Oleh :
ALI TORIHIN
010117A119
FAKULTAS KESEHATAN
2021
Pengertian keperawatan kritis
Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada
penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan
bekerja pada lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen keadaan
darurat dan unit gawat darurat.
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah
yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang
bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-
keluarga mereka menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-
Care Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secaracermat dan hati-hati terhadap
suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang
secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam
hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan
pasien yang berkualitas tinggi dan konperhensif. Untuk pasien yang kritis, waktu
adalah vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis,
dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan
cepat.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang
meliputi pengkajian, analisa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. The
American Asosiation of Critical care Nurses (AACN) menyusun standar proses
keperawatan sebagai asuhan keperawatan kritikal.
Standar proses AACN sebagai berikut :
Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan
1. Data akan dukumpulkan secara terus-menerus pada semua pasien yang
sakit kritis dimanapun tempatnya.
2. Identifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada
data yang dikumpulkan.
3. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
4. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas
dari identifikasi masalah/kebutuhan.
5. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus-menerus.
Konsep Legal
1. Pengertian Legal
Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai
tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam
undang-undang keperawatan. Keterkaitan dengan legal formal dalam
memberikan pelayanan keperawatan kritis Keterkaitan dengan
kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan
keperawatan kritis, seperti: UU Kes, PERMENKES dan peraturan
lainnya.
2. Maksud dan Tujuan
a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri
d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
e. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat
berwenang melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
3. Penerapan legal dalam area critical care
Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin
yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan
praktik profesi perawat yaitu Surat Tanda Registrasi (STR) bila bekerja
di dalam suatu institusi. Kewenangan itu, hanya diberikan kepada
mereka yang memiliki kemampuan, namun memiliki kemampuan tidak
berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang
didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat
dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus
dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat
umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa
segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan
kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-
masing.
a. Fungsi Hukum dalm Praktik Perawat
Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan
mana yang sesuai dengan hukum
Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan
keperawatan mandiri
Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
b. Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik Keperawatan pasal 15
dan 16
Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan
evaluasi.
Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan
tertulis dokter
Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban
- Menghormati hak pasien
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
- Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
- Memberikan informasi
- Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
- Melakukan catatan perawatan dengan baik
c. Larangan
Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin
dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
d. Sanksi: sesuai dengan kebijakan pimpinan rumah sakit
e. Hak dan Kewajiban Perawat
Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat :
1) Kewajiban:
Setiap perawat wajib mempunyai:
- Sertifikat kompetensi
- Surat Tanda Registrasi
- Surat ijin Praktek (SIP)
- Memperbaharui sertifikat kompetensi
Menghormati hak pasien
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
Konsep Etik
1. Pengertian Etik
Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa
yang benar atau apa yang paling tepat, memutuskan apa yang konsisten
dengan sistem nilai yang ada dalam organisasi dan diri pribadi. Etik
merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa
yang akan dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana
seharusnya perawat berprilaku, apa yang harus dilakukan perawat terhadap
kliennya dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis.
2. Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam Crritical Care
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut
(kozier, Erb. 1990):
a. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat,
pasien, dan anggota tenaga kesehatan lainnya.
b. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat
perawat yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk
membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
c. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan
untuk mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran
praktik keperawatan profesional.
d. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan
professional.
3. Penerapan pengetahuan etik di area critical care
Terdapat delapan asas etik dalam keperawatan yaitu
a. Autonomi (otonomy)
Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam
hal ini setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh
persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat. Dengan mengikuti prinsip
autonomi berarti menghargai pasien untuk mengambil keputusan sendiri
berdasarkan keunikan individu secara holistik.
b. Non maleficence (tidak merugikan)
yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang merugikan pasien, setiap
tindakan medis dan keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan
pasien. Berarti tindakan yang dilakukan tidak menyebabkan bahaya bagi
pasien, bahaya disini dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan dan bahaya yang tidak disengaja
c. Beneficence ( kemurahan hati)
yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap tindakan medis
dan keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti
melakukan yang baik yaitu mengimplementasikan tindakan yang
menguntungkan pasien dan keluarga
d. Justice (perlakuan adil)
yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat adil, dokter
dan perawat harus menggunakan rasa keadilan apabila akan melakukan
tindakan kepada pasien
e. Fidelity (setia, menepati janji ),
Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang.Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat . Setiap tenaga
keperawatan mempunyai
tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja,
pemerintah dan
masyarakat. Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggungjawab,
maka diperlukan penentuan prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada.
f. Veracity (kebenaran, kejujuran),
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu
kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah
landasan untuk “informed concent” yang baik. Perawat harus dapat
menyingkap semua informasi yang diperlukan oleh pasien maupun
keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
g. Confidenciality ( kerahasiahan )
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat
menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga profesional
kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/ diberbagikan kepada
pihak lain secara tidak tepat. Perlu dipahami bahwa berbagi informasi
tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang
ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia
selama informasi tersebut relevan dengan kasus yang ditangani
h. Accountability ( akuntabilitas )
Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah
konsekwensi bahaya, apakah tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan
ini adil, karena dalam pelayanan kesehatan petugas dalam hal ini dokter
dan perawat tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status sosialnya,
tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian tindakan tersebut pada
pasien. Hak-hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-hak tersebut
menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-
determination, perlakuan adil dan integritas diri. Dilema moral masih
mungkin terjadi apabila prinsip moral otonomi dihadapkan dengan prinsip
moral lainnya, atau apabila prinsip beneficence dihadapkan dengan non
maleficence, misalnya apabila keinginan pasien (otonomi) ternyata
bertentangan dengan dengan beneficence atau non maleficence, atau bisa
saja apabila sesuatu tindakan mengandung beneficence dan
nonmaleficence terjadi secara bersamaan sepeti “ Rule of Double Effect
(RDE)” yaitu apabila suatu tindakan untuk memberikan kenyamanan
berdasarkan prinsip beneficence tetapi sekaligus memiliki resiko
terjadinya perburukan sehingga berlawanan dengan prinsip
nonmaleficence.(Nurhayati, 2015)
Urden, L.D., Stacy, K.M., & Lough, M.E. (2006). Thelan’s Critical Care Nursing,
Diagnosis And Management, St. Louis: Mosby
Nurhayati, V. (2015). Aspek Legal Dan Etik Keperawatan Critical Care. 47–58.
Sadli, M. F., Tavianto, D., & Redjeki, I. S. (2017). Gambaran Pengetahuan Klinisi
Ruang Rawat Intensif mengenai Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
Bundle di Ruang Rawat Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal
Anestesi Perioperatif, 5(2), 85. https://doi.org/10.15851/jap.v5n2.1108