Anda di halaman 1dari 11

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGANTAR ILMU HUKUM

NAMA: RAKA AMADA SR

KELAS: G

NPM: 201000295

SOAL :

1. Jelaskan alasan teoritis maupun praktis disertai 1 contoh penerapannya, kecenderungan


masyarakat pada umumnya lebih memilih mentaati hukum ! Jelaskan pula akibat hukum bagi
siapapun yang melanggar hukum !

2. Jelaskan pengetahuan saudara tentang penggolongan hukum berdasarkan bentuk, isi, tempat,
waktu, daya mengikat, sumber hukum, dan cara mempertahankannya, masingmasing disertai 1
contoh penerapannya !

3. Jelaskan pentingnya penemuan hukum (rechtsvinding) untuk mengisi kekosongan hukum,


disertai 1 contoh penerapannya !

4. Jelaskan pengetahuan saudara tentang aliran-aliran dalam ilmu hukum, masing-masing disertai
1 contoh penerapannya !

5. Jelaskan kondisi penegakan hukum saat ini di Indonesia, disertai 1 contoh penerapannya !
JAWABAN :

1. Masyarakat mentaati hukum, karna adanya beberapa faktor atau sebab yang membuat mereka
taat pada hukum seperti, pertama masyarakat atau orang mentaati hukum tentunya takut akan
sanksi atau hukuman yang diberikan ketika mereka melanggar hal tersebut, sanksi itu merupakan
petaka bagi yang terkenanya, hukuman tersebut dijatuhkan bagi orang yang tersangka melanggar
hukum dan diputus bersalah oleh pengadilan.

Hukuman pada dasarnya adalah perwujudan konkretisasi kekuasaan negara dalam pelaksanaan
kewajibannya untuk dapat memaksakan ditaatinya hukum, dengan adanya sanksi itulah
masyarakat atau manusia secara normalnya ada rasa takut untuk mrlanggar suatu peraturan. Sanksi
atau hukuman bersifat memberi efek jera pada pelakunya dan melindungi diri dari perbuatan
tercela yang ada di masyarakat dan juga merugikan masyarakat maupun dirinya sendiri, sifatnya
mendidik dan diharapkan terpidana tidak mengulangi perilakunya kembali setelah selesai
menjalani masa hukumannya, ini menjadi proses pembelajaran untuk pelaku sehingga pada
akhirnya menyadari kesalahan yang sudah diperbuatnya dan diharap tidak melakukanya lagi.

Bagi masyarakat yang bukan pelaku sanksi menjadi rasa takut dan ancaman apabila mereka
melanggar sebuah peraturan, maka dari itu sebaiknya mentaati jika sudah mengetahui hukuman
yang berlaku sehingga menghindari menjadi pelaku pelanggaran hukum yang mendapat hukuman.

Faktor kedua bisa saja masyarakat mentaati hukum karna memang ia orang yang taat, dan mawas
diri terhadap apa yang baik dan apa yang buruk, memiliki etika dan pola perilaku kehidupan yang
baik sehinga pada akhirnya menyadari sendiri serta mentaati dan tidak ingin melanggar aturan
hukum yang ada.

Faktor lainya juga orang mentaati hukum bisa karena pengaruh masyarakat dan pola hidup
sekelilingnya, seperti yang kita tahu bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dengan
membutuhkan manusia lainya, dan tidak mungkin dapat hidup sendirian. Masyarakat dan
lingkungan secara langsung maupun tidak langsung dapat memberkan dampak buruk atau baik
untuk seseorang dan memberikan warna serta pengaruh.

Masyarakat dapat mempengaruhi baik apabila lingkunganya memberikan pengaruh yang baik
begitu pula sebaliknya masyarakat dapat berperilaku buruk apabila lingkunganya memiliki negatif
dan memiliki dampak yang buruk. Besarnya pengaruh lingkungan masyarakat terhadap perilaku
seseorang adalah realitas yang ada dan tidak dapat dibantah. Hal ini terjadi karena masyarakat dan
hukum dapat saling memengaruhi, sehingga keduanya memang dapat saling mengisi yang akan
tergantung pada pola perilaku masyarakat, kemungkinan ini ada karna dimana ada masyarakat
disana pula ada hukumnya, dengan demikian maka jelaslah bahwa ketaatan manusia atau orang
terhadap hukum dapat dipengaruhi lingkungan atau masyarakat tempatnya.

Masyarakat mentaati hukum atau peraturan juga karena bisa saja dikarenakan tidak ada pilihan
lain. Karna di dalam hidup atau kehidupan manusia pasti dihadapkan oleh pilihan tidak terkecuali
dalam hal ketaatan. Pilihan cenderung jatuh untuk mentaati peraturan, karena ada juga orang yang
memang tidak berkehendak untuk tidak mentaati peraturan. Menginginkan hidup taat dan teratur
menjadi pilihan di banding melanggar dan tidak mentaati hukum yang membuat hidupnya akan
tersandung kemunculan masalah dalam hidupnya.

