Makalah Rencana Video Edukasi Bencana Tsunami

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 39

KEPERAWATAN BENCANA

“TSUNAMI”

Dosen: Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep

Di Susun Oleh : Kelompok IV


Aspariansyah : 821171003
Fitra Suryanullah : 821171005
Liesa Ariyanti : 821171008
Mega Utari : 821171010
Riki saputra : 821171016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat dan salam
kita kirimkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, karena atas
hidayah-Nyalah makalah ini dapat diselesaikan. Dan kami berterima kasih kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Bencana yaitu Ns. Uti Rusdian Hidayat, M.Kep
yang telah membantu kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah kami 
ini. yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Bencana Tsunami”.
Kami mohon kepada Bapak/Ibu dosen khususnya, umumnya para
pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam penulisan ini,
baik dari segi bahasanya maupun isinya, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun kepada semua pembaca demi lebih baiknya karya-karya
tulis yang akan datang.

Pontianak, 11 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan Penulisan.........................................................................
D. Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................


A. Filosofi tsunami............................................................................
B. Definisi Tsunami..........................................................................
C. Penyebab Tsunami.......................................................................
D. Tanda-tanda Terjadi Tsunami...................................................
E. Jenis-jenis Tsunami.....................................................................
F. Penanggulangan Bencana...........................................................
G. Cara Menghadapi Tsunami........................................................

BAB III RENCANA SAP...............................................................................


A. Latar Belakang.............................................................................
B. Tujuan Intruksional Umum........................................................
C. Tujuan Instruksional Khusus.....................................................
D. Manfaat Penulisan.......................................................................
E. Materi............................................................................................
F. Metode...........................................................................................
G. Media.............................................................................................
H. Kegiatan Belajar Mengajar........................................................
I. Setting...........................................................................................
J. Pembagian Tugas.........................................................................
K. Evaluasi.........................................................................................
BAB IV DESAIN VIDEO EDUKASI...........................................................
A. Setting Lokasi/Kondisi................................................................
B. Pemeran........................................................................................
C. Skrib Dialog..................................................................................

BAB V PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara geologis, Indonesia menjadi pertemuan antara tiga lempeng
tektonik aktif yaitu lempeng Indo-australia lempeng Eurasia dan lempeng
pasifik.Negara Indonesia disebut sebagai negara kepulauan karena terdiri dari
ribuan pulau yang membentang dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di
ujung timur. Karena terdiri dari pulau-pulau maka Indonesia sangat rawan
mengalami bencana tsunami. Bencana tersebut merupakan suatu gelombang
laut sangat besar yang dihasilkan oleh perubahan vertikal massa air dan
diakibatkan oleh gangguan massa air di laut dalam secara tiba-tiba (Utomo,
2018:68-69).
Dimakalah ini kita akan membahas terkait tsunami.Tsunami adalah
serangkaian gelombang yang disebabkan oleh gempa bumi atau letusan
gunung berapi bawah laut (NOAA, 2009). Di kedalaman lautan, gelombang
tsunami tidak secara drastis meningkat. Tetapi saat ombak bergerak ke
daratan, gelombang tsunami secara bertahap menjadi tinggi, dan lebih tinggi
lagi saat kedalaman laut berkurang. Kecepatan gelombang tsunami
bergantung pada kedalaman laut dan bukan jarak dari sumber gelombang.
Gelombang tsunami dapat bergerak secepat pesawat jet di atas perairan yang
dalam, dan melambat ketika mencamai perairan dangkal (Rahayu, 2020:10).
Kejadian tsunami yang merengkut korban besar salah satu daerah yang
rawan mengalami bencana tsunami di Indonesia yaitu wilayah pesisir selatan
pulau Jawa. Wilayah tersebut berbatasan langsung dengan hamparan
Samudera Hindia sehingga berpotensi mengalami tsunami.Kejadian tsunami
di Pangandaran Jawa Barat pada tahun 2006 merupakan salah satu tsunami
yang terjadi di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa dan tsunami yang terjadi
pada tanggal 26 Desember 2006 di Aceh (Utomo, 2018:69).
Kesiapsiagaan berarti merencanakan tindakan untuk merespons jika
terjadi bencana. Kesiapsiagaan juga didefinisikan sebagai suatu keadaan siap
siaga dalam menghadapi krisis, bencana atau keadaan darurat lainnya. Maka
rencana tindakan masyarakat untuk merespons apabila terjadi bencana
tsunami dan kesadaran mereka untuk meningkatkan pengetahuan maupun
keterampilan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan mitigasi
bencana tsunami (Utomo, 2018:70).
Mitigasi atau upaya meminimalkan resiko yang ditimbulkan dari bencana
gempa bumi dan tsunamimeliputi beberapa hal, yaitu memprediksi gempa
bumi, tindakan sebelum kejadian, tindakan saat kejadian dan tindakan setelah
kejadian. Karena bencana ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan mengejutkan
serta tidak dapat diperkirakan secara akurat lokasi pusatnya, waktu terjadinya
dan kekuatannya secara tepat dan akurat, namun tsunami dapat diketahui
dengan tanda-tanda yang tidak pernah terjadi (Nur, 2010:69).

B. Tujuan Masalah
1. Umum
Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan penanganan pada
saat terjadinya bencana “tsunami”
2. Khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami Filosofi tsunami
b. Agar mahasiswa mampu memahami Definisi Tsunami
c. Agar mahasiswa mampu memahami Penyebab Tsunami
d. Agar mahasiswa mampu memahami Tanda-tanda Terjadi Tsunami
e. Agar mahasiswa mampu memahami Jenis-jenis Tsunami
f. Agar mahasiswa mampu memahami Penanggulangan Bencana
g. Agar mahasiswa mampu memahami Cara Menghadapi Tsunami
E. Manfaat
Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami bencana seperti tsunami, sehingga dapat menjadi bekal dalam
persiapan praktek di rumah sakit maupun di masyarakat.

F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan : berisikan Latar Belakang, Tujuan Penulisan,
Manfaat Penulisandan Sistematika
Penulisan
BAB II Tinjauan Teori : berisikan isi yaitu Filosofi tsunami, Definisi
Tsunami, Penyebab Tsunami, Tanda-tanda
Terjadi Tsunami, Jenis-jenis Tsunami,
Penanggulangan Bencana, Cara Menghadapi
Tsunami
BAB III Asuhan kep : berisikan Latar Belakang, Tujuan
Intruksional Umum, Tujuan Instruksional
Khusus, Manfaat Penulisan, Materi, Metode,
Media, Kegiatan Belajar Mengajar, Setting,
Pembagian Tugas, Evaluasi
BAB IVPenutup : Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Filosofi tsunami
Kosakata tsunami mulai dikenal masyarakat dunia setelah gempa yang
terjadi di Jepang pada tanggal 15 Juni 1896 yang melanda kota pelabuhan di
Jepang yaitu kota Sanriku yang menewaskan 22.000 orang serta merusak
pantai Honsu sepanjang 280 Km. Istilah tsunami pertama kali muncul di
kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar,
nelayan yang pada saat itu berada di tengah laut tidak merasakan adanya
gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati
daerah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka
menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di daerah sekitar
pelabuhan, dan tidak terjadi di tengah lautan yang dalam. Secara etimologi
atau ilmu asal usul kata, kata tsunami berasal dari bahasa jepang, yaitu tsu
yang berarti pelabuhan dan nami yang berarti gelombang. Jadi tsunami adalah
peristiwa datangnya gelombang laut yang tinggi dan besar ke daerah pinggir
pantai setelah beberapa saat terjadi gempa, baik yang disebabkan gempa
tektonik, gempa vulkanik serta tanah longsor yang berada di dasar laut.
( tjara, 2017 )

B. Definisi Tsunami
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (KBNPB, 2008:2).
Gambar 1.1
Gelonbang air dilaut yang diakibatkan oleh gempabumi dengan
kecepatan hingga lebih 900 km per jam dan pusat gempanya di laut disebut
tsunami.Kelajuan gelombang pelabuhan laut tergantung kadalaman laut. Pada
kedalaman 7000 m misalnya, besar penjalarannya 942,9 km/jam. Hal ini
mirip dengan kecepatan pesawat jet. Tingginya gelombang antara di tengah
laut dengan 14 dekat pantai adalah berbeda. Di laut dalam amplitudonya
hanya sekitar 60 cm , sehingga kapal yang melintas tidak merasakan
gelonbang tersebut (Sukarasa, 2017:13-14).
Tsunami adalah gelombang pasang yang timbul akibat terjadinya gempa
bumi di laut, letusan gunung api bawah laut atau longsoran di laut. Namun
tidak semua fenomena tersebut dapatmemicu terjadinya tsunami. Syarat
utama timbulnya tsunami adalah adanya deformasi (perubahan bentuk yang
berupa pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba
dalam skala yang luas) di bawah laut(KBNPB, 2008:9-12).
Menurut US Army Cropsof En
gineers (Kodoatie dkk., 2010), definisi tsunami adalah gelombang laut
gravitasi periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan seperti gerakan
patahan, gempa, longsor, jatuhnya benda-benda langit (meteor), letusan
gunung berapi bawah laut, dan letusan (explosion) di dekat muka air laut.
Walaupun gelombang pasang termasuk gelombang gravitasi (akibat gaya
tarik bulan, bumi, dan matahari) tetapi pemicunya bukan gangguan gerakan
patahan, gempa, longsor, jatuhnya benda-benda langit (meteor), letusan
gunung berapi bawah laut, dan letusan (explosion) di dekat muka air laut,
gelombang pasang tidak termasuk dalam tsunami. Gelombang besar
permukaan oleh hembusan angin berbeda dengan tsunami karena beberapa
hal. (Pulmer et al., 2010).
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya
yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (KBNPB, 2008:2).

C. Penyebab Tsunami
1. Skema Terjadinya Tsunami
Secara garis besar, sistem peringatan dini ini di awali oleh informasi
yang di sampaikan oleh BMKG tentang adanya gempa berkekuatan
tinggi tentang adanya gempa dengan besar kekuatan dalam skala Richter,
waktu kejadian sampai satuan detik, lokasi dan kedalaman pusat gempa,
serta berpotensi atau tidaknya mendatangkan bencana tsunami, dan
kemudian akan dikonfirmasi oleh kedua institusi selanjutnya. Hal ini
memungkinkan karena waktu tempuh yang diperlukan oleh gelombang
tsunami pertama mencapai daratan yang rata-rata 250 km adalah antara
berjarak kurang lebih 35 s/d menit. Dengan 45 kondisiini, diharapkan
dampak dari tsunami diminimalisir bisa khususnya korban jiwa yang
sangat tidak diinginkan. (Hanifah,2012)
2. Penyebab Tsunami
a. Tsunami akibat gempa bumi bawah laut
Gempa bumi (gempa tektonik) bawah laut disebabkan oleh
adanya peristiwa tumbukan antara dua atau lebih lempeng dunia,
yang dapat mengakibatkan patahan atau dislokasi dasar Apabila
dislokasi yang terjadi berlangsung secara cepat dan tiba-tiba maka
dapat menimbulkan perubahan energi potensial dan kinetik pada
massa air yang berada di sekitarnya. Kedua energi tersebut secara
cepat dapat memindahkan dan menggerakkan massa air ke segala
arah, sebagai tsunami, dengan panjang gelombang hingga mencapai
200 kilometer, dengan tinggi gelombang dari 0,2-30 meter.
Kecepatan rambat gelombang dapat mencapai 950 km/jam, dan
periode terjadinya dari beberapa menit hingga beberapa jam
(Tjandra, 2017:66-70).
Menurut Tjandra(2017:66-70) Terdapat beberapa hal yang
menyebabkan gempa tektonik dapat menimbulkan tsunami, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Pusat gempa berada pada dasar samudra atau laut dalam.
2) Berupa gempa dangkal (kedalaman 0-60 km).
3) Pada umumnya bermagnitudo gempa >6,5 skala Richter tetapi
gempa akibat tanah longsor dan gempa tektonik dengan
magnitudo <6,5 skala Richer dapat juga menyebabkan
terjadinya tsunami.
4) Proses penunjaman dan tumbukan menghasilkan sesar normal.
5) Terjadi dislokasi secara cepat dan luas.
6) Sudut penunjaman antar-lempeng cukup besar.
7) Volume air di atas pusat gempa cukup besar.
b. Tsunami akibat letusan gunung api bawah laut (submarine volcano)
Letusan besar gunung api bawah laut akan memberikan
dorongan pada air di sekitarnya dan dapat membangkitkan
gelombang. Terdesaknya sebagian massa air dan kembalinya massa
air ke dalam lubang yang terbentuk akibat ledakan tersebut
membentuk Esunami (Triatmadja, 2010). Selain teori tersebut,
tsunami akibat letusan gunung api bawah laut dapat dipicu olch
adanya aliran piroklastik ke badan air, ledakan dasar laut dan
runtuhan kaldera, proses yang teridentifikasi adalah longsoran
batuan beku, limpasan basalt, gelombang kejut, lahar panas yang
mengenai air, dan gelombang udara yang terkait dengan ledakan
besar serta aliran lava (Abdurahman dkk., 2013 dalam Tjandra,
2017:66-70).
c. Tsunami akibat tanah longsor
Tsunami akibat tanah longsor terjadi karena massa batuan atau
masuk ke dalam laut menggeser massa air laut dengan tanah yang
cepat sehingga belum sempat bergerak meninggalkan lokasi aslinya
dan berpindah menempati area yang lebih luas. Dengan demikian,
massa air akan mengumpul di sekitar longsoran atau di depan
longsoran. Massa air yang besar ini segera bergerak sebagai tsunami
menuju perairan bebas dan mencapai daerah pantai yang akan
diterjang. Selain itu, faktor kedalaman laut juga sangat berperan
dalam terjadinya tsunami tanah longsor. Tsunami tan dapat terjadi
pada laut dengan kedalaman tidak lebih dari 40 meter (Triatmadja,
2010). Kejadian tsuami akibat murni tanah longsor longsor jarang
terjadi, pada umumnya terjadi pada perairan tertutup, sebagai contoh
adalah tsunami yang terjadi di Lomben, Flores, NTT pada 18 Juli
1979 yang menelan korban 620 orang (Abdurahman dkk., 2013
dalam Tjandra, 2017:66-70).
d. Tsunami akibat jatuhan meteor
Jatuhnya benda langit yaitu meteor dapat menyebabkan
terjadinya tsunami. Jika ukuran meteor relatif besar terhadap
kedalaman lautan maka tumbukan meteor dengan laut akan
mengakibatkan timbulnya gelombang panjang yang berbahaya dan
menimbulkan tsunami. Namun, apabila benda langit itu berukuran
terlalu besar misalnya ukuran 100 x 100 x 1.000 meter dan jatuh ke
dalam laut dalam justru tumbukannya dengan bumi mengakibatkan
kehancuran yang lebih besar lagi (Triatmadja, 2010 dalam Tjandra,
2017:66-70).
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana, Tsunami merupakan gelombang pasang yang
timbul akibat terjadinya gempa bumi di laut, letusan gunung apí bawah
laut atau longsoran di laut. Namun tidak semua fenomena tersebut dapat
memicu terjadinya tsunami. Syarat utama timbulnya tsunami adalah
adanya deformasi (perubahan bentuk yang berupa pengangkatan atau
penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam skala yang
luas) di bawah laut (Hariyanti, 2020).
Proses tsunami berawal dari adanya pergerakan lempeng bumi yang
dapat disebabkan, baik oleh gempa bumi, tanah longsor, erupsi
gunungapi maupun oleh meteor di dasar laut yang mendorong gerakan
kerak bumi keatas dan kebawah. Gerakan kerak bumi ini mengakibatkan
dasar laut naik dan turun. Tsunami dapat disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut (Wesnawa & Christiawan, 2014: 79).
a. Gempabumi perpindahan massa/ batuan yang sangat besar di bawah
air (laut/danau)
b. Tanah longsor skala besar yang terjadi di bawah laut atau berasal
dari atas laut yang jatuh menghujam ke yang diikuti dengan
dislokasi/ dalam laut
c. Erupsi gunungapi di bawah laut atau gunungapi pulau
d. Meteor dari luar angkasa yang jatuh ke laut.
Gempa bumi ialah berupa kerusakan atau kehancuran bangunan
(rumah, sekolah, rumah sakit dan bangunan umum lain), dan konstruksi
prasarana fisik (jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan laut/udara,
jaringan listrik dan telekomunikasi, dli), serta bencana sekunder yaitu
kebakaran dan korban akibat timbulnya kepanikan. Menurut Peraturan
KBNPB (2008:10) Terdapat empat faktor pada gempa bumi yang dapat
menimbulkan tsunami, yaitu:
a. Pusat gempa bumi terjadi di Iaut,
b. Gempa bumi memiliki magnitude besar,
c. Kedalaman gempa bumi dangkal, dan
d. Terjadi deformasi vertikal pada lantai dasar laut. Gelombang tsunami
bergerak sangat cepat, mencapai 600-800 km per jam, dengan tinggi
gelombang dapat mencapai 20 m.
Apakah semua gempa di dasar laut menimbulkan gelombang
tsunami? Tentu saja tidak, Gempa yang menimbulkan gelombang
tsunami dapat dilihat oleh 3 hal, yaitu:
a. Kedalaman Gempa
Kedalaman gempa yang menimbulkan gelombang tsunami biasanya
kurang dari 60 km di bawah permukaan air laut
b. Kekuatan Gempa
Kekuatannya lebih dari 6,0 Skala Richter.Skala Richter adalah
satuan yang digunakan untuk mengukur atau menghitung kekuatan
gempa.
c. Jenis Gempa
Jenis gempa adalah sesar naik atau sesar turun. Artinya gempa yang
terjadi tegak lurus dengan permukaan bumi. Akibatnya terjadi
pergeseran dataran ke atas atau ke bawah.

D. Tanda-tanda Terjadi Tsunami


Bencana geologi tidak selamanya datang secara amat cepat dan tiba-
tiba, ada kalanya didahului dengan tanda-tanda awal, sebagai sinyal akan
datangnya suatu bencana. Pada umumnya, gejala alam yang tampak
scbelum terjadinya tsunami adalah terjadinya gempa tektonik, dengan
episenter di laut dalam, setelah itu baru terjadi fenomena alam sebagai
berikut:
1. Air laut yang surut secara mendadak adalah tanda bahwa tsunami akan
segera datang. Namun demikian, datangnya tsunami tidak selalu
didahului dengan air surut yang mendadak. Hal yang demikian telah
terjadi di India dan Srilanka saat Esunami di Aceh tahun 2004
2. Timbul bau amis yang menyengat
3. Burung elang beterbangan memangsa ikan yang terkapar akibat susut
laut.
4. Tingkah laku binatang yang di luar kebiasaan, seperti ditunjukkan oleh
kawanan gajah di Pantai Pataya yang membelor dari pawangnya
sebelum terjadinya tsunami kiriman dari tsunami di Acch tahun 2004

E. Jenis-jenis Tsunami
Menurut Sukarasa (2017:15-16) ada beberapa jenis-jenis tsunami yang
ada terbagi menjadi 3 antara lain:
1. Tsunami dekat
Terjadi 0-30 menit setelah gempa. Jarak dari pusat gempa ke lokasi
ini sejauh 200 km. Akibatnya daerah disekitarnya merasakan gempa
dan bangunannya rusak. Kejadian ini ditandai dengan getaran kuat dan
diikuti dengan surutnya air laut secara mendadak. Jika ada kejadian
seperti ini harus diwaspadai, karena air bah akan datang dengan
amplitudo tinggi. Ciri-ciri lainnya adalah adanya bunyi alarm pertanda
akan adanya tsunami
2. Tsunami menegah
Terjadi 30 menit – 2 jam setelah gempa. Jarak dari 200 km sampai
1.000 km dari pusat gempanya. Darah ini kemungkinannya masih
merasakan adanya getaran dengan intensitas II sampai V MMI
(Modified Mercalli Intensity). Air surut secara tiba-tiba salah satutanda
bahwa tsunami akan segera datang. Jika kita berada di pinggir pantai
segeralah menjauh daritenpat tersebut. Tanda-tanda ini juga diperbesar
dengan sistem peralatan yang dilengkapi dengan alarm
3. Tsunami jauh
Cirinya adalah terjadi 2 jam setelah gempabumi terjadi. Lokasi
gempanya di atas 1000 km. Walaupun jaraknya jauh masih
memungkinkan menghasilkan tsunami. Derah seperti ini tidak perlu
dipasang peralatan accelerograpth, terkecuali daerah ini dikatagorikan
daerah rawan tsunami jarak dekat. Tremor adalah peralatan yang bisa
digunakan dan dipasang di Stasiun Geofisika

F. Penanggulangan Bencana
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.Sebagaimana didefinisikan dalam
UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (KBNPB, 2008:5).
Menurut Peraturan KBNPB (2008:5-6) Pada dasarnya penyelenggaraan
adalah tiga tahapan yakni :
1. Pra bencana yang meliputi
a. Situasi tidak terjadi bencana
Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana,
dilakukan penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster
Management Plan), yang merupakan rencana umum dan menyeluruh
yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja kebencanaan. Secara
khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu
terdapat rencana yang disebut rencana mitigasi misalnya Rencana
Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta.
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi
yang dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana
serta mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh bencana. Tindakan
mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.
Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif
antara lain adalah:
1) Penyusunan peraturan perundang-undangan
2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3) Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4) Pembuatan brosur/leaflet/poster
5) Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6) Pengkajian / analisis risiko bencana
7) Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9) Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10) Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi
aktif antara lain:
1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana dsb.
2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang
penataan ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan
lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana.
3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.
4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke
daerah yang lebih aman.
5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.
6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana.
7) Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,
mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh
bencana, seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan
tahan gempa dan sejenisnya.
b. Situasi terdapat potensi bencana
Pada tahap Prabencana dalam situasi terdapat potensi bencana
dilakukan penyusunan Rencana Kesiapsiagaan untuk menghadapi
keadaan darurat yang didasarkan atas skenario menghadapi bencana
tertentu (single hazard) maka disusun satu rencana yang disebut
Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian
harta benda dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Upaya
kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan
terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur
pendukungnya.
2) Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor
Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan
pekerjaan umum).
3) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan
terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
6) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini
(early warning)
7) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
8) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana
peralatan)
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational
Plan) yang merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana
Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi yang telah disusun sebelumnya.
Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau
pengerahan pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa
bencana, guna menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
kerugian, dan sumber daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
3. Pascabencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana
Pada Tahap Pemulihan dilakukan Penyusunan Rencana Pemulihan
(Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang
dilakukan pada pasca bencana. Sedangkan jika bencana belum terjadi,
maka untuk mengantisipasi kejadian bencana dimasa mendatang
dilakukan penyusunan petunjuk /pedoman mekanisme penanggulangan
pasca bencana.
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya
yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan
kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke
kondisi normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan
masyarakat dapat berjalan kembali.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. Pemulihan sosial psikologis;
e. Pelayanan kesehatan;
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
i. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
j. Pemulihan fungsi pelayanan public
G. Cara Menghadapi Tsunami
Menurut (Yulaelawati, 2008 ) persiapan menghadapi tsunami adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan menghadapi tsunami
a. Jika anda tinggal di daerah bahaya. Dapatkan informasi dari posko
dan satgas terdekat. Ingat, mereka yang tinggal sekitar satu kilometer
dari laut pada dataran di bawah (kurang dari) 15 meter dari
permukaan laut mereka berada dalam resiko.
b. Pilih tempat yang aman untuk lari. Pastikan setiap anggota keluarga
mengetahui cara untuk sampai ke tempat tersebut melalui jalan yang
lain. Tempat evakuasi harus berada di atas 15 meter dari permukaan
laut, bila mungkin cari yang jauh dari pantai.
c. Beri latihan kepada anggota keluarga untuk dapat waspada terhadap
tanda-tanda peringatan tsunami; getaran kuat pada tanah, gempa
bumi, dan naiknya air dari laut dengan tiba-tiba.
d. Kumpulkan peralatan darurat, termasuk: senter, radio, bateri lebih,
P3K, makanan dan air, obat-obatan dan uang.
e. Simpan air minum yang cukup untuk beberapa hari. Tsu- nami akan
mencemari semua air yang terbuka, sementara tim pembersih air
mungkin akan datang lambat.
f. Pastikan bahwa anggota keluarga dapat berkomunikasi satu dengan
yang lain di saat ada yang terpisah ketika tsunami. Akan dapat
membantu bila memiliki famili atau kawan yang yang tinggal di
tempat lain dan dapat saling berhubungan (melalui telpon).
g. Kunjungi, sekarang juga, posko atau pusat bencana dan bekali diri
anda dengan informasi terbaru tentang bencana tsunami. Berbagilah
informasi dengan keluarga anda.
2. Cara menghadapi tsunami:
Menurut (Sufiyati,2016) cara menghadapi tsunami adalah :
a. pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah
pantai tentang bahaya tsunami
b. pembangunan sistem peringatan dinl tsunami
c. pembangunan tembok penahan tsunami di garis pantai
d. penanaman mangrove/hutan bakau di sepanjang garis pantai
e. pembangunan tempat-tempat pengungsian yang aman di daerah yang
tinggi.
3. Upaya Penyelamatan Diri Saat Terjadi Tsunami
Ketika menghadapi suatu bencana, ada beberapa sikap yang
sebaiknya kita lakukan. Sikap tersebut haruslah tepat karena jika tidak
maka akibatnya akan fatal. Terlebih apabila bencana alam yang terjadi
merupakan bencana alam yang besar. Sikap yang tepat ini disebut juga
dengan sikap penyelamatan diri. Setiap jenis bencana alam mempunyai
sikap penyelamatan diri yang berbeda-beda. Hal ini karena resiko dan
bahaya yang ditimbulkan juga berbeda-beda pula (Desfandi, 2019:78).
Demikian juga dengan bencana tsunami. Ketika kita sudah melihat
tanda-tanda akan terjadinya tsunami, maka langkah yang harus segera
kita ambil adalah melakukan upaya penyelamatan diri. Salah satu
langkah yang bisa kita lakukan adalah berlari jauh meninggalkan bibir
pantai dan segera mencari tempat yang lebih tinggi. Dengan demikian
kita memberikan kesempatan kepada diri kita untuk menyelamatkan diri
dari gelombang tsunami (smong) (Desfandi, 2019:78).
4. Pencegahan Cara Mitigasi Tsunami
Sepanjang sejarah telah terjadi beberapa kali tsunami yang
mengakibatkan bencana besar di dunia. Pada tahun 1755 tsunami
menghancurkan Lisboa (Portugis). Pada tahun 1883 terjadi di Banten
dan Lampung, yang disebabkan oleh letusan Gunung Krakatau di Selat
Sunda. Tsunami akibat gempa besar terjadi di Jepang pada tahun 1896.
Masih teringat peristiwa 26 Desember 2004 lalu? Tsunami bencana
bencana dahsyat di Nangro Aceh Darussalam dan Nias (Noor, 2014).
a. Mitigas dan Upaya Pengurangan
Adanya tsunami tidak bisa diramalkan dengan tepat 2.4 kapan
terjadinya, akan tetapi kita bisa menerima peringatan akan terjadinya
tsunami sehingga kita masih ada waktu untuk menyelamatkan
gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana
alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.
Namun jika berada di sekitar pantai, terasa ada diri. Sebesar apapun
bahaya tsunami, guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut
secara tiba- tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju ke
tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil
memberitahukan teman-teman yang lain. Jika sedang berada di
dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari
pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan
perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut
kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya
gelombang berikutnya akan menerjang. Jika gelombang telah benar-
benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.
b. Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana Tsunami:
1) Peningkatan kewaspadaaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya
tsunami
2) Pendidikan kepada masyarakat terutama yang tinggal di daerah
pantai tentang bahaya tsunami.
3) Pembangunan Tsunami Early Warning System (Sistem
Peringatan Dini Tsunami).
4) Pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang
beresiko
5) Penanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis
pantai untuk meredam gaya air tsunami.
6) Pembangunan tempat-tempat evakuasi yang aman disekitar
daerah pemukiman yang cukup tinggi dan mudah dilalui untuk
menghindari ketinggian tsunami.
7) Peningkatan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang
tinggal di pinggir pantai tentang pengenalan tanda- tanda
tsunami cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.
Pembangunan rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami.
8) Mengenali karakteristik tsunami.
9) dan tanda-tanda bahaya
10) Memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda akan
terjadi tsunami.
11) Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi tsunami.
12) Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda-tanda akan
terjadinyan tsunami kepada petugas yang berwenang: Kepala
Desa, Polisi, Stasiun Radio, SATLAK PB maupun institusi
terkait
13) Melengkapi diri dengan alat komunikasi.
BAB III
RENCANA PELAKSANAAN (SAP)

Pokok bahasan : Bencana Tsunami


Sub pokok bahasan : Penanggulangan Terhadap Bencana Tsunami
Sasaran : Masyarakat Umum
Hari/Tanggal : Selasa, 20 November 2019
Waktu : 30 menit
Tempat : Aula STIKes YARSI Pontianak
Penyuluh : Mahasiswa STIKes YARSI Pontianak

A. Latar Belakang
Negara Indonesia disebut sebagai negara kepulauan karena terdiri dari
ribuan pulau yang membentang dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di
ujung timur. Karena terdiri dari pulau-pulau maka Indonesia sangat rawan
mengalami bencana tsunami. Bencana tersebut merupakan suatu gelombang
laut sangat besar yang dihasilkan oleh perubahan vertikal massa air dan
diakibatkan oleh gangguan massa air di laut dalam secara tiba-tiba (Utomo,
2018:68-69).

B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah menonton vidio edukasi terkait penyuluhan yang berdurasi30
menit diharapkan masyarakat mampu memahami terkait penanggulangan
terhadap bencana tsunami.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan terkait penanggulangan bencana
tsunami pada masyarakat, diharapkan masyarakat untuk:
a. Mengetahui Filosofi Tsunami
b. Mengetahui Definisi Tsunami
c. Mengetahui Penyebab Tsunami
d. Mengetahui Tanda-Tanda Terjadi Tsunami
e. Mengetahui Jenis-Jenis Tsunami
f. Mengetahui Cara Penanggulangan Bencana
g. Mengetahui Cara Menghadapi Tsunami

C. Sasaran
Masyarakat Umum

D. Manfaat Penulisan
Setalah melakukan penyuluhan masyarakat umum dapat mengerti dan
memahami tentang bencana tsunami dan cara menghadapi tsunami, sehingga
masyarakat tidak difisit pengetahuan lagi terkait tsunami, sehingga untuk
kedepannya masyarakat siap siaga mengadapi tsunami.

E. Materi
1. Filosofi Tsunami
2. Definisi Tsunami
3. Penyebab Tsunami
4. Tanda-Tanda Terjadi Tsunami
5. Jenis-Jenis Tsunami
6. Cara Penanggulangan Bencana
7. Cara Menghadapi Tsunami

F. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini menggunakan metode
ceramah yang dibuat berupa rekaman yang menjadi Video Edukasi yang akan
di unggah ke aplikasi Youtube, Instagram, Facebook dan lain-lainnya.
G. Media
1. Kamera
2. Powerpoin
3. Leptop
4. Sound
5. Earphone
6. Gambar

H. Proses Kegiatan/Rencana Pembelajaran


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1. 5 menit Pembukaan :
a. Memberisalam, Mendengarkan
memperkenalkann diri, dandan
membuka penyuluhan memperhatikan
b. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
c. Menyebutkanmateri/pokok
bahasan yang akan disampaikan
d. Memipin jalannya penyuluhan
dan menjelaskan waktu penyuluhan

2. 15 menit Pelaksanaan :
Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. memperhatikan
Materi :
a) Filosofi Tsunami
b) Definisi Tsunami
c) Penyebab Tsunami
d) Tanda-Tanda Terjadi Tsunami
e) Jenis-Jenis Tsunami
f) Cara Penanggulangan Bencana
g) Cara Menghadapi Tsunami
3. 5 menit Evaluasi :
a. Menyimpulkan inti penyuluhan Menyimak dan
b. Menyampaikan secara mendengarkan
singkatmateri penyuluhan
4. 5 menit Penutup :
a. Menyimpulkan materi Menyimak dan
penyuluhan yang telah mendengarkan
disampaikan
b. Mengucapkan salam

I. Pembagian Tugas
1. Tugas
Sutradara : Riki Saputra
Penulis Naskah : Liesa Ariyanti
Kameramen : Aspariansyah
Mega Utari
Editor : Fitrah Suryanullah

2. Rincian Tugas
a. Sutradara
1) Mempelajari dan memahami skenario
2) Menentukan kru yang akan terlibat (dibantu prosedur/penulis
naskah)
3) Melakukan casting
4) Membahas skrip bersama tim
5) Mencari tempat lokasi shooting dengan kru
6) Menyusun director shoot
7) Membuat storyboar film
8) Memberi pengarahan pada pemain
9) Menentukan adegan
10) Menjelaskan urutan shot
11) Mengkoordinasi kru untuk Latihan blocking pemain
12) Memberi pengarahan pemain
13) Memimpin jalannya shooting
14) Melihat hasil shooting dan materi editing
15) Melakukan evaluasi materi editing
16) Mengevaluasi ilstrasi music
17) Melakukan koreksi tahap akhir
18) Menjelaskan tujuan penyuluhan
19) Menyebutkan materi/pokok bahasan yang akan disampaikan
20) Memipin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan
b. Penulis Naskah
1) Menentukan tema film/cerita
2) Melakukan survey dan riset awal suatu cerita.
3) Menulis sebuah naskah film yang akan diproduksi.
4) Melakukan brain-storming naskah dengan produser dan
sutradara.
5) Melakukan revsi naskah sesuai dengan hasil brain-storming.
c. Kameramen
1) Membaca dan mempelajari naskah film
2) Melakukan persiapan dan setting peralatan kamera termasuk
tripod, monitor, lampu, kabel, headphone (headset)
3) Memberikan masukan kepada sutradara untuk menghasilkan shot
terbaik dalam setiap scene
4) Selalu kreatif terhadap visual yang di hasilkan dari angle-angle
shot
5) Menghubungkan kamera dengan berbagai fungsi dan peralatan
lainnya.
6) Mendengarkan intruksi dari sutradara
7) Selalu bertanggung jawab dalam situasi apapun yang
berhubungan dengan hasil gambar
8) Bekerja cepat, karena waktu sangat berharga pada saat produksi
berjalan
9) Merencanakan pekerjaan dengan ketelitian
10) Selalu mengikuti perkembangan teknis kamera dan peralatan
lainnya
11) Profesionalisme seorang juru kamera televisi dalam mengambil
gambar saat foto karyanya dinilai diperiksa sebelum mengedit
ruang editing
d. Editor
1) Menganalisa skenario dengan melihat adegan yang tertulis dalam
skenario dan mengungkapkan penilaiannya pada sutradara .
2) erdiskusi dengan penulis naskah dan sutradara .
3) Bertanggung jawab memperbaiki dan menerbitkan naskah atau
tulisan maupun gambar

J. Evaluasi Hasil
Setelah di upload vidio edukasi tentang penanggulangan bencana tsunami
masyarakat mengerti 90% dari apa yang telah disampaikan terkait apa
pengertian tsunami, apa saja penyebab tsunami, apa saja tanda-tanda tsunami,
bagaimana cara penanggulangan bencana, bagaimana cara menghadpi
tsunami. Maka dari itu dengan penyampaian vidio tersebut pengetahuan
masyarkat bertambah terkait bencana alam.
BAB IV
DESAIAN VIDEO EDUKASI

Setting Lokasi/Kondisi Pemeran Skrib Dialog


Depan Kampus SYP Riki Saputra -Salam Pembuka
-Perkenalan Tim
-“Video ini berisikan
informasi tentang apa
itu tsunami, bagaimana
mengenali tanda akan
terjadi, dan bagaimana
menyelamatkan diri
-“dikemas selama 10
menit dengan berbagai
adegan yang
diperlukan, selamat
menyaksikan video ini
dan semoga
bermanfaat…
Di Kelas, Depan Papan Mega Utari (Sebagai….) “Halo semuanya…”
Tulis Tsunami adalah
gelombang pasang yang
timbul akibat
terjadinya gempa bumi
di laut, letusan gunung
api bawah laut atau
longsoran di laut.
Namun tidak semua
fenomena tersebut
dapatmemicu
terjadinya tsunami.
Syarat utama
timbulnya tsunami
adalah adanya
deformasi (perubahan
bentuk yang berupa
pengangkatan atau
penurunan blok batuan
yang terjadi secara tiba-
tiba dalam skala yang
luas) di bawah laut

Di tepian sungai Aspariansyah “Kejadian tsunami


Kapuas/pantai (Sebagai… dapat dikenali tanda-
kakap/sudut kamera ke tandanya dengan
orang, pasir dan melihat pergerakan air
air/laut serta ketinggiannya…
perhatikan jika tiba-
tiba Air laut yang surut
secara mendadak
adalah tanda bahwa
tsunami akan segera
datang. Namun
demikian, datangnya
tsunami tidak selalu
didahului dengan air
surut yang
mendadak.Timbul bau
amis yang menyengat
dan
Burung elang
beterbangan memangsa
ikan yang terkapar
akibat susut laut.

Di gerbang pantai Liesa ariyanti Kalian semua harus


kakap dengan latar ( sebagai…. ketahui juga cara
belakang atau bagaimana kita
background mengarah menghadapi tsunami
ke arah pantai Jika kalian tinggal di
daerah bahaya.
Dapatkan informasi
dari posko dan satgas
terdekat. Ingat, mereka
yang tinggal sekitar
satu kilometer dari laut
pada dataran di bawah
(kurang dari) 15 meter
dari permukaan laut
mereka berada dalam
resiko pembangunan
tembok penahan
tsunami di garis pantai
penanaman
mangrove/hutan bakau
di sepanjang garis
pantai pembangunan
tempat-tempat
pengungsian yang aman
di daerah yang tinggi.

Di pantai dengan sudut Fitra suryanullah Setelah kalian


kamera menghadap ( sebagai ….. mengetahui bagaimana
kearah laut, dan pesisir caranya menghadapi
pantai tsunami selanjutnya
kalian juga harus
mengetahui strategi
mitigasi dan upaya
pengurangan bencana
tsunami Pembangunan
tembok penahan
tsunami pada garis
pantai yang beresiko
Penanaman mangrove
serta tanaman lainnya
sepanjang garis pantai
untuk meredam gaya
air
tsunami.Pembangunan
tempat-tempat evakuasi
yang aman disekitar
daerah pemukiman
yang cukup tinggi dan
mudah dilalui untuk
menghindari ketinggian
tsunami.Peningkatan
pengetahuan
masyarakat lokal
khususnya yang tinggal
di pinggir pantai
tentang pengenalan
tanda- tanda tsunami
cara-cara penyelamatan
diri terhadap bahaya
tsunami. Pembangunan
rumah yang tahan
terhadap bahaya
tsunami. Mengenali
karakteristik tsunami
dan tanda-tanda
bahaya Memahami cara
penyelamatan jika
terlihat tanda-tanda
akan terjadi
tsunami.Meningkatkan
kewaspadaan dan
kesiapsiagaan dalam
menghadapi tsunami.

Tampak riki berjalan Riki saputra Jadi hanya itu


kearah pesisir pantai , penjelasan tentang
sambil menjelaskan tsunami yang kami
sampaikan di video
edukasi ini semoga
bermanfaat bagi kita
semua yang
menyaksikan, cegah
terjadinya bencana
selagi kita bisa
mengatasinya, terima
kasih untuk kalian
semua sudah mau
menyaksikan video
edukasi kami saya
ucapkan terima kasih
wasalamualaikum
wr.wb
Semua Tampilkan foto
bersama dan
memberikan pesan dan
kesan berupa video

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tsunami adalah serangkaian gelombang yang disebabkan oleh gempabumi
atau letusan gunung berapi bawah laut. Di kedalaman lautan, gelombang
tsunami tidak secara drastis meningkat. Tetapi saat ombak bergerak ke
daratan, gelombang tsunami secara bertahap menjadi tinggi, dan lebih tinggi
lagi saat kedalaman laut berkurang. Kecepatan gelombang tsunami
bergantung pada kedalaman laut dan bukan jarak dari sumber gelombang.
Gelombang tsunami dapat bergerak secepat pesawat jet di atas perairan yang
dalam, dan melambat ketika mencapai perairan dangkal. Sementara tsunami
sering disebut sebagai gelombang pasang surut.

B. Saran
Dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperatawan kritis pada CKD atau penyakit
gagal ginjal kronik. Penulis memberikan saran dalam rangka meningkatkan
pelayanan asuhan keperawatan. Saran-sarannya adalahsebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya lebih memahami tentang kebutuhan dasar
manusia dalam pemberian asuhan keperawatan kritis CKD. Mahasiswa
hendaknya melakukan pengkajian secara tepat dan mengambil diagnosa
cecara tepat menurut pengkajian yang didapatkan dan mahasiswa di
harapkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan harus terlebih
dahulu memahami masalah dengan baik, serta mendokumentasikan hasil
tindakan yang telah dilakukan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Menjalin hubungan kerja smaa yang baik antara perawat dan tim
kesehatan lainnya serta kerja sama perawat dnegan keluarga sangat
diperlukan untuk membantu kesembuhan, meningkatkan kesehatan klien
dan agar menggunakan waktu seefesien dan seefektif mungkin dalam
melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien.
3. Bagi Keluarga
Keluarga atau orang terdekat harus memberi motivasi dan nasehat
serta dukungan agar klien dapat memenuhi kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA
Tjandra kartono, (2017). Empat Bencana Geologi Yang Mematikan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Hertanto Hendrik boby, (2020). Membuka Tabir Tsunami. Yogyakarta :
DEEPUBLISH
Dr. Hariyanti septiana, dkk. (2020). Strategi Mitigasi Bencana Tsunami Di
Kawasan Pesisir Pulau Jawa. Jawa timur : Qjara media
Noor Djauhari, (2014). Pengantar Mitigasi Bencana Geologi.Yogyakarta :
deepublis
Peraturan KBNPB. (2008). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
BencanaNomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana_https://www.gitews.org_pdf. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2020.
Hanifah abu nuha,(2012). Saints & Penemuan Yang Mengubah Dunia.
Yogyakarta : Familia
Yulaelawati ella,dkk. (2008). Mencerdasi Bencana. Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia
Sufiyati nur wahyu, dkk. (2016). Yes ! Sukses Taklukkan Ujian Sd/Mi.
Yogyakarta : PT Bentang pustaka
Desfandi, Mirza. (2019). Kearifan Lokal “Smong” Dalam Konteks
Pendidikan Revitalisasi Nilai Sosial-Budaya Simeulue. Banda Aceh :
Syiah Kuala University Press
Tjandra, kartono. 2017. Empat Bencana Geologi Yang Paling Mematikan.
Yogyakarta : Gadjah mada University Press
Sukarasa, Ketut. dkk. (2017). Karakterisasi Tsunami Di Kepulauan
Sumatera_https://simdos.unud,ac.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2020.
Utomo, Setio. Kukuh. (2018). Kajian Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Tsunami
Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun
2016_https://jurnal.uns.ac.id. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2020.
Rahayu, Teguh. dkk. (2020). Air Mata Covid-19 Dalam Bencana Gempabumi
dan Tsunami. Indonesia: Yayasan Kita Menulis.
Nur, Mustofa. Arief. (2010). Gempa Bumi, Tsunami Dan
Mitigasinya_https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JG/article/view/92/
93. Diakses Pada tanggal 10 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai