Disusun oleh:
2018122014 Velennice
Dosen Pengampu:
Fakultas Bisnis
Universitas Universal
i
ABSTRACT
The Regional Revenue and Expenditure Budget or the so-called APBD is the
annual financial plan of the regional government which is discussed and jointly
approved by the Regional Government and the Regional People's Representative
Council (DPRD), and is stipulated by a Regional Regulation. The APBD describes all
regional rights and obligations in the context of administering regional government
which can be valued in money, including all forms of wealth related to the rights and
obligations of the region within a period of one fiscal year. APBD also acts as an
instrument to realize services and improve community welfare. This paper aims to
explain more deeply about the Regional Revenue and Expenditure Budget (APBD),
which consists of the notion of budget, regional expenditure, regional revenue and
expenditure budget, procedures for submitting APBD, and procedures for preparing
APBD. In this paper it is found that to run the APBD, it must start from the
preparation stage, the submission of which has been received by the Regional
People's Representative Council (DPRD).
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................ i
ABSTRACT .............................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
1.1. Pendahuluan .............................................................................................................. 1
1.2. Latar Belakang .......................................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
1.4. Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 5
2.1. Pengertian Anggaran ................................................................................................. 5
2.1.1. Fungsi Anggaran ............................................................................................... 5
2.1.2 Manfaat Anggaran............................................................................................. 6
2.1.3. Jenis-Jenis Anggaran......................................................................................... 6
2.2. Pengertian Belanja Daerah ........................................................................................ 7
2.2.1 Tujuan Belanja Daerah...................................................................................... 8
2.2.2. Klasifikasi Belanja Daerah................................................................................ 8
2.2.3. Belanja Daerah dalam APBD ......................................................................... 10
2.2.4. Kebijakan Belanja Daerah .............................................................................. 13
2.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ............................................................. 14
2.3.1. Prinsip Penyusunan APBD ................................................................................... 15
2.3.2. Teknis Penyusunan APBD .............................................................................. 17
2.3.3. Prosedur/Tata Cara Penyusunan APBD .......................................................... 21
2.3.4. Proses Pengajuan APBD ................................................................................. 21
2.4. Laporan Susunan Rancangan Anggaran ................................................................. 25
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 27
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 27
iii
BAB I
1.1.Pendahuluan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang disingkat dengan APBD
merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah. APBD dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi
pemerintah daerah kepada masyarakatnya mengenai prioritas pengalokasian yang
dilakukan oleh pemerintah daerah setelah berkoordinasi dengan pihak legislatif,
DPRD. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1
Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
APBD terdiri dari tiga komponen utama yaitu pendapatan daerah, belanja
daerah, dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah terdiri dari pos pendapatan
asli (PAD), pos dana perimbangan, dan pos lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Dalam pos Pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari komponen Pajak daerah dan
Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lainnya
yang merupakan sumber pendapatan utama dari pemerintah daerah itu sendiri
yang diperoleh dari wajib pajaknya. Selanjutnya untuk dana perimbangan
merupakan dana yang diperoleh pemerintah daerah dari pemerintah pusat sebagai
perwujudan dari pelaksanaan desentralisasi fiskal. bagian dana perimbangan
terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus
serta pendapatan lain-lain yang sah seperti dana hibah, dana darurat, dana bagi
hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah, dana penyesuaian dan otonomi
khusus, Selain sumber pendapatan yang diperoleh dari daerah tersebut dan
pemerintah pusat, pemerintah daerah juga memperoleh pendapatan dari daerah
lain yang berupa komponen dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda
lainnya yang ada di dalam pos lain-lain pendapatan daerah yang sah. Anggaran
belanja yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintah
didaerah. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau
1
2
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
1.2.Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintah oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut di atas, dalam kesehariannya peran
utama pemerintah daerah dapat dikelompokkan menjadi 3(tiga) yaitu:
1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah
kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam Sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu untuk dilaksanakan
3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah
kepada daerah dan desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang
luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara proposional diwujudkan
dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah
dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Dari
ketiga jenis pelimpahan wewenang tersebut, hanya pelimpahan wewenang dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi saja yang merupakan sumber keuangan daerah
3
1.3.Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu:
1. Apa pengertian dari anggaran?
2. Apakah fungsi dan manfaat anggaran?
3. Apa saja jenis-jenis anggaran?
4. Apa pengertian dari Belanja Daerah?
5. Apa tujuan, klasifikasi dan belanja daerah dalam APBD?
6. Apa pengertian dari APBD?
7. Apa saja prinsip dari penyusunan APBD?
8. Apa saja Teknis Penyusunan, Prosedur Penyusunan & Proses
Pengajuan APBD?
