Anda di halaman 1dari 17

PRETEST GAS CHROMATOGRAPHY

Name : Natalia Valentina Pane


Id. Number : 4193131044
Class : PSPK B 2019
Day / Date : Jumat ,10 Desember 2021

Petunjuk Pengerjaan
1. Isilah identitas anda pada kolom yang telah disediakan.
2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan kemampuan anda.
3. Kerjakanlah dengan sejujurnya.
Question
1. Jelaskan prinsip pemisahan pada gas kromatografi !
2. Apakah yang dimaksud dengan gas pembawa ? Jelaskan syarat – syaratnya !
3. Sebutkan keuntungan penggunaan kapiler pada gas kromatografi !
4. Apa prinsip kerja detektor FID ?
5. Sebutkan syarat – syarat fase diam pada gas kromatografi dan pendukung fase diam!
6. Mengapa suhu kolom harus di kontrol ?
7. Wujud fasa diam dan fasa gerak pada gas kromatografi adalah !
8. Apa yang dimaksud dengan suhu terprogram dan gradien temperatur pada gas
kromatografi ?
9. Sebutkan keuntungan dan kelemahan gas kromatografi !
10. Apa keuntungan suhu terprogram dan gradien temperatur pada gas kromatografi ?

Answer :
1. Prinsip pemisahan pada kromatografi gas
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik pemisahan senyawa yang dapat
mudah menguap tanpa mengalami dekomposisi. Pemisahan pada kromatografi gas
didasarkan pada perbedaan distribusi pergerakan yang terjadi di antara fase gerak
dan fase diam untuk pemisahan senyawa yang berada pada larutan. Senyawa gas
yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom partisi yang merupakan fase
diam. Senyawa yang memiliki kesesuaian kepolaran dengan bahan yang berada di
dalam fase diam yang diletakkan di dalam kolom partisi akan cenderung bergerak
lebih lambat daripada senyawa yang memiliki perbedaan kepolaran dengan bahan
yang ada di kolom partisi .

2. Gas pembawa (fase gerak) adalah zat yang akan membawa beberapa pelarut (analit
dimana fase gerak mengalir memlalui fase diam dan membawa komponen komponen
dari campuran bersama sama ,Adapun syarat syarat fase gerak (zat pembawa) pada
kromatografi gas yaitu tidak reaktif , murni atau kering , dan Dapat disimpan dalam
tangki bertekanan tinggi , biasanya mengandung gas helium ,nitrogen, hydrogen atau
campuran argon dan metana,pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari
detektor apa yang digunakan
3. Penggunaan kapiler pada gas kromatografi memilki keuntungan yaitu kolom akan
menjadi lebih efesien, wantu analisis lebih pendek karena fase gerak tidak tidak
mengalami hambatan ketika melewati kolom,dan juga perbedaan waktu retensi akan
bertambah sehingga memberi dampak pada peningkatan selektivitas ,volume
cuplikan lebih besar dan resolusi akan lebih baik

4. FID merupakan detektor yang umum dipakai untuk analisis senyawa organik dengan
beberapa alasan utama di antaranya sensitivitasnya tinggi, jangkauan respon linear
yang besar dan rendahnya noise. Di samping itu penggunaannya sangat mudah dan
sederhana tetapi sayangnya detektor ini bersifat merusak sampel
FID (Flame Ionization Detector ) Nama lainnya adalah detektor ionisasi nyala.Prinsip
keranya aliran sampel dan gas pembawa akan bercampur dengan hydrogen dan udara
dan terjadi nyala pembakaran. Senyawa-senyawa organic yang terbakar oleh nyala
akan menghasilkan ion-ion dan elektron elektron yang dapat menghantarkan arus
listrik melalui nyala tersebut. Tegangan listrik yang tinggi dilewatkan pada sisi
pembakar dan sebuah electrode kolektor ditempatkan di atas nyala. Arus yang
dihasilkan dari pembakaran semua senyawa organik diukur

5. Fasa diam pada kromatografi gas ada syarat-syarat yang diperlukan yaitu harus sukar
menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik didihnya tinggi (minimal 100˚C di atas
suhu operasi kolom) dan stabil secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben
Adsorben yang digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar
tidak hancur saat dimasukkan kedalam kolom. Pemilihan fasa diam juga harus
disesuaikan dengan sampel yang akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar
sebaiknya digunakan fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar,
digunakan fasa diam yangnonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih
sempurna.

