Perawatan Psikososial Bencana

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 32

PERAWATAN

PSIKOSOSIAL PADA
KORBAN BENCANA
Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep
Emergency, Disaster and Surgical-Medical Department
STIKes YARSI Pontianak
HIPGABI Prov.KALBAR
PENYINTAS (SURVIVOR)

KORBAN
• PERSEPSI,
• BHSP
• SISTEM
• MENGGALI
BENCANA TRAUMA PENDUKUNG MASALAH
• KOPING • ALTERNATIF

DUKUNGAN
KESEHATAN
MENTAL KEJADIAN DAMPAK BENCANA
1. PSYCHOLOGICAL
FIRST AID (PFA)
DUKUNGAN
PSIKOLOGIS
AWAL • PERTOLONGAN MASALAH FISIK : KEB.
Survival
2. STABILISASI DASAR
(penyint
EMOSI • MELALUI FASE KRISIS
as)
• MEMFASILITASI KONDISI YANG DAPAT
Korban
MENYEIMBANGKAN SUMBER KOPING
!!!!!!!!!
(SUPPORT SYSTEM)
Masalah apa saja yang diakibatkan oleh
bencana?
• Cedera • Kerusakan
Kesakitan • Penderitaan • Kehancuran
Kerugian
dan • Penyakit • Polusi
• Kelaparan Material • Kerugian ekonomi
Kematian
• Kematian • Kehilangan sumber

• Gangguan aktivitas
• Tidak berdaya
normal
• Putus asa
Gangguan • Tak punya rumah Distres
• Berkabung
Sosial • Pengangguran Psikologik • Rasa bersalah
• Perilaku antisosial
• Stres
• Gejolak masyarakat
MENTAL HEALTH STATUS AFTER
DISASTERS (WHO)
• PSYCHOLOGICAL DISTRESS
–MILD (prevalence of 20-40%): NO SPECIFIC
PSYCHOSOCIAL SERVICES NEEDED.
–MODERATE to SEVERE (prevalence of 30-50%) : NEED
PSYCHOSOCIAL INTERVENTION AND BASIC
PSYCHOLOGICAL SUPPORT
• MENTAL DISORDER
–MILD to MODERATE ( anxiety, mild depression and
PTSD, prevalence of 20 %)
–SEVERE (depression and psychotic, prevalence of 3-4 %)
NEED ACCESSABLE MENTAL HEALTH SERVICES IN THE
COMMUNITIES
PIRAMIDA INTERVENSI
Berbagai level intervensi dalam program dukungan psikososial

BENTUK & PELAKU INTERVENSI KONDISI PENYINTAS


3-4%
Layanan kesehatan jiwa oleh spesialis [psikiater, Mengalami ganggunan
psikolog klinis, perawat jiwa Layanan psikologis serius (berat)
spesialis
Intervensi individu, keluarga, kelompok
oleh petugas kesehatan:, dokter, psikolog, 20%
Layanan terfokus
perawat, konselor terlatih. Mengalami persoalan kesehatan mental
Non-spesialis
sedang

Aktivasi dukungan sosial di


komunitas oleh psikolog  Memperkuat dukungan
keluarga dan Stres dan masalah
relawan, pekerja sosial, fasilitator psikologis ringan
masyarakat, komunitas, keluarga komunitas
70 – 80 %

Sebagian besar
Pemenuhan kebutuhan Pemenuhan
populasi terdampak
dasar dan rasa aman kebutuhan dasar dan rasa
bencana
relawan, masyarakat aman

Sumber: IASC - Mental Health and Psychosocial Support in Humanitarian Emergencies: What Should Humanitarian Health Actors Know? (2010)
Prinsip Layanan Psikologis

 Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan


alamiah untuk memulihkan diri: tranformasi dari
perspektif korban ke penyintas (survivors)
 Keberadaan dan dukungan dari orang lain 
Hubungan saling membantu  meringankan beban
 Setiap orang akan memiliki kebutuhan yang bisa
saja berbeda satu sama lain  Memastikan semua
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi pada setiap
levelnya
 Terintegrasi pada struktur layanan yang ada
BEBERAPA JENIS PELAYANAN PSIKOLOGIS
DALAM SITUASI BENCANA

1. PSIKOEDUKASI (DISASTER MENTAL HEALTH)


2. PSYCHOLOGICAL FIRST AID (PFA)
3. PEMELIHARAAN DAN PENGUATAN DIRI (SELF CARE)
4. DUKUNGAN PSIKOSOSIAL
5. STABILISASI EMOSI
6. TERAPI PEMULIHAN TRAUMA
PRA-BENCANA
SAAT BENCANA
Psikoedukasi
Pelatihan PASCA BENCANA
Psikoedukasi
Psychological
First Aid (PFA) Psychological First Psikoedukasi
Aid (PFA)
Pemeliharaan dan Pemeliharaan dan
Penguatan Diri Pemeliharaan dan Penguatan Diri
Penguatan Diri
Stabilisasi emosi
Dukungan
Terapi Pemulihan
Psikososial
Trauma
Stabilisasi emosi
Respons Terhadap Bencana

Situasi sulit/musibah

1. Mengingkari
5.Penerimaan

4.Depresi 2. Marah

3. Tawar - Menawar
Reaksi saat Bencana

Respon psikologis saat bencana.


Reaksi individu segera (segera dalam 24 jam) setelah bencana yaitu :
tegang, cemas, panik, terpaku, linglung, syok,tidak percaya, gembira
atau eforia, tidak terlalu merasa menderita, lelah, bingung, gelisah,
menangis, menarik diri, merasa bersalah.

Reaksi ini tampak hampir pada setiap orang di daerah bencana dan
dipertimbangkan sebagai reaksi alamiah pada situasi abnormal.
Segera setelah bencana terjadi sampai 1 minggu tahap dimana
penyintas telah melewati stressor utama (kejadian bencana) dan
berada ditempat yang relative lebih aman

Faktor yang harus diperhatikan : faktor penyeimbang (membuat


individu dapat melalui krisis) adalah :
• persepsi terhadap kejadian realistis
• sistem pendukung dari lingkungan
• mekanisme koping adekuat.

Prinsip : membina hubungan saling percaya, menggali permasalahan


yang dialami penyintas dan mengembangkan alternatif pemecahan
masalah.
Masalah kesehatan mental akut selama fase kedaruratan
akut paling baik tanpa medikasi dengan mengikuti prinsip
“Pertolongan Pertama Psikologik” yaitu :
• mendengarkan
• menyatakan keprihatinan
• memenuhi dan menjaga kebutuhan fisik dasar
• tidak memaksa bicara
•menyediakan atau mengarahkan pendampingan dari
keluarga atau orang yang dekat,
•mendorong tapi tidak memaksakan dukungan sosial,
melindungi cedera lebih lanjut.
Segera (24 jam) setelah bencana , yaitu nilai dengan cermat :
1.kerusakan lingkungan yang terjadi,
2.jenis cedera yang dialami,
3.penderitaan yang dialami
4.kebutuhan dasar yang harus dipenuhi segera

Pada tahap ini yang perlu dilakukan segera adalah :


1.Pertolongan kedaruratan untuk masalah-masalah fisik
2.Memenuhi kebutuhan dasar
3.Untuk membantu individu melalui fase krisisnya maka perawat
perlu memfasilitasi kondisi yang dapatmenyeimbangkan krisis
seperti menjadi sumber koping (support system) bagi klien
PENCEGAHAN DASAR SINDROM PASCA TRAUMA

Masalah kesehatan jiwa pasca kejadian traumatis (bencana) 


Bervariasi
Reaksi stres akut, berkabung, depresi, gangguan ansietas, PTSD,
psikosis, gangguan bipolar, dan skizofrenia, gangguan
penyesuaian, eksaserbasi gangguan jiwa sebelumnya,
penyalahgunaan zat, gangguan makan, dan gangguan tidur .

layanan psychological first aid (PFA) dan stabilisasi emosi.


Kelebihan layanan ini adalah :
1.Dapat dilakukan oleh tenaga profesional kesehatan/kesehatan
mental, relawan, atau orang awam yang terlatih
2.Dapat diberikan dalam setting klinis dan non-klinis
Psychological First Aid (PFA)
Merupakan serangkaian keterampilan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif
stres dan mencegah timbulnya gangguan
kesehatan mental yang lebih buruk yang
disebabkan oleh bencana atau situasi kritis
yang dihadapi individu (Everly, Philips, Kane &
Feldman)

Tujuan PFA
•Mengurangi dampak negatif dari pengalaman
traumatis/peristiwa sulit
•Menguatkan fungsi adaptif jangka pendek &
jangka panjang orang yang kita bantu
•Mempercepat proses pemulihan orang yang
dibantu.
1. PSYCHOLOGICAL FIRST AID (PFA)
DUKUNGAN PSIKOLOGIS AWAL
 Dukungan psikologis yang diberikan
sesegera mungkin setelah terjadinya
bencana.
 Serangkaian keterampilan perawatan
dasar yang bersifat praktis dan non-
intrusive (tidak memaksa)
 Kelebihan:
1. Dapat dilakukan oleh tenaga
profesional
kesehatan/kesehatan mental,
relawan, atau orang awam
yang terlatih
2. Dapat diberikan dalam setting
klinis dan non-klinis
Prinsip Dasar PFA

 Fasilitasi Rasa Aman. Caranya? Penuhi kebutuhan dasarnya. Jika


dia terpisah dengan anggota keluarga, satukan mereka kembali.
Jika dia membutuhkan informasi, sediakanlah informasi yang
terpercaya. Sediakan hal lain yang dianggap perlu.
 Fasilitasi Keberfungsian. Dorong orang untuk berfungsi kembali,
dalam artian dia bisa berpikir dengan relatif lebih jernih memahami
situasi yang terjadi dan apa saja yang dapat dia lakukan untuk
mengatasi masalah yang ada.
 Membantu merencanakan tindak lanjut. Setelah bencana terjadi,
hal yang ingin kita lakukan adalah kembali ‘Normal’. Oleh karena
itu, ajaklah orang-orang di sekitar untuk bersama-sama kembali
menjalani aktivitas seperti biasa
2. STABILISASI EMOSI DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA PRIBADI
• Stabilisasi Emosi dan Resource Development and
Installation (RDI) merupakan metode penanganan
yang dapat masuk dalam semua golongan
masyarakat tanpa takut dibatasi adanya perbedaan
budaya.
• Kedua teknik ini dibutuhkan bagi semua orang yang
tidak stabil emosinya akibat pengalaman negatif yang
baru dialami maupun karena munculnya kecemasan
menghadapi kejadian yang akan datang. Pendekatan
ini dapat diaplikasikan pada klien yang mengalami
kesulitan tidur, kehilangan konsentrasi, ketegangan,
kecemasan, atau was-was, serta mengalami emosi
negatif seperti takut, sedih, marah, kecewa, dan
sebagainya secara terus menerus.
Tehnik stabilisasi emosi
Napas perut dan menghitung napas
Cara melakukan :
1)Bernapaslah seperti biasa, hitunglah tarikan hembusan napas anda dalam satu
menit, kemudian catat atau ingat-ingat (biasanya klien melaporkan antara 10-25)
2)Sekarang bernafaslah secara perlahan dan dalam, usahakan mencapai 4-8
tarikan-hembusan nafas permenit, bernafaslah dengan menarik nafas dan
mengembungkan perut, kemudian tahan dalam tiga hitungan, setelah itu
hembuskan perlahan hingga perut anda kempis kembali kemudian tahan lagi
sampai tiga hitungan
3)Selanjutnya ulangi menarik nafas dalam dan perlahan dengan mengembungkan
perut, bila sudah dirasa cukup tahan dalam tiga hitungan, kemudian hembuskan
perlahan dengan mengempiskan perut, tahan dalam tiga hitungan dan tarik napas
lagi.
4)(lakukan beberapa kalisampai klien merasa lebih tenang)
5)Ingat, jumlah hitungan ketika menahan nafas harap disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing individu, jangan sampai anda merasa terpaksa , tetapi
lakukanlah semampunya, lama kelamaan hitungan ini akan bertambah dengan
sendirinya.
Sensing Finger Tips
Cara melakukan
a)Saya akan mengajak anda untuk latihan menenangkan diri
b)Bernapaslah seperti biasa, pertemukan jari-jari tangan kiri dan tangan
kanan anda. Ibu jari dengan ibu jari, telunjuk dengan telunjuk dan
seterusnya.
c) Kemudaian pejamkan mata anda, bernafaslah perlahan, lebih perlahan
dan sangat perlahan
d)Setelah anda mencapai keaadaan lebih tenang, coba rasakan denjut nadi
diujung-ujung jari.( Bila anda tidak segera dapat merasakannya tidak
perlu khawatir, sebagian orang memerlukan waktu lebih lama dari
sebagian lainnya).
e)Setelah anda dapat merasakannya, selanjutnya ada dapat mengatakan
dalam hati kata-kata yang dapat menenangkan anda bersamaan dengan
denjut nadi yang anda rasakan.” Sabar........sabar...........sabar” atau
”tenang...........tenang.........tenang” atau “saya bisa....................saya
bisa...................saya bisa” atau ucapan doa.
Sumber bacaan/modul/pedoman teknis:
Kemungkinan Reaksi Psikologis dan
Perilaku Setelah Peristiwa Traumatik