1.4.Tujuan Pembahasan
dari beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah rancangan
penyusunan APBD sebagai berikut:
1. Untuk mengertahui Pengertian dari Anggaran
2. Untuk mengetahui Fungsi dan Manfaat dari Anggaran
3. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Anggaran
4. Untuk mengetahui Pengertian dari Belanja Daerah
5. Untuk mengetahui Tujuan, Klasifikasi dan Belanja Daerah Dalam APBD
6. Untuk mengetahui Pengertian dari APBD
7. Untuk mengetahui Prinsip dari Penyusunan APBD
8. Untuk mengetahui Teknis Penyusunan, Prosedur Penyusunan & Proses
Pengajuan APBD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan alat akuntansi yang dapat membantu pimpinan perusahaan
dalam merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Anggaran
memperlihatkan bagaimana sumber daya yang diharapkan akan diperoleh dan dipakai
selama periode waktu tertentu.
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk
angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan
dalam jangka waktu (periode) tertentu di masa mendatang. Karena rencana yang
disusun dinyatakan dalam bentuk unit moneter, anggaran sering kali disebut juga
dengan rencana keuangan. Suatu perusahaan atau organisasi wajib memiliki
anggarann, karena memiliki peran penting untuk pemantauan laju pertumbuhan
ekonomi internal perusahaan. Anggaran biasanya disusun pada periode awal tahun
untuk jangka waktu satu tahun atau lebih.
Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan keuangan menempati posisi penting.
Artinya, segala kegiatan akan dikuantifikasikan dalam satuan yang sehingga
pencapaian efisiensi dan efektivitas dapat diukur dari kegiatan yang dilakukan
(M.Fuad, Edy Sukarno, Sugiarto, Moeljadi, Ellen Christina, Fatimah R.N. Hannah M.,
2020).
5
6
Maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah merupakan semua pengeluaran kas
daerah selama periode tahun anggaran bersangkutan yang mengurangi kekayaan
pemerintah daerah.
d. Belanja Hibah
Penganggaran pemberian bantuan dalam bentuk uang,
barang dan/jasa kepada pihak-pihak tertentu yang tidak
mengikat/tidak secara terus menerus yang terlebih dahulu
dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara
pemerintah daerah dengan penerima hibah, dalam rangka
peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di
daerah, peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
peningkatan layanan dasar umum, peningkatan partisipasi
dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah.
e. Belanja Bantuan Sosial
Penganggaran pemberian bantuan dalam bentuk uang
dan/atau barang kepada masyarakat yang tidak secara terus-
menerus/berulang dan selektif untuk memenuhi instrument
keadlian dan pemerataan yang bertujuan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat termasuk bantuan untuk Parpol.
f. Belanja Bagi Hasil
Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari
pendapatan provinsi yang dibagi hasilkan kepada
kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota yang
dibagihasilkan kepada pemerintahan desa sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
g. Bantuan Keuangan
Penganggaran bantuan keuangan yang bersifat umum atau
khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah
desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan
pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan
dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
h. Belanja Tidak Terduga
13
10) Sesuai dengan ketentuan pasal 87 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011, rancangan KUA dan rancangan PPAS
disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat
pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan. Selanjutnya
ketentuan pasal 104 ayat (1) menjelaskan bahwa Kepala Daerah
menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta
lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama
bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya.
11) Dalam hal terdapat kendala dalam proses pembahasan dan penetapan
rancangan peraturan daerah tentang APBD meskipun telah dilakukan
penambahan waktu, kepala daerah dapat menyusun rancangan
peraturan kepala daerah tentang APBD untuk mendapatkan
pengesahan dari gubernur terhadap APBD kabupaten/kota sesuai
pasal 107 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006. Hal itu seyogyanya dilakukan sepanjang antisipasi terhadap
kondisi stabilitas pemerintahan dan politik di daerah telah dikaji
secara seksama serta tidak menghambat proses pembangunan daerah
yang berjalan secara berkesinambungan.
12) Dalam rangka mengantisipasi perubahan kebijakan akibat dinamika
perkembangan yang terjadi dan untuk memberikan ruang bagi kepala
daerah dalam menanganinya, pemerintah daerah dapat
mencantumkan kriteria tertentu terkait dengan belanja dalam kategori
mendesak atau darurat dalam peraturan daerah tentang APBD
sebagaimana diamanatkan dalam Penjelasan Pasal 81 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
13) Program dan kegiatan DAK dan bantuan keuangan dari provinsi yang
dananya diterima setelah APBD kabupaten ditetapkan, program dan
kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh daerah kabupaten dengan
cara melakukan perubahan terhadap peraturan kepala daerah tentang
21
Terbilang : Lima Juta Delapan Ratus Lima Puluh Enam Ribu Enam Ratus Rupiah
27