6. Pengontrolan suhu kolom diperlukan karena temperatur kolom merupakan variabel


penting yang harus dikontrol dengan baik agar memudahkan pemisahan komponen
yang titik didihnya berbeda beda agara memperoleh hasil analisis yang baik , Suhu
kolom dapat mempengaruhi posisi kesetimbangan distribusi analit di antara fasa diam
dan fasa gerak, dimana kesetimbangan distribusi akan lebih cepat tercapai seiring
dengan meningkatnya suhu. Dengan demikian, pada suhu rendah, analit yang
memiliki titik didih rendah akan lebih lama berada dalam fasa gerak dibandingkan
analit yang memiliki titik didih lebih tinggi. Akibatnya, analit bertitik didih rendah
akan terelusi lebih dulu.

7. Pada Gas Kromatografi wujud fase diam adalah cairan untuk kromatografi gas- cair
biasanya cairan yang disaputkan pada bahan penyangga padat yang lembab dan
wujud padatan untuk kromatografi gas-padat dan wujud fasa gerak adalah gas yang
biasanya berupa gas inert seperti helium atau gas yang tidak rekatif seperti nitrogen

8. Peningkatan suhu kolom pada suhu kolom pada analisis menggunakan kromatografi
gas dikenal sebagai gradien suhu. Gradien suhu adalah perubahan suhu per
satuanwaktu, bukanlah peningkatan suhu per panjang kolom. Suhu terprogram, yaitu
suhu yang telah diatur ketetapannya sesuai dengan titik didih dari komponen
senyawa serta sifat volatil dari senyawa dalam kolom
9. kelebihan dan kekurangan kromatografi gas
1. Kelebihan dari GC adalah sebagai berikut :
- Waktu analisis singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.
- Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
- Gas mempunyai viskositas yang rendah.
- Kesetimbangan pertisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relative cepat dan sensitifitasnya tinggi.
- Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase diam yang
sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam campuran.
2. Kekurangan dari GC adalah sebagai berikut:
- Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.
- Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan pada
tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton
sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
- Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap
fase diam dan zat terlarut.
- Titik uap sampel yang terlalu tinggi melebihi suhu maksimal pada kolom,
mengakibatkan kerusakan pada instrument.

10. Pemisahan dengan suhu terprogram dan gradien temperatur pada gas kromatografi
mempunyai keuntungan, yakni mampu meningkatkan resolusi komponen-komponen
dalam suatu campuran yang mempunyai titik didih pada kisaran yang luas.
Disamping itu, pada suhu terprogram juga mampu mempercepat keseluruhan waktu
analisis, karena senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terelusi lebih cepat.
PROJECT OF GAS CHROMATOGRAPHY
Subject (Mata Kuliah) : KIMIA PEMISAHAN

BY (OLEH)
Name : Natalia Valentina Pane
ID. Number : 4193131044
Majority : Kimia
Study Program : Pendidikan Kimia
Group : PSPK B 2019
Day / Date : Jumat, 10 Desember 2021

FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCE


STATE UNIVESITY OF MEDAN
MEDAN
I. Judul Percoban : Penetapan Kadar Etanol Dalam Minuman Beralkohol
Dengan Metode Kromatografi Gas (GC
II. Tujuan Percobaan :
1. Untuk mengetahui prinsip kerja pemisahan etanol pada minuman beralkohol
2. Untuk mengetahui kadar etanol dalam minuman beralkohol dengan kromatografi gas

