Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KOMEFEK

BIOMEDIK 2
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER DAN PASIEN

Dosen : Dr. Ani Yuningsih, Dra., M.Si.

FAJAR HANDIKA
10100121063
A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Jl. Hariangbanga No. 2 Tamansari – Bandung
Telp: (022) 4203368 | Fax: (022)

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia- Nya Saya dapat menyusun laporan komunikasi efektif ini. Laporan
ini disusun untuk memenuhi tugas individu komunikasi efektif Tingkat Satu
Biomedik dua di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam pembuatan dan penyusunan laporan ini, baik berupa materi maupun segala
hal yang dapat membantu dalam penyelesaian laporan, karena Saya tidak dapat
menyelesaikan laporan ini tanpa bantuan dari pihak lain.
Laporan ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena Saya adalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan. Maka dari itu, Saya bersedia untuk
menampung setiap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat yang bagi penyusun, pembaca, dan
seluruh kalangan masyarakat. Aamiin.

Karawang, 3 Desember 2021

Fajar Handika

I
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………. iii
Kasus pasien ...................................................................................................1

kasus pasien ke 1................................................................................................1

kasus pasien ke 2................................................................................................2

kasus pasien ke 3................................................................................................3

PENUTUP........................................................................................................5

Kesimpulan.........................................................................................................5

Saran...................................................................................................................6

II
KASUS PASIEN

Kasus Pasien ke 1
Tuan Y 56 tahun datang dengan keluhan nyeri dan bengkak kemerahan di lutut kiri
dan ibu jari kanan;
Keluhan tambahan : pembengkakan di beberapa bagian wajahnya terutama di
kelopak matanya setiap pagi dan juga di kakinya

More info: karenanya dia tidak bisa memakai sepatunya dan berjalan dengan
buruk.
PH : (Riwayat pasien)
- sangat menyukai “soto jeroan”, “emping” dan jus alpukat
- disfungsi ginjal selama 2 tahun.
- pernah mengidap edema terkait dengan kebocoran darah protein ke urin.
Maka dilakukanlah
Pemeriksaan fisik (sebagai pemeriksaan penunjang) dengan hasil:
- BB: 86 kg
- TB: 156 cm
- Tekanan Darah: 160/100 mmHg
- Laju Denyut Nadi: 80x / menit
- Laju Pernapasan: 24 x / menit
- Kepala, leher, thorax, abdomen (jantung dan paru), hati: dalam batas normal
- Ekstremitas: Lutut kanan dan jari kaki kanan tophus +
Pemeriksaan laboratorium dengan hasil:
• Darah
- Asam Urat: 10 mg% (N = 3 - 7 mg%)
- Kolesterol Total: 300 mg% (N <200 mg%)
- LDL: 176 mg% (N <120 mg%)
- Leukosit: 11.500 sel / mm3
- Tes fungsi ginjal Menurun
• Urin
- Albumin: ++
- Pemeriksaan mikroskopis cairan sinovial lutut kiri -> kristal urat monosodium:
++
• Pemeriksaan X-Ray

1
- Perubahan erosif artikular di sekitar sendi metatarsophalangeal pertama dengan
- tepi menjorok dan berhubungan dengan pembengkakan jaringan lunak sedang.
- Ruang sendi: DBN
• Impression: artritis gout dengan tophus
• Diagnosa
Radang sendi gout akut (acute gout arthritis) yg disebabkan penyakit ginjal kronis
dan asupan dengan purin tinggi
• Treatment
- diet purin rendah
- ibuprofen dan colchicine
- setelah fase akut mereda, obat berubah menjadi allopurinol

Kasus pasien ke 2

Tn. B berusia 40 tahun mengalami lukabakar di daerah tangan kiri, daerah


paha kiri, dan di bagian depan badan di sebelah kiri lateral garis tengah tubuh.

Pada pemeriksaan fisik: Tanda vital dalam batas normal. Luka bakar tampak
lebih parah di daerah sebelah kiri, melibatkan kerusakan lapisan kulit. Pada
bagian anterior batang tubuh dan daerah paha, luka tampak merah muda dan
nyeri.

Pada pemeriksaan ekstremitas tungkai kiri dibuat miring. Menurut istrinya, ia


mengalami kecelakaan dan berobat alternatif. Setelah penyelidikan lebih lanjut
dengan sinar-X, ada fraktur yang diabaikan pada sepertiga tengah tibia di masa
lalu.

