Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENDIDIKAN PANCASILA

Pengajar: Framz Hardiansyah, M.Pd.

Oleh:

Nama: Alda Putri Nur Insani


Kelas : 1B
Prodi : PGSD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


Tahun Ajaran2020/2021
PIDATO MUHAMMAD YAMIN

PERMULAAN.

Tuan Ketua jang mulia, Rapat jang terhormat! Angkat bitjara dalam rapat Panitia
Penjelidikan Indonésia Mer. déka ini memberi ingatan kepada kita, bahwa kewadjiban jang
terpikul diatas kepala dan kedua belah bahu kita, ialah a kewadjiban jang sangat
teristiméwa. Kewadjiban untuk ikut ment lidiki bahan-bahan jang akan mendjadi dasar dan
susunan negara jang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan, jang telah diakui dan
telah dibéla oléh rakjat Indonésia dengan kurban dan darah daging sedjak beratus-ratus
tahu, adalah suatu kesempatan besar jang belum pernah dialami oléh bangsa Indonesia
dalam zaman jang lampau, entahlah agaknja pula tidakkan perlu dialami lagi sesudah
turunan bangsa sekarang. Sekiranja sumbangan rohani dari pada kita berhasil dan memberi
akibat jang sempurna, maka tak kundjung lagi datanglah zaman gemilang bagi rakjat
Indonésia seluruhnja, jang akan diliputi oléh suatu negara peradaban jang makmur dan
bersifat adil. Kegembiraan memberi sumbangan rohani itu adalah pula sepadan dan selaras
dengan keinginan rakjat: Mau merdeka" dan ingin bernegara berkedaulatan".

Menjumbangkan bahan-bahan untuk panitia dan menjelidiki beberapa keadaan-keadaan


penting adalah dengan keinsjafan untuk Negara Indonesia seluruhnja. Ditanah Selatan,
mémang pulau Djawa berisi sebagian besar penduduk Indonesia jang dalam beberapa hal
perpusat kemari pulau Djawa mémang pusat dan djantung kegiatan kepulauan Indonesia.
Tetapi dalam menjelidiki bahan bahan untuk Negara Indonésia, maka kita haruslah
bertindak sebagai orang Indonésia, jaitu dengan memperhatikan masaallah-masaallah, soal-
soal dan keadaan istimewa dipulau Bornéo, Selébes, Maluku, Sunda Ketjil, Malaja dan
Sumatera. Melupakan kemestian adalah mempersempit kedudukan Negara Indonesia, dan
memperhatikan berarti mendekatkan kita kepada keadaan jang sebenarnja. Tetapi dengan
bekerdja seperti pekerdjaan makin bertambah, dan beberapa soal bertambah muskil.
Sebaliknja Negara Indonesia tak dapatlah didudukkan diatas hasil penjelidikan bahan-bahan
jang didapat dipulau Djawa sadja, karena keadaan itu boléh djadi menjesatkan
pemandangan dan sedikit-dikit mungkin melanggar pendirian kita. Sedjak dari sekarang
hendaklah meliputi seluruh keadaan-keadaan disegala pulau Indonesia dengan pikiran jang
sudah meminum air persatuan Indonesia. Kita mendirikan Negara Indonésia atas keinsafan
akan pengetahuan jang luas dan lebar tentang seluruh Indonésia. Besar kejakinan saja,
bahwa kita semua. nja djangan memutuskan harapan masjarakat Indonesia ini.

I. PERI KEBANGSAAN.

Tuan Ketua, sekarang sampailah waktu saja akan membitjarakan negara kebangsaan
Indonésia. Adapun keinginan Indonesia Mer déka sekarang", mémang pada waktu ini
mendesak mendjadi umum dan sembojan itu dipangku oleh segala lapisan, disini keras,
disana mulai meresap. Tetapi djuga djikalau sekiranja pelaksanaan Indo nesia Merdeka itu
kini djuga, tidak nanti melainkan saat ini djuga harus dilakukan, maka diantara sembojan
dengan berdjalannja Negara Indonésia itu adalah tiga usaha jang tidak boléh tidak harus
dilakukan. Pertama ialah pekerdjaan kita anggota panitia mengum. pulkan segala bahan-
bahan untuk pembentukan negara, dan kedua pengurus Undang-undang Dasar negara jang
menjusun bahan pilihan itu dan ketiga mendjalankan isi hukum dasar negara itu dalam
negara jang lalu terbentuk. Ketiga usaha ini harus diperas men djadi satu paduan, djikalau
sekiranja keinginan rakjat jang tersimpan dalam sembojan Indonésia Merdeka, sekarang
hendak disesuaikan dengan usaha kita.

