3 (September 2014)
Abstrak
Pada proses pembuatan membran melalui metode inverse fasa, morfologi membran yang dihasilkan
ditentukan oleh besarnya konsentrasi polimer, pelarut dan non-pelarut. Pengetahuan dasar tentang
komposisi yang sesuai dari masing-masing komponen tersebut diperlukan melalui penelitian penentuan
titik embun larutan. Pada penelitian ini, studi terhadap penentuan titik embun telah dilakukan untuk
mengetahui proses solidifikasi larutan polimer polyethersulfone (PES), polyinyl pyrrolidone PVP), dan 2-
(methacryloyloxy)ethyl phosphoryl chloline (MPC) didalam pelarut N-methyl-2-pirrolidon (NMP).
Polimer yang bersifat hidrofilik PVP dan MPC digunakan sebagai membrane modifying agent (MMA)
dalam rangka modifiaksi sifat permukaan membran. Dapat disimpulkan, penambahan PVP dan MPC ke
dalam larutan polimer dapat mengurangi jumlah non-pelarut yang diperlukan untuk tercapainya kondisi
cloud point dari larutan.
Kata kunci: Membran hidrofilik, titik embun, polimer aditiv, membran modfying agent.
Abstract
In membrane preparation process via phase inversion method, the morphology of fabricated membranes
are determined by composition and concentration of polymer, solvent, and non-solvent. The basic
knowledge of the appropriate composition of those components are needed by cloud point experiment. In
this work, the study on cloud point experiment have been done to investigate the solidification process of
polymer system of polyethersulfone (PES) and 2-(methacryloyloxy) ethyl phosphoryl chloline (MPC) in
N-methyl-2-pirrolidon (NMP) via phase inversion technique. Hydrofilik polymer MPC were used as a
membrane modifying agent (MMA) in order to modify the surface property of fabricated membrane. In
sum, addition of PVP and MPC into polymer solution brought about reducing amount of non-solvent
necessary to obtain the cloud point of solution.
Key word : hidrofilik membrane, cloud point, Polymeric additives, membran modfying agent.
18
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014)
yang spesifik adalah penting dilakukan. Pada solidifikasi parsial telah terjadi, akibatnya larutan
pekerjaan ini dilakukan studi dasar bagaimana polimer tidak lagi homogen. Larutan diaduk lagi
larutan polimer bisa membentuk membran seperti proses awal sampai mencapai kondisi
(membrane solidified), berapa fraksi komposisi homogen dalam rentang waktu yang tidak bisa
komponen polimer, pelarut, dan non-pelarut yang ditentukan. Saat larutan mencapai homogen,
diperlukan, dan kapan titik beku (cloud point) dilakukan lagi analisa absorbansi dengan
larutan dapat tercapai. spektrofotometer. Demikian seterusnya, kedalam
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk larutan ditambahkan lagi tetes air, diaduk,
mengetahui konsep kompatibilitas membrane dianalisa absorbansi secara berulang-ulang.
modfying agent (MMA) yaitu 2-(methacryloyloxy) Perlakuan baru dihentikan apabila larutan tidak
ethyl phosphoryl chloline (MPC) terhadap polimer bisa lagi mencapai kondisi homogen.
PES, menelaah proses solidifikasi dan
pembentukan morfologi membran, serta mengkaji Tabel 1. Komposisi larutan polimer
kondisi pembentukan cloud point dari larutan
polimer. Lebih detail, penelitian difokuskan pada Sistem Komposisi (% berat)
kajian dasar proses pemisahan phasa larutan PES PVP MPC NMP
polimer untuk pembentukan membran dari sistem 1 20 - - 80
tiga komponen yang terdiri dari polimer, pelarut, 2 20 2 - 78
dan non-pelarut. Jumlah non-pelarut (air) yang 3 20 - 2 78
dibutuhkan untuk terjadinya proses solidifkasi 4 20 2 2 76
membran dipelajari berdasarkan uji titik beku
(cloud point) larutan dengan kehadiran polimer Uji Solidifikasi sistem PES+PVP.
yang bersifat hidrofilik.
Pada sistem ini dilakukan penambahan aditif
Metodologi Penelitian PVP terlebih dahulu kedalam sistem PES/NMP
sebelum ditambahkan non-pelarut air. Konsentrasi
Bahan dan Peralatan Penelitian masing-masing komponen diset sebagaimana
ditabulasikan pada Tabel 1. Campuran tiga
Bahan utama yang digunakan berupa polimer komponen tersebut diaduk sampai homogen,
Polietersulfon (PES, Ultrason E6020P, BASF), dianalisa absorbansi cahaya. Setelah itu
pelarut N-metil-2-pirrolidon (NMP), dan non- ditambahkan non-pelarut air, diaduk lagi sampai
pelarut air. Dua jenis membrane mofying agent homogen, dianalisa absorbansi cahaya, demikian
digunakan adalah (2-(methacryloyloxy)ethyl seterusnya dilakukan pengulangan sampai
phosphoryl chloline) (MPC), polyvinylpirrolidon percobaan dihentikan jika kondisi cloud point
(PVP). Peralatan berupa 5 unit pelarut polimer, sudah tercapai.
dan spektrofotometer untuk uji titik awan (cloud
point). Uji Solidifikasi sistem PES+MPC.
19
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014)
yang sama seperti sudah dijelaskan pada pengujian fasa dan juga agar membran dapat tersolidifikasi
cloud point sistem PES original. dengan struktur tertentu. Ketiga komponen
tersebut pada peneltiian ini digunakan secara
Hasil dan Pembahasan berturut-turut PES, NMP, dan Air Murni. Pada
proses pembuatan membran, komposisi dua
Solidifikasi larutan polimer koponen pertama (polimer dan pelarut) dapat
ditentukan sesuai dengan kebutuhan karakteristik
Proses pelarutan polimer dalam pelarut NMP membran yang diharapkan berdasarkan uji coba.
dilakukan dengan menggunakan wadah yang sama Kebutuhan komponen ketiga (non-pelarut)
dan dengan total volume larutan yang sama untuk secara alami mengikuti titik kesetimbangan tiga
semua sistem. Proses pencampuran dilakukan phasa dari larutan polimer. Artinya, jumlah non-
dengan pengaduk stirrer pada skala 6 rpm dan pelarut yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah
temperature ruangan 30 oC. Proses homogenisasi polimer dan pelarut yang ada dalam larutan.
larutan sebelum penambahan non-pelarut dapat Secara eksperimen, jumlah non-pelarut yang
tercapai dalam waktu rata-rata enam jam. Namun dibutuhkan dapat ditentukan melalui penelitian
untuk memastikan larutan benar-benar sudah dasar penentuan komposisi tiga komponen dengan
homogen, maka proses pelarutan dilakukan menguji titik embun (cloud point) larutan. Lebih
serentak selama 24 jam. Proses solidifikasi larutan lanjut, penentuan komposisi tiga komponen
polimer dapat tercapai setelah penambahan non- tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram
pelarut air murni dengan waktu pencampuran 2 x tiga fasa. Jumlah data non-pelarut air yang
24 jam untuk semua sistem. Kondisi larutan dibutuhkan untuk sistem larutan PES 20% - NMP
polimer saat mencapai titik homogen dan titik 80 % dipaparkan pada Gambar 1. Proses
solidifikasi (cloud point) ditandai dengan solidifikasi larutan dapat tercapai dengan
perubahan warna larutan dari warna bening sempurna setelah penambahan air 1,2 gram.
transparan menjadi putih awan.
120
120
100
100
Transmittance (%)
Transmittance (%)
80
80
Sistem-1: PES20NMP
60
60 Sistem-2: PES20PVP-NMP
40
40
20
20
0
0 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 Jumlah non-pelarut (gr)
Jumlah non-pelarut (gr)
Gambar 2. Kebutuhan non-pelarut pada sistem-
Gambar 1. Kebutuhan non-pelarut pada sistem-1 : 2:PES20%-PVP2%-NMP78%
PES20%NMP80%
Kebutuhan non-pelarut untuk sistem polimer
Kebutuhan non-pelarut untuk sistem polimer dengan aditiv
tunggal
Dalam industri pabrikasi membran sering
Pada proses pembuatan membran secara ditambahkan polimer kedua (polymeric additives)
inversi phasa setidaknya dibutuhkan tiga untuk menciptakan membran dengan spesifikasi
komponen material agar larutan polimer dapat tertentu sesuai peruntukannya [2,9]. Kehadiran
tersolidifkasi. Komponen tersebut adalah polimer polimer kedua ini di dalam larutan polimer ikut
sebagai material utama pembentuk membran, mempengaruhi proses pencapaian kondisi
pelarut untuk melarutkan polimer, dan non-pelarut pemisahan fasa dan proses solidifikasi membran.
yang berfungsi untuk dapat terjadinya pemisahan Kebutuhan non-pelarut air agar tercapainya
kondisi pemisahan fasa dan terjadinya proses
20
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014)
solidifikasi membran menurun dengan hadirnya demikian sebaliknya proses solidifikasi membran
polymeric additives PVP di dalam larutan polimer akan lebih lambat pada sistem dengan konsentrasi
pada sistem 2 (Gambar 2). Demikian juga untuk polimer yang rendah [1].
kasus pada sistem 3 sebagaimana dipaparkan pada Perbedaan jumlah non-pelarut yang
Gambar 3, jumlah non-pelarut air yang dibutuhkan dibutuhkan untuk tercapainya kondisi cloud point
menjadi berkurang dibandingkan dengan kondisi ini akan berpengaruh kepada struktur morfologi
pada sistem 1 dengan tanpa aditiv. dan struktur pori yang terbentuk pada membran
yang dihasilkan. Oleh karena itu, penambahan
polymeric additive merupakan salah satu metode
120
yang banyak dikembangkan oleh peneliti untuk
meningkatkan kinerja membran. Lebih lanjut,
100 system blending polymeric additive ini juga dapat
digunakan untuk meningkatkan sifat hidrofilisitas
Transmittance (%)
80 membran.
60
8
40 7 Sistem-1
Komposisi non-pelarut (%)
5.25
20 6 Sistem-2
Sistem-3
5
Sistem-4
3.76
3.67
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 4
3.1
21
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014)
22
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3, No. 3 (September 2014)
[12] Saljoughi, E., dan , Mousavi, S.M., [13] Wang, Y-Q., Su, Y-L., Sun, Q., Ma, X., Jiang.,
Preparation and characterization of novel Z-Y., Improved permeation performance of
polysulfone nanofiltration membranes for Pluronic F127-polyethersulfone blend
removal of cadmium from contaminated ultrafiltration membranes. J. Membr. Sci,
water, Separation and Purification Vol. 282, Hal. 44-51, 2006.
Technology,90, 22-30, 2012.
23