kerja pemerintah daerah untuk tahun kerja tertentu, di

3
4

dalamnya memuat rencana pendapatan dan rencana pengeluaran


selama tahun kerja tersebut.

c. Menurut R.A. Chalit Pengertian APBD adalah suatu bentuk konkrit


rencana kerja keuangan daerah yang komprehensif yang
mengaitkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah yang
dinyatakan dalam bentuk uang, untuk mencapai tujuan yang
direncanakan dalam jangka waktu tertentu dalam satu tahun
anggaran.

2.2. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


fungsi dan kedudukan APBD yaitu: Sebagai dasar kebijakan menjalankan
keuangan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk masa
tertentu yaitu satu tahun anggaran. Sebagai pemberian kuasa dari pihak
legislatif yaitu DPRD kepada kepala daerah sebagai pimpinan eksekutif untuk
melakukan pengeluaran dalam rangka menjalankan roda pemerintahan
daerah.

Sebagai penetapan kewenangan kepada kepala daerah untuk


melaksanakan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat.
Sebagai bahan pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang berhak
melaksanakan pengawasan bisa lebih baik. Pada Peraturan menteri dalam
Negeri Nomor 13 Thn 2006 menyatakan bahwa APBD mempunyai beberapa
fungsi antara lain sebagai berikut:

a. Fungsi Otorisasi – Anggaran daerah tersebut menjadi dasar untuk


dapat melaksanakan pendapatan serta belanja daerah ditahun
bersangkutan

b. Fungsi Perencanaan – Anggaran daerah tersebut menjadi suatu


pedoman bagi manajemen didalam merencanakan suatu kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.

c. Fungsi Pengawasan – Anggaran daerah tersebut menjadi suatu


pedoman untuk dapat menilai apakah kegiatan atau aktivitas
5

penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut sesuai dengan ketentuan


yang ditetapkan

d. Fungsi Alokasi – Anggaran daerah tersebut harus diarahkan untuk


dapat menciptakan lapangan kerja atau juga mengurangi
pengangguran serta pemborosan sumber daya, dan juga meningkatkan
efisiensi & efektivitas perekonomian.

e. Fungsi Distribusi – Anggaran daerah tersebut harus memperhatikan


pada rasa keadilan dan juga kepatutan.

f. Fungsi Stabilisasi – Anggaran daerah tersebut menjadi alat untuk


dapat memelihara serta mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian suatu daerah.

2.3. Dasar Hukum APBD

Pada dasarnya tujuan penyusunan APBD sama halnya dengan tujuan


penyusunan APBN. APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan
pengeluaran penyelenggara negara di daerah dalam rangka pelaksanaan
otonomi daerah dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dengan
APBD maka pemborosan, penyelewengan, dan kesalahan dapat dihindari.
Dasar hukum dalam penyelenggaraan keuangan daerah dan pembuatan
APBD adalah sebagai berikut Grameds:

a. UU No. 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.

b. UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah.

c. PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Daerah.

d. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara


Pengawasan, Penyusunan, dan Perhitungan APBD.
6

2.4. Komponen Pembentuk APBD

Adapun komponen yang membentuk APBD diatas terdiri dari 4 bagian,


yaitu ringkasan pendapatan, belanja, surplus/defisit dan pembiayaan.

2.4.1. Pendapatan

Bagian ini melihat perubahan dalam berbagai komponen


pendapatan. Untuk pemerintah daerah yang ada di Indonesia,
pendapatan utamanya berasal dari tiga sumber : Pendapatan Asli
Daerah (PAD) melalui pajak dan retribusi Transfer dari pusat, dan
Pendapatan lainnya. Mengingat rata-rata sumber pendapatan
pemerintah daerah didominasi oleh dana perimbangan yaitu sekitar 80-
90%, maka sumber pendapatan pemda dalam kondisi dependable
(ketergantungan).

2.4.2. Belanja

Bagian ini menunjukkan perkembangan total belanja dalam periode


3 (tiga) tahun. Selain itu, akan ditunjukkan pula perubahan dalam jenis
belanja sehingga dapat diketahui jika ada satu komponen yang berubah
relatif terhadap komponen lain.