Dokter mendiagnosisnya dengan luka bakar derajat pertama pada bagian anterior
batang tubuh dan daerah paha kiri, luka bakar tingkat ketiga pada permukaan
punggung tangan kiri. Dia segera menerima perawatan luka bakar yang sesuai.
Ibu B khawatir dengan pekerjaan suaminya sebagai pianis, terkait dengan luka
bakar di tangannya.

2
Kasus pasien ke 3
Haris, seorang anak laki-laki berusia 16 tahun mengunjungi Dokter Umum
(Dokter) mengeluh pusing selama pelajaran aktivitas. Dari anamnesa, ia juga
mengeluh kelelahan selama beberapa tahun terakhir. Pada pemeriksaan fisik, ia
ditemukan pucat, ikterus pada sklera, dan splenomegali sedang.

Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, limpa, keganasan, dan gizi
buruk. Lengkap dilakukan uji hematologi, dan beberapa parameter antara hasil
pemeriksaan laboratorium, sebagai berikut:

Menurut pemeriksaan lab dia didiagnosis menderita anemia.


Uji kerapuhan osmotik ; Peningkatan
Uji coomb langsung / tidak langsung :Negatif
Interpretasi dokter bahwa pasien memiliki membran sel eritrosit yang rapuh
tanpa factor ekstraseluler. Tes lain juga dilakukan dan hasilnya ditunjukkan di
bawah ini:

Red blood cell morphology:

3
Dokter mendiagnosis: anemia hemolitik akibat suspek Sferositosis Herediter,
dan perlu evaluasi membran sel darah merah serta tes DNA untuk konfirmasi.

Dengan memahami pasien secara menyeluruh, dokter akan dapat mendiagnosa


penyakit pasien dengan lebih tepat dan menentukan pengobatan atau tindakan
selanjutnya yang lebih tepat. Ketepatan dalam mendiagnosa, menentukan
pengobatan atau tindakan akan berdampak pada kesembuhan pasien dan efisiensi
biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien dan pada akhirnya akan memberikan
kepuasan pada pasien.

4
5
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam hal ini, komunikasi efektif dilakukan melalui komunikasi empati
antara dokter dan pasien. Dimana komunikasi empati adalah hubungan antara
satu pihak dengan pihak lain, dimana pihak-pihak yang berkomunikasi mampu
memahami perasaan / kondisi pihak lain tanpa terbawa untuk mengikuti
kepentingan pihak lain dan mengabaikan kepentingan diri sendiri. Oleh karena
itu, komunikasi empati perlu dipelajari dan dimiliki oleh setiap dokter untuk
menentukan diagnosis yang tepat dan mempercepat penyembuhan pengobatan
pasien
Dapat disimpulkan bahwa dalam kasus ini, beliau sudah melakukan
komunikasi efektif dengan pasien. Terlihat dalam tanggapan yang diberikan
pasien bahwa ia sudah terbuka sepenuhnya tentang keluhan yang dirasakan dan
pasien sudah merasa nyaman dalam proses penyembuhan penyakit. Ciri-ciri
komunikasi efektif dokter, diantaranya :
 Mendapat umpan balik dari pasien.
 Adanya penyampaian pesan yang dinamis dan tersampaikan.
 Pasien merasa nyaman dan terbuka.
 Pasien patuh terhadap saran dokter.
 Dokter dan pasien mendapatkan kesepakatan bersama.
 Adanya komunikasi yang baik dengan wali pasien.
 Mampu berempati terhadap kondisi pasien.

Saran
Komunikasi efektif wajib di terapkan dalam diri seorang dokter agar
menghindari adanya miss communication dengan pasien. Karena tak sedikit
kesalahan diagnosis dokter yang berujung kesalahan pengambilan tindakan
yang berujung kematian, bahkan sampai dituntut ke meja hijau. Hal tersebut
merupakan hal yang harus dihindari oleh seorang dokter. Dalam memulai
komunikasi empati diperlukan adanya pemahaman terlebih dahulu tentang
pribadi dokter itu sendiri baru mampu memahami pasien.

6
Komunikasi efektif dokter juga tak hanya berjalan secara verbal saja. Oleh
karena itu, memiliki sifat ramah tamah dan mudah tersenyum merupakan
gerbang utama pembuka komunikasi yang efektif. Dalam memulai komunikasi
dengan pasien, nada bicara seorang dokter juga patut diperhatikan agar
terkesan berempati kepada pasien.
Dalam laporan ini, Saya sadar bahwa ada kekurangan dalam
pembuatannya. Maka dari itu, Saya berharap untuk selanjutnya ada perbaikan
dalam pembuatan laporan.

Anda mungkin juga menyukai