Makalah
Oleh
Syahrul
NIM : 01184034
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt.
yang telah memberikan Rahmat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
MuhammadSaw. yang senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan dan
maghfirah Allah Swt.
Tentunya dalam penyusunan ini, tak luput adanya kekurangan dan kelemahan
dari segala sisinya.Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami menerima saran dan
kritik dari pembaca sekalian, yang tentunya bisa menyempurnakan penyusunan
Makalah ini.
Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang
telah ikut serta membantuu penyusunan Makalah ini.Terlebih ucapan terima kasih itu
kami sampaikan kepada dosen pembimbing.
Akhirnya, dapatlah kami menadahkan tangan kehadirat Allah Swt. seraya berdoa dan
bermunajat, semoga Makalah ini dapat bermanfaat, khususnya pada bidang pelajaran
Penyusun,
(Syahrul)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
F. Mushaf Al-Qur'an 15
A. Simpulan 25
B. Saran 26
DAFTAR RUJUKAN 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengalami proses sejarah yang cukup panjang dan upaya penulisan dan pembukuan
dalam satu mushaf. Tetapi masih terpisah-pisah penulisannya .Al-Qur’an baru ditulis
batu-batu dan lain-lain, yang sesuai dengan kondisi peradaban masyarakat waktu itu
yang belum mengenal adanya alat-alat tulis menulis, seperti kertas dan pensil.
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Hijr:9 dan juga dalam
surat Al-Qiyamah: 17-19. Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses
Al-Qur’an ditulis sejak Nabi masih hidup.Begitu wahyu turun kepada Nabi, Nabi
Rasulullah saw. Secara resmi kodifikasi Al-Qur’an dimulai pada masa khalifah Abu
Bakar bin Khattab. Pada masa khalifah Utsman, Al-Qur”an kemudian diseragamkan
tulisan dan bacaannya demi menghindari beberapa hal. Mushaf yang diseragamkan
inilah yang kemudian dikenal dengan mushaf Utsmani. Mushaf Utsmani kemudian
1
2
diberi harakat dan tanda baca pada masa Ali bin Abi Thalib. Ada beberapa perbedaan
tentang urutan ayat maupun surah seperti yang dicantumkan dalam mushaf Utsmani,
hal ini dikarenakan perbedaan pendapat para penghapal Al-Qur’an dan karena
turunnya Al-Qur’an memang tidak berurutan seperti yang terdapat dalam mushaf
Utsmani.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Yang dimaksud dengan pengumpulan Qur’an (jam’ul Qur’an) oleh para ulama
dalam hati). Inilah makna yang dimaksudkan dalam firman Allah kepada Nabi-
takut apa yang turun itu akan terlewatkan. Ia ingin segera menghafalnya. Maka
setelah ayat ini turun bila jibril datang, Rasulullah diam. Dalam lafal lain: ‘ia
menertibkan ayat-ayat semata dan setiap surah ditulis dalam satu lembaran
wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan memahaminya, persis seperti
1
Manna Kholil al-Qottan, studi ilmu-ilmu al-Qur’an. (jakarta: PT Pustaka Litera
Antarnusa,1973), h. 178
6
sebab itu, ia adalah hafiz (penghafal) Al Quran pertama dan merupakan contoh
paling baik bagi para sahabat dalam menghafalnya, sebagai realisasi kecintaan
mereka kepada pokok agama dan sumber risalah. Al Quran diturunkan selama
dua puluh tahun lebih. Proses penurunannya terkadang hanya turun satu ayat dan
terkadang turun sampai sepuluh ayat. Setiap kali sebuah ayat turun, dihafal dalam
dada dan ditempatkan dalam hati, sebab bangsa Arab secara kodrati memang
mempunyai daya hafal yang kuat. Hal itu karena umumnya mereka buta huruf,
sahabat terkmuka, seperti Ali, Mu’awiyah, Ubaid bin Ka’ab dan Zaid bin Sabit.
tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembaran itu
menuliskan Qur’an yang turun di atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah
oleh Nabi. mereka menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun
lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binantang. Zaid
binatang.”
Ini menunjukkan betapa besar kesulitan yang dipikul para sahabat dalam
menuliskan Quran. Alat-alat tulis tidak cukup tersedia bagi mereka, selai sarana-
sarana tersebut. Dan dengan demikian, penulisan Quran ini semakin menambah
hafalan mereka.
7
pada bulan Ramadhan ketika ia ditemui oleh Jibril. Ia ditemui Jibril pada setiap
pisahkan, atau diterbitkan ayat-ayatnya saja dan setiap surah berada dalam satu
lembaran secara terpisah dan dalam tujuh huruf, tetapi Al Qur’an belum
dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyeluruh (lengkap), sebab Nabi masih
selalu menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu. Disamping itu terkadang
yang turun dituliskan di tempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi. Andai
kata (pada masa Nabi) Al Qur’an itu seluruhnya dikumpulkan diantara dua
sampul dalam satu mushaf, hal yang demikian tentu akan membawa perubahan
pada tahun dua belas Hijriah melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal
Quran. Dalam peperangan ini tujuh puluh qari dari para sahabat gugur. Umar bin
Khattab merasa sangat khawatir melihat kenyataan ini, lalu ia menghadap Abu
tempat-tempat lain akan membunuh banyak qari pula sehingga Qur’an akan
hilang dan musnah. Abu Bakar menolak usulan ini dan berkeberatan melakukan
apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar tetap
usulan Umar tersebut. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Sabit,
Zaid menolak seperti halnya Abu Bakar sebelum itu. Keduanya lalu bertukar
pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada perintah
penulisan Qur’an itu. Zain bin Sabit memulai tugasnya yang berat ini dengan
bersandar pada hafalan yang ada dalam hati para qurra dan cacatan yang ada
ditangan Abu Bakar. Setelah ia wafat pada tahun tiga belas Hijri, lembaran-
lembaran itu berpindah ke tangan Umar dan tetap berada di tangannya hingga ia
9
wafat. Kemudia mushaf itu berpindah ke tangan Hafsah, putri Umar. Pada
berita mengenai korban perang Yamamah. Ternyata Umar sudah ada di sana.
Abu Bakar berkata: ‘Umar telah datang kepadaku dan mengatakan, bahwa
perang di Yamamah telah menelan banyak korban dari kalangan qurra dan ia
khawatir kalau-kalau terbunuhnya para qurra itu juga akan terjadi di tempat-
tempat lain, sehingga sebagian besar Qur’an akan musnah. Ia menganjurkan agar
kepadanya, bagaimana mungkin kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah? Tetapi Umar menjawab dan bersumpah, Demi allah,
menuliskan wahyu untuk Rasulullah. Oleh karena itu carilah Qur’an dan
menggumpulkan Qur’an.
sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?’ Abu Bakar menjawab: ‘Demi
Allah, itu baik.’ Abu Bakar tetap membujukku sehingga Allah membukakan
hatiku sebagaimana Ia telah membukakan hati Abu Bakar dan Umar. Maka aku
2
Manna Kholil al-Qottan, studi ilmu-ilmu al-Qur’an. (jakarta: PT Pustaka Litera
Antarnusa,1973), h. 189
10
kepingan batu dan hapalan para penghapal, sampai akhirnya aku mendapatkan
akhir surah Taubah berada pada Abu Khuzaimah al-Ansari, yang tidak
Sesudah itu pindah ketangan Umar sewaktu masih hidup, dan selanjutnya berada
pada hafalan semata tanpa disertai dengan tulisan. Kata-kata Zaid dalam
keterangan di atas: “Dan aku dapatkan akhir dari surah Taubah pada Abu
menghilangkan arti keberhati-hatian tersebut dan tidak pula berarti akhir surah
Ibn Abu Daud meriwayatkan melalui Yahya bin Abdurrahman bin Hatib,
yang meriwayatkan: “Umar datang lalu berkata: ‘Barang siapa menerima dari
menuliskan Qur’an itu pada lembaran kertas, papan kayu dan pelepah kurma, dan
Zaid tidak mau menerima dari seseorang mengenai Qur’an sebelum disaksikan
oleh dua orang saksi.” Ini menunjukkan bahwa Zaid tidak merasa puas hanya
dengan adanya tulisan semata sebelum tulisan itu disaksikan oleh orang yang
Dan diriwayatkan pula oleh Ibn Abu Daud melalui Hasyim bin ‘Urwah,
dari ayahnya, bahwa Abu Bakar berkata kepada umar dan Zaid: “ Duduklah
kamu berdua di pintu mesjid. Bila ada yang datang kepadamu membawa dua
orang saksi atas semua dari Kitab Allah, maka tulislah.” Pada perawi hadis ini
mengatakan: “Yang dimaksudkan dengan dua orang saksi adalah hafalan dan
catatan.”
wilayah, dan penduduk di setiap wilayah itu mempelajari qira’at (bacaan) dari
qari yang dikirim kepada mereka. Cara-cara pembacaan (qira’at) Qur’an yang
atau disuatu medan peperangan, sebagian mereka merasa heran akan adanya
perbedaan qira’at ini. Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan
penduduk Irak, di antara orang yang ikut menyerbu kedua tempat iu ialah
meminjamkan mushaf Abu Bakar yang ada padanya) dan Hafsah pun
12
Usman, dan Usman memerintahkan Zaid bin Sabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id
bin ‘As dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam untuk menyalinnya. Mereka pun
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, saat Perang Yamamah (perang melawan
nabi palsu, Musailamah Alkahzab) di mana banyak para penghafal Al Quran wafat,
Umar bin Khatab khawatir jika para penghafal banyak yang wafat maka Al-Quran
penulisan seluruh ayat Al-Quran dalam satu buku,karena pada saat itu tidak ada satu
sahabat pun yang mempunyai catatan semua ayat Al-Quran secara lengkap. Lalu
ditunjuklah Zaid bin Tsabit sebagai ketua kodifikasi Al-Quran. Zaid dipilih karena ia
lah pembaca Al-Quran terbaik, hafal semua ayat Quran, yang diminta oleh Rasul
untuk menuliskan ayat Quran dan ia lah yang selalu hadir saat Rasul membaca
Pada masa pemeintahan Ustman bin Affan, Islam telah menyebar ke berbagai
negeri, seperti Kufah (Iraq), Byzantium, Syria, dll. Al-Quran yang dibacakan oleh
Rasulullah terdiri dari 7 dialek, yaitu dialek suku Quraisy, Huzail, Tsaqif, Hawazin,
Kinanah, Tamim dan Yemen. Pada saat itu juga banyak orang Arab yang bangga dan
kekhawatiran terjadinya perpecahan. Terlebih lagi banyak mualaf, terutama yang dari
13
luar Arab, yang ketika salah membaca Quran tidak bisa dideteksi kesalahannya:
apakah memang karena salah baca atau apa karena baca dengan salah satu dari 7
dialek. Seorang sahabat bernama Huzaifah bin al Yaman ketika ia berada di Iraq
menyadari masalah ini. Ia khawatir akan terjadi perpecahan dan Al-Quran akan
berubah.
Lalu ia lapor kepada Khalifah Ustman bin Affan. Lalu Ustman membentuk
tim yang juga diketuai oleh Zaid bin Tsabit dengan anggota 4 ahli Quran lalu
menuliskan kembali Al-Quran dari mushaf yang ditulis pada jaman Abu Bakar yang
saat itu disimpan oleh Hafsah, putri Umar bin Khatab dan juga istri Rasulullah, ke
dalam dialek suku Quraisy yang merupakan dialek yang paling bagus. Lalu tim ini
wilayah, yaitu: Madinah (ibu kota), Makkah, Syria, Basrah, Kufah, Yemen, Bahrayn.
Ustman juga mengirim seorang ahli Quran dengan salinan Al-Quran tersebut ke
Quran selain 7 salinan tersebut. Selanjutnya semua salinan Al-Quran berasal dari 7
penghafalan Al-Quran bagi muslim yang berasal dari beberapa suku yang ada pada
saat itu, sehingga mereka dapat menghafal porsi besar ayat saat Rasul masih hidup.
Karena mayoritas orang Arab saat itu tidak bisa membaca dan menulis, maka Al-
Quran dijaga dengan cara penghafalan. Contoh perbedaan dialek adalah dalam
14
kalimat alaihim (kepada mereka) sebagian suku membacanya alaihumuu, kata siraat
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, saat Perang Yamamah (perang melawan
nabi palsu, Musailamah Alkahzab) di mana banyak para penghafal Al Quran wafat,
Umar bin Khatab khawatir jika para penghafal banyak yang wafat maka Al-Quran
penulisan seluruh ayat Al-Quran dalam satu buku,karena pada saat itu tidak ada satu
sahabat pun yang mempunyai catatan semua ayat Al-Quran secara lengkap. Lalu
Zaid dipilih karena ia lah pembaca Al-Quran terbaik, hafal semua ayat Quran,
yang diminta oleh Rasul untuk menuliskan ayat Quran dan ia lah yang selalu hadir
saat Rasul membaca seluruh ayat Al-Quran pada Ramadhan terakhir Rasulullah.
Pada masa pemeintahan Ustman bin Affan, Islam telah menyebar ke berbagai
negeri, seperti Kufah (Iraq), Byzantium, Syria, dll. Al-Quran yang dibacakan oleh
Rasulullah terdiri dari 7 dialek, yaitu dialek suku Quraisy, Huzail, Tsaqif, Hawazin,
Kinanah, Tamim dan Yemen. Pada saat itu juga banyak orang Arab yang bangga dan
kekhawatiran terjadinya perpecahan. Terlebih lagi banyak mualaf, terutama yang dari
luar Arab, yang ketika salah membaca Quran tidak bisa dideteksi kesalahannya:
apakah memang karena salah baca atau apa karena baca dengan salah satu dari 7
dialek.
3
........., Pelopor Kodifikasi Al-Qur’an,
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/onetea/sejarah-penulisan-dan-kodifikasi-
alquran_54f7bb75a333119d1c8b4971, dilansir pada tanggal 10 Februari 2021.
15
menyadari masalah ini. Ia khawatir akan terjadi perpecahan dan Al-Quran akan
berubah. Lalu ia lapor kepada Khalifah Ustman bin Affan. Lalu Ustman membentuk
tim yang juga diketuai oleh Zaid bin Tsabit dengan anggota 4 ahli Quran lalu
menuliskan kembali Al-Quran dari mushaf yang ditulis pada jaman Abu Bakar yang
saat itu disimpan oleh Hafsah, putri Umar bin Khatab dan juga istri Rasulullah, ke
dalam dialek suku Quraisy yang merupakan dialek yang paling bagus.
Lalu tim ini menulis 7 salinan Al-Quran yang disebut Mushaf Ustman yang
disebarkan ke 7 wilayah, yaitu: Madinah (ibu kota), Makkah, Syria, Basrah, Kufah,
Yemen, Bahrayn. Ustman juga mengirim seorang ahli Quran dengan salinan Al-
semua kopi Al-Quran selain 7 salinan tersebut. Selanjutnya semua salinan Al-Quran
penghafalan Al-Quran bagi muslim yang berasal dari beberapa suku yang ada pada
saat itu, sehingga mereka dapat menghafal porsi besar ayat saat Rasul masih hidup.
Karena mayoritas orang Arab saat itu tidak bisa membaca dan menulis, maka Al-
Quran dijaga dengan cara penghafalan. Contoh perbedaan dialek adalah dalam
kalimat alaihim (kepada mereka) sebagian suku membacanya alaihumuu, kata siraat
4
..........., Hikmah Kodifikasi Al-Qur’an,
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/onetea/sejarah-penulisan-dan-kodifikasi-
alquran_54f7bb75a333119d1c8b4971, dilansir pada tanggal 10 Februari 2021.
16
dengan adanya kode bacaan tertentu, serta kaidah penulisan khusus, maka umat Islam
Sebab, dengan satu kaidah, atau dengan metode bacaan yang sama, maka
menjadi satu dialek atau ungkapan yang pada akhirnya juga lebih membangun
persatuan dan kesatuan Islam. Satu dialek, ungkapan bacaan yang sama,
merupakan indikasi bahwa Islam sangat menjaga nilai luhur persatuan dan
kesatuan.
berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah
bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu
103).
17
khusus dari Rasulullah. Tertib urut surah dan ayat dalam al-Quran
karena itu maka susunan ayat dan surat sudah tertentu dan bukan hasil ijtihad
dari para ulama. Akan tetapi merupakan petunjuk langsung dari Allah melalui
Nabi-Nya, Muhammad.5
F. Mushaf Al-Qur’an
Penulisan Mushaf al-Qur'an Pada Masa Rasulullah, Abu Bakar dan Utsman
bin Affan :
Al-Qur’an dikumpulkan pada dua masa, masa Rasulullah dan masa khulafaur
Pada pengertian pertama, kita tahu bahwa sahabat-sahabat Nabi yang hafal
Al-Qur’an diluar kepala seperti Abdullah bin mas’ud, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin
Ka’ab dan lain-lain. Diantara factor yang mendorong mereka menghafal Al-Qur’an
5
......., Hikmah Kodifikasi Al-ur’an, https://www.duniasantri.co/sejarah-kodifikasi-al-
quran/amp/?singlepage=1, dilansir pada tanggal 10 Februari 2021.
18
Factor lainnya adalah penghargaan Nabi dan sahabat lainnya terhasap mereka yang
maka dalam periwayatan disebutkan bahwa nabi selalu menyuruh para sahabatnya
menulis Al-Qur’an segara setelah al-Qur’an diturunkan. Mereka yang terlibat dalam
penulisan wahyu kurang lebih 40 orang, suatu jumlah yang cukup besar. Agar supaya
konsentrasi para sahabat hanya kepada Al-Qur’an, maka nabi melarang para
ال: م.عن أبي سعيد الخضري رضي هللا عنه قال رسول هللا ص
تكتبوا عني غير القرأن ومن كتب عني غير القرأن فاليمح
Terjemahan:
yang diterimanya, sehingga Al-Qur’an yang terhimpun didalam dada mereka masing-
masing dialihkan kedalam bentuk tulisan. Terkadang para sahabat menulis ayat-ayat
yang turun kepada beliau, meskipun Rasulallah SAW tidak menyuruh mereka.
1) Usb jama’ dari asieb, yaitu pelepah kurma yang masih keras
3) Al-Karnief jama’ dari kanaafah yaitu akar keras dari pohon saf
19
6) Aktaf jama’ Katf, yaitu tulang keledai atau kambing yang telah kering
Ini menunjukkan betapa besar kesulitan yang dipiukul para sahabat dalam
menuliskan Al-Qur’an. Alat-alat tulis tidak cukup tersedia bagi mereka, selain
pada masa Nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf, yang ada pada sesorang belum
tentu dimiliki oleh yang lain. Rasulullah berpulang keRahmatullah disaat Al-Qur’an
telah dihafal dan tertulis dalam mushaf dengan susunan seperti yang disebutkan
diatas, ayat-ayat dan surah-surah dipisahkan, atau ditertibkan ayat-ayatnya saja dan
setiap surah berada dalam satu lembaran secara terpisah dan dalam tujuh huruf, tetapi
Pada saat itu (sebelum nabi wafat) belum diperlukan membukukan Al-Qur’an
dalam satu m ushaf, sebab nabi masih selalu menanti turunnya wahyu dari waktu
jaminan pemeliharaan Al-qur’an dan hal ini terjadi pertama kalinya pada masa abu
orang-orang yang murtad itu. Peperangan Yamamah terjadi pada tahun dua belas hijri
melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Al-Qur’an. Dalam peperangan ini tujuh
puluh qari dari para sahabat gugur. Umar bin khatab merasa sangat khawatir melihat
kondisi ini, lalu ia menghadap Abu bakar dan mengajukan usul kepadanya agar
Abu bakar menolak usulan ini karena berkeberatan melakukan apa yang tidak
membukakan hati Abu bakar untuk menerima usulan tersebut. Kemudian Abu bakar
Umar. Pada mulanya Zaid menolak seperti halnya Abu bakar sebelum itu. Keduanya
lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid dapat menerima dengan lapang dada
perintah penulisan Al-Qur’an itu. Lalu mulailah Zaid mengumpulkan Al-Qur’an dan
menuliskan ayat demi ayat dengan merujuk kepada al-Qur’an yang ditulis pada
kepingan-kepingan pada masa nabi, disamping, merujuk pula pada hafalan para
sahabat nabi yang lain. Setelah selesai, akhirnya mereka menamakan tulisan tersebut
Umar dan tetap berada di tangannya hingga ia wafat. Kemudian mushaf itu berpindah
Pada masa sahabat Ustman bin Affan, untuk ketiga kalinya kembali al-Qur’an
ditulis. Penyebabnya adalah Mereka yang berperang itu ada prajurit dari Irak yang
21
cara membaca Al-Qur’an mereka dari sahabat nabi yang bermukim disana dan ada
prajurit dari Syiria yang cara membacanya juga berasal dari sahabat nabi yang
dikirim kesana. Kedua bacaan itu memang ada perbedaan, karena dahulu nabi
mengingat dialek suku arab yang berbeda-beda. Namun pada generasi penerus
(Tabi’in) perbedaan cara membaca Al-Qur’an ini justru menjadi pemicu pertikaian
yang mengkhawatirkan.
Khabar pertikaian ini sampai kepada khalifah Ustman bin Affan di Madinah.
Hafsah, lalu dikirimkannya pula ke setiap wilayah masing-masing satu mushaf, dan
ditahanyya satu mushaf untuk di Madinah. Yaitu mushafnya sendiri yang dikenal
dan dikatakan pula bahwa lembaran-lembaran tersebut diambil oleh Marwan bin
Mushaf-mushaf yang ditulis oleh Usman itu sekarang hampir tidak ditemukan
sebuah pun juga. Keterangan yang diriwayatkan oleh Ibn Katsir dalam kitabnya
Damsyik di Syam. Mushaf itu ditulis pada lembaran yang – menurutnya – terbuat dari
kulit unta. Dan diriwayatkannya pula mushaf Syam ini dibawa ke Inggris setelah
dikatakan bahwa mushaf itu terbakar dalam masjid Damsyik pada tahun 1310 H.
4. Ar-Rasmul Usmany
Zaid bin Tsabit bersama tiga orang quraisy telah menempuh suatu metode
khusus dalam penulisan al-Qur’an yang disetujui oleh Ustman. Para ulama
menamakan metode tersbut dengan Ar-Rasmul Ustmany lil Mushaf, yaitu dengan
status hukumnya.
ini bersifat Tauqifi yang wajib dipakai dalam penulisan Al-qur’an, dan
menyatakan bahwa, “para sahabat dan orang lain tidak campur tangan
b. Banyak Ulama berpendapat bahwa rasm Ustmani bukan tauqifi dari Nabi,
tetapi hanya merupakan satu cara penulisan yang disetujui Usman dan
diterima umat dengan baik, sehingga menjadi suatu keharusan yang wajib
yang diadakan orang? Malik menjawab; Tidak, kecuali menurut tata cara
Kemudian kata Asyhab pula: “dan tidak adaorang yang menyalahi rasm itu
bolehkah mengubah kedua huruf itu dari mushaf apabila didalam mushaf
terdapat hal seperti itu? Malik menjawab: Tidak.” Abu Amr mengatakan,
yang dimaksud disini adalah wawu dan alif tambahan dalam rasm, tetapi
24
tidak nampak dalam ucapan seperti “ ulu” أولوا. Dan imam Ahmad
sebuah istilah, tatacara, dan tidak ada salahnya jika menyalahi bila orang
telah mempergunakan satu rasm tertentu untuk imla dan rasm itu tersebar
luas untuk mereka. Rasm usmani adalah rasm (bentuk ragam tulis) yang
telah diakui dan diwarisi oleh umat islam sejak masa usman. Dan
hal ini akan mengakibatkan mushaf dari masa kemasa. Bahkan kaidah-
sama, dan bervariasi pula dalam beberapa kata diantara satu negri dengan
Musahf usmani tidak memakai tanda baca tititk dan syakal, karena
Para ulama berbeda pendapat tentang usaha pertama yang dicurahkan tentang
hal itu. Banyak ulama berpendapat bahwa orang pertama yang melakukan hal itu
adalah Abul Aswad ad-Du’ali, letak pertama kaidah-kaidah bahasa Arab, atas
Para ulama pada mulanya tidak menyukai usah perbikan tersebut karena
Kemudian akhirnya hal itu sampai kepada hukum boleh dan bahkan anjuran.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Daud dari Al-Hasan dan Ibnu Sirin bahwa keduanya
mengatakan: “bahwa tidak ada salahnya memberikan titik pada mushaf.” Dan
diriwayatkan pula Rabi’ah bin Abi rahman an-Nawawi mengatakan: “pemberian titik
dan pensyakalan mushaf itu dianjurkan (mustahab) karena ia dapat menjaga mushaf
6
......, Penulisan Mushaf Al-Qur’an, http://mymushafquran.blogspot.com/2014/11/penulisan-
mushaf-al-quran-pada-masa.html?m=1, dilansir pada tanggal 10 Februari 2021.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
dalam hati). Inilah makna yang dimaksudkan dalam firman Allah kepada Nabi-Nabi
ketika Al Qur’an itu turun kepadanya sebelum jibril selesai membacakannya, karena
ingin menghafalnya.
dialek ini memudahkan pembacaan dan penghafalan Al-Quran bagi muslim yang
berasal dari beberapa suku yang ada pada saat itu, sehingga mereka dapat menghafal
porsi besar ayat saat Rasul masih hidup. Karena mayoritas orang Arab saat itu tidak
bisa membaca dan menulis, maka Al-Quran dijaga dengan cara penghafalan. Contoh
perbedaan dialek adalah dalam kalimat alaihim (kepada mereka) sebagian suku
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, saat Perang Yamamah (perang melawan
nabi palsu, Musailamah Alkahzab) di mana banyak para penghafal Al Quran wafat,
Umar bin Khatab khawatir jika para penghafal banyak yang wafat maka Al-Quran
penulisan seluruh ayat Al-Quran dalam satu buku,karena pada saat itu tidak ada satu
sahabat pun yang mempunyai catatan semua ayat Al-Quran secara lengkap.
27
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, saat Perang Yamamah (perang melawan
nabi palsu, Musailamah Alkahzab) di mana banyak para penghafal Al Quran wafat,
Umar bin Khatab khawatir jika para penghafal banyak yang wafat maka Al-Quran
penulisan seluruh ayat Al-Quran dalam satu buku,karena pada saat itu tidak ada satu
sahabat pun yang mempunyai catatan semua ayat Al-Quran secara lengkap.
yang dijumpai sekarang. Susunan surah dalam al-Quran merupakan petunjuk khusus
dari Rasulullah. Tertib urut surah dan ayat dalam al-Quran merupakan tauqifi, yaitu
petunjuk langsung dari Nabi Muhammad. Oleh karena itu maka susunan ayat dan
surat sudah tertentu dan bukan hasil ijtihad dari para ulama. Akan tetapi merupakan
Para ulama berbeda pendapat tentang usaha pertama yang dicurahkan tentang
hal itu. Banyak ulama berpendapat bahwa orang pertama yang melakukan hal itu
adalah Abul Aswad ad-Du’ali, letak pertama kaidah-kaidah bahasa Arab, atas
permintaan Ali bin Abi Thalib. Para ulama pada mulanya tidak menyukai usah
B. Saran
kajian Perkawinan. Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun
target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik serta saran digunakan
sebagai penunjang pada makalah ini.Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR RUJUKAN
Ali, K., A Study Of Islamic History. India: Idarah Adabiyah Delli, 1980.
Bucaille, Maurice, Bibel, Alquran, dan Sains Modern, ter. Rasyidi. Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.
Hasan, Ali, Sejarah dan Metodologi Tafsir, terj Arkom. Jakarta: Rajawali, 1992.
Ridho, M., Utsman Bin Affan Al-Khalifah At-Tsalitsah. Beirut: Daar Kutub, 1982.