Untuk pemda di Indonesia, klasifikasi belanja secara ekonomi dibagi


ke dalam 10 (sepuluh) jenis , yaitu : Belanja Pegawai Belanja Barang
dan Jasa Belanja Modal Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kota dan
Pemdes Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan
Pemdes Belanja Tak Terduga.

2.4.3. Surplus atau Defisit

Pada bagian ini ditunjukkan aktual pendapatan, belanja, dan


surplus/defisit dalam periode 3 (tiga) tahun. Pada dasarnya, dari bagian
ini dapat terlihat “surplus/defisit” secara Nasional. Namun, tidak seperti
private sector, surplus yang besar tidak diharapkan terjadi karena hal ini
7

dapat mengindikasikan bahwa pemerintah daerah tidak memberikan


pelayanan publik secara optimal dalam beberapa hal.

2.4.4. Pembiayaan

Pos ini menggambarkan transaksi keuangan pemda yang


dimaksudkan untuk menutup selisih antara Pendapatan dan Belanja
Daerah, jika Pendapatan lebih kecil maka terjadi defisit dan akan
ditutupi dengan penerimaan pembiayaan, begitu juga sebaliknya.

2.5. Tahap Penyusunan Rancangan & Proses PenyususanAPBD

dalam penyusunan APBD terdapat beberapa tahapan penyusunan yang terdiri


dari beberapa langkah-langkah yakni sebagai berikut:

Bagan 2. 1. Tahap Penyusunan Rancangan

Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58


Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar
sebagai berikut:

a. penyusunan rencana kerja pemerintah daerah;


b. penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran;
8

c. penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara;


d. penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD;
e. penyusunan rancangan perda APBD; dan
f. penetapan APBD.

Penyusunan APBD didasarkan pada perencanaan yang sudah ditetapkan


terlebih dahulu, mengenai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Bila dilihat dari perspektif waktunya, perencanaan di tingkat pemerintah
daerah dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Rencana Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) merupakan perencanaan pemerintah daerah untuk periode 20 tahun;
Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan perencanaan
pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) merupakan perencanaan tahunan daerah. Sedangkan
perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi (Renstra) SKPD
merupakan rencana untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja (Renja) SKPD
merupakan rencana kerja tahunan SKPD.

Proses penyusunan perencanaan di tingkat satker dan pemda dapat


diuraikan sebagai berikut:

a. SKPD menyusun rencana strategis (Renstra-SKPD) yang memuat visi,


misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-
masing.
b. Penyusunan Renstra-SKPD dimaksud berpedoman pada rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). RPJMD memuat
arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD, dan program
kewilayahan.
c. Pemda menyusun rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang
merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari
Renja SKPD untuk jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada
Renja Pemerintah.
9

d. Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun


berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan
tahun-tahun sebelumnya.
e. RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas,
pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan
pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemda maupun
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
f. Kewajiban daerah sebagaimana dimaksud di atas adalah
mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal sesuai
dengan peraturan perundangundangan.
g. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
h. Penyusunan RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei
tahun anggaran sebelumnya.
i. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

2.6. Sumber Penerimaan APBD

Sebagaimana diketahui, berdasarkan Undang-undang No.32 tahun 2004


pasal 157 sumber pendapatan atau penerimaan daerah terdiri atas Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

2.6.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh


pemerintah daerah (Pemda). Semakin besar PAD yang dimiliki suatu
daerah, maka daerah tersebut akan semakin leluasa dalam
mengakomodasi kepentingan masyarakat. PAD sendiri dibedakan
menjadi 4 jenis yaitu :

a. Pajak daerah, yang terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, penerangan jalan, pengambilan bahan galian


golongan C.
10

b. Retribusi daerah, bersumber dari retribusi parker, retribusi air

minum, serta retribusi pasar.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah. Hasil pengelolaan ini dibedakan

menjadi 3 yaitu bagian laba atas penyertaan modal pada BUMD,


bagian laba atas penyertaan modal pada BUMN, dan bagian laba
penyertaan modal pada perusahaan swasta.

d. PAD dari lain-lain milik Pemda misalnya hasil penjualan asset

daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga,


penerimaan atas tuntutan ganti rugi daerah dan sebagainya.