Tidak ada
reaksi
Dapat pulih sendiri dengan bantuan
minimal dari jejaring dukungan
Respon Stres
Normal

Sindrom
Mendapat manfaat dari pelayanan
Psikologis dan
tim manajemen stres
Perilaku

Gangguan Memerlukan bantuan profesional


Psikologis untuk mencapai pemulihan maksimal
Kemungkinan perjalanan alamiah gangguan jiwa
dan distres sedang/berat akibat bencana

60
Gangguan - Distres (%)

50

40 Distres
sedang/berat akibat
30 bencana

20

10 Gangguan jiwa
akibat bencana
0
0 26 52 78 104 130 156 182 208 234 260

Waktu setelah trauma (minggu)


Gangguan Mental setelah Trauma

Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan

Reaksi stres akut

Berkabung

Depresi

Gangguan anxietas

Gangguan stres pasca trauma/PTSD

Psikosis, Skizofrenia, Gangguan bipolar

Gangguan penyesuaian

Eksaserbasi gangguan mental sebelumnya

Penyalahgunaan zat, gangguan makan, gangguan tidur

(Maramis A, 2005)
Tabel Ringkasan Proyeksi dan Rekomendasi Respon
(WHO)
BEFORE AFTER Recommended aid response
DISASTER: DISASTER:
12-month 12-month
prevalence prevalence
Severe disorder 2-3% 3-4% Mental health care (health sector)
(e.g., psychosis, severe
depression, severely disabling
form of anxiety disorder)
Mild or moderate mental 10% 20% (reduces to 15% with Mental health care (health sector)
disorder natural recovery) + social and basic psychological
(e.g., mild and moderate forms support interventions in community
of depression and anxiety (various sectors)
disorders)
Moderate or severe No estimate 30-50% (reduces to Social and basic psychological support
psychological distress (no unknown extent with natural interventions in community (various
disorder) recovery) sectors)
Mild psychological distress, No estimate 20-40% No response
which resolves over time
Tabel Ringkasan Proyeksi dan Respon yang Dianjurkan WHO
SEBELUM SETELAH Respon bantuan yang
BENCANA: BENCANA: dianjurkan
preval. 12 bln. Preval. 12 bln.
Gangguan jiwa berat 2-3% 3-4% Perawatan kesehatan jiwa
(a.l., psikosis, depresi (sektor kesehatan)
berat, gangguan
anxietas berat dan
mentakberdayakan)
Gangguan jiwa 10% 20% (berkurang Perawatan kesehatan jiwa
reingan atau sedang sampai 15% (sektor kesehatan)
(a.l., gangguan depresi dengan pemulihan + Intervensi dukungan sosial
dan anxietas yang alamiah) dan psikologik dasar di
ringan dan sedang) komunitas (berbagai sektor)
Distres psikologik No estimate 30-50% Intervensi dukungan sosial
sedang atau berat (berkurang, tak dan psikologik dasar di
(tidak ada gangguan) diketahui sampai komunitas (berbagai sektor)
seberapa, dengan
pemulihan alamiah)
Distres psikologik No estimate 20-40% Tidak ada respon
ringan
Apakah dukungan “psikososial” itu?
Istilah “psikososial” menunjuk pada interaksi dinamik
antara kesejahteraan jiwa dan relasi serta efektivitas
sosial orang-orang.
Jika kita menolong orang secara psikologis, kita
memperbaiki relasi dan keefektivan sosial mereka.
Jika kita membantu orang berfungsi secara sosial
(berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik atau
memenuhi peran sosial sebagai orang tua dan pencari
nafkah), kita mendukung kesehatan jiwa mereka.

Relasi &
Kesejahteraan
jiwa keefektifan
sosial
Prinsip Dasar Pelayanan
Kedaruratan (1)
1. Menyediakan kebutuhan bertahan hidup dan kenyamanan
dasar (mis. cairan, makanan, tempat berteduh, pakaian,
pemanas/pendingin).
2. Bantu penyintas mendapatkan tidur yang tenang dan
menyegarkan.
3. Mempertahankan zona aman interpersonal dengan melindungi
ruang pribadi dasar (mis. privasi, ketenangan, efek pribadi).
4. Menyediakan kontak sosial umum yang non-intrusif
(mis,penggunaan humor yang berhati-hati, percakapan kecil
tentang kejadian terkini, menemani dalam diam).
5. Segera mengatasi masalah kesehatan fisik atau kekambuhan
penyakit sebelumnya.
6. Membantu dalam mencari dan meyakinkan keselamatan orang
yang dicintai yang terpisah/teman.
(WHO)
Prinsip Dasar Pelayanan
Kedaruratan (2)

7. Menghubungkan kembali penyintas dengan orang


yang dicintai, teman, orang yang dipercayai.
8. Membantu penyintas mengambil langkah praktis
untuk memulai kembali kehidupan sehari-hari.
9. Membantu penyintas mengambil langkah praktis
untuk menyelesaikan masalah yang mendesak akibat
bencana (mis. kehilangan kendaraan, tidak mampu
mendapatkan kupon bantuan).

(WHO)
Prinsip Dasar Pelayanan
Kedaruratan (3)
10. Memfasilitasi kembalinya peran normal keluarga,
masyarakat, sekolah dan pekerjaan.
11. Menyediakan kesempatan untuk berkabung akan
kehilangan.
12. Membantu penyintas mengurangi ketegangan,
anxietas atau kekawatiran ke tingkat yang dapat
diatasi.
13. Mendukung penyembuh tradisional dengan
mengadakan konsultasi dan pelatihan tentang reaksi
stres umum dan teknik manajemen stres.

(WHO)
Pedoman IASC
• Berfokus pada respon
minimum/pertama dalam kedaruratan
• Berfokus pada aksi praktis dan
intervensi sosial
• Menyediakan lembar aksi singkat
tentang 25 intervensi kunci oleh
berbagai sektor (lihat poster)
• Untuk diimplementasikan secara
fleksibel, kontekstual dan antar
lembaga
• Membuat perlindungan kesejahteraan
psikososial menjadi tanggung jawab
semua sektor

Anda mungkin juga menyukai