Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAN LIQUD DAN SEMISOLID

PEMBUATAN EMULSI DENGAN METODE HIDRATASI EMULGATOR

Disusun Oleh :

FARMASI V B
KELOMPOK 3A

Mutia Ramadhani (19012015)


Siti Masriah (19012024)
Egi Sapiki (19012033)
Nur Hafipah (19012034)
Alisa Adistia D (19012035)
Desi Kristina P (19012037)
M. Ali Zainal (19012038)

Dosen Pembimbing :
Achmad Marsam D.,M.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

EMULSI

Definisi menurut FI IV : Emulsi adalah sistem dua fasa, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil.

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut


emulgator(emulsifying agent) atau surfaktan yang dapat mencegah koalensi, yaitu
penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal
yang memisah.

Emulsi berasal dari kata “emulgeo” yang artinya menyerupai susu dan warna emulsi
memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein, dan air. Emulsi semacam ini disebut vera atau emulsi alam,
dimana protein bertindak sebagai emulgator dari campuran lemak atau minyak dengan air
yang terdapat dalam biji-bijian tersebut.

Keuntungan bentuk emulsi :


1. pemakaian oral (biasanya tipe m/a) bertujuan untuk :
a) menutupi rasa minyak yang tidak enak
b) lebih mudah dicerna dan diabsorbsi karena ukuran minyak diperkecil
2. memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang homogen secara
visual.
3. Meningkatkan stabilitas obat ayng lebih mudah terhidrolisa dalam air.
4. Pembauatan sediaan yang depoterapi (RPS)
a) Penetrasi dan absorpsi dapat dikontrol
b) Kerja emulsi lebih lama
Tipe Emulsi :
1. Emulsi minyak dalam air (M/A atau O/W) ; fase minyak terdispersi dalam fasa air
2. Emulsiair dalam minyak (A/M atau W/O) ; fase air terdispersi dalam fsasa
minyak.
1.2 Dosis Bahan Aktif
BAB II

ISI

2.1 Monografi Bahan

a) Parrafin Liquidum (1)

Parrafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoeh dari minyak mineral
sebagai zat pemantap.

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna,

hampir tidak berbau: hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P:larut dalam

klorofrom P dan dalam eter P

Bobot : Bobot per ml 0,870 g sampai 0,890 g.

Kekentalan : Pada suhu 37,8o,tidak kurang dari 55 cP.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terindung dari cahaya

Khasiat : Laksativum.

b) Oleum Ricini (1)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus
communis L. Yang telah dikupas

Pemerian : Cairan kental, jernih kuning pucat atauhampir tidak berwarna, bau

lemah, rasamanis, kemuidan agak pedas, umumnyamemualkan

Kelarutan : Larut dalam 2,5 etanol 90% ,mudah lartdalam etanol mutlak dan

dalam asetatglacial

Bobot : Bobot per ml:0,953 gram-0,964 gram

Khasiat : Laksativum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.


c) Gom Arab (1,2)

Gom akasia adalah eksudat gom kering yang diperoleh dari batang dan dahan Acacia
senegai Willd dan beberapa spesies Acacia lain.

Pemerian : Serbuk, putih atau putih kekuningan tidak berbau

Kelarutan : mudah larut dalam air menghasilkan larutan yang kental dan

tembus cahaya praktis tidak larut dalam etanol (95%)

Khasiat : pengemulsi, suspending agent, pengikat tablet

d) CMC-Na (1,2)

Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem; higroskopik

Kelarutan : mudah terdispersi dalam air membentuk larutan Koloida Tidak

larut dalam etanol dan dalam pelarut organik lain

Khasiat : Sebagai kontrol/pengental

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

e) Gliserin (1,2)

Pemerian : cairan seperti siperti sirop, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

manis diikuti rasa hangat, higroskopik jika disimpan beberapa

lama pada suhu

Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%)P, praktis tidak

larut dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam minyak lemak k.

Khasiat : Sebagai humectant, antimikroba

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

f) Propilen glikol (1,2)

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berwarna, tidak berbau

Rasa agak manis hidroskopik


Kelarutan : Dapat becampur dengan air dengan etanol dan kloroform Tidak

dapat larut dalam eter dan minyak tanah dan minyak Lemak

Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

2.2 Tabel Formulasi

Fase Minyak Emulgator Alam Metode Pembuatan Bahan Pengental


Parafin liquidum Gom Arab (5%, Hidratasi cepat Gliserin 15%
20% 7,5%, 10%) (4:2:1) Propilen Glikol 15 %
Oleum Ricini 20% CMC-Na (1%, 2%, Hidratasi lambat Gliserin 15 %
3%) Propilen Glikol 15 %

2.3 Perhitungan Bahan

1) Parafin Liquidum : 20% = 20/100 x 200ml = 40ml


Gom Arab : 5% = 5/100 x 200ml = 10gr
7,5% = 7,5/100 x 200ml = 15gr
10% = 10/100 x 200ml = 20gr
Gom diganti CMC : 1% = 1/100 x 200ml = 2gr
2% = 2/100 x 200ml = 4gr
3% = 3/100 x 200ml = 6gr
Gliserin : 15% = 15/100 x 200ml = 30ml
PropilenGlikol : 15% = 15/100 x 200ml = 30ml

2) Oleum Ricini : 20% = 20/100 x 200ml = 40ml


CMC-Na : 1% = 1/100 x 200ml = 2gr
2% = 2/100 x 200ml = 4gr
3% = 3/100 x 200ml = 6gr
Gliserin : 15% = 15/100 x 200ml = 30ml
PropilenGlikol : 15% = 15/100 x 200ml = 30ml

Note : Karena PGA tidak ada dilab maka diganti dengan CMC 1%, 2%, 3%
2.4 Prosedur Kerja
A. Pembuatan emulsi I,II,III (CMC Na 1%, 2%, 3%)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang semua bahan .
3. Dibuat muchilago ( CMC-Na + aqua peruvida ) gerus didalam lumpang ad
homogen.
4. Dimasukkan 20 ml ol. Ricini kedalam lumpang tambahkan muchilago lalu gerus
sampai membentuk corpus + 15 ml gliserin + 15 ml ppg gerus homogen masukan
ke dalam beaker glass.
5. Ditambahkan aquadest sampai kalibrasi 100 ml.
6. Diihat hasil praktek, di catat evaluasinya dan diamati.
B. Pembuatan emulsi IV,V,VI (PGA 5%, 7,5%, 10%)
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang semua bahan.
3. Dibuat muchilago ( PGA + air ) gerus didalam lumpang ad homogen.
4. Dimasukkan 20 ml ol. Ricini kedalam lumpang tambahkan muchilago lalu gerus
sampai. membentuk corpus + 15 ml gliserin + 15 ml ppg gerus homogen masukan
ke dalam beaker glass.
5. Ditambahkan aquadest sampai kalibrasi 100 ml.
6. Diihat hasil praktek, di catat evaluasinya dan diamati.
2.5 Skema Kerja

2.6 Hasil Evaluasi


a. Hasil Sedimentasi
1. Emulsi Parafin Liquidum dan CMC-Na
 Parafin Liquidum + CMC-Na 1% = Sediaan terpisah menjadi 2 fase
 Parafin Liquidum + CMC-Na 2% = Sediaan tidak terpisah
 Parafin Liquidum + CMC-Na 3% = Sediaan terpisah menjadi 2 fase
2. Emulsi Oleum Ricini dan CMC-Na
 Oleum Ricini + CMC-Na 1% = Sediaan terpisah menjadi 2 fase
 Oleum Ricini + CMC-Na 2% = Sediaan tidak terpisah
 Oleum Ricini + CMC-Na 3% = Sediaan terpisah menjadi 2 fase
b. Hasil Type Emulsi
1. Emulsi Parafin Liquidum dan CMC-Na
 Parafin Liquidum + CMC-Na 1% = M/A
 Parafin Liquidum + CMC-Na 2% = M/A
 Parafin Liquidum + CMC-Na 3% = M/A
2. Emulsi Oleum Ricini dan CMC-Na
 Oleum Ricini + CMC-Na 1% = M/A
 Oleum Ricini + CMC-Na 2% = M/A
 Oleum Ricini + CMC-Na 3% = M/A
2.7 Hasil Pengamatan
BAB III

ISI

3.1 Pembahasan

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika dengan
kandungan paling sedikit dua fase cair yang tidak dapat bercampur, satu diantaranya
didispersikan sebagai globula dalam fase cair lain. Ketidakstabilan kedua fase ini dapat
dikendalikan menggunakan suatu zat pengemulsi/emulsifier atau emulgator. Terdapat
beberapa jenis emulsi, mulai dari yang sederhana hingga kompleks. Sistem emulsi minyak
dalam air (M/A) atau oil in water (O/W) adalah sistem emulsi dengan minyak sebagai fase
terdispersi dan air sebagai fase pendispersi.

Pada praktikum kali ini yang dimana pada pembuatan emulsi dengan metode hidratasi
Emulgator yang bertujuan untuk mengamati pengaruh perbedaan konsentrasi emulgator
terhadap karakteristik fisik dan stabilitas sediaan emulsi. Perbedaan konsentrasi emulgator
yang dipakai merupakan emulgator Gom arab dan juga CMC-Na pada emulgator tersebut
digunakan konsentrasi yang berbeda untuk emulgator gom arab digunakan konsentrasi 5%,
7,5% dan 10% sedangkan untuk emulgator CMC-Na yaitu 1%, 2% dan 3%.

Pada pembuatan suatu sedian disini yaitu menggunakan 2 metode yaitu metode
hidratasi cepat dan metode hidratasi lambat. Pada metode tersebut fase minyak yang
menggunakan parrafin liquidm menggunakan hidratasi cepat sedangan untuk oleum ricini
menggunakan hidratasi lambat metode membedakan pada suatu pengerjaan yang dimana jika
menggunakan metode hidratasi cepat ke 4 bagian minyak di ampur sekaligus dan
ditambahkan emulgatornya berbeda pada hidratasi lambat pada hidratasi lambat mula mula
dibuat lah emulgator dengan air lalu ditambahkan lah fase minyak dan diaduk dengan searah
jarum jam.

3.2 Kesimpulan

Dari hasil praktikum kali ini yang dimana pembuatan emulsi dengan metode hidratasi
emulgator adalah :

1. Sediaan emulsi memiliki tipe M/A atau minyak dalam air atau O/W
DAFTAR PUSTAKA
1. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 1995.
2. Raymond C. Paul J. Marian E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
London : Pharmaceutical
3. Ansel C Howard 2008, Pengantar Sediaan Farmasi , Penerbit UI
4. Dirjen POM 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta Departemenkesehatan RI.
IV.     URAIAN TUGAS KELOMPOK

Nama Tugas
Mutia Ramadhani
Siti Masriah
Egi Sapiki
Nur Hafipah
Alisa Adistia D Membuat Laporan Modul 2 Monografi Bahan, Tabel
Formulasi, Perhitungan Bahan, Prosedur Kerja,
Hasil Evaluasi
Desi Kristina P Membuat Laporan Modul 2 Latar Belakang, Dosis
Bahan Aktif,
M. Ali Zainal

Anda mungkin juga menyukai