HAKIKAT MASJID
Oleh ;
LENI WIDIASTUTI
2021011108
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
KATA PENGANTAR
Penulis
LENI WIDIASTUTI
HAKIKAT MASJID | I
DAFTAR ISI
HAKIKAT MASJID | II
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Karim, H Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam (edisi ke-3). Jakarta : Rajawali
Pers, 2010. Hlm. 25.
2
Ibid. Hlm. 24. (Shihab) (Ensiklopedia islam, 1999) (Al-Qur'an dan terjemahan agama RI)
HAKIKAT MASJID | 1
untuk dikembangkan, hal ini disebabkan dengan banyaknya masjid yang tidak
berpengurus ataupun hanya diurus oleh beberapa warga yang kurang cakap dalam
mengelola masjid. Sebagian masjid terkadang memiliki imam tetap ataupun takmir
yang hanya bertanggung jawab menjaga serta mengatur fasilitas masjid, sehingga
fungsi masjid tidak dapat dioptimalkan seutuhnya.
Saat ini sukar untuk menjumpai masjid yang memiliki kepengurusan dengan
manajemen khusus dalam mengelola, mengatur serta mampu menjalankan program
demi tercapainya tujuan dakwah. Rasulullah SAW memang tidak mencontohkan secara
langsung bagaimana bentuk organisasi ataupun kepengurusan yang memiliki standar
manajemen yang baik dalam mengelola masjid. Meskipun demikian, Rasulullah SAW
tetap memberikan pendidikan serta cara bagaimana memfungsikan masjid sebagai
pusat peradaban umat Islam.
Beliau tidak hanya berfokus pada bidang ibadah dan keilmuan, namun juga
memperhatikan dari segi pengembangan potensi sumber ekonomi dan sosial agar dapat
menjadikan umat Islam sebagai masyarakat yang mampu untuk meningkatkan
kesejahteraan masing-masing sehingga memberikan kelancaran untuk tetap terus
berjuang di jalan Allah SWT. Selain itu, Rasulullah SAW menyadari bahwa kehidupan
sosial yang muncul dari berbagai aktivitas masjid akan menumbuhkan komitmen
terhadap sistem, akidah dan tatanan Islam yang baru3.
Dalmeri dalam tulisannya berusaha mengungkapkan tentang revitalisasi
fungsi masjid sebagai wadah melakukan dakwah dan pemberdayaan
umat. Beliau menyatakan bahwa setiap jama’ah yang membangun masjid di setiap daerah
masing-masing, memiliki harapan dan tujuan untuk melakukan dakwah serta melakukan
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang ada di sekitar masjid khususnya jama’ah masjid
itu sendiri4.
Bukan hanya sekedar ibadah, masjid juga dapat membangun sebuah manajemen
yang pelakunya adalah masyarakat sekitar ataupun jama’ah masjid yang setiap harinya
meramaikan masjid, yaitu dengan cara membangun sebuah kepengurusan agar dapat
menciptakan sebuah manajemen yang melahirkan berbagai kegiatan-kegiatan serta
menjalankan program-program dengan tujuan untuk dapat memberdayakan jama’ah dan
masyarakat sekitar. Dengan berdirinya masjid, masyarakat mampu bekerjasama demi
mewujudkan kemajuan dan perkembangan warga sekitar masjid dengan harapan dapat
membentuk suatu koloni masyarakat yang madani dan Islami yang memiliki kemajuan
baik dalam hal ekonomi, sosial dan budaya.
Penerapan manajemen masjid yang dapat menciptakan konsep strategi
pemberdayaan umat, telah diterapkan oleh Masjid Jogokariyan dan Masjid Syuhada.
Kedua masjid tersebut berlokasikan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Kedua masjid tersebut menjadi bukti bahwasanya fungsi masjid di zaman Rasulullah SAW
tidak hanya sekedar menjadi contoh melainkan sebagai uswah di zaman modern ini.
HAKIKAT MASJID | 2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian masjid ?
2. Apa fungsi masjid ?
3. Apa hakikat masjid dalam masa Rasulullah ?
4. Apa hakikat masjid di masa sekarang ?
5. Apa hal-hal yang tidak boleh dilakukan ketika berada di masjid ?
6. Apa hal-hal yang boleh dilakukan di dalam masjid ?
C. TUJUAN PENULISAN
HAKIKAT MASJID | 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASJID
Secara bahasa berasal dari kata sajada-yasjudu= bersujud, dan masjid adalah
'ism makan' (nomina) yang menunjukkan tempat. Secara istilah, masjid yaitu suatu
bangunan atau tempat khusus untuk beribadah umat Islam
Kata masjid terulang sebnyak 28 kali di dalam Al-Qur’an.5 Dari segi bahasa,
kata tersebut terambil dari akar sajada-sujud, yang berarti patuh, taat, serta tunduk
dengan patuh hormat dan takzim6
Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, kemudian dinamai
sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriyah yang paling nyata dari makna-makna di atas.
Itulah sebabnya mengapa bangunan yang di khususkan untuk melaksanakan sahalat
dinamai masjid, yang artinya “tempat bersujud”.
Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat sholat kaum
Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat
masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung kepatuhan Allah
semata. Karena itu Al-Qur’an surat Al-Jin (72) : 18 misalnya, menegaskan ;
Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu
menyembah seorang-pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.7
Jika dikaitkan dengan bumi ini, masjid bukan hanya sekedar tempat sarana
penyucian. Di sini kata masjid juga tidak lagi hanya berarti bangunan tempat sholat,
atau bahkan bertayamum sebagai cara bersuci pengganti wudhu. Tetapi kata masjid dari
sini berarti juga tempat melaksanakan segala aktivitas manusia yang mencerminkan
kepatuhan kepada Allah SWT.
Dengan demikian, masjid menjadi pangkal tempat muslim bertolak, sekaligus
pelabuhan tempatnya bersauh.
B. FUNGSI MASJID
Al-Qur’an menyebutkan fungsi masjid antara lain di dalam firman- Nya:
٣٦ْ-ْْل
ِْ صا ٰ حْلَهْْفِي َهاْبِالغُد ُِْوْ َو
َ اْل ُْ ِسب َْ ّللاُْاَنْْتُرفَ َْعْ َويُذك
َ َُرْفِي َهاْاس ُمهْْي ْٰ َْْفِيْْبُيُوتْْاَذِن
٣٧ْ-ْْار
ُْ ص َ ْص ٰلوةِْْ َواِيت َۤا ِْء
َ الز ٰكوةِْْيَََافُونَْْيَوْ ًماْتَتَقَلَبُْْفِي ِْهْالقُلُوبُْْ َواْلَب ِْ َّللاِْ َواِق
َ امْال ْ َ ارةْْ َو
ْٰ ْْلْ َبيعْْ َعنْْذِك ِْر ْ َ ِْْر َجال
َ ْلْتُل ِهي ِهمْْتِ َج
5
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas berbagai Persoalan Umat, Mizan Pustaka,
Bandung,
6
Ensiklopedi Islam, PT, Ihtiyar Baru Vanhoe, Jakarta, 1999. Bagian 3 h.169
7
Al-Qur’an dan terjemah kementrian agama RI, Jakarta, 200
HAKIKAT MASJID | 4
kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang. (QS An-
Nur [24]:36-37)
HAKIKAT MASJID | 5
g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
h. Aula dan tempat menerima tamu.
i. Tempat menawan tahanan, dan
j. Pusat penerbangan atau pembelian agama.
Agaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas, disebabkan antara lain
oleh :
(a) Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang teguh kepada nilai, norma, dan
jiwa agama.
(b) Kemampuan pembina-pembina masjid menghubungkan kondisi social dan
kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid.
(c) Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi-pribadi
pemimpin pemerintahan yang menjadi imam / khatib maupun di dalam ruangan-
ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan dan syura (musyawarah).
D. HAKIKAT MASJID DI MASA SEKARANG
Masjid pada masa kini telah berubah, sehingga timbullah lembaga-lembaga baru yang
mengambil alih sebagian peranan masjid di masa lalu, yaitu organisasi-organisasi keagamaan
swasta dan lembaga-lembaga pemerintah, sebagai pengarah kehidupan duniawi dan ukhrawi
umat beragama. Lembaga-lembaga itu memiliki kemampuan material dan teknis melebihi
masjid.
Fungsi dan peranan masjid besar seperti yang disebutkan pada masa keemasan Islam
itu tentunya sulit diwujudkan pada masa kini. Namun, ini tidak bahwa masjid tidak dapat
berperan didalam hal-hal tersebut.
Masjid, khususnya masjid besar, harus mampu melakukan kesepuluh peran tadi. Paling
tidak melalui uraian para pembinanya guna mengarahkan umat pada kehidupan duniawi dan
ukhrawi yang lebih berkualitas.
Apabila masjid dituntut berfungsi membina umat, tentu sarana yang dimilikinya harus
tepat, menyenangkan dan menarik semua umat, baik dewasa, kanak-kanak, tua, muda, pria,
wanita, yan terpelajar maupun tidak, sehat atau sakit, serta kaya dan miskin.
Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975, hal ini telah didiskusikan dan
disepakati, bahwa suatu masjid baru dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki
ruangan, dan peralatan yang memadai untuk :
HAKIKAT MASJID | 6
Hal terakhir ini perlu mendapatkan perhatian, karena menurut pengamatan sementara
pakar, sejarah kaum Muslim menunjukkan estetika suatu masjid sering ditandai dengan
kedangkalan, kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pemenuhan fungsi-fungsinya.
Seakan-akan nilai arsitektur dan estetika dijadikan kompensasi untuk menutup-nutupi
kekurangan atau kelumpuhan tersebut.
Masjid adalah milik Allah, karena itu kesuciannya harus dipelihara. Segala sesuatu
yang diduga mengurangi kesucian masjid atau dapat mengesankan hal tersebut, tidak boleh
dilakukan di dalam masjid maupun diperlakukan terhadap masjid.
Salah satu yang ditekankan oleh sebagian ulama sebagai sesuatu yang tidak wajar
terlihat pada masjid (dan sekitarnya) adalah kehadiran para pengemis.
Untuk memlihara kesucian masjid, Allah Swt., berfirman agar para pengunjungnya
memakai hiasan ketika mengunjungi masjid sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-A’raf (7)
: 31 : “Hai anak-anak Adam, pakailah pakaianu, yang indah setiap (memasuki) masjid”.
Masjid harus mampu memberikan ketenangan dan ketentraman pada pengunjung dan
lingkungannya, karena Rasulullah Saw., melarang adanya benih-benih pertengakaran
dalamnya, Fungsi masjid paling tidak dinyatakan oleh hadis Rasulullah Saw., ketika menegur
seseorang yang membuang air kecil (di samping) masjid:
Masjid-masjid tidak wajar untuk tempat kencing atau (membang sampah). Ia hanya untuk
(dijadikan tempat) berzikir kepada Allah Ta’ala, dan membaca (belajar) Al-Qur’an (HR
Muslim).
Dengan kata lain, masjid adalah tempat ibadah dan pendidikan dalam pengertiannya
yang luas. Bukanlah Al-Qur’an berbicara tentang segala aspek
HAKIKAT MASJID | 7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas kita bisa tarik kesimpulan sebagai berikut
1. Secara bahasa berasal dari kata sajada-yasjudu= bersujud, dan masjid adalah
'ism makan' (nomina) yang menunjukkan tempat. Secara istilah, masjid yaitu
suatu bangunan atau tempat khusus untuk beribadah umat Islam.
2. Fungsi masjid adalah tempat untuk beribadah.
3. Hakikat masjid pada masa Rasulullah antara lain sebagi berikut :
HAKIKAT MASJID | 8
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan terjemahan agama RI. (n.d.). Jakarta: Kementrian Agama RI.
Dalmeri. (2014). Revitalisasi Fungsi masjid Sebagai pusat Ekonomi dan dakwah
Multikultural. Jakarta: Univertsitas PGRI.
Ensiklopedia islam. (1999). Jakarta: PT. Ikhtiyar baru.
Karim, H. A. (2010). Sejarah pemikiran ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali pers.
Shihab, M. Q. (n.d.). Wawasan Al-Qur'an : Tafsir maudhu Atas Berbagai persoalan
Umat. Bandung: Pustaka Mizan.
HAKIKAT MASJID | 9