Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR JAWABAN Nam : Hafidah nur epsteinnia

UTS HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN a


25 OKTOBER 2021 NIM : 031811133123
Kelas : A1

1.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UUPK :Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Berdasarkan pasal tersebut pelaku usaha
yakni toko carita milik desita, PT ernes dan PT Fontana

Berdasarkan pasal 1 angka 2 UUPK : Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk. Sedang yang
dimaksud dengan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari
proses produksi suatu produk lainnya. Adapun pengertian konsumen yang dimaksud dalam UUPK adalah
konsumen akhir. Maka konsumen diatas berdasarkan pasal 1 angka 2 UUPK yakni arinda dan boni karena Pelaku
usaha membutuhkan konsumen untuk memasarkan produknya, sehingga harus memberikan perlindungan agar
konsumen mau membeli produk dan jasa milik pelaku usaha

2.
Kewajiban label pangan harus sesuai dengan UUPK Pasal 8, PP 69 Tahun 1999 tentang Iklan dan Label Pangan
Serta UU Pangan 2012 Pasal 97 (kewajiban label pada produk pangan) :

97 ayat 1 : Setiap Orang yang memproduksi Pangan di dalam negeri untuk diperdagangkan wajib mencantumkan
label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan.

97 ayat 2 : Setiap Orang yang mengimpor pangan untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam
dan/atau pada Kemasan Pangan pada saat memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

97 ayat 3 : Pencantuman label di dalam dan/atau pada Kemasan Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) ditulis atau dicetak dengan menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan
mengenai:
a. nama produk;
b. daftar bahan yang digunakan;
c. berat bersih atau isi bersih;
d. nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau mengimpor;
e. halal bagi yang dipersyaratkan;
f. tanggal dan kode produksi;
g. tanggal, bulan, dan tahun
kedaluwarsa;
h. Nomor izin edar bagi Pangan
Olahan; dan
i. asal usul bahan Pangan tertentu.

97 ayat 4 : Keterangan pada label sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditulis, dicetak, atau ditampilkan secara
tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat.
Substansi informasi keterangan pangan pada label , sekurangnya terdiri dari (PP Label & Iklan Pangan ) :
Nama produk;
Daftar bahan yang digunakan;
Berat bersih atau isi bersih;
Nama pihak yang memproduksi atau memasukkan ke dalam wilayah Indonesia;
Tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa
Label Halal seperti yang tertera dalam LABEL HALAL (UU JPH) yakni tanda kehalalan suatu Produk
Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan suatu Produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal
tertulis yang dikeluarkan oleh MUI.

Pelaku Usaha yang telah memperoleh Sertifikat Halal wajib:


mencantumkan Label Halal terhadap Produk yang telah mendapat Sertifikat Halal;
menjaga kehalalan Produk yang telah memperoleh Sertifikat Halal
Pada Pasal 26 :
Pelaku Usaha yang memproduksi Produk dari Bahan yang berasal dari Bahan yang diharamkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 dan Pasal 20 dikecualikan dari mengajukan permohonan Sertifikat Halal.
Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan keterangan tidak halal pada Produk.

Pada PP 69/1999, tehadap produk pangan olahan, Menteri Kesehatan dapat menetapkan pencantuman
keterangan lain pada label pangan yang berhubungan dengan kesehatan manusia.
Keterang pokok atau bagian utama dalam keterang label minimal memuat (PP 69/1999 Pasal 12) :
Nama produk;
Berat bersih;
Nama dan alamat produsen dan importir.

3.
Menurut Pasal 90 UU Pangan : pangan tercemar dilarang diedarkan ---pangan kedaluwarsa merupakan pangan
yang tercemar (ayat 2 huruf f). Apabila hal ini tetap diedarkan dan arinda membelinya berdasarkan hak konsumen
Diatur Dalam UUPK --- pasal 4 UUPK :
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
Hak untuk memilih
Hak untuk didengar
Hak mendapatkan advokasi, perlindungan, & penyelesaian sengketa
Hak memperoleh pendidikan dan pembinaan konsumen.
Hak memperoleh pelayanan yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif.
Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian.

Jelas hal ini telah melanggar :


Hak atas keamanan & keselamatan --- Keamanan & keselamatan merupakan sesuatu yang sangat berharga dan
paling utama bagi konsumen dalam mengkonsumsi produk. Setiap konsumen tidak menghendaki kerugian fisik
maupun nonfisik, terhindar dari segala sesuatu yang menggangu keamanan & keselamatan dirinya. Setiap
konsumen mengharapkan peningkatan kualitas hidup pasca mengkonsumsi produk.

Disini arinda berhak mendapat

- hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
- Hak untuk mendapat advokasi, perlindungan, dan penyelesaian sengketa --- Apabila terjadi pelanggaran
terhadap hak-hak konsumen, maka konsumen harus memperoleh pembelaan dan perlindungan yang
baik dan benar. Sengketa yang terjadi harus memperoleh penyelesaian yang patut dan layak sesuai
ketentuan yang berlaku. Konsumen yang secara umum berada dalam posisi lemah harus mendapat
perhatian dan perlindungan yang kuat.

Arinda juga dapat meminta adanya Hak memperoleh ganti kerugian --- Hak ini dimaksudkan untuk memulihkan
keadaan konsumen (sakit, cacat, maupun kematian) sebagai akibat penggunaan suatu produk barang dan/atau
jasa apabila mengalami sakit karna produk tersebut. Harus ada prosedur tertentu bagi konsumen untuk
mengemablikan keadaan dirinya seperti semula

Serta Arinda dapat mempelajari dari lalainya dia untuk memperoleh Hak pendidikan & pembinaan ---
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan agar konsumen dapat menghindarkan dirinya
dari kerugian akibat mengkonsumsi produk. Konsumen dapat bersikap kritis dan teliti dalam memilih suatu
produk.
Desita bisa aja menngubungin pihak coklat atau jus atau bertanya pada toko parcel tersebut pihak mana yang
sengaja mengedarkan barang kadaluarsa

4.

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:
tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;
tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.

Hal ini bisa karena KEWAJIBAN PELAKU USAHA --- Pasal 7 UUPK :
Beritikad baik dalam kegiatan usaha;
Memberi informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi & jaminan barang dan/atau jasa serta
penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;
Melayani konsumen secara benar, jujur, dan tidak diskriminatif;
Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan --- sesuai standar mutunya;
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta
memberi jaminan dan/atau garansi;

Jelas hal ini pihak parcel yang dipesan melalui toko carita tidak sesuai dengan yang kewajiban pelaku usaha serta
yang diperjanjian seharusnya dan sesuai dengan kewajiban pelaku usaha pada pasal 7 UUPK hal ini termasuk
dalam wanprestasi. Dan berdasarkan Sanksi bagi pelaku usaha yang tidak menepati ketentuan tersebut adalah
pidana penjara paling lama dua tahun atau pidana denda paling banyak Rp500 juta. Selain itu, pelaku dapat pula
dikenakan sanksi tambahan berupa: perampasan barang tertentu;
pengumuman keputusan hakim;
pembayaran ganti rugi;
perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;
kewajiban penarikan barang dari peredaran; atau
pencabutan izin usaha

Ketentuan Pasal 45 (1) UUPK --- Konsumen yang menderita kerugian dapat menggugat pelaku usaha --- Melalui
lembaga penyelesaian sengketa K & PU atau lembaga peradilan dalam lingkungan peradilan umum.
Penyelesaian sengketa konsumen --- Melalui pengadilan atau di luar pengadilan --- bergantung pilihan sukarela
para pihak --- Pasal 45 (2) UUPK.
Jika para pihak telah memilih penyelesaian sengketa di luar pengadilan, gugatan ke PN hanya dapat diajukan
apabila upaya itu telah dinyatakan gagal oleh salah satu atau para pihak --- pasal 45 (4) UUPK.
Lembaga Penyelesaian Sengketa konsumen :
Pengadilan --- peradilan umum --- PN
Non/Luar Pengadilan --- Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) & lembaga di luar BPSK.
Bergantung pilihan para pihak --- bersifat alternatif/sukarela.
dengan Konsiliasi /Mediasi/Arbitrase

5.

6.

Anda mungkin juga menyukai