Anda di halaman 1dari 5

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui

opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh
jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb
SEJARAH INDONESIA
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
MUNCULNYA GANGGUAN KEAMANAN DI INDONESIA
TAHUN 1945-1965
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
Juli 2020

dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
Najwa Awalia Absari

cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
SEJARAH INDONESIA
Nama : Najwa Awalia Absari
Kelas : XII IPA 1

Modul 2

Soal :
1. Penandatanganan perjanjian Renville tanggal 17 Januari 1948 memicu SM. Kartosuwiryo
melakukan pemberontakan di Jawa Barat. Mengapa demikian?
2. Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk menumpas pemberontakan PKI di
Madiun? Bagaimana hasilnya?
3. Ketidakseimbangan antara pusat dan daerah menjadi salah satu pemicu munculnya
pemberontakan di Indonesia. Jelaskan pernyataan tersebut !

Pembahasan :

1. Hubungan antara hasil Perjanjian Renville dalam gerakan separatis DI/TII Jawa Barat
adalah, penolakan Perjanjian Renvile, dan keinginan Kartosuwiryo untuk mendirikan
negara Islam menjadi alasan terjadinya pemberontakan DI/TII Jawa Barat karena
wilayah Jawa Barat termasuk wilayah yang harus diserahkan pemerintah Indonesia
kepada Belanda yang dilancarkan mulai tahun 1948.

Pembahasan:

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang


ditandatangani di atas kapal perang Amerika Serikat, USS Renville. Perjanjian ini
ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 dan dibuat sebagai dampak Agresi Militer I
Belanda.

Perjanjian ini berisi batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis
Van Mook. Wilayah Indonesia didalam batas garis ini dikuasai Belanda dan pasukan
Indonesia harus mengundurkan diri dari wilayah ini ke wilayah yang dikuasai para
pejuang.

Salah satu wilayah yang jatuh ke tangan Belanda akibat dari perjanjian ini adalah Jawa
Barat. Ini membuat pasukan Indonesia yang berada di Jawa Barat harus ditarik ke
wilayah yang masih bebas, yaitu wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.

Beberapa pihak yang tidak setuju dengan perjanjian ini dibawah pimpinan Sekarmaji
Marijan Kartosuwiryo, melancarkan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
(DI/TII). Pemberontakan ini hendak mendirikan negara dengan dasar syariat Islam di
Indonesia, yang disebut dengan Negara Islam Indonesia, dan menolak hasil perjanjian
Renville.
Namun demikian, sekembalinya pemerintahan Indonesia ke Jawa Barat, terutama Divisi
Siliwangi, Kartosuwiryo terus melakukan perlawanan dan serangan yang memakan
banyak korban.

Kartosuwiryo bahkan memerintahkan percobaan pembunuhan atas Presiden Soekarno


pada 30 November 1957 di Peristiwa Cikini. Pemberontakan ini baru berakhir setelah
Kartosuwiryo tertangkap pada Juni 1962

Kesimpulan :

Dapat disimpulkan bahwa pemberontakan ini berawal dari kekecewaan Kartosuwiryo


terhadap isi Perjanjian Renville yang mengharuskan wilayah Jawa Barat dikosongkan
oleh tentara RI.Adanya kekosongan kekuasaan militer di Jawa Barat (Divisi Siliwangi)
kemudian dimanfaatkan Kartosuwiryo untuk memproklamasikan berdirinya Negara
Islam Indonesia (NII). Perjuangan Kartosuwiryo bermula dari upaya gagasannya ingin
menggunakan Islam sebagai dasar Negara. Hal ini sesuai dengan Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) yang dihasilkan oleh panitia Sembilan pada siding tanggal 22 Juli 1945.

Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa melakukan
gerakannya dengan membakar rumah rakyat, membongkar rel kereta api, menyiksa dan
merampok harta benda penduduk. Akan tetapi, setelah pasukan Siliwangi mengadakan
long march kembali ke Jawa Barat, gerombolan DI/TII ini harus berhadapan dengan
pasukan Siliwangi.

2. Upaya pertama pemerintah untuk menumpas pemberontakan / gerakan PKI Madiun


adalah dengan secepatnya membentuk Gerakan Operasi Militer yang dipimpin oleh
Kolonel Abdul Haris Nasution berhubung Panglima Besar Sudirman yang sedang sakit
kal itu. Gerakan Operasi Militer penumpasan pemberontakan PKI Madiun ini merupakan
operasi gabungan antara pasukan. Divisi III Siliwangi,dari Jawa Barat, Brigade Jawa
Timur, serta Brigade Jawa Tengah.
Dalam operasi gabungan itu, Divisi III Siliwangi dipimpin Kolonel Ali Sadikin dan
Mayor Achmad Wiranata Kusuma, Brigade Jawa Timur dipimpin oleh Kolonel
Sungkono dan Surachman, serta Brigade Jawa Tengah dipimpin oleh Kolonel Gatot
Subroto. Dimana, serangan terhadap pemberontak PKI Madiun dilancarkan pada tanggal
19 September Tahun 1948 hingga akhirnya berhasil dipadamkan pada tanggal 30
September 1948.

Dalam upaya mengatasi keadaan yang gawat darurat terkait gerakan pemberontakan PKI
Madiun, pemerintah juga mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer
Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang meliputi Semarang, Pati, dan Madiun.
Lalu melalui Panglima Besar Jenderal Sudirman, pemerintah juga memerintahkan
Kolonel Gatot Soebroto yang berada di Jawa Tengah dan Kolonel Soengkono berada di
Jawa Timur agar mengerahkan kekuatan kekuatan tentara nasional Indonesia yang
didukung oleh kepolisian untuk menumpas gerakan pembenrontakan PKI Madiun.
Namun, dalam upaya menumpas gerakan pemberontakan PKI Madiun ini, pemerintah
Indonesia mengalami sedikit hambatan dikarenakan sebagian besar pasukan tantara
nasional Indonesia harus menjaga garis demarkasi dengan pihak Belanda.

Pemerintah melalui tentara nasional Indonesia akhirnya berhasil merebut kembali


seluruh kota Madiun pada tanggal 30 September Tahun 1948. Karena sudah terdesak,
Musso sebagai pemimpin gerakan pemberontakan PKI Madium akhirnya memutuskan
melarikan diri ke luar kota. Namun tentara dari pemerintah berhasil mengejar Muso
hingga kemudian ditembak. Sedangkan pemimpin lainnya yakni Amir Syarifuddin
berhasil ditangkap di hutan Ngrambe, Grobogan, daerah Puwadadi. Amir Syarifuddin
kemudian dihukum mati oleh pemerintah Indonesia. Demikian akhir dari upaya
pemerintah dalam menumpas gerakan pemberontakan PKI Madiun.

Latar belakang gerakan pemberontakan oleh PKI Madiun sendiri disebabkan oleh
karena kejatuhan Kabinet Amir Syarifudin. Karena jatuhnya cabinet yang dipimpinnya,
Amir Syarifudin berkolaborasi dengan Musso dengan membentuk Front Demokrasi
Rakyat. Tujuan dari Front Demokrasi Rakyat adalah menjatuhkan pemerintahan
Republik Indonesia yang berideologi Pancasila hingga kemudian mengubah ideologinya
menjadi ideologi komunis.

Berikut di bawah ini adalah tindakan yang dilakukan PKI pada masa itu untuk
menjatuhkan pemerintahan, yakni :

1. Melakukan berbagai propaganda anti pemerintahan yang sedang berkuas


2. Menyebarkan berbagi isu negative / fitnah
3. Membenturkan tokoh – tokoh politik satu sama lain
4. Mendalangi aksi mogok di Delanggu yang dilakukan oleh kalangan buruh dan
petani.
5. Menciptkan kekacauan di wilayah Surakarta
6. Melakukan penculikan dan pembunuhan tokoh–tokoh politik di daerah Madiun dan
sekitarnya

Kesimpulan :

Kebijakan pemerintah dalam upaya menumpas pemberontakan PKI adalah :

- Pidato Presiden Soekarno yang mengajukan pilihan kepada rakyat untuk memilih
Soekarno Hatta atau Musso-Amir mendapat tanggapan positif dari rakyat.
- Pengerahan pasukan militer dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel
Soengkono.
Upaya pemerintah dalam menumpas gerakan / pemberontakan PKI di Madiun adalah
sebagai berikut:

1. Pemerintah Indonesia membentuk gerakan operasi militer yang dipimpin oleh


Kolonel Abdul Haris Nasution yang menjabat sebagai Panglima Markas Besar
Komando Jawa menggantikan Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang
sakit.
2. Pemerintah Indonesia menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer
Jawa Tengah yang mencakup Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang
meliputi Semarang, Pati, dan Madiun.
3. Pemerintah Indonesia menunjuk Kolonel Sungkono sebagai Gubernur Militer Jawa
Timur.
4. Pemerintah Indonesia mengerahkan kekuatan – kekuatan tantara nasional Indonesia
yang didukung oleh kepolisian untuk menumpas kaum pemberontak PKI di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.

3. Pemberontakan, dalam pengertian umum, adalah penolakan terhadap otoritas.


Pemberontakan dapat timbul dalam berbagai bentuk, mulai dari pembangkangan sipil,
hingga kekerasan terorganisir yang berupaya meruntuhkan otoritas yang ada ,
Pemberotakan dapat terjadi karena di sababkan oleh berbagai hal di antaranya;" Adalah
tiadak meratanya pembangunan antara di pusat dan daereah".

Rata-rata wilayah yang pembangunannya merata/cepat adalah wilayah-wilayah yang


menjadi pusat dari berbagai aktifitas, hal ini sangatlah logis mengingat apabila daerah
yang menjadi pusat aktifitas tersebut mengalami pembangunan yang cepat karena
pertumbuhan penduduk juga cepat dan banyak.

Sedangkan wilayah yg pembangunannya tidak merata/ lambat biasanya berada di pelosok


sehingga pemerintah selalu beralasan sulit untuk menjangkau daerah-daerah tersebut
untuk melaksanakan pembangunan.

Hal tersebut menimbulkan rasa iri di kalangan masyarakat yang berada di pelosok
-pelosok daerah, sehingga timbulnya keinginan untuk merubah sistem pemerintahan yang
ada dengan melakukan pemberontakan .

Kesimpulan :

Jadi, suatu pemberontakan dapat dipicu kemungkinan terjadinya dengan salah satu factor
yaitu pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah. Tentunya hal ini
menyebabkan perasaan iri atau tidak adil dan tidak diperhatikan oleh pemerintah. Oleh
karena itu, untuk mengangkat eksistensi dari suara masyarakat yang merasa tidak
diperhatikan, maka masyarakat tersebut menjalankan suatu aksi untuk dapat terlihat oleh
pemerintah, entah itu memberontak, demo, dan sebagainya sebagai upaya mendapatkan
perhatian dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai