Anda di halaman 1dari 8

ISSN : NO.

0854-2031
TERAKREDITASI BERDASARKAN SK.DIRJEN DIKTI NO.55a/DIKTI/KEP/2006

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


TERHADAP BISNIS WARALABA (FRANCHISE)
Oleh : Budi Prasetyo *)

ABSTRAK

Waralaba (Franchise) merupakan salah satu jenis bisnis modern yang menawarkan,
sekaligus menjanjikan keuntungan. Di satu sisi, terdapat ketentuan-ketentuan hukum yang
dikeluarkan oleh otoritas pemerintah untuk menertibkan kegiatan bisnis waralaba
(franchise) tersebut. Di sisi lain, untuk melindungi masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam, perlu dikaji kejelasan dari bisnis waralaba (franchise) tersebut dipandang
dari sudut hukum Islam. Ijtihad sebagai sumber hukum Islam ketiga memberi peluang untuk
berkembangnya pemikiran umat Islam dalam menghadapi segala permasalahan di era
globalisasi ini, termasuk menentukan hukumnya bisnis waralaba (franchise) berdasarkan
hukum Islam.

Kata Kunci : Bisnis Waralaba, Hukum Islam

PENDAHULUAN akibat perkembangan zaman, ilmu, dan


teknologi yang diciptakannya. 1)
Hukum Islam adalah hukum Allah Ijtihad adalah akal pikiran manusia
yang menciptakan alam semesta ini, yang memenuhi syarat untuk berusaha,
termasuk manusia di dalamnya. berikhtiar dengan seluruh kemampuan
Hukumnya pun meliputi semua ciptaan yang ada padanya memahami kaidah-
Nya itu. Hanya, ada yang jelas kaidah hukum yang fundamental yang
sebagaimana yang tersurat dalam al- terdapat dalam al-Qur'an, kaidah-kaidah
Qur'an, ada pula yang tersirat di balik hukum yang bersifat umum yang terdapat
hukum yang tersurat dalam al-Qur'an itu. dalam Sunnah nabi dan merumuskannya
Selain yang tersurat dan tersirat itu, ada lagi menjadi garis-garis hukum yang dapat
hukum Allah yang tersembunyi di balik al- diterapkan pada suatu kasus tertentu, atau
Qur'an. Hukum yang tersirat dan berusaha merumuskan garis-garis atau
tersembunyi inilah yang harus dicari, digali kaidah-kaidah hukum yang pengaturannya
dan ditemukan oleh manusia yang tidak terdapat di dalam kedua sumber
memenuhi syarat melalui penalarannya. utama hukum Islam itu.
Pada hukum tersurat yang bersifat zhanni Ijtihad sebagai sumber hukum
(kata atau kalimat yang yang menunjukkan Islam ketiga memberi peluang untuk
arti atau pengertian lebih dari satu , masih berkembangnya pemikiran umat Islam
mungkin ditafsirkan oleh orang yang dalam menghadapi segala permasalahan di
berbeda dengan makna yang berbeda pula) era globalisasi ini. Berbagai jenis bisnis
dalam al-Qur'an dan al-Hadis serta pada baru telah muncul dan menyebar ke seluruh
hukum Allah yang tersirat dan tersembunyi penjuru dunia, termasuk ke negeri kita
di balik lafaz atau kata-kata di dalam al- Indonesia. Salah satu jenis bisnis baru
Qur'an dan al-Hadis itulah ijtihad manusia
yang memenuhi syarat berperan tanpa *) Budi Prasetyo, SH MHum, Dosen Fakultas Hukum
batas mengikuti dan mengarahkan Untag Semarang
perkembangan masyarakat manusia,
menentukan hukum dan mengatasi 1) H. Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar
Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, PT Raja
berbagai masalah yang timbul sebagai Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 124.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


216
Budi Prasetyo : Perspektif Hukum Islam Terhadap .....

yang ditawarkan yang juga menjanjikan (Franchisee) untuk menggunakan


keuntungan yang berlipat ganda adalah kekhasan usaha dan spesifikasi (cirri
waralaba (franchise). pengenal) bisnis miliknya. Sedangkan
Menurut Pasal 1 Peraturan yang dimaksud dengan Franchisee adalah
Pemerintah RI No. 16 Tahun 1997 tentang pihak atau para pihak yang mendapat izin
Waralaba dan Pasal 1 Keputusan Menteri atau lisensi franchisee dari pihak
Perindustrian dan Perdagangan RI No. franchisor untuk menggunakan kekhasan
259/MPP/KEP/7/1997 tentang usaha atau spesifikasi usaha franchisor
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan tersebut.
Pendaftaran Waralaba, pengertian Pada dasarnya Franchise adalah
Waralaba (Franchise) adalah : sebuah perjanjian mengenai metode
“perikatan dimana salah satu pihak pendistribusian barang dan jasa kepada
diberikan hak untuk memanfaatkan dan konsumen. Franchisor dalam jangka
atau menggunakan hak atas kekayaan waktu tertentu memberikan lisensi kepada
intelektual atau penemuan atau cirri khas franchisee untuk melakukan usaha
usaha yang dimiliki pihak lain dengan pendistribusian barang dan jasa di bawah
suatu imbalan berdasarkan persyaratan nama identitas franchisor dalam wilayah
yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan
rangka penyediaan dan atau penjualan sesuai dengan prosedur daqn cara yang
barang atau jasa”. 2) ditetapkan franchisor. Franchisor
Sedangkan secara umum, yang memberikan bantuan (assistance) terhadap
dimaksud dengan perjanjian Waralaba franchisee. Sebagai imbalannya franchisee
(Franchise) adalah pemberian hak oleh membayar jumlah uang berupa initial fee
franchisor kepada franchisee untuk dan royalty. 4)
menggunakan kekhasan usaha atau ciri Di satu sisi, terdapat ketentuan-
pengenal bisnis di bidang perdagangan / ketentuan hukum yang dikeluarkan oleh
jasa berupa jenis produk dan bentuk yang otoritas pemerintah untuk menertibkan
diusahakan termasuk identitas perusahaan kegiatan bisnis waralaba tersebut. Di sisi
(logo, merek, dan desain perusahaan, lain, untuk melindungi masyarakat
penggunaan rencana pemasaran serta Indonesia yang mayoritas beragama Islam,
pemberian bantuan yang luas, waktu / saat / perlu dikaji kejelasan hukum dari bisnis
jam operasional, pakaian, dan penampilan waralaba tersebut dipandang dari sudut
karyawan) sehingga kekhasan usaha atau hukum Islam.
ciri pengenal bisnis dagang / jasa milik Beranjak dari uraian di atas,
franchisee sama dengan kekhasan usaha selanjutnya dalam tulisan ini dirumuskan
atau bisnis dagang/jasa milik dagang permasalahan sebagai berikut :
franchisor. 3) “ Bagaimana perspektif hukum Islam
Dari kedua pengertian di atas terhadap bisnis waralaba (franchise) ? “
tampak adanya dua pihak dalam Perjanjian
Waralaba ini, yaitu Pemberi Waralaba PEMBAHASAN
(Franchisor) dan Penerima Waralaba
(Franchisee). Yang dimaksud dengan Konsep Dasar Bisnis Waralaba
Franchisor adalah pihak atau para pihak Pada dasarnya dalam sistem
yang memberikan izin kepada pihak lain franchise terdapat tiga komponen pokok,

2 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa 4 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,
Kasus, Jakarta, Kencana, 2004, hal. 84. Badan Penerbit Fakultas Hukum UI, Jakarta, 2005, hal.
3 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar 194. oleh franchisor.
Grafika, Jakarta, 2000, hal. 174.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


217
Budi Prasetyo : Perspektif Hukum Islam Terhadap .....

yaitu : Pertama, franchisor, yaitu pihak menggunakan keseluruhan paket, yang


yang memiliki sistem atau cara-cara dalam terdiri dari seluruh elemen yang
berbisnis., Kedua franchisee, yaitu pihak diperlukan untuk membuat seseorang
yang membeli franchise atau sistem yang sebelumnya belum terlatih menjadi
dari franchisor sehingga memiliki hak terampil dalam bisnis dan untuk
untuk menjalankan bisnis dengan cara-cara menjalankannya dengan bantuan yang
yang dikembangkan. Ketiga adalah terus-menerus atas dasar-dasar yang telah
franchise, yaitu sistem dan cara-cara bisnis ditentukan sebelumnya. Waralaba Format
itu sendiri. Ini merupakan pengetahuan Bisnis ini terdiri atas :
atau spesifikasi usaha dari franchisor yang a. konsep bisnis yang menyeluruh dari
dijual kepada franchise. Pemberi Waralaba ;
Waralaba dapat dibedakan dalam b. adanya proses permulaan dan
dua bentuk, yaitu Waralaba Produk dan pelatihan atas seluruh aspek
Merek Dagang (product and trade pengelolaan bisnis, sesuai dengan
franchise) dan Waralaba Format Bisnis konsep Pemberi Waralaba ;
(business format franchise).5) Waralaba c. proses bantuan dan bimbingan yang
Produk dan Merek Dagang adalah bentuk terus-menerus dari pihak Pemberi
waralaba yang paling sederhana. Dalam Waralaba.
Waralaba Produk dan Merek Dagang, Dalam bisnis franchise ini, yang dapat
Pemberi Waralaba memberikan hak kepada diminta dari franchisor oleh franchisee
Penerima Waralaba untuk menjual produk adalah :
yang dikembangkan oleh Pemberi 1) Brand name yang meliputi logo,
Waralaba yang disertai dengan pemberian peralatan, dan lain-lain. Franchisor
izin untuk menggunakan merek dagang yang baik juga memiliki aturan
milik Pemberi Waralaba. Atas pemberian mengenai tampilan / display
izin penggunaan merek dagang tersebut perwakilan toko (shopfront) dengan
biasanya Pemberi Waralaba mendapatkan baik dan detail .
suatu bentuk pembayaran royalty di muka, 2) Sistem dan manual operasional bisnis.
dan selanjutnya Pemberi Waralaba Setiap franchisor memiliki standar
memperoleh keuntungan melalui operasi yang sistematis, praktis serta
penjualan produk yang diwaralabakan mudah untuk diterapkan, dan mestinya
kepada Penerima Waralaba. Dalam juga tertuang dalam bentuk tertulis .
bentuknya yang sangat sederhana ini, 3) Dukungan dalam beroperasi. Karena
Waralaba Produk dan Merek Dagang franchisor memiliki pengalaman yang
sering kali mengambil bentuk keagenan, lebih luas serta sudah membina banyak
distributor, atau lisensi penjualan. Contoh franchisees, dia seharusnya memiliki
dari bentuk ini, misalnya dealer mobil kemampuan untuk memberi dukungan
(Auto 2000 dari Toyota) dan stasiun pompa bagi franchisee yang baru .
bensin (Pertamina). 4) Pengawasan (monitoring). Franchisor
Sedangkan, Waralaba Format yang baik melakukan pengawasan
Bisnis adalah pemberian sebuah lisensi terhadap franchisee untuk memastikan,
oleh seseorang kepada pihak lain, lisensi bahwa sistem yang disediakan
tersebut memberikan hak kepada Penerima dijalankan dengan baik dan benar serta
Waralaba untuk berusaha dengan secara konsisten.
menggunakan merek dagang atau nama 5) Penggabungan promosi / joint
dagang Pemberi Waralaba, dan untuk promotion. Ini berkaitan dengan unsur
pertama yaitu masalah sosialisasi
5 Suharnoko, Op.cit, hal. 83. brand name.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


218
Budi Prasetyo : Perspektif Hukum Islam Terhadap .....

6) Pemasokan. Ini berlaku bagi franchise dan royalty. Lump sum payment adalah
tertentu, misalnya franchise bagi suatu jumlah uang yang telah dihitung
makanan dan minuman di mana terlebih dahulu yang wajib dibayarkan oleh
franchisor juga merupakan suplier Penerima Waralaba pada saat persetujuan
bahan makanan/minuman. Kadang- pemberian waralaba disepakati untuk
kadang franchisor juga memasok diberikan oleh Penerima Waralaba.
mesin-mesin atau peralatan yang Sedangkan, royalty adalah jumlah
diperlukan. Franchisor yang baik pembayaran yang dikaitkan dengan suatu
biasanya ikut membantu franchisee presentasi tertentu yang dihitung dari
untuk mendapatkan sumber dana jumlah produksi dan atau penjualan barang
modal dari investor (fund supply) dan atau jasa yang diproduksi atau dijual
seperti bank misalnya, meskipun itu berdasarkan Perjanjian Waralaba, baik
jarang sekali. 6) yang disertai dengan ikatan suatu jumlah
Pada umumnya, franchisee perlu minimum atau maksimum jumlah royalty
membayar initial fee yang sifatnya sekali tertentu atau tidak.
bayar, atau kadang-kadang sekali untuk Yang termasuk dalam indirect and
sekali periode tertentu, misalnya 5 tahun. nonmonetary compensation, meliputi
Di atas itu, biasanya franchisee membayar antara lain keuntungan sebagai akibat dari
royalty atau membayar sebagian dari hasil penjualan barang modal atau bahan
penjualan. Variasi lainnya adalah mentah, yang merupakan satu paket
franchisee perlu membeli bahan pokok dengan pemberian waralaba, pembayaran
atau peralatan (capital goods) dari dalam bentuk dividen ataupun bunga
franchisor. pinjaman dalam hal Pemberi Waralaba juga
Perjanjian waralaba adalah turut memberikan bantuan finansial, baik
perjanjian formal. Hal tersebut dalam bentuk ekuitas atau dalam wujud
dikarenakan Perjanjian Waralaba memang pinjaman jangka pendek maupun jangka
disyaratkan dalam Pasal 2 PP No. 16 Tahun panjang, cost shifting atau pengalihan atas
1997 untuk dibuat secara tertulis dalam sebagian biaya yang harus dikeluarkan
bahasa Indonesia. Hal ini diperlukan oleh Pemberi Waralaba, perolehan data
sebagai perlindungan bagi kedua belah pasar dari kegiatan usaha yang dilakukan
pihak yang terlibat dalam Perjanjian oleh penerima lisensi, dan lain sebagainya.
Waralaba tersebut. Kompensasi yang diizinkan dalam
Dalam Perjanjian Waralaba waralaba menurut PP No. 16 Tahun 1997,
dikenal adanya kompensasi. Secara umum hanyalah imbalan dalam bentuk direct
dikenal adanya dua macam atau dua jenis monetary compensation.
kompensasi yang dapat diminta oleh Ketentuan Pasal 2 PP No. 16 Tahun
Pemberi Waralaba. Yang pertama adalah 1997, menegaskan bahwa waralaba
kompensasi langsung dalam bentuk nilai diselenggarakan berdasarkan perjanjian
moneter (direct monetary compensation), tertulis antara Pemberi Waralaba dan
dan yang kedua adalah kompensasi tidak Penerima Waralaba, dengan ketentuan
langsung dalam bentuk nilai moneter atau bahwa Perjanjian Waralaba dibuat dalam
kompensasi yang diberikan dalam bentuk bahasa Indonesia dan terhadapnya berlaku
nilai non moneter (indirect and hukum Indonesia.
nonmonetary compensation). Pasal 3 ayat 1 PP No. 16 Tahun 1997
Yang termasuk dalam Direct Monetary selanjutnya menentukan bahwa sebelum
Compensation adalah lump sum payment, membuat perjanjian, Pemberi Waralaba
wajib menyampaikan keterangan kepada
6 Gemala Dewi, Op.cit, hal. 195 Penerima Waralaba secara tertulis dan

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


219
Budi Prasetyo : Perspektif Hukum Islam Terhadap .....

benar, sekurang-kurangnya mengenai : lanjut.


a. Nama pihak Pemberi Waralaba,
berikut mengenai kegiatan Konsep Sistem Ekonomi Islam
usahanya; Keterangan mengenai
Pemberi Waralaba menyangkut Dalam suatu sistem ekonomi
identitasnya, antara lain nama dan atau terdapat beberapa sub-sistem yaitu
alamat tempat usaha, nama dan alamat produksi, konsumsi, distribusi dan
Pemberi Waralaba, pengalaman penunjang/perantara. Di kalangan umat
mengenai keberhasilan atau kegagalan Islam sudah sepantasnya Hukum dan
selama menjalankan waralaba, norma syariah Islam mewarnai interaksi
keterangan mengenai Penerima dan transaksi dalam dan antar sub-sistem
Waralaba yang pernah dan masih tersebut sehingga sehingga terbentuklah
melakukan perikatan, dan kondisi suatu sistem ekonomi Islam. Hukum dan
keuangan. norma dimaksud di atas dapat ditarik dari
b. Hak atas kekayaan intelektual atau dua prinsip utama yang digali dari
penemuan atau ciri khas usaha yang ketentuan al-Qur'an dan Hadits Nabi
menjadi obyek waralaba ; Muhammad SAW, yaitu :
c. Persyaratan-persyaratan yang harus a. Pandangan Islam terhadap Harta dan
dipenuhi Penerima Waralaba ; Ekonomi :
Persyaratan yang harus dipenuhi 1) Ajaran syariah Islam memandang
Penerima Waralaba, antara lain harta sebagai amanah dari Tuhan
mengenai cara pembayaran, ganti rugi, Yang Maha Esa, sebagai perhiasan
wilayah pemasaran, dan pengawasan hidup, sebagai ujian keimanan, dan
mutu. sebagai bekal ibadah.
d. Bantuan atau fasilitas yang ditawarkan 2) Harta harus diperoleh dari usaha
Pemberi Waralaba kepada Penerima yang halal dan dengan cara yang
Waralaba ; Keterangan mengenai halal pula. Islam melarang usaha
prospek kegiatan waralaba, meliputi untuk mencari harta yang dapat
juga dasar yang dipergunakan dalam melupakan kematian, dzikrullah,
pemberian keterangan tentang proyek shalat, dan zakat, serta memusatkan
yang dimaksud. kekayaan hanya kepada
e. Hak dan kewajiban Pemberi dan sekelompok orang kaya saja.
Penerima Waralaba ; Bantuan atau 3) Islam juga melarang usaha yang
fasilitas yang diberikan, antara lain haram, seperti melalui kegiatan
berupa pelatihan, bantuan keuangan, riba, perjudian, berjual-beli barang
bantuan pemasaran, bantuan haram, mencuri, merampok,
pembukuan, dan pedoman kerja. curang dalam takaran dan
f. P e n g a k h i r a n , p e m b a t a l a n , d a n timbangan, malalui cara-cara yang
perpanjangan Perjanjian Waralaba, batil dan merugikan, dan melalui
serta hal-hal lain yang perlu diketahui suap menyuap.
Penerima Waralaba dalam rangka b. Nilai-nilai Perekonomian Islam :
pelaksanaan Perjanjian Waralaba. 1) Islam mendorong penganutnya
Selanjutnya Pemberi Waralaba oleh untuk berjuang mendapatkan harta
Peraturan Pemerintah ini diwajibkan dengan berbagai cara, asalkan
memberikan waktu yang cukup kepada mengikuti rambu-rambu yang telah
Penerima Waralaba untuk meneliti dan ditetapkan. Rambu-rambu
mempelajari informasi-informasi yang dimaksud antara lain adalah carilah
disampaikan tersebut secara lebih harta yang halal lagi baik, tidak

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


220
Budi Prasetyo : Perspektif Hukum Islam Terhadap .....

menggunakan cara batil, tidak


berlebih-lebihan, tidak menzhalimi Kelebihan dari sistem ekonomi
maupun dizhalimi, menjauhkan Islam adalah bahwa landasan spiritual
dari unsur riba, maysir (spekulasi), selalu merupakan bagian yang tidak
gharar (manipulasi), serta tidak terpisahkan dari praktik interaksi dan
melupakan kewajiban sosial transaksi antar individu dan institusi pelaku
berupa zakat, infak, dan sedekah. ekonomi. Permasalahan dari sistem ini
2) Islam mendorong penganutnya akan terjadi apabila nilai dan norma Islam
untuk bekerja dan melarang untuk tidak dilaksanakan sepenuhnya atau hanya
meminta-minta atau mengemis. dilaksanakan sebagian saja.
3) Setiap individu akan mendapatkan Mekanisme atau cara kerja dari
haknya sesuai dengan kontribusi- sistem ini diserahkan kepada para pelaku
nya masing-masing dan tidak ekonomi. Hal ini didasarkan kepada
mengambil hak orang lain. prinsip bermuamalah, yaitu sepanjang
4) Kesenjangan ekonomi harus di tidak dilarang secara jelas dalam al-Qur'an
atasi melalui, antara lain maupun Hadits Nabi Muhammad SAW,
penghapusan monopoli, menjamin maka diperbolehkan. Prinsip bidang
hak dan kesempatan untuk aktif muamalah tidak seperti bidang ibadah yang
dalam proses ekonomi, menjamin apabila tidak ada ketentuannya dalam al-
pemenuhan kebutuhan dasar hidup Qur'an dan al-Hadits, maka merupakan
setiap anggota masyarakat, suatu bid'ah (pembaruan) yang dilarang.
melaksanakan amanah social Melalui prinsip inilah, maka akan tersaring
economy insurance yang mampu praktik-praktik kegiatan ekonomi yang
menanggung, dan membantu yang tidak sesuai dengan ajaran Islam
tidak mampu. sebagaimana diatur ketentuannya dalam al-
5) Kebebasan individu diakui selama Qur'an dan al-Hadits.
tidak bertentangan dengan
kepentingan sosial yang lebih besar Perspektif Hukum Islam Terhadap
atau sepanjang individu itu tidak Bisnis Waralaba (Franchise)
melangkahi hak-hak orang lain.
Sistem ekonomi Islam memiliki Bila diperhatikan dari sudut bentuk
pengertian dasar sebagai suatu sistem perjanjian yang diadakan dalam waralaba
ekonomi yang berdasarkan hukum dan (franchise) dapat dikemukakan bahwa
norma syariah Islam. Berbagai definisi perjanjian itu sebenarnya merupakan
telah diberikan mengenai ekonomi Islam, pengembangan dari bentuk kerja sama
yang satu dan lainnya pada prinsipnya (syarikah). Hal ini disebabkan oleh karena
tidak berbeda. Salah satu diantaranya yang dengan adanya perjanjian franchise itu,
dikemukakan oleh Muhammad Abdullah maka secara otomatis antara franchisor
Al-Arabi, yaitu : dengan franchisee terbentuk hubungan
“Ekonomi Islam merupakan kerja sama untuk waktu tertentu (sesuai
sekumpulan dasar-dasar umum dengan perjanjian). Kerja sama tersebut
ekonomi yang kita simpulkan al- dimaksudkan untuk memperoleh
Qur'an dan as-Sunnah, dan keuntungan bagi kedua belah pihak.
merupakan bangunan Suatu waralaba adalah suatu
perekonomian yang kita dirikan di bentuk perjanjian, yang isinya memberikan
atas landasan dasar-dasar hak dan kewenangan khusus kepada pihak
tersebut sesuai dengan tiap
lingkungan dan masa”. 7) 7 Gemala Dewi, Op.cit, hal. 222.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


221
Budi Prasetyo : Perspektif Hukum Islam Terhadap .....

Penerima Waralaba. Waralaba merupakan kecil dan menengah di Negara kita, apabila
suatu perjanjian yang bertimbal balik kegiatan waralaba tersebut hingga pada
karena baik Pemberi Waralaba maupun derajat tertentu dapat mempergunakan
P e n e r i m a Wa r a l a b a , k e d u a n y a barang-barang hasil produksi dalam negeri
berkewajiban untuk memenuhi prestasi maupun untuk melaksanakan kegiatan
tertentu. Dalam waralaba diperlukan yang tidak akan merugikan kepentingan
adanya prinsip keterbukaan dan kehati- dari pengusaha kecil dan menengah
hatian. Hal ini sangat sesuai dengan rukun tersebut. Sehingga dari segi kemaslahatan
dan syarat akad menurut hukum Islam usaha waralaba ini juga bernilai positif
yaitu adanya Subyek Perikatan (Al- sehingga dapat dibenarkan menurut hukum
'Aqidain), Obyek Perikatan (Mahallul Islam. Pada dasarnya, sistem franchise
'Aqd), Tujuan Perikatan (Maudhu'ul 'Aqd) (waralaba) merupakan sistem yang baik
dan Ijab dan Kabul (Sighat al-'Aqd), serta untuk belajar bagi franchisee, jika suatu
larangan transaksi Gharar (ketidak- saat berhasil dapat melepaskan diri dari
jelasan). franchisor karena biaya yang dibayar
Perjanjian waralaba adalah cukup mahal dan selanjutnya dapat
perjanjian formal. Hal tersebut mendirikan usaha sendiri atau bahkan
dikarenakan Perjanjian Waralaba membangun bisnis franchise baru yang
disyaratkan untuk dibuat secara tertulis. islami.
Hal ini diperlukan sebagai bentuk Untuk menciptakan sistem bisnis
perlindungan bagi kedua belah pihak yang waralaba yang islami, diperlukan sistem
terlibat dalam Perjanjian Waralaba. Hal ini nilai syariah sebagai filter moral bisnis
sesuai dengan Asas Tertulis (kitabah) yang yang bertujuan untuk menghindari
terdapat dalam QS.Al-Baqarah (2): 282. berbagai penyimpangan moral bisnis
Waralaba melibatkan hak untuk (moral hazard). Filter tersebut adalah
memanfaatkan dan atau menggunakan hak dengan komitmen menjauhi 7 (tujuh)
atas kekayaan intelektual atau penemuan pantangan MAGHRIB, yakni : 8)
atau ciri khas usaha ataupun waralaba 1) Maysir, yaitu segala bentuk spekulasi
diberikan dengan suatu imbalan judi (gambling) yang mematikan sektor
berdasarkan persyaratan dan atau riil dan tidak produktif.
penjualan barang dan atau jasa. Hal ini 2) Asusila, yaitu praktik usaha yang
sesuai dengan asas penghargaan terhadap melanggar kesusilaan dan norma
kerja sama (syirkah) dalam Asas Hukum sosial.
Perdata Islam. 3) Gharar, yaitu segala transaksi yang
Dengan demikian, dapat tidak transparan dan tidak jelas,
dikemukakan bahwa sistem Waralaba sehingga berpotensi merugikan salah
(Franchise) ini tidak bertentangan dengan satu pihak.
syariat Islam, selama obyek perjanjian 4) Haram, yaitu obyek transaksi dan
Waralaba tersebut tidak merupakan hal proyek usaha yang diharamkan syariah.
yang dilarang dalam syariat Islam 5) Riba, yaitu segala bentuk distorsi mata
(misalnya: bisnis penjualan makanan atau uang menjadi komoditas dengan
minuman yang haram), maka perjanjian mengenakan tambahan (bunga) pada
tersebut otomatis batal menurut hukum transaksi kredit atau pinjaman.
Islam dikarenakan bertentangan dengan 6) Ihtikar, yaitu penimbunan dan
syariat Islam. monopoli barang dan jasa untuk tujuan
Selain itu bisnis waralaba ini pun permainan harga.
mempunyai manfaat yang cukup berperan
dalam meningkatkan pengembangan usaha 8 Gemala Dewi, Op.cit, hal. 199-200.

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


222
Budi Prasetyo : Perspektif Hukum Islam Terhadap .....

7) Berbahaya, yaitu segala bentuk Islam.


transaksi dan usaha yang Dalam perjanjian waralaba
membahayakan individu maupun (franchise) perlu diadopsi nilai-nilai
masyarakat serta bertentangan dengan perekonomian Islam, diantaranya tidak
kemaslahatan. mendzalimi maupun didzalimi, sehingga
Dalam masyarakat Indonesia yang terjadi kesimbangan para pihak,
mayoritas beragama Islam, sudah keseimbangan antara Pemberi Waralaba
sepantasnya hukum dan norma syariah (Franchisor) dan Penerima Waralaba
Islam, serta rambu-rambu untuk menjauhi (Franchisee).
pantangan MAGRIB mewarnai interaksi
dan transaksi dalam kegiatan bisnis DAFTAR PUSTAKA
waralaba (franchise) , sehingga
terbentuklah suatu sistem bisnis waralaba Ali, Muhammad Daud, Hukum Islam :
(franchise) yang islami. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia, Ed. 6.
KESIMPULAN Cet. 11, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004.
Perjanjian waralaba (franchise)
dipandang dari perspektif hukum Islam
Basyir, Ahmad Azhar, Asas-asas Hukum
merupakan pengembangan dari syarikah
(kerja sama), kitabah (asas tertulis) sebagai Muamalat (Hukum Perdata Islam),
bentuk perlindungan terhadap kedua belah Ed. Revisi,UII Press, Yogyakarta,
pihak, syirkah (asas penghargaan) sebagai 2000.
bentuk penghargaan terhadap Hak
Kekayaan Intelektual, serta sesuai dengan Dewi, Gemala, Hukum Perikatan Islam di
larangan transaksi Gharar (ketidak- Indonesia, Badan Penerbit
jelasan) yaitu adanya prinsip keterbukaan Fakultas Hukum UI, Jakarta, 2005.
dan kehati-hatian. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa sistem waralaba Hasan, M. Ali, Berbagai Macam Transaksi
(franchise) ini tidak bertentangan dengan dalam Islam (Fiqh Muamalat),
syariah Islam, sepanjang bidang usaha Raja Grafindo Persada, Jakarta,
bisnis waralaba (franchise) dan sistem 2003.
serta mekanisme kerja samanya sesuai
dengan Prinsip Syariah dan ketiadaan dari Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi
segala pantangan syariah dalam bisnis
Islam, Sinar Grafika, Jakarta,
waralaba (franchise) tersebut.
2000.
SARAN
Mas'adi, Ghufron A., Fiqh Muamalah
Untuk melindungi masyarakat Kontekstual, Raja Grafindo
Indonesia yang mayoritas beragama Islam, Persada, Jakarta, 2002.
kegiatan bisnis waralaba (franchise) di
samping harus mengacu pada ketentuan- Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan
ketentuan hukum umum yang dikeluarkan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta,
oleh otoritas pemerintah, juga harus 2004.
mengacu pada ketentuan-ketentuan hukum

HUKUM DAN DINAMIKA MASYARAKAT VOL.4 NO.2 APRIL 2007


223

Anda mungkin juga menyukai