Anda di halaman 1dari 11

PRE PLANNING

DENGAN DETEKSI DINI KESEHATAN JIWA PADA MASYARAKAT

Disususn oleh :

1. Cahyani Setianingrum (1707007)

2. Maya Wulandari (1707020)

3. M. Imron (1707021)

4. Novi Larasati (1707022)

5. Rizki Sofia Alfiani (1707024)

6. Siti Aminah (1707025)

7. Taysa Mei Sukmawati (1707026)

8. Wahyu Prihantioro (1707027)

9. Yuliana Risa (1707028)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKHNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2020
A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan darikesehatan


sendiri dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup
manusia. Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia, termasuk Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar
35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor
biologis, psikologis dan social dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus
gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beberapa negara
dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke
atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai seitar
400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat harus mampu menjadi garda
terdepan berperan dalam menjada kesehatan jiwa anggota keluarganya dan menjadi
pihak yang memberikan pertolongan pertama psikologis apabila tampak gejala-gejala
yang mengarah pada masalah kesehatan jiwa.
World Federation For Mental Health (WFMH) menyatakan bahwa jiwa yang
sehat berawal dari keluarga sehat, maka pesan utama yang ingin disampaikan adalah
bahwa setiap orang memiliki hak untuk dihargai dan mendapatk perlakuan layak
sesuai dengan hak tersebut tercermin dari sejak kecil berupa dukungan psikologis
yang diberikan keluarga kepada setiap anggota keluarganya. Lebih jauh lagi, pesan ini
juga berarti bahwa penghargaan terhadap hak-hak manusia juga secara perlahan harus
mampu menghapus diskriminasi dan stigma terhadap anggota keluarga atau siapapun
yang memiliki gangguan jiwa, sehingga mereka dapat tetap dapat dihargai selayaknya
manusia bemartabat yang perlu dibantu untuk mendapatkan kembali kehidupan yang
berkualitas.
Selain itu, dalam keluarga dengan salah satu anggota yang gangguan jiwa
berperan memberikan perhatian, kasih sayang, dukungan dan motivasi pada penderita
gangguan jiwa sehingga perawatan pada penderita gangguan jiwa tidak hanya yang
diperoleh di rumah sakit melainkan juga perawatan yang diterapkan di tengah-tengah
keluarga dapat optimal. Pengetahuan keluarga dan pengalaman yang cukup dapat
membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala masalah kejiwaan.
Semakin dini kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah
penangannya.
Tidak dapat dipungkiri, merawat orang dengan gangguan jiwa meruapakan
beban yang tidak ringan. Beban ini dapat berupa beban tenaga, beban perasaan, dan
beban ekonomi. Hal tersebut merupakan stresor yang berat bagi keluarga, karena
menyebabkan tekanan mental dan kecemasan yang disebabkan oleh kepedulian
berlebih terhadap masalah yang dihadapi dan membayangkan hal-hal yang mungkin
akan terjadi.
Oleh karena itu penting bagi keluarga mengetahui cara membina keluarga
sehat jiwa baik dalam kesehatan jiwa maupun stressor yang ada.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

a. Setelah dilakukan penjelasan mengenai deteksi dini keluarga mengenai


kesehatan jiwa, keluarga mampu menyebutkan kriteria keluarga yang sehat,
keluarga yang beresiko terkena gangguan kesehatan jiwa, keluarga dengan
gangguan kesehatan jiwa dan peran kelurga dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa.

2. Tujuan Khusus

a. Keluarga mampu memahami apa yang dimaksud dengan deteksi dini


b. Keluarga mampu memahami pengertian keluarga sehat
c. Keluarga mampu memahami kriteria keluarga sehat
d. Keluarga mampu memahami kriteria keluarga yang beresiko terkena gangguan
jiwa
e. Keluarga mampu memahami kriteria keluarga yang telah terkena gangguan
kesehatan jiwa

C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Sasaran dan Target

Sasaran dalam deteksi dini ini adalah keluarga sendiri dan tetangga ataupun warga di

sekitar rumahnya.

E. Waktu

Kegiatan dilaksankan pada Kamis, 28 Januari 2020 di salah satu rumah warga sekitar
rumahnya.

F. Strategi Pelaksanaan

TAHAP WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN MEDIA


AUDIEN
Pembukaan 5 menit • Salam dan perkenalan mendengarkan
• Apersepsi
• Menjelaskan tujuan kegiatan
Pelaksanaa Menyesuai • Menjelaskan tentang deteksi dini mendengarkan Lembar
n kan materi • Memberi kesempatan audience untuk balik
yang di bertanya
sampaikan • Menjawab pertanyaan
(maksimal
45 menit
Penutup Sesuai • Melakukan evaluasi → memberikan • Menjawab
dengan pertanyaan pada audience pertanyaan
materi • Menyimpulkan • redemonstras
• Salam penutup i
G. Media dan Alat Bantu

Leaflet/ lembar balik

H. Setting Tempat

1. Pengorganisasian
Pembimbing akademik : Ns. Mariyari., M.Kep., Sp.Kep. J
Penyaji : Mahasiswa
2. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1) Tempat kondusif untuk kegiatan
2) Media dan materi tersedia dan memadai
b. Evaluasi Proses
1) Kesiapan waktu pelaksanaan
2) Peran serta aktif dari audience
3) Kesesuai peran dan fungsi
c. Evaluasi Hasil
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai:
1) Penyaji mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung kepada audince
tentang materi kegiatan yang akan dijelaskan
2) Bila audince dapat menjawab 60% dari petanyaan yang diajukan, maka
dikategorikan pengetahuan baik.
Lampiran Materi

1. Pengertian Deteksi Dini

Deteksi dini adalah kemampuan keluarga untuk mengetahui kondisi

kesehatan jiwa keluarga yang tinggal di desa siaga sehat jiwa. Hasil deteksi

adalah sehat jiwa, resko masalah psikososial dan gangguan jiwa.

2. Pengertian Keluarga Sehat

Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak

ada gangguan jiwa atau resko masalah psikososial. Secara sederhana dapat

dipahami bahwa kondisi mental yang tidak terganggu alias mental yang sehat

adalah:

a. Terhindarnta seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa penyakit jiwa.

Penderita gangguan jiwa masih mengetahui dan merasakan kesukarannya,

kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup dalam alam

kenyatan pada umumnya, sedangkan pada penderita penyait jiwa

kepribadiannya dari segi (tanggapan, persaan/ emosi, dan dorongan-

dorongannya) sangat terganggu tidak ada intergritas, dan ia hidup jauh dari

alam kenyataan.

b. Dapat meyesuaikan diri yakni adanya kemampuan untuk menyesuaikan

diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan dengan lingkungan

dima ia tinggal. Penyesuain diri merupakan proses untuk memperoleh atu

memenuhi kebutuhan dan menguasai stres, konflik, frustasi serta masalah-


masalah tertentu dengan cara-cara tertentu. Seseorang dapat dikatakan

penyesuaian yang normal apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan

mengatasi secara wajar.

c. Dapat memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada

semaksimal mungkin sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain,

serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa. Individu yang

sehat mentalnya adalah yang mampu memanfaatkan potensi yang

dimilikinya, dalan kegiatan-kegiatan yang positif bagi pengembangan

kualitas dirinya. Contohnya dalam kegiatan sehari-hari (olahraga, bekerja,

berorganisasi, pengajian, dll).

d. Membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan

jiwa dalam hidup.

3. Kriteria Keluarga Sehat

a. Memiliki perasaan bahagia\

b. Mampu berskiap efisien

c. Mampu meminimalisir kecemasan

d. Mampu menghindar dan meminimalisir rasa berdosa

e. Mampu menunjukkan sikap dan tingkah laku yang wajar

f. Mampu beradaptasi dengan lingkungan yang wajar

g. Memiliki sikap otonomi dan memiliki harga diri yang wajar

h. Mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain

4. Kriteria Keluarga Yang Beresiko Terkena Gangguan Kesehatan Jiwa

Berikut beberapa pemicu yang dapat menimbulkan resiko gangguan jiwa:


a. Kehilangan anggota tubuh

b. Kehilangan/ perpisahan dengan orang yang disayangi

c. Keluarga dengan penyakit kronis: TBC, hipertensi, diabetes, penyakit

jantung, ginjal dan reumatik

d. Keluarga dengan ibu hamil

WHO menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa

tidak hanya karena atribut individu saja melainkan juga karena faktor sosial,

ekonomi dan lngkunga. Memburuknya kondisi ekonomi atau kemiskinan

merupakan contoh kejadian yang memiliki konsekuensi meningkatnya

masalah kesehatan jiwa.

Penelitian tim penyusun rancangan undang-undang tentang kesehatan jiwa

menemukan penyebab terjadinya gangguan jiwa sebagai berikut:

a. Stress yang disebabkan oleh konflik sosial yang berkepanjangan,

globalisasi, peningkatan arus informasi dan urbanisasi

b. Stress atau depresi karena kekerasan dalam rumah tangga dengan berbagai

latar belakang masalah misalnya ketidakmampuan ekonomi,

pengangguran, NAPZA, tuntutan pekerjaan sampai dengan asmara.

c. Kemisinan, keturunan, kegagalan pernikahan,masalah pembagian harga,

dan kegagalan pendidikan.

5. Kriteria Keluarga Yang Terkena Gangguan Jiwa

a. Sedih berkepanjangan dalam waktu yang lama

b. Kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari (kebersihan, amka, minum,

aktivitas) berkurang
c. Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)

d. Marah-marah tanpa sebab

e. Bicara atau tertawa snediri

f. Mengamuk

g. Menyendiri

h. Tidak mau bergaul

i. Tidak memperhatikan penampilan/ kebersihan diri

j. Mengatakan atau mencoba bunuh diri

6. Peran Keluarga

Keluarga mmepunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatn para anggota

keluarganya dan tugas keluarga kepada para anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa adalah sebagai berikut:

a. Mengenal gangguan jiwa setiap anggotanya

b. Menetapkan pelayanan kesehatan yang tepat

c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan jiwa

d. Menyediakan lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa

e. Memanfatakan pelayanan kesehatan jiwa, lintas sektor dan jaringan

dukungan keluarga yang tersedia di lingkungan


DAFTAR KETRAMPILAN
PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

Nama : Yuliana Risa


NIM : 1707028

KEMAMPUAN
NO. KETRAMPILAN
Observasi Disupervisi Mandiri

1. Melakukan komunikasi ke tokoh √


masyarakat
2. Melakukan deteksi dini Kesehatan jiwa √
pada keluarga
3. Melakukan kunjungan rumah keluarga √
sehat
4. Melakukan kunjungan rumah keluarga √
ODMK
5. Melakukan kunjungan rumah keluarga Sumber :
ODGJ https://www.y
outube.com/wa
tch?
v=vStdXO4C
Yzo
6. Melakukan penyuluhan pada kelompok √
sehat jiwa
Sumber :
https://www.y
outube.com/wa
tch?
v=7DdlMHR3
_uI
7. Melakukan penyuluhan pada kelompok √
resiko gangguan jiwa
Sumber :
https://www.y
outube.com/wa
tch?
v=K9siRNh9a
oI

8. Melakukan penyuluhan pada kelompok √


gangguan jiwa
Sumber :
https://www.y
outube.com/wa
tch?
v=HAgzO9R0
mkY
9. Melakukan rujukan pada klien gangguan √
jiwa
https://www.y
outube.com/wa
tch?
v=_bApBiN28
-0

Anda mungkin juga menyukai