Anda di halaman 1dari 20

Teori Belajar IPA/IPA

MATA KULIAH : PEMBELAJARAN IPA KELAS RENDAH

DOSEN: Dr. W.H.F. Rorimpandey, STP, MPd

OLEH KELOMPOK 2

Irshandy B. S. Modeong/19105024
Anggia M. Liatahi/19105005
Chabelita Kaat/19105011
Verinica C. Purnomo/19105007
Gita Alifia F. Bambela/19105008

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

T/P 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................................................

C. Tujuan Penulisan................................................................................................

D. Manfaat.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran IPA SD............................................................................

1. Teori Belajar Konstruktivisme......................................................................

2. Teori Belajar Behaviourisme........................................................................

3. Teori Perkembangan Kognitif......................................................................

4. Teori Belajar Humanisme.............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran IPA merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu
yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science
Educational Standart (2003: 20) bahwa ”Learning science is an active process.
Learning science is something student to do, not something that is done to them”.
Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang
terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental. Pembelajaran IPA
menggunakan pendekatan empiris yang sistematis dalam mencari penjelasan alami
tentang fenomena alam. Selain itu seorang guru  juga harus kreatif , dan  inovatif .

Pembelajaran tersebut tidak hanya tentang bagaimana mengajar, namun diperlukan


dasar atau landasan yang akan digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Landasan atau dasar ini adalah teori belajar. Teori belajar dikembangkan oleh para
ahli. Melalui pemahaman tentang teori pembelajaran mahasiswa calon guru sekolah
dasar diharapkan dapat mengembangkan kompetensi siswa selama proses
pembelajarannya yang disesuaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

B. Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari Teori Belajar?

2.      Apa saja Teori Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?

C. Tujuan Penulisan

1. untuk mengetahui apa pengertian Teori Belajar

2. untuk mengetahui apa saja Teori Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

D. Manfaat

1. Siswa sebagai pelajar dapat menggunakan teori-teori untuk mengembangkan cara


belajar2.

2. Mahasiswa sebagai calon guru dapat mengetahui teori belajar yang baik dan dapat
diterapkan pada anak didiknya kelak
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran IPA SD

Menurut Kerlinger, teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama


lainnya yang mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena. Belajar
merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya
dan merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat untuk mendapatkan
perubahan pada dirinya melalui pelatihan atau pengalaman. Terdapat beberapa teori
dalam belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang dapat dijadikan dasar
dalam mengembangkan pembelajaran IPA. (Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran
IPA SD.)

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan


adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah
sesuatu yang ada diluar, tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya
berdasarkan dari hasil pengalaman yang didapatkannya. Menurut Slavin dalam
Trianto (2009) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan suatu proses dimana
anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui
pengalaman dan interaksi mereka. Anak secara aktif membangun pengetahuan dengan
cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata
lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran
aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita berdasarkan
pengembangan skemata siswa yang berasal dari proses asimilasi dan
akomodasi. (Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA SD.)

Aliran kosntruktivisme menghendaki peserta didik untuk mencari sendiri


berdasarkan pengalaman dari indra yang dimilikinya sehingga didapatkan
pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Belajar merupakan proses timbal balik antara
individu dan individu, individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok.
Jadi belajar dapat berasal dari diri sendiri maupun dari keterlibatan orang lain yang
dapat dijadikan siswa untuk mengevaluasi maupun memperbaiki pemahaman atau
pengetahuan siswa.
Implikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran, diantaranya siswa dapat
belajara melalui pengamatan dan pemberian pengalaman kepada siswa, untuk
mengkonstruksi pengetahuan pada siswa maka pembelajaran lebih didasarkan pada
permasalahan sehari – hari, pemecahan masalah dapat dilakukan melalui pemikiran
pribadi siswa dan akan lebih baik berasal dari tukar pemikiran dengan orang lain
untuk memperkaya pengetahuan siswa.

Teori pembelajaran ini tepat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, sebab


pembelajaran akan lebih bermakna dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA
yang lebih diarahkan ke lingkungan siswa. Hal ini disebabkan siswa dapat
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya didasarkan apa yang diketahui
dilingkungannya. Pembelajaran yang bermakna akan membuat siswa lebih paham
tentang apa yang dipelajarinya. Teori belajar konstruktivisme dianggap mampu
mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian siswa, sebab siswa akan
berusaha mencari dan berpikir cara untuk mendapatkan hal yang diinginkan , siswa
tidak hanya sebagai penerima pesan satu arah dari guru. Siswa dapat melakukan
diskusi dan ekperimentasi . Menurut (Jensen, 2011) Salah satu cara untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa dapat dilakukan melalui beberapa hal
yaitu mengajukan pertanyaan bermutu tinggi, menganalisa dan meramalkan informasi,
dan mengembangkan keterampilan berdiskusi.

Tokoh teori konstruktivisme adalah piaget dan Vygotsky. Teori konstruktivisme


dari Piaget lebih menekan bahwa peserta didik belajar dari pengalamannya atau
individu peserta didik tersebut seperti halnya teori pekembangan kognitif yang telah
disampaikan sebelumnya.

1)      Teori Belajar Vygotsky

Vygotskt merupakan tokoh konstruktivisme social, yang mana menyatakan bahwa


siswa akan dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit
apabalia mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.
(Farida Nur Kumala. 2016. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar.)

Belajar yaitu suatu proses dimana seorang siswa belajar setahap demi setahap akan
memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan orang lain. Pembelajaran terjadi
apabila anak-anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya
namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkuan kemampuannya.

Proses pembelajaran terjadi dua tahap yaitu :

a)      Terjadi saat anak beajar secara berkolaborasi dengan orang lain

b)      Dilakukan secara individual yang didalamnya terjadi proses internalisasi


Mengajar adalah membimbing siswa untuk mengembangkan ide-ide baru dan
berkolaborasi dengan orang lain sehingga fungsi guru sebagai pembantu dan mediator
pembelajaran siswa.

Penerapan Dalam Pembelajaran IPA SD:

1)      Pembelajaran kooperatif antar siswa tertata dengan baik

2)      Pendekatannya dalam pembelajaran menerapkan scfolding yaitu pemberian


sejumlah besar bantuan pada siswa pada awal bantuan pembelajaran sehingga siswa
semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri.
Kemudian secara perlahan bantuan tersebut dikurangi dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab setelah ia mampu
mengerjakan sendiri.

3)      Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah prinsip pemahaman kita


tentang dunia di sekitar kita dimulai melalui pengalaman

4)      Dikehendaki setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,


sehingga siswa dapat berinteraksi disekitar tugas-tugas dan saling memunculkan
strategi pemecahan yang efektif

2. Teori belajar Behaviourisme

Pada teori ini dikembangkan oleh beberapa ilmuwan diantaranya Ivan Pavlov,
Edward Lee throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull. Teori
behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Pembelajaran yang berpijak pada teori ini
memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif, tetap, tidak berubah. Belajar
merupakan  perolehan pengetahuan  dan mengajar dianggap memindahkan
pengetahuan ke orang yang belajar. Pelajar diharapkan memiliki pemahaman yang
sama dengan terhadap pengetahuan yang diajarkan. Pelajar dianggap sebagai objek
yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik dan
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas pada peserta didik untuk
berkreasi, bereksperimen, dan mengeksplorasi kemampuan. Sebagai konsekuensi teori
ini, para guru akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap,
sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh
guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti
contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tujuan
pembelajaran ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini
adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. (Fitri
Fatimah. Analisis Teori Belajar Sesuai Dengan Pembelajaran Ipa.)

Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan
kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan
kondisi behavioristik. Behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan , cocok diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan
harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.

3. Teori Perkembangan Kognitif

Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Belajar  dipandang sebagai usaha untuk
mengerti sesuatu yang dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempraktekkan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Tokoh-tokoh dalam pengembangan teori Kognitif , yaitu :

1)      Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne, Belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia,
Belajar menyangkut interaksi antara pembelajar (orang yang belajar) dan
lingkungannya dan Belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang
bertahap cukup lama selama kehidupan orang itu.

Menurut Gagne, ada 4 buah fase dalam proses belajar, yaitu:

1)      Fase penerimaan (apprehending phase)

Pada fase ini, rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa
langkah. Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2)      Fase penguasaan (Acquisition phase)

Pada tahap ini akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang
yang telah belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya
perubahan pada kemampuan atau sikapnya.

3)      Fase pengendapan (Storage phase)

Sesuatu yang telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat
digunakan bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.

4)      Fase pengungkapan kembali (Retrieval phase)

Apa yang telah dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dalam ingatan) dengan maksud
untuk digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan
apa yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan
tersebut, dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi
penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya
dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.

Menurut Gagne, fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya
proses belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
Mengajar adalah membimbing siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga
didapati proses belajar yang mengahasilkan perubahan tingkah laku yang melalui fase
penerimaan, penguasaan, pengendapan, dan pengungkapn kembali.

Penerapan Teori Gagne Dalam Mengajarkan IPA di SD :

a.       Mengaktifkan motivasi (activating motivation)

b.      Memberi tahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar (instructional information)

c.       Mengarahkan perhatian (directing motivation)

d.      Merangsang ingatan (stimulating recall)

e.       Menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance)

f.       Meningkatkan retensi (enhancing retention)

g.      Membantu transfer belajar (helping transfer of learning)

h.      Mengeluarkan perbuatan (eliciting performance) dan memberi umpan balik


(providing feedback)
2)      Teori Belajar Piaget

Belajar adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan,
semuannya bergantung pada aktifitas mental peserta didik. Peserta didik hendaknya
diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru sesuai
dengan perkembangan peserta didik. Mengajar adalah memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :

a.       Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur


kognitif  yang   sudah ada.

b.      Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.

c.       Equilibrasi : penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan


akomodasi.

Piaget juga mengatakan  bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap


perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Oleh karena itu guru seharusnya
memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi,
metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya. Menurut Piaget, ada
sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran
di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA. Ketiga hal tersebut adalah :

a)      Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan ;

b)      Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian ;

c)      Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup untuk
menjamin perkembangan intelektual anak.

Cara Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget

a)      Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan


pancaindra dengan benda nyata atau konkret.

b)      Penata awal, yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan,
agar murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke
dalam struktur kognitifnya.

c)      Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat


perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan
d)     Guru harus selalu memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan,
apakah mereka melaksanakan dengan benar, apakah mereka tidak mendapatkan
kesulitan.

e)      Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri


jawabanya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif jawaban bila sewaktu-
waktu dibutuhkan

f)       Pada akhir pembelajaran, guru mengulas kembali bagaimana siswa dapat


menemukan jawaban yang diinginkan. .(Siti Nurjannah. 2016. Teori Belajar dalam
Pembelajaran IPA SD (E-Learning)).

3)      Teori Belajar Ausubel

              Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
(advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang
mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa sehingga  membantu
siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Inti dari teori belajarnya
adalah belajar bermakna. Belajar bermakna adalah suatu proses yang dikaitkan dengan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif
seseorang. Mengajar adalah mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses
belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat pendidikan dasar, akan lebih
bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas, dilibatkan langsung dalam kegiatan
pembelajaran. Sedangkan pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif
jika menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.

       Dalam penerapannya di IPA SD, Ausubel membuat peta hirarki konsep-konsep


dimana konsep- konsep yang bersifat umum berada di puncak hirarki dan semakin ke
bawah konsep-konsep diurutkan lebih khusus. Hal tersebut didasarkan pada prinsip-
prinsip yang dikemukakan oleh Ausubel yaitu :

a)      Pengatur awal

Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama
dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.

b)      Prinsip Diferensiasi Progresif

Dalam diferensiasi progresif, konsep-konsep yang diajarkan dimulai dengan konsep-


konsep yang umum menuju konsep-konsep yang lebih khusus.

c)      Prinsip Rekonsiliasi integratif


Dalam rekonsiliasi integratif, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu
diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya

Ada empat ciri peta konsep Ausubel, yakni:

a)      Pemetaan konsep merupakan suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep


dan organisasi dalam suatu bidang studi. Ini berlaku bukan hanya untuk bidang studi
IPA

b)      Suatu peta konsep merupakan suaatu gambaran/diagram dua dimensi daari


suaatu disiplin atau suatu bagian dari suatu disiplin.

c)      Dari setiap konsep, konsep yang paling umum (inklusif) terdapat pada puncak
konsep, makin kebawah konsep-konsep menjadi lebih khusus sampai pada pemberian
contoh-contoh.

d)     Suatu peta konsep memmuat hierarki konsep-konsep. Makin tinggi suatu hierarki
yang ditunjukkan maka makin tinggi nilai peta konsep itu

4)      Teori Belajar Bruner

Belajar merupakan kegiatan perolehan informasi yang disebut sebagai belajar


penemuan yang merupakan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Bruner mengungkapkan bahwa dalam proses belajar, anak sebaiknya
diberikan kesempatan untuk memanipulasi objek atau benda-benda (alat peraga).
Melalui alat peraga itu, anak akan langsung melihat bagaimana keteraturan dan pola
srtuktur dari benda yang diperhatikannya tersebut. Keteraturan yang didapat anak
melaui pengamatan/keterlibatan secara langsung tersebut kemudian oleh anak
dihubungkan dengan keterangan instuitif yang melekat padanya.

Ada tiga tahap pembelajaran dikemukakan oleh Bruner, yaitu :

1)      Tahap Enaktif

Anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik objek)

2)      Tahap Ikonik

Kegiatan yang dilakukan anakberhubungan dengan mental yang merupakan gambaran


dari objek-objek yang memanipulasinya.

3)      Tahap Simbolik
Anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak tidak lagi
terkait objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek
riilnya. Anak yang memulai untuk secara simbolik memproses informasi.

Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:

a)      Tahap informasi (tahap penerimaan materi)

Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan
mengenai materi yang sedang dipelajari.

b)      Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)

Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual.

c)      Tahap evaluasi

Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi
yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau
masalah yang dihadapi.

Penerapan Model Belajar Bruner Dalam Pembelajaran IPA di SD :

Dalam penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan


model pembelajaran penemuan. Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru dan biasanya
menggunakan barang yang nyata. Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah
sebagai seorang pemberi informasi melainkan seorang penuntun untuk mendapatkan
informasi.(Nurjannah, Siti. 2016. Teori Belajar dalam Pembelajaran IPA SD (E-
Learning)).A

APLIKASI PRINSIP KOGNITIVISME  DALAM PEMBELAJARAN


Ada dua kajian mengenai teori kognitif yang penting dalam perancangan
pembelajaran, yaitu: (1) teori tentang struktur representasi kognitif, dan (2) proses
ingatan (memory). Struktur kognisi didefinisikan sebagai struktur organisasional yang
ada dalam ingatan seseorang ketika mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang
terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual. Proses ingatan merupakan pengelolaan
informasi di dalam ingatan (memory) dimulai dengan proses penyandian informasi
(coding), diikuti penyimpanan informasi (strorage), dan kemudian mengungkapkan
kembali informasi-informasi yang telah di simpan dalam ingatan (retrieval).
Dengan adanya konsep tersebut, maka sebagai kata kunci dalam teori psikologi
kognitif adalah “Information Processing Model” yang mendeskripsikan: proses
penyandian informasi, proses penyimpanan informasi, dan proses pengungkapan
kembali suatu informasi atau pengetahuan dari konsepsi pikiran. Model tersebut akhir-
akhir ini semakin mendominasi sebagian besar riset atau pembahasan mengenai psiko-
logi pendidikan atau pembelajaran. Jadi, dalam model ini peristiwa-peristiwa mental
diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dimulai dari input (masukan)
berupa stimulus hingga menjadi output (keluaran) berupa respon (Slavin, 1994).
Dengan demikian, fokus pada masalah belajar adalah: suatu kegiatan berproses, dan
selanjutnya suatu perubahan bertahap. Dalam tahap pengelolaan informasi yang
berasal dari stimulus eksternal, Bruner menyampaikan tahap tersebut menjadi tiga fase
dalam proses belajar, yaitu: (1) fase informasi, (2) fase transformasi, dan (3) fase
evaluasi (Barlow, 1985). Dan menurut Witting (1981) setiap proses belajar akan selalu
berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu: (1) Acquisition (tahap perolehan atau peneri-
maan informasi), (2) Storage (tahap penyimpangan informasi), dan
(3) Retrieval (tahap menyampaikan kembali informasi). Dan untuk
mengaplikasikannya dalam proses belajar dan pembelajaran meliputi: (a) pembelajar
akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut
disusun dalam pola dan logika tertentu, (b) penyusunan materi pelajaran harus dari
yang sederhana ke yang rumit, (c) belajar dengan memahami lebih baik daripada
dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian, dan (d) adanya perbedaan
individual pada pembelajar harus diperhatikan.
 

4. Teori belajar Humanisme

Dalam teori humanisme lebih melihat pada perkembangan kepribadian


manusia. pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaiman dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang di sebut sebagai potensi manusia
dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajaranya
pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan posotif tersebut erat
kaitanya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif.
Dalam teori pembelajaran humanisme, belajar merupakan proses yang dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. dimana memanusiakan manusia
disini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri,
serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

a. Ciri-ciri Teori Humanisme

Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan


positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan
hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa
harusmampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa
tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat
manfaat dan kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme
memandang belajar sebagai sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi
bagian/domain yang ada yaitu dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik.

Dengan kata lain, pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau


perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk
itu, metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai
kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam pembelajaran
lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan menguntungkan,
kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran sehingga
menghasilkan suatu proses pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan
hasil belajar yang dicapai siswa.

b. Tokoh Humanisme

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar huamanisme yaitu
diantaranya :

1. Arthur Combs (1912-1999)

Arthur Combs bersama dengan Donald Syngg menyatakan bahwa belajar


terjadi apabila mempunyai arti bagi individu tersebut. Artinya bahwa dalam kegiatan
pembelajaran guru tidak boleh memaksakan materi yang tidak disukai oleh siswa.
Sehingga siswa belajar sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa adanya paksaan
sedikit pun. Sebenarnya hal tersebut terjadi tak lain hanyalah dari ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesautu yang tidak akan memberikan kepuasan bagi
dirinya.
Sehingga guru harus lebih memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus
berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru
membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah
menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
membawa diri siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran
tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.

2. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua
hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi


kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke
arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri
sendiri.

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila


seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow
ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu
ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

3.Carl Roger
Seorang psikolog humanism yang menekankan perlunya sikap salaing
menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-
masalahkehidupannya. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran
adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran. Ada
beberapa Asumsi dasar teori Rogers adalah:Kecenderungan formatif; Segala hal di
dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil; Kecenderungan aktualisasi; Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk
bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual
mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
c. Aplikasi dan Implikasi Humanisme
a. Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi


kelompok, atau pengalaman kelas

2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan


di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

3.Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan


tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

4.  Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang


paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.

5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.

6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima


baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk
menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat


berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.

8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

d. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.

Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini cocok untuk diterpkan pada materi-


materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pada teori-teori


belajar dan pendekatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar
memiliki banyak kajian yang berbeda berdasarkan teori-teori yang telah
dikembangkan oleh para ahli. Yang terbagi menjadi empat bagian teori yaitu, teori
behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme dan humanisme.

Teori konstruktivisme merupakan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan


adalah hasil konstruksi dari kegiataan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah
sesuatu yang ada diluar, tetapi ada dalam diri seseorang yang membentuknya
berdasarkan dari hasil pengalaman yang didapatkannya.

Teori behavioristik menyatakan bahwa belajar merupakan bentuk yang dialami


siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar, tidak
hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons bebih dari itu belajar adalah
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu
pengetahuan dibangun didalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan.

Dalam teori humanisme lebih melihat pada perkembangan kepribadian


manusia. pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaiman dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif.

B. Saran

Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas, kita
harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar yang menarik
bagi siswa dan tidak membosankan. Semoga kita dapat memahami dan menggunakan
teori-teori serta pendekatan yang sesuai dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga
proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/amp/akmala-04/teori-belajar-
humanisme_5508e7368133118c1cb1e1fd

http://www.academia.edu/9998908/MAKALAH_TEORI_BELAJAR_LENGKAP

https://annisadivasitinurbarani99.blogspot.com/2019/02/makalah-teori-pembelajaran-
ipa-di-sd.html?m=1

http://dharayanata.blogspot.com/2013/10/makalah-pembelajaran-ipa.html?m=1

http://repository.ut.ac.id/4021/2/PDGK4202-M1.pdf

Anda mungkin juga menyukai