OLEH KELOMPOK 2
Irshandy B. S. Modeong/19105024
Anggia M. Liatahi/19105005
Chabelita Kaat/19105011
Verinica C. Purnomo/19105007
Gita Alifia F. Bambela/19105008
T/P 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................................................
D. Manfaat.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu
yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science
Educational Standart (2003: 20) bahwa ”Learning science is an active process.
Learning science is something student to do, not something that is done to them”.
Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang
terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental. Pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami
tentang fenomena alam. Selain itu seorang guru juga harus kreatif , dan inovatif .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat
2. Mahasiswa sebagai calon guru dapat mengetahui teori belajar yang baik dan dapat
diterapkan pada anak didiknya kelak
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan
memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain. Pembelajaran terjadi
apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya
namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan kemampuannya.
Pada teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan Pavlov,
Edward Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Teori
behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Pembelajaran yang berpijak pada teori ini
memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak berubah. Belajar
merupakan perolehan pengetahuan dan mengajar dianggap memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki pemahaman yang
sama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar dianggap sebagai objek
yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik dan
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas pada peserta didik untuk
berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi kemampuan. Sebagai konsekuensi teori
ini, para guru akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap,
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh
guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tujuan
pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini
adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. (Fitri
Fatimah. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.)
Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan
kondisi behavioristik. Behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan , cocok diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Belajar dipandang sebagai usaha untuk
mengerti sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan
lingkungannya dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang
bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.
Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2) Fase penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang
yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya
perubahan pada kemampuan atau sikapnya.
Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan
apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan
tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi
penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya
dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya
proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
Mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga
didapati proses belajar yang mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase
penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.
Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
b) Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;
c) Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.
b) Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan,
agar murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke
dalam struktur kognitifnya.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa sehingga membantu
siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Inti dari teori belajarnya
adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif
seseorang. Mengajar adalah mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses
belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih
bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif
jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
a) Pengatur awal
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama
dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
c) Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak
konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian
contoh-contoh.
d) Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki
yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu
1) Tahap Enaktif
2) Tahap Ikonik
3) Tahap Simbolik
Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak tidak lagi
terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek
riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.
Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan
mengenai materi yang sedang dipelajari.
Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.
c) Tahap evaluasi
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi
yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa
harusmampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa
tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat
manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme
memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi
bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
b. Tokoh Humanisme
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar huamanisme yaitu
diantaranya :
2. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua
hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu.
3.Carl Roger
Seorang psikolog humanism yang menekankan perlunya sikap salaing
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-
masalahkehidupannya. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran. Ada
beberapa Asumsi dasar teori Rogers adalah:Kecenderungan formatif; Segala hal di
dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil; Kecenderungan aktualisasi; Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
c. Aplikasi dan Implikasi Humanisme
a. Guru Sebagai Fasilitator
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak
hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan.
B. Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita
harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik
bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat memahami dan menggunakan
teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga
proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/amp/akmala-04/teori-belajar-
humanisme_5508e7368133118c1cb1e1fd
http://www.academia.edu/9998908/MAKALAH_TEORI_BELAJAR_LENGKAP
https://annisadivasitinurbarani99.blogspot.com/2019/02/makalah-teori-pembelajaran-
ipa-di-sd.html?m=1
http://dharayanata.blogspot.com/2013/10/makalah-pembelajaran-ipa.html?m=1
http://repository.ut.ac.id/4021/2/PDGK4202-M1.pdf