Dengan sendirinja lalu kita panitia bersama-sama rakjat meng hadapi suatu
pekerdjaan jang maha hébat dalam pertukaran zaman disamping perdjalanan sedjarah kita.
Kita menjumbangkan tenaga dan pikiran untuk menjusun negara baru dengan melaksanakan
susunan negeri dalam waktu jang singkat dan dalam waktu sangat bergojang Negara baru
jang akan kita bentuk, adalah suatu negara kebangsaan Indonésia atau suatu nasionale staat
atau suatu Etat National jang sewadjar dengan peradaban kita dan menurut susunan dunia
sekeluarga diatas dasar kebangsaan dan ke-Tuhanan. Negara Indonésia ini ialah
sebahagian mendjadi pelaksanaan keinginan rakjat Indonésia sekarang dan sebahagian lagi
scbagai usaha dalam beberapa ratus tahun. Keinginan itu sumbernja dalam nationalisme
atau dalam dasar kebangsaan jang mengikat kita seturunan dan sesama kemauan; bukanlah
menurut nationalisme lama, melainkan menurut nationalisme baru, jang berisi faham hendak
mempersatti kan rakjat dalam ikatan sed jarah jang dilindungi meréka. Inilah Inin dan
bédanja nationalisme Indonésia djaman sekarang dari pada tsaha rakjat Indonesia waktu
mendirikan susunan kenegaraan In donésia waktu terbentuk dalam negara Sjailéndra-
Sriwidjaja (600) - 1400) jang beratus-ratus tahun lamanja; disanalah bédanja usaha kita
sekarang dari pada rakjat Indonésia waktu mendirikan Negara Indonésia kedua, seperti
terbentuk dalam Keradjaan Madjapahit (1293 1525). Negara Indonesia pertama dibentuk
dan didjundjung oléh rakjat keturunan jang memakai dasar kedatuan jang selaras dengan
kepertjajaan purbakala (kesaktian-magie) dan agama Budha Mahajana. Negara Indonésia
kedua disusun atas faham keperabuan, dan bersandar kepada paduan agama Sjiwa dan
Budha, mendjadi agama Tanterajana. Negara Indonésia ketiga jang segera akan datang
adalah pula negara kebangsaan dan berke-Tuhanan.

Tentang dasar negara itu, tak dapatlah dilandjutkan dasar keda tuan atau dasar keperabuan
setjara dahulu itu, karena tradisi kene garaan antara runtuhnja tata-negara kedua dengan
Negara Indonesia Merdeka, tidak bersambung, melainkan sudah putus. Rakjat Indo- nésia
sekarang tak dapat diikat dengan dasar dan bentuk tata-negara dahulu, karena perobahan
dan aspirasi kita sekarang djauh berlain- an dari pada zaman jang dahulu itu. Agama sudah
berlainan, dunia fikiran sudah berbéda dan susuman dunia telah berubah.

Dasar peradaban Indonesia. Walaupun demikian, rakjat Indonesia mesti mendapat dasar
negara jang berasal dari pada peradaban kebangsaan Indonésia: orang Timur pulang
kepada kebudajaan Timur. Itulah sebabnja, maka dasar kebangsaan bagi Neg 10/406
hendaklah ditjari tidak dalam susunan negara bagian atas dalam zaman dahulu, walaupun
dalam zaman emas sekalipun, karena dalam 400 tahun ini sedjak runtuhnja keradjaan
kedua, tradisi tidak bersambung lagi sampai sekarang. Djuga kita tak boléh bertjermin atau
meniru-niru dasar susunan keradjaan ketjil-ketjil sesudah tahun 1500. Naséhat ini dapat
diberi alaaan dengan menjelidiki keadaan susunan tanah Indonésia seluruhnja diliputi oléh
negara malahan pula seluruh Indonesia tidaklah pula habis terbagi atas beberapa
keradjaan. Keradjaan-keradjaan kita dalam zaman kegelapan ini tidak mem punjai daérah
jang terbatas, tidak mempunjai pembagian pemerin tahan jang tetap, dan penduduknja tidak
berhubungan dengan keradjaan-keradjaan itu setjara perhubungan keputeraau negara.
Pada waktu ini banjaknja keradjaan daerah ditanah Indonesia adalah kira-kira 300 buah.
Diantara segala keradjaan daérah ini tidaklah satu jang bersifat état national, hampir
semuanja bertjorak negara-pusaka (états patri moines), dan barangkali entahlah satu-dua
masih bersifat negara kekuasaan (états puissances). Antara état national atau negara ke
bangsaan pertama dan kedua dengan susunan Negara Indonésia ketiga, maka dengan
ganasnja tradisi tata-negara telah putus dan keradjaan daérah jang kira-kira 300 banjaknja
itu tidak dapat di djadikan bahan untuk negara jang ditjita-tjitakan. Walaupun begitu, kita
tidak berniat lalu akan meniru sesuatu susunan tata-negara negeri luaran. Kita bangsa
Indonesia masuk jang beradab dan kebudajaan kita beribu-ribu tahun umurnja.

Kita mémang tak dapat melihat kepada susunan tata-negara bagian atas pada zaman
dahulu, dan kita bertjermin kedalam 300 keradjaan dnérah, karena dalam keinginan kita
hendak ber-état national jang ketiga, kita tidak mabuk dengan hiburan menjembah
keradjaan-keradjaan seribu satu malam atau bertanam pohon beri ngin diatas awan,
melainkan melihat kepada peradaban jang mem beri tenaga jang njata dan kekuatan jang
maha dahsjat untuk me njusun negara bagian bawah. Dari peradaban rakjat zaman
sekarang, dan dari susunan Negara Hukum adat bagian bawahan, dari sanalah kita
mengumpulkan dan mengumpulkan sari-sari tata negara jang sebetul-betulnja dapat
mendjadi dasar negara. Tetapi membulatkan fikiran dalam kegojangan zaman peperangan
dunia kedunia sekarang ini, adalah pula suatu kesulitan jang tidak berhingga. Kesulitan itu
tidak sