Anda di halaman 1dari 9

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon

yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain.

Sistem endokrin merupakan bagian dari sistem koordinasi yang berfungsi untuk mengatur kegiatan-
kegiatan dalam tubuh. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,
kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.

• Fungsi

Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologis tubuh, seperti
aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.

Sistem endokrin pada manusia memilki fungsi yang paling umum, yaitu:

-Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang;

-Menstimulus urutan perkembangan;

-Mengkoordinasi sistem reproduktif;

-Memelihara lingkungan internal yang optimal

-Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat;


-Mengontrol dan merangsang aktivitas kelenjar tubuh;

-Merangsang pertumbuhan jaringan;

-Mengatur metabolisme.

•Struktur dan Komponen

1. Hormon

Hormon adalah sinyal kimiawi yang disekresikan oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh dan
mengkomunikasikan pesan-pesan yang bersifat mengatur di dalam tubuh.[3] Hormon dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah yang sangat terbatas. Kelebihan atau kekurangan hormon dapat mengakibatkan
gangguan fungsi tubuh.

Mekanisme kerja hormon pada sel target organ adalah dengan cara menduduki atau berikatan dengan
reseptor. Satu reseptor spesifik hanya dapat berikatan dengan satu jenis hormon saja. Reseptor hormon
berada di sitoplasma sel untuk hormon steroid, sedangkan reseptor hormon non-steroid terletak di
membran sel.

Ket gambar :

Hormon protein/peptida berikatan dengan reseptor di permukaan sel. Sedangkan hormon berjenis
steroid dan tiroksin berdifusi untuk berinteraksi dengan reseptor di dalam sitosol atau inti sel.
Keterangan: (a) hormon, (b) membrane sel, (c) sitoplasma, dan (d) nukleus.

Berdasarkan sifat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama, yaitu:

-Hormon peptida diantaranya hormon-hormon hipotalamus, Angiostensin, Somatostatin, Gastrin,


Sekretin, Kalsitonin, Glukagon, Insulin dan Parathormon. Sedangkan hormon protein besar diantaranya
Hormon pertumbuhan, Prolaktin, LH, FSH, dan TSH;

- Hormon yang termasuk dalam kategori steroid ialah Testosteron, Estrogen, Progesteron, dan
Kortikosteroid;

-Hormon yang merupakan turunan tirosin adalah Noradrenalin, Adrenalin, Tiroksin dan Triiodotironin.
2. Persinyalan Seluler

Ilustrasi Parakrin dan Autokrin

Sel-sel berkomunikasi satu sama lain melalui sinyal-sinyal kimiawi hormon, yang berupa molekul-
molekul sederhana seperti asam amino atau asam lemak yang mengalami modifikasi, atau molekul-
molekul peptida yang lebih kompleks, protein atau steroid. Komunikasi dapat terjadi secara lokal antar
sel di dalam jaringan atau organ, atau pada jarak tertentu di jaringan antar organ yang berlainan.
Komunikasi sel-sel yang berdekatan dilakukan melalui sekresi parakrin, yaitu komunikasi antar sel yang
berdekatan dengan melepaskan sinyal-sinyal kimiawi ke dalam cairan ekstraseluler dan mencapai tujuan
melalui proses difusi sederhana. Sedangkan komunikasi yang terjadi sebagai respons sel terhadap
sekresi dirinya sendiri disebut sekresi autokrin.

Contoh sekresi parakrin adalah hormon histamin yang disekresi oleh mast cell dan sel parietal pada
lambung sapi, akan merangsang pengeluaran asam lambung. Contoh sekresi autokrin adalah
prostaglandin dan faktor pertumbuhan yang mirip insulin.

3.Mekanisme Kerja
Pada aksis Hipotalamus-Pituitari-Adrenal, corticotropin releasing hormone (CRH) menyebabkan hipofisis
melepaskan ACTH. Kemudian ACTH merangsang korteks adrenal untuk mensekresi kortisol. Selanjutnya
kortisol kembali memberikan umpan balik terhadap aksis hipotalamus-hipofisis, dan menghambat
produksi CRH-ACTH. Kortisol melakukan kontrol umpan balik negatif untuk menstabilkan konsentrasinya
sendiri didalam plasma.

Sistem endokrin berfungsi berdasarkan konsep mekanisme umpan balik. Untuk mempertahankan fungsi
regulasi yang benar, kelenjar endokrin menerima informasi umpan balik yang konstan tentang kondisi
sistem yang diatur, sehingga sekresi hormon dapat disesuaikan. Kadar hormon harus dipertahankan
pada batas yang tepat karena jumlah hormon yang tepat sangat perlu untuk mempertahankan
kesehatan sel atau organ. Faktor yang terkait dalam pengendalian hormon adalah kontrol umpan balik
(feedback control). Kelenjar A di stimulasi untuk memproduksi hormon X. Hormon X menstimulasi organ
B untuk mengubah (meningkatkan atau mengurangi) zat Y. Perubahan pada zat Y mencegah produksi
hormon X.

Mekanisme umpan balik pada kelenjar endokrin dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu:

Umpan balik negatif langsung, terjadi ketika peningkatan kadar suatu hormon di dalam sirkulasi, akan
menyebabkan penurunan aktivitas sekresi dari sel-sel kelenjar endokrin yang memproduksi hormon
tersebut.

Umpan balik tidak langsung, terjadi ketika hormon yang di sekresi kelenjar target menghambat sekresi
releasing hormone dari hipotalamus.

Pada umpan balik loop pendek, pengaruh terhadap sekresi hormon beraksi secara langsung dengan
menurunkan sekresi hormon.
Ket gambar : Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Gonad yang meregulasi hormon-hormon reproduksi pada laki-
laki.

4. Kelenjar Endokrin

Kelenjar endokrin adalah organ tubuh yang mempunyai fungsi untuk menghasilkan substansi (hormon)
yang secara biologis sangat berguna. Sekresi atau hormon dari kelenjar ini mengalir langsung ke dalam
aliran darah dan dapat memberikan efek menyebar luas.Kelenjar endokrin dapat berupa sel tunggal
atau berupa organ multisel. Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar diantaranya adalah
hipotalamus, hipofisis, pankreas, adrenal, tiroid, paratiroid, ovarium, testis, serta timus.
Kelenjar endokrin lain yang mensekresikan hormon atau senyawa menyerupai hormon, antara lain:

Saluran pencernaan (Usus) : Gastrin, Sekretin, CCK (cholecystokinin), gastric-inhibitory peptide (GIP),
pancreatic polypeptide, motilin, neurotensin, enteroglucagon.

Ginjal : Renin, Eritropoietin, Prostaglandin, nitric oxide, dan endothelin.


5. Sel-Sel

Pada sistem endokrin terdapat berbagai macam tipe sel yang berperan dalam menghasilkan hormon-
hormon dan merupakan bagian penyusun dari suatu jaringan dan organ di dalam sistem endokrin. Sel-
sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sel neurosekretori dan sel endokrin
sejati. Sel neurosekretori adalah sel yang berbentuk seperti saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil
hormon. Contohnya ialah sel saraf pada hipotalamus, yang menunjukkan fungsi endokrin sehingga dapat
disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut
sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf yang terdapat pada hipotalamus disebut sel
neurosekretori. Sedangkan sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon dan tidak
memiliki bentuk seperti sel saraf disebut sel endokrin sejati.

•Hipotalamus

•Hipofisis

Adenohipofisis tersusun atas sejumlah jenis sel-sel yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik warna
dalam pengecatan mikroskop, yaitu:

-Kromofob yang menyerap warna sangat sedikit dan bergranula halus, merupakan sel-sel cadangan atau
dalam keadaan istirahat;

-Basofil yang berwarna biru atau ungu, merupakan kelompok sel yang mensekresikan hormon
adrenokortikotrofik, gonadotropin, dan tiroid stimulating hormone (TSH);

-Asidofil yang berwarna merah atau oranye, adalah kelompok sel terbanyak yang menghasilkan growth
hormone / somatotropin dan prolaktin.

Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofisis dikelompokkan berdasarkan jenis hormon yang disekresi
yaitu:

Sel-sel somatotrof berbentuk besar dan mengandung granula sekretori, yang menghasilkan
somatotropin;

Sel-sel laktotrof mengandung granula sekretoris, yang menghasilkan prolaktin atau laktogen;

Sel-sel tirotrof berbentuk polihedral dan bergranula sekretoris, menghasilkan TSH;

Sel-sel gonadotrof bergranula sekretoris, menghasilkan FSH dan LH;

Sel-sel kortikotrof merupakan granula terbesar yang menghasilkan ACTH.

• Tiroid
Sel-sel folikular berfungsi mensintesis hormon tiroksin (T4 ) dan triiodontironin (T3 );

Sel-sel C berperan untuk mensintesis kalsitonin .

• Paratiroid

Sel-sel utama (chief cells ) mensekresikan parathormon.

Ket gambar : Visualisasi sel pulau Langerhans menggunakan double immunostaining. Merah: antibodi
glukagon. Biru: antibodi insulin

Pulau-pulau Langerhans (Pankreas)

Sel alpha menghasilkan hormon glukagon;

Sel beta menghasilkan hormon insulin;

Sel delta menghasilkan somatostatin dalam jumlah kecil.

Adrenal terdiri dari bagian medula adrenal yang berasal dari jaringan saraf primitif, dan korteks adrenal
berasal dari jaringan mesodermis, dan dapat diidentifikasi tiga zona jaringan terpisah, yaitu:

zona glomerulosa terbentuk dari sekelompok sel-sel kecil yang mensekresi mineralokortikoid :

zona fasikulata tersusun atas sel-sel kolumna yang mensekresi glukokortikoid (dan sebagian hormon
seks);

zona retikularis terdiri atas massa kecil sel-sel kromafin dengan sinus-sinus vena diantaranya.

Jaringan penyusun kelenjar adrenal

•Ovarium

Sel teka di sekeliling folikel ovarium yang pecah diubah menjadi korpus luteum yang mensintesis
progesteron ;

Sel granulosa mensintesis hormon estrogen .


•Testis

Sel Leydig berfungsi untuk memproduksi testosteron .

6. Penyakit dan Kelainan

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan sistem endokrin dan langsung ditangani oleh dokter
spesialis endokrin, di antaranya adalah:

•Diabetes

•Tekanan darah tinggi

•Masalah berat badan dan gangguan metabolisme

•Osteoporosis dan kesehatan tulang

•Kolesterol dan trigliserida tinggi

•Infertilitas

•Menopause

•Penyakit tiroid

•Gangguan pada kelenjar adrenal

•Gangguan pada kelenjar pituitari.

Anda mungkin juga menyukai