2.6.2. Dana Bagi Hasil (DBH)


Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.55 tahun 2005 pasal 19
ayat 1, DBH bersumber dari pajak (PBB, PPh, dan BPHTB) dan sumber
daya alam seperti kehutanan, migas, pertambangan umum, dan
pertambangan panas bumi.

Adapun besaran DBH dalam APBD yang ditetapkan setiap daerah


adalah sebagai berikut :

a. Besaran DBH penerimaan Negara dari PBB dengan imbalan 10%

untuk setiap daerah tempat PBB dipungut.

b. Besaran DBH penerimaan BPHTB dengan imbalan 80% untuk

Pemda dan sisanya diberikan kepada Pemerintah pusat.

c. Besaran DBH dari hasil PPh yang diterima Pemda sebesar 20% dari

keseluruhan pungutan.

d. Besaran DBH daru SDA ditetapkan masing-masing sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2.6.3. Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari APBN


yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan
11

antar daerah guna membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sebagai


upaya pelaksanaan desentralisasi. Perhitungan DAU yang dilakukan
Pemda harus mengikuti beberapa ketentuan antara lain :

a. DAU ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 25% dari pemerintah

dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.

b. DAU untuk daerah provinsi dan kebupaten/kota ditetapkan masing-

masing 10% dan 90% dari DAU.

c. DAU untuk setiap daerah ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah

DAU untuk setiap daerah yang ditetapkan dalam APBN dengan


porsi masing-masing.

d. Porsi daerah kabupaten/kota merupakan proporsi bobot daerah

kabupaten/kota yang berada diseluruh wilayah Indonesia

e. DAU suatu daerah ditentukan atas dasar besar kecilnya celah fiskal

suatu daerah yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah dan


potensi yang dimiliki daerah.

2.6.4. Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang


dialokasikan kepada daerah tertentu, dengan tujuan membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah yang sesuai
dengan prioritas nasional.

Program yang menjadi prioritas nasional dimuat dalam rencana kerja


pemerintah dalam tahun anggaran kemudian Menteri teknis akan
mengusulkan kegiatan khusus yang akan didanai dari DAK dan
ditetapkan setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri,
Menteri Keuangan, dan Bappenas.
12

2.7 Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran


Sementara (PPAS)

Suatu jembatan antara proses perumusan kebijakan dan penganggaran


merupakan hal penting dan mendasar agar kebijakan menjadi realitas dan
bukannya hanya sekedar harapan. Untuk tujuan ini harus ditetapkan
setidaknya dua aturan yang jelas:

a. Implikasi dari perubahan kebijakan (kebijakan yang diusulkan)


terhadap sumber daya harus dapat diidentifikasi, meskipun dalam
estimasi yang kasar, sebelum kebijakan ditetapkan. Suatu entitas yang
mengajukan kebijakan baru harus dapat menghitung pengaruhnya
terhadap pengeluaran publik, baik pengaruhnya terhadap pengeluaran
sendiri maupun terhadap departemen pemerintah yang lain.

b. Semua proposal harus dibicarakan/dikonsultasikan dan


dikoordinasikan dengan para pihak terkait: Ketua TAPD, Kepala
Bappeda dan Kepala SKPD.

Dalam proses penyusunan anggaran, tim anggaran pemerintah daerah


(TAPD) harus bekerjasama dengan baik dengan satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) untuk menjamin bahwa anggaran disiapkan dalam koridor
kebijakan yang sudah ditetapkan (KUA dan PPAS); dan menjamin semua
stakeholders terlibat dalam proses penganggaran sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

Konsultasi dapat memperkuat legislatif untuk menelaah strategi


pemerintah dan anggaran. Dengan pendapat antara legislatif dan pemerintah,
demikian juga dengan adanya tekanan dari masyarakat, dapat memberi
mekanisme yang efektif untuk mengkonsultasikan secara luas kebijakan yang
terbaik. Pemerintah harus berusaha untuk mengambil umpan balik atas
kebijakan dan pelaksanaan anggarannya dari masyarakat, misalnya melalui
survey, evaluasi, seminar, dsb. Akan tetapi, proses penyusunan anggaran
harus menghindari tekanan yang berlebihan dari pihak-pihak yang
13

berkepentingan dan para pelobi, agar penyusunan anggaran dapat


diselesaikan tepat waktu.