III. Tinjauan Teoritis :


Kromatografi gas merupakan salah satu Alkohol adalah zat yang sangat umum yang
metode pemisahan dengan menggunakan memiliki berbagai bentuk dan tren di seluruh
gas sebagai fasa gerak Yang melalui suatu budaya. Minuman beralkohol dalam
fasa diam didalam kolom . Pada kalangan sangat bervariasi dalam kandungan
kromatografi ini, komponen komponen etil alkohol dan bahan utama. Pembentukan
senyawa dalam campuran akan analit dalam interaksi sosial menyebabkan
diuapkan ,dibawa dan dielusi oleh fase regulasi konsentrasi alkohol dalam minuman
gerak melalui fasa diam yang berada karena palatabilitas dan faktor kesehatan.
dalam kolom. Pemisahan dengan Dengan penetapan kadar alkohol dalam
kromatografi gas didasarkan atas distribusi berbagai minuman, baik fermentasi maupun
komponen komponen senyawa dalam suling, potensi minuman dapat ditetapkan
campurannya terhadap fasa diam di dalam ( Brill and Wagner ,2012)
kolom .Pada pemisahan dengan metode Angka kadar alkohol pada cairan
ini, analit dalam sampel yang berwujud menunjukkan perbandingannya dengan air.
cair akan akan diuapkan dan dibawa oleh Alkohol bersifat mudah menguap karena
fasa gerak bermigrasi melalui fasa diam rentang rantai karbon C1 sampai C5
didalam kolom dengan kecepatan tertentu mempunyai titik didih 0°C - 50°C.Etanol
dan akan terelusi berdasarkan kenaikan tidak terlalu beracun karena tubuh dapat
titik didih dan interaksinya dengan fasa menguraikannya dengan cepat Alkohol
diam.Kromatografi gas digunakan untuk digunakan secara luas dalam industri dan
pemisahan dan analisis senyawa senyawa ilmu pengetahuan sebagai pereaksi ,pelarut
volatile baik organik dan anorganik dalam dan bahan bakar ( Primadevi, 2016)
suatu campuran (Leba Maria ,2017) Adanya kandungan alkohol dalam suatu
sampel terlihat dari adanya puncak pada
Minuman beralkohol atau dalam rentang waktu tertentu dalam kromatogram
masyarakat biasa disebut minuman keras,
kromatografi gas. Beberapa penelitian telah
akhir-akhir ini menjadi topik yang hangat
diperbincangkan. Masyarakat di beberapa menemukan adanya kandungan alkohol pada
wilayah Indonesia banyak mengkonsumsi sampel dengan kromatografi gas bisa
minuman beralkohol yang dicampur atau disebabkan sensitifitas dan limit deteksi
biasa disebut dengan miras oplosan. yang lebih baik dibandingkan dengan metode
Minuman beralkohol yang sering dijumpai lain (Suseno dan Qomariyah, 2021).
di Indonesia yaitu ciu, arak, tuak, dan Etanol pada produk makanan dan minuman
lapen. Minuman keras tradisional tersebut
hasil proses fermentasi yaitu hasil yang
sering dioplos dengan metanol maupun
dengan obat herbal, sehingga tidak diperoleh dari peragian karbohidrat yang
diketahui kadar yang ditambahkan dalam berkataliskan enzim. Satu tipe enzim
minuman tersebut (Hamidah & Yulianti, mengubah karbohidrat menjadi glukosa
2017 kemudian menjadi etanol, tipe yang lain.
Satu tipe enzim mengubah karbohidrat
menghasilkan cuka (asam asetat), dengan menjadi glukosa kemudian menjadi etanol.
etanol sebagai perantara. Penetapan kadar etanol dengan metode GC
Peragian/fermentasi dilakukan dengan
dapat dilakukan karena etanol merupakan
bantuan sebagian spesies ragi tertentu
seperti Saccharomyces Cerevisiae senyawa mudah menguap.(Hermanto, dkk .
2020)
IV. Alat dan Bahan :
Alat :
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi
1. Gelas beaker 250mL
2. Corong gelas
3. Propipet
4. Gelas beaker 100mL
5. Labu ukur 50mL
6. Pipet tetes 1mL
7. Kertas saring
8. Labu ukur 10mL
9. Kromatografi gas 1

Bahan :
Molecular
No Nama Bahan Formula [M] Phasa Color Quantity
1. Tuak - - Cair Putih Secukupnya.
2. Etanol pa C2H5OH - Cair Putih Secukupnya.
. n butanol C4H10O Cair Putih Secukupnya.

V. Prosedur Kerja :
A. Pembuatan larutan standar etanol 10 %
- Diambil 5 mL etanol pa
- Dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas
- Larutan di gojog hingga homogen

B. Pembuatan larutan standar etanol 1%, 2 %, 4 %, 6 % dan 8 %


 Pembuatan larutan standar etanol 1 %,
- Diambil 1 mL etanol 10 %
- Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL( labu 1)
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 1
- Larutan di gojog hingga homogen

 Pembuatan larutan standar etanol 2 %,


- Diambil 2 mL etanol 10 %
- Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL( labu 1)
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 1
- Larutan di gojog hingga homogen

 Pembuatan larutan standar etanol 4 %,


- Diambil 4 mL etanol 10 %
- Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL(labu 2)
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 2
- Larutan di gojog hingga homogen
 Pembuatan larutan standar etanol 6 %,
- Diambil 6 mL etanol 10 %
- Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL pada labu 3
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas
- Larutan di gojog hingga homogen
 Pembuatan larutan standar etanol 8 %,
- Diambil 8 mL etanol 10 %
- Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL(labu 4)
- Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 4
- Larutan di gojog hingga homogen

C. Persiapan sampel
 Persiapan sampel tuak
- Diambil 2 mL sampel
- Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL
- Dipreparasi dengan menyesuaikan suhu sampel hingga 200C
- Lalu dilarutkan 2 mL sampel dengan 20 mL larutan n butanol standar

D. Analisis sampel dengan kromatografi sampel


 Prosedur menghidupkan kromatografi gas
- Buka kran gas H2 dan gas N2
- Tekan tombol switch ON pada stavolt
- Tekan tomol switch ON pada Unit Power Supply (UPS)
- Tekan tombol switch ON pada GC
- Tekan tombol switch ON pada CPU komputer dan layar monitor
- Klik aplikasi “ peak 426 – 32 “ pada layar monitor
- Klik menu “ edit”
- Pilih “ channel ”
- Pada menu “ FID1- Channels1”,pilih “ temperatur”
- Ubah temperatur dengan klik “ initial dan final temp” pada kolom
- Ubah initial menjadi 60 ℃ dan final temp menjadi 80 ℃ lalu klik ok
- Tunggu hingga optimasi alat selesai ditandai dengan tombol “ start run”
berwarna hijau
 Analisis sampel
- Injek sampel tuak ±1 μL pada GC bersamaan dengan menekan tombol“ start
run” untuk memulai analisis sampel
- Analisis selesai ditandai dengan adanya “ penurunan suhu kolom
- Untuk analisis sampel berikutnya tunggu hingga tombol “ start run” berwarna
hijau
- Lalu injek sampel berikutnya lakukan seperti langkah langkah diawal hingga
semua larutan selesai dianalis yaitu larutan etanol 1%,2 % ,10%, , 4 %, 6 % dan
8 % dan juga larutan sampel anggur merah dan tape ketan
- Untuk mencetak data , klik file kemudian print

A. Skema

Pembuatan larutan standar etanol 10 %

Diambil 5 mL etanol pa
Dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL
Ditambahkan akuades hingga tanda batas
digojog hingga homogen

Hasil pengamatan: larutan standar etanol 10 %

Pembuatan larutan standar etanol 1 %,

Diambil 1 mL etanol 10
Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 1
Larutan di gojog hingga homogen

Hasil pengamatan: larutan standar etanol 1 %

Pembuatan larutan standar etanol 2 %,

Diambil 2 mL etanol 10
Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL( labu 1)
Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 1
Larutan di gojog hingga homogen

Hasil pengamatan: larutan standar etanol 2 %

Pembuatan larutan standar etanol 4 %,

Diambil 4 mL etanol 10
Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL( labu 2)
Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 2
Larutan di gojog hingga homogen

Hasil pengamatan : larutan standar 4 %


Pembuatan larutan standar etanol 6 %,

Diambil 6 mL etanol 10
Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL( labu 3)
Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 3
Larutan di gojog hingga homogen

Hasil pengamatan : larutan standar etanol 6 %

Pembuatan larutan standar etanol 8%,

Diambil 8 mL etanol 10
Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL( labu 4)
Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu 4
Larutan di gojog hingga homogen

Hasil pengamatan : larutan standar etanol 8 %

Tuak

Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL


Dipreparasi dengan menyesuaikan suhu sampel hingga
200C
Lalu dilarutkan 2 mL sampel dengan 20 mL larutan n
butanol standar

Hasil pengamatan : sampel etanol 20 %


Menghidupkan kromatografi gas

Buka kran gas H2 dan gas N2


Tekan tombol switch ON pada stavolt
Tekan tomol switch ON pada Unit Power Supply (UPS)
Tekan tombol switch ON pada GC
Tekan tombol switch ON pada CPU komputer dan layar
monitor
Klik aplikasi “ peak 426 – 32 “ pada layar monitor
Klik menu “ edit”
Pilih “ channel ”
Pada menu “ FID1- Channels1”,pilih “ temperatur”
Ubah temperatur dengan klik “ initial dan final temp”
pada kolom
Ubah initial menjadi 60 ℃ dan final temp menjadi 80 ℃
lalu klik ok
Tunggu hingga optimasi alat selesai ditandai dengan
tombol “ start run” berwarna hijau

Hasil pengamatan :
Analisis sampel

Injek sampel tuak ±1 pada GC bersamaan dengan


menekan tombol“ start run” untuk memulai analisis
sampel
Analisis selesai ditandai dengan adanya “ penurunan suhu
kolom
Untuk analisis sampel berikutnya tunggu hingga tombol “
start run” berwarna hijau
Lalu injek sampel berikutnya lakukan seperti langkah
langkah diawal hingga semua larutan selesai dianalis yaitu
larutan etanol 1 %,2%,10%, , 4 %, 6 % dan 8 %
Untuk mencetak data , klik file kemudian print

Hasil pengamatan : kadar etanol 25,5 %


VI. HYPOTHESIS HASIL PERCOBAAN / REAKSI – REAKSI / PEMBAHASAN :
Adanya kandungan alkohol dalam suatu sampel terlihat dari adanya puncak pada
rentang waktu tertentu dalam kromatogram kromatografi gas. Beberapa penelitian telah
menemukan adanya kandungan alkohol pada sampel dengan kromatografi gas bisa
disebabkan sensitifitas dan limit deteksi yang lebih baik dibandingkan dengan metode
lain
Etanol pada minuman hasil proses fermentasi yaitu hasil yang diperoleh dari peragian
karbohidrat yang berkataliskan enzim. Satu tipe enzim mengubah karbohidrat menjadi
glukosa kemudian menjadi etanol.Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah
tuak. Penetapan kadar etanol dengan metode GC dapat dilakukan karena etanol
merupakan senyawa mudah menguap. Larutan etanol disuntikkan dengan menggunakan
mikro syringe ke dalam kolom pemisah GC. Pada tempat injeksi larutan langsung
menguap dan masuk ke dalam kolom bersama dengan gas pembawa yang inert. Di
dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen gas menurut titik didih dan
polaritas masing-masing senyawa. Komponen-komponen gas yang telah terpisah dan
keluar dari kolom kemudian masuk ke detektor dan sinyal yang terdeteksi dicatat pada
recorder atau integrator. Kadar etanol dapat diketahui dengan menghitung luas puncak
area kromatogram etanol yang tercatat pada recorder.
Titik didih etanol adalah 78,3 °C dan titik didih n-butanol adalah 117-118 °C, untuk hal
ini suhu injektor pada 150 °C agar terjadi penguapan sampel secara langsung saat
sampel disuntikkan ke dalam injector. Suhu kolom dan detektor diatur pada suhu 115
°C dan 200 °C bertujuan untuk menjaga eluen tetap berada pada fase gas.

Gambar 1 Kromatogram larutan standar menunjukkan puncak kromatogram pada


waktu retensi 4.634 (etanol) dan 8,295 (n-butanol). Parameter alat yang mempengaruhi
keakuratan dalam analisis.
Nilai resolusi menunjukkan derajat pemisahan komponen campuran dalam analisis
kromatografi gas dengan selektifitas tinggi pada kondisi optimum. Pada Gambar 1
menunjukkan komponen campuran terpisah secara sempurna (etanol dan n-butanol).
Nilai selektivitas dikategorikan baik dengan Rs ≥ 1,5 ditunjukkan pada kromatogram
terjadi pemisahan secara sempurna dari campurannya.
Validasi metode dilakukan bertujuan untuk memberikan hasil yang mendekati
kebenaran. Karakteristik analisis dalam metode GC antara lain linieritas, batas deteksi,
ketepatan dan ketelitian. Kurva kalibrasi GC larutan standar etanol dan n-butanol dapat
dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 menunjukkan daerah linier pada interval 1 hingga 10% etanol mengikuti
persamaan garis y = 0.2262 [etanol] + 0.1689. Berdasarkan kurva kalibrasi, nilai
koefisien korelasi (r) adalah 0.9984 atau r ≈ 1
Perhitungan dari hasil penelitian menunjukkan nilai batas deteksi senyawa standar
etanol adalah 0,5 ng, artinya batas deteksi standar dibawah 5,0 ng. Alat kromatografi
gas dapat memberi respon pada konsentrasi yang sangat kecil yaitu 5,0 ng.
Validasi ketelitian dapat ditentukan dari simpangan baku dan koefisien variasinya.
Koefisien variasi (CV) menunjukkan suatu ketidaktelitian pengukuran. diketahui CV
sebesar ≤ 2%, yang menunjukkan pengukuran dengan metode GC telah memberikan
ketelitian dengan validitas tinggi. Ketepatan (K) dapat diungkapkan dengan kesalahan
yaitu nilai ketepatan tergantung pada besarnya penyimpangan data dari nilai rata-rata
dengan nilai sebenarnya. diketahui K sebesar ≤ 5%, hal ini berarti metode GC
mempunyai validitas yang tinggi. Validasi parameter akurasi yang lain adalah
perolehan kembali, dimana derajat persetujuan antara nilai yang terukur dengan nilai
sebenarnya.Kadar etanol dalam sampel tuak yang didapatkan menggunakan
kromatografi gas adalah 25,5 %
VII. KESIMPULAN :
1. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada perbedaan distribusi pergerakan
yang terjadi di antara fase gerak dan fase diam untuk pemisahan senyawa yang
berada pada larutan Prinsip kerja pemisahan etanol dalam minuman beralkohol
,Larutan etanol disuntikkan dengan menggunakan mikro syringe ke dalam kolom
pemisah GC. Pada tempat injeksi larutan langsung menguap dan masuk ke dalam
kolom bersama dengan gas pembawa yang inert. Di dalam kolom terjadi pemisahan
komponen-komponen gas menurut titik didih dan polaritas masing-masing senyawa.
Komponen-komponen gas yang telah terpisah dan keluar dari kolom kemudian
masuk ke detektor dan sinyal yang terdeteksi dicatat pada recorder atau integrator.
Kadar etanol dapat diketahui dengan menghitung luas puncak area kromatogram
etanol yang tercatat pada recorder

2. Penentuan kadar alkohol metode GC menunjukkan daerah linier pada interval 1-10%
dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah 0.9984, nilai limit deteksi sebesar 0,15 ng,
koefisien variasi (CV) sebesar ≤ 2%, ketepatan (K) sebesar ≤ 5% dan perolehan
kembali pada rentang 98-102%. Kadar etanol tuak menggunakan metode
kromatografi gas sebesar 25, 5%

VIII. DAFTAR PUSTAKA :


Brill Sarah, ,Wagner .2012. Alcohol Determination in Beverages using Polar Capillary Gas
Chromatografi –mass Spectroscopy and Acetonitrilw Internalstandard. Concordia
College Journal of Analytical Chemistry 3 (1): 6-12

Hamidah Masnu’atul ,Yulianti Kunthi.2017.Temuan Post Mortem Akibat Keracunan


Metanol. E-Jurnal Medika. 6(7) : 1-7

Hermanto Dhony,dkk. 2020 . Penentuan Kandungan Etanol dalam Makanan dan Minuman
Fermentasi Tradisional Menggunakan Metode Kromatografi Gas . Chempublish
Journal .5(2) : 105-115

Leba Maria Aloisia Uron.2017. Buku Ajar Ekstraksi dan Real Kromatografi . Sleman :
Deepublish
Primadevi Susan, Kresnadipayana Dian. 2016. Penetapan Kadar Etanol pada Minuman
Beralkohol Berbagai Merk Melalui Pengukuran Berat Jenis. Jurnal Biomedika 9(1) :
71-74

Suseno D. dan Qomariyah, (2021), Analisis Kadar Alkohol dalam Obat Batuk Sirup dengan
Menggunakan Metode Headspace Kromatografi Gas, Jurnal Kesehatan Vokasional, 6
(3): 139-146.

Medan, 13 Desember 2021

Laboratory Assistant Practicant

(Mega Feronika Purba) (Natalia Valentina Pane)


Id.Number 4183131025 Id. Number. 4193131044
POST TEST GAS CHRMATOGRAPHY
Name : Natalia Valentina Pane
Id. Number : 4193131044
Class : PSPK B 2019
Day / Date : Sabtu, 11 Desember 2021
Petunjuk Pengerjaan
1. Isilah identitas anda pada kolom yang telah disediakan.
2. Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan kemampuan anda.
3. Kerjakanlah dengan sejujurnya.

Question
1. Tuliskan dan jelaskanlah secara singkat prinsip kerja yang anda lakukan dalam
melakukan pemisahan etanol pada minuman beralkohol.
2. Tuliskan dan jelaskan secara singkat dan padat kesimpulan apa yang anda dapatkan
selama melakukan projek ini.

Answer
1. Prinsip kerja pemisahan etanol pada minuman beralkohol
2. Kesimpulan yang dapat saya

Anda mungkin juga menyukai