2. Hukum tentu memiliki penggolongan. Penggolongan hukum berdasarkan bentuk, isi, tempat,
waktu, daya mengikat dan sumber hukum.

• Hukum menurut isinya terbagi menjadi dua yaitu :

1) Hukum publik yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dan warga neagra yang
menyangkut kepentingan umum.

2) Hukum privat yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dan yang lain yang
mengangkut kepentingan perorangan.

• Menurut bentuknya, hukum dapat dibedakan menjadi:

(1) Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan di dalam berbagai peraturan negara.
Hukum tertulis terdiri atas dua jenis yaitu:

a). Hukum tertulis yang dibukukan seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Kodifikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam
kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap. Adapun tujuan dari kodifikasi hukum adalah
kepastian hukum, penyederhanaan hukum dan kesatuan hukum.

b) Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan seperti peraturan hak merek dagang dan peraturan
kepailitian (bangkrut).

(2) Hukum tak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan berkembang dalam masyarakat tapi
tidak tertulis seperti hukum adat atau hukum kebiasaan.
• Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibedakan sebagai berikut:

(1) Hukum nasionla, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara tertentu dan sekaligus
merupakan produk dari negara tersebut.

(2) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum di dunia internasional.

(3) Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku di negara lain.

3. Yang dimaksud dengan Recht vinding adalah proses pembentukan hukum oleh hakim/aparat penegak
hukum lainnya dalam penerapan peraturan umum terhadap peristiwa hukum yang konkrit dan hasil
penemuan hukum menjadi dasar untuk mengambil keputusan. Van Apeldorn menyatakan, seorang hakim
dalam tugasnya melakukan pembentukan hukum harus memperhatikan dan teguh-teguh mendasari pada
asas :

1. Menyesuaikan Undang-undang dengan fakta konkrit;

2. dapat juga menambah Undang-undang apabila perlu.

Hakim membuat Undang-undang karena Undang-undang tertinggal dari perkembangan masyarakat. Hakim
sebagai penegak hukum dan keadilan yang juga berfungsi sebagai penemu yang dapat menentukan mana
yang merupakan hukum dan mana yang bukan hukum. Pasal 21 AB menyatakan bahwa hakim tidak dapat
memberi keputusan yang akan berlaku sebagai peraturan umum.

Sebenarnya hukum yang dihasilkan hakim tidak sama dengan produk legislatif. Hukum yang dihasilkan
hakim tidak diundangkan dalam Lembaran Negara. Keputusan hakim tidak berlaku bagi masyarakat umum
melainkan hanya berlaku bagi pihak-pihak yang berperkara. Sesuai pasal 1917 (2) KUHPerdata yang
menentukan “bahwa kekuasaan keputusan hakim hanya berlaku tentang hal-hal yang diputuskan dalam
keputusan tersebut.

Akan tetapi para ahli hukum mengetahui bahwa Undang-undang tidak akan pernah lengkap. Disitulah letak
peran Hakim untuk menyesuaikan peraturan Undang-undang dengan kenyataan yang berlaku dalam
masyarakat agar dapat mengambil keputusan hukum yang sungguh-sungguh adil sesuai tujuan hukum.
Sedangkan hukum kontinental seperti di Indonesia mengenal penemuan hukum yang heteronom sepanjang
Hakim terikat kepada Undang-undang.

Tetapi penemuan hukum Hakim tersebut mempunyai unsur-unsur otonom yang kuat disebabkan Hakim
harus menjelaskan atau melengkapi Undang-undang menurut pendangannya sendiri. Lebih lanjut lahir pula
suatu aliran yang mengetengahkan Metode penemuan hukum. Penemuan hukum merupakan kegiatan
utama dari Hakim dalam melaksanakan Undang-undang apabila terjadi peristiwa konkrit. Undangundang
sebagai kaedah umumnya adalah untuk melindungi kepentingan manusia.
4. Dalam Hukum juga terdapat berbagai aliran ada aliran hukum alam, Aliran ini berpendapat
bahwa hukum itu berlaku universal dan abadi. Menurut Friedman yang saya kutip dari bukunya
Sutikno, sejarah Hukum alam adalah sejarah umat manusia dalam usahanya untuk menemukan
apa yang dinamakan absolute justice (keadilan mutlak). Pengertian hukum alam berubah ubah
mengikuti perubahan masyarakat dan keadaan politik. Hukum alam dalam peranan di berbagai
fungsi diantaranya adalah - Dipergunakannya hukum alam untuk mengubah hukum perdata
Romawi yang lama menjadi suatu sistem hukum umum yang berlaku diseluruh dunia.

Aliran Hukum Positive Sebelum lahirnya aliran ini berkembang suatu pemikiran dalam ilmu
hukum dikenal sebagai legisme. Pemikiran hukum ini berkembang semenjak abad pertengahan
dan telah banyak berpengaruh di berbagai negara, termasuk Indonesia. Aliran ini mengidentikkan
hukum dengan Undang-undang. Satu-satunya sumber hukum adalah undangundang, Pengertian
bahwa tidak ada hubungan mutlak/penting antara hukum (law) dan moral, atau hukum
sebagaimana yang berlaku/ada dan hukum yang seharusnya, Pengertian bahwa analisis konsepsi,
harus dibedakan dari penyelidikan historis mengenai sebab-musabab dan sumbersumber hukum,
sosiologis mengenai hubungan hukum dengan gejala sosial lainnya, dan penyelidikan hukum
secara kritis atau penilaian, baik yang didasarkan moral, tujuan sosial, fungsi hukum dan lain-
lainnya.

Aliran Utilitiarianisme, Aliran ini dipelopori oleh Jeremi Bentham (1748-1783) Jhon Stuart Mill
(1806-1873), dan Rudolf von Jhering ( 18..-1889). Dengan memegang prinsip manusia akan
melakukan tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi
penderitaan, Bentham mencoba menerapkannya di bidang Hukum. Atas dasar ini, baik buruknya
suatu perbuatan diukur apakah perbuatan itu mendatangkan kebahagianna atau tidak. Demikian
pun dengan perundang-undangan, baik buruknya ditentukan pula ole ukuran tersebut di atas.
Jadinya, undnag-undang yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar masyarakat
akan dinilai sebagai undang-undang yang baik .

Aliran Historis, Pendasar dari madzab ini ialah friederich Carl von Savigny dan Puchta. Ada
pengaruh terhadap lahirnyamadzab ini, yakni pengaruh Montesqueu dalam bukunya ”L’esprit de
Lois” yang terlebih dahulu mengemukakan tentang adanya hubungan antara jiwa mulai timbul
dengan hukumnya dan pengaruh faham nasionalisme yang mulai timbul di awal abad ke 19.
Seperti diketahui setelah Prancis meninggalkan Jerman timbul masalah hukum apa yang hendak
diperlakukan di negara ini. Juga, merupakan suatu reaksi yang tidak langsung terhadap aliran
hhukum alam dan aliran hukum positif .

5. Penegakkan hukum di Indonesia saat ini tentu sedang diperjuangkan oleh para pakar dan ahli hukum
untuk semakin membaik dan adil serta menjadi peranan penting dan merata bagi masyarakat, namun
walaupun disamping itu mungkin peranan hukum yang adil belum terasa oleh masyarakat Indonesia,
Kondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik daripada pujian.

Berbagai kritik diarahkan baik yang berkaitan dengan penegakkan hukum, kesadaran hukum, kualitas
hukum, ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan dengan proses berlangsungya hukum dan juga
lemahnya penerapan berbagai peraturan.

Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan dengan penegakan hukum di Indonesia. Kebanyakan masyarakat
kita akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu dapat dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan,
yang punya uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. Ada pengakuan
di masyarakat bahwa karena hukum dapat dibeli maka aparat penegak hukum tidak dapat diharapkan untuk
melakukan penegakkan hukum secara menyeluruh dan adil.

Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi juga dipermainkan seperti
barang dagangan . Hukum yang seharusnya menjadi alat pembaharuan masyarakat, telah berubah menjadi
semacam mesin pembunuh karena didorong oleh perangkat hukumyangmorat-marit.

Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil, seperti anak dibawah umur saudara Hamdani
yang 'mencuri' sandal jepit bolong milik perusahaan di mana ia bekerja di Tangerang, Nenek Minah yang
mengambil tiga butir kakao di Purbalingga, serta Kholil dan Basari di Kediri yang mencuri dua biji
semangka langsung ditangkap dan dihukum seberat beratnya. Sedangkan seorang pejabat negara yang
melakukan korupsi uang milyaran rupiah milik negara dapat bebas berkeliaran dengan bebasnya. Berbeda
halnya dengan kasus-kasus yang hukum dengan tersangka dan terdakwa orang-orang yang memiliki
kekusaan, jabatan dan nama. Proses hukum yang dijalankan begitu berbelit-belit dan terkesan
menunda-nuda.

Sehingga masyarakat pun belum merasakan pernan hukum yang adil di tengah kehidupan bermasyarakat
yang berbingkai Pancasila di Indonesia saat ini.

Anda mungkin juga menyukai