2.7.1. Kebijakan Umum APBD

Proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut:

a. Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan


kebijakan umum APBD (RKUA).

b. Penyusunan RKUA berpedoman pada pedoman penyusunan


APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
Sebagai contoh untuk bahan penyusunan APBD Tahun 2007
Menteri Dalam Negeri telah menerbitkan Permendagri Nomor 26
Tahun 2006 tertanggal 1 September 2006 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2007.

c. Kepala daerah menyampaikan RKUA tahun anggaran berikutnya,


sebagai landasan penyusunan RAPBD, kepada DPRD selambat-
lambatnya pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan.

d. RKUA yang telah dibahas kepala daerah bersama DPRD dalam


pembicaraan pendahuluan RAPBD selanjutnya disepakati
menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA).

Pedoman Penyusunan Anggaran seperti tercantum dalam


Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tersebut di atas memuat antara lain:

a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan


pemerintah dengan pemerintah daerah;

b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran


bersangkutan;

c. teknis penyusunan APBD; dan


14

d. hal-hal khusus lainnya.

2.7.2. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Untuk penyusunan rancangan APBD, diperlukan adanya urutan


Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). PPAS merupakan
program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan
kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
RKA-SKPD. Proses penyusunan dan pembahasan PPAS menjadi PPA
adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemda dan DPRD


membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara
(PPAS) yang disampaikan oleh kepala daerah.

b. Pembahasan PPAS.

c. Pembahasan PPAS dilaksanakan dengan langkah-langkah sbb :

1. Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan


pilihan;

2. Menentukan urutan program dalam masing-masing urusan;

3. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing


program.

d. KUA dan PPAS yang telah dibahas dan disepakati bersama


kepala daerah dan DPRD dituangkan dalam nota kesepakatan
yang ditandatangani bersama oleh kepala daerah dan pimpinan
DPRD.

e. Kepala daerah berdasarkan nota kesepakatan menerbitkan


pedoman penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD (RKA-
SKPD) sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
15

Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 87 ayat (2)


Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, kepala daerah menyampaikan
rancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas bersama antara TAPD
dan panitia anggaran DPRD paling lambat minggu kedua bulan Juli dari
tahun anggaran berjalan. Setelah disepakati bersama PPAS tersebut
ditetapkan sebagai Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) paling lambat
pada akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan. Format PPAS dapat
dilihat pada lampiran dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
BAB III

LAPORAN ANGGARAN KEGIATAN KEUANGAN HIDUP PERBULAN

Tabel 3. 1 rancanangan pendapatan

NO URAIAN NOMINAL
1 GAJI DARI PEKERJAAN Rp 3.000.000
2 DARI ORANG TUA Rp 100.000
JUMLAH Rp 3.100.000
Sumber : data diolah sendiri

Tabel 3. 2 tancangan belanja

NO URAIAN JUMLAH
1 BELANJA BUAT RUMAH Rp 500.000
2 BAYAR UANG KULIAH Rp 1.200.000
3 UANG BENSIN Rp 100.000
4 BIAYA DARURAT Rp 600.000
5 JAJAN Rp 200.000
JUMLAH Rp 2.600.000
Sumber : data diolah sendir

16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Anggaran menjadi kebutuhan suatu negara sebab dengan adanya anggaran
maka rancangan suatu kegiatan yang ingin dijalankan dapat terbantu serta
anggaran yang di persiapkan ini adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) telah dirancangkan oleh pihak-pihak tertentu dapat
terealisasikan dengan baik.
Dalam mensejahterakan rakyat serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
daerah pemerintah juga merancang anggaran yang telah di bahas serta di
susun melalui keputusan Bersama agar setiap pihak dapat menikmati hasil
dari pembahasan tersebut dan diperlukannya perincian dari setiap anggaran
tersebut agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan serta dapat merugikan
masyarakat.
Untuk itulah APBD harus dilaksanakan dengan rancangan anggaran secara
baik sesuai dengan pedoman yang ada berdasarkan peraturan yang telah di
atur agar tidak terjadi hal yang tidak di ingin kan tersebut yang harus dan/atau
telah disetujui oleh setiap pihak yang berwenang atas anggaran tersebut untuk
mencapai tujuan yang direncanakan.

17

Anda mungkin juga menyukai