Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KERAJAAN MELAYU
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Indonesia pra Islam

Dosen Pengampu: Wahyu Setyaningsih, M.A

Disusun oleh:

Maftuh Alfan Hidayat (53010210002)

Meylinda Septa Wahyuningtyas (53010210009)

Wahida Nur (53010210136)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS


ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SALATIGA 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugrahkan nikmat islam dan iman kepada
kita, dan menjadikan kita umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Shalawat berangkaian
salam kita hadiahkan kepada nabi besar Muhammad Sallalahu ‘alaihi wa sallam rahmat bagi
semesta alam dan pemberi petunjuk jalan menuju keselamatan sampai akhir zaman.

Saya berterimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan ilmu kepada kita, kepada
dosen pengampu yaitu Ibu Wahyu Setyaningsih, M.A yang telah memberikan tugas makalah
kepada kami sekaligus sebagai motivasi semangat belajar kami, kepada teman kelompok
maupun tidak yang telah sudi membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai bahan materi dari
mata kuliah Sejarah Indonesia pra Islam mengenai kerajaan melayu.

Merupakan sebuah harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, khususnya untuk penulis sendiri. Penulis berharap agar pembaca dapat memberikan
saran dan keritik yang bermanfaat positif guna untuk kesempurnaan tugas makalah ini. Untuk
itu kurang lebihnya penulis meminta manfaat apabila ada materi yang tidak dimasukan dalam
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua serta sebagai amal sholeh dan
menjadi motivasi untuk menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Salatiga, 30 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….II

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………III

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….1
B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….1
C. TUJUAN MASALAH………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..2
A. LOKASI PUSAT KERAJAAN MELAYU…………………………………….2
B. AWAL MULA KERAJAAN DHARMASRAYA……………………………2
C. PRASASTI PADANG ROCO……………………………………………………3

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….4

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….5
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerajaan Melayu adalah salah satu kerajaan awal di Indonesia yang terletak di
Jambi. Ada dua kerajaan di Sumatera yang memiliki masa perkembangan yang relatif
sama waktunya, dan memiliki wilayah kekuasaan yang hampir bersamaan secara
geografis, kerajaan tersebut adalah Melayu dan Sriwijaya. Sumber utama yang dapat
membuka tabir kerajaan ini adalah berasal dari Cina. Menurut berita dari dinasti T’ang
pada tahun 644 dan 645 sudah datang utusan Melayu ke Cina. Selanjutnya, berit I-tsing
menjelaskan bahwa pada tahun 671 ia pernah mampir di kerajaan Melayu dalam
perjalanannya dari Sriwijaya ke India.

Namun pada tahun 685 Melayu sudah menjadi wilayah kerajaan Sriwijaya.
Setelah itu lama tidak mendengar beritanya, barulah pada tahun 1275 Kertanegara
mengirimkan tentaranya ke Melayu. Pengiriman ini disebut ekspedisi Pamalayu dengan
tujun untuk membebaskan Melayu dari kekuasaan kerajaan Sriwijaya, serta menjalin
kerjasama sebagai kerajaan yang berserikat dengan Kertanegara. Puncak kejayaan
kerajaan Melayu terjadi pada masa raja Adityawarman yang memerintah dari tahun
1347-1375.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Dimanakah letak lokasi kerajaan Melayu?
2. Bagaimana awal mula kerajaan Dharmasraya?
3. Dimanakah prasasti tertua dan terkenal pada masa kerajaan Dharmasraya?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahuai dimana lokasi kerajaan Melayu berada
2. Mengetahui asal muasal berdirinya kerajaan Dharmasraya
3. Memahami lebih lanjut tujuan prasasti itu dibuat dan apa isinya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lokasi Pusat Kerajaan Melayu

Kerajaan Melayu berdiri pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga. Kemudian,
pada abad ke-13 berpusat di Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di
Suruaso atau Pagaruyun. Kerajaan ini diketahui sebagai kerajaan tertua di Pulau
Sumatra sebelum Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Tulang Bawang.

Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara Sriwijaya dan Kedah. Jadi,
Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli sepakat
bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca
Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka
(1286) yang menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanaga
(Singhasari) kepada raja Melayu.

Pendapat Prof. Slamet Muljana, istilah melayu berasal dari kata Malaya yang
dalam bahasa Sanskerta bermakna “bukit”. Nama kerajaan biasanya merujuk pada
nama ibu kotanya. Dan menurut prasasti Tanjore yang dikeluarkan oleh Rajendra
Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Melayu dilindungi
oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit. Lokasi pastinya adalah Muara
Tebo.

B. AWAL MULA KERAJAAN DHARMASRAYA

Kemunduran kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Chola I, telah


mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas Pulau Sumatra dan Semenanjung
Malaya. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih
peran Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.

Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti
Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Mharaja Srimat
Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama
Mahasenapati Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan
nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca tersebut bernama
Mraten Sri Nano.

Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasati Padang
Roco tahun 1286. Prasati ini menyebutkan raja Swarnabhumi bernama Maharaja
Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa yang mendapat kiriman hadiah Arca
Amoghapasa dari Raja Kertanagara, raja Singhasari di Pulau Jawa. Arca tersebut
kemudian diletakkan di Dharmasraya.

Dharmasraya dalam pararaton merupakan ibu kota dari negeri bhumi malayu.
Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu.
Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah keturunan dari Trailokyaraja.
Oleh karena itu, Traiokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun
prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.

Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183
telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu
artinya, setelah Sriwijaya mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai
penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai tidak
dipastikan.

C. PRASASTI PADANG ROCO

Prasati Padang Roco adalah sebuah prasasti yang ditemukan pada tahun 1911 di
hulu sungai Batanghari, kompleks percandian Padangroco, nagari Siguntur,
kecamatan Sitiung, kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat. Prasati ini merupakan
sebuah lapik (alas) arca Amoghapasa yang pada empat sisinya terdapat manuskrip.
Prasasti ini dipahatkan 4 baris tulisan dengan aksara Jawa Kuno, dan memakai dua
bahasa (Melayu Kuno dan Sanskerta).

Prasasti ini menceritakan bahwa pada tahun 1208 Saka, atas perintah raja
Kertanegara dari Singhasari, sebuah arca Amoghapasalokeswara dipindahkan dari
Bhumijaya ke Swarnabhumi untuk ditegakkan di Dharmasraya. Dengan hadiah ini
diharapkan agar rakyat Swarnabhumi bergirang hati dan bersuka cita, terutama
rajanya Sri Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmmadewa.
Isi dari prasasti tersebut adalah sebagaimana yang di terjemahkan oleh Prof.
Slamet Muljana :
1. Bahagia! Pada tahun Saka 1208, bulan Badrawada, hari pertama bulan naik,
hari Mawulu wage, hari kamis, Wuku Madankungan, letak raja bintang di
baratdaya…
2. … tatkala itulah arca paduka Amoghapasa lokeswara dengan empat belas
pengikut serta tujuh ratna permata di bawa dari Bhumi Jawa ke
Swarnnabhumi, supaya ditegakkan di Dharmmasraya,
3. Sebagai hadiah Sri Wiswarupa Kumara. Untuk tujuan tersebut paduka Sri
Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama Dharmmottunggadewa
memmerintah rakryan maha-mantri Dyah Adwayabrahma, rakryan sirikan
Dyah Sugatabrahma dan
4. samagat payānan hań Dīpankaradāsa, rakryān damun Pu Wīra untuk
menghantarkan pāduka Amoghapāśa. Semoga hadiah itu membuat gembira
segenap rakyat di Bhūmi Mālayu, termasuk brāhmaṇa, ksatrya, waiśa, sūdra
dan terutama pusat segenap para āryya, Śrī Mahārāja Śrīmat Tribhuwanarāja
Mauliwarmmadewa.

BAB III
PENUTUP

Melayu merupakan sebuah kerajaan yang wilayah kekuasaannya meliputi seluruh


daratan pulau Sumatera, dari ujung barat laut hingga ujung tenggara. Beberapa daerah yang
merupakan bawahan Melayu seperti Jambi, Dharmashraya, Kandis dan Minangkabau, dari
tempat-tempat itu Jambi bandar yang paling penting yang mungkin menjadi ibu kota kerajaan.
Kemudian sekitar abad ke-13 di sekitar Rambahan (Sumatera Barat). Munculnya kerajaan ini,
menurut berita Cina sudah ada utusan dari Melayu ke Cina pada tahun 644 dan 645.

Berita Cina yang lain berasa dari I-tsing yang mampir di Melayu pada tahun 671, pada
tahun 685 wilayah ini sudah menjadi kekuasaan Sriwijaya. Nama Melayu kembali muncul
setelah Kertanegara melakukan ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275, dengan demikian
kedudukan Melayu bertambah kuat karena adanya perserekatan dengan Jawa Timur. Puncak
kejayaan terjadi pada masa raja Adityawarman (1347-1375). Pada masa ini Agama Budha
berkembang dengan pesat.

DAFTAT PUSTAKA
Muljana, Slamet, 1981, Kuntala, Sriwijaya Dan Suwarnabhumi, Jakarta: Yayasan Idayu, hlm. 223.

R.Pitono Hardjowardojo, 1966, Adityawarman, Sebuah Studi tentang Tokoh Nasional dari Abad
XIV, Bhratara, Djakarta

Djafar, Hasan, (1992), Prasasti-Prasasti Masa Kerajaan Melayu Kuno dan Permasalahannya.
Dibawakan dalam Seminar Sejarah Melayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992, Jambi: Pemerintah
Daerah Tk I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Jambi.

Anda mungkin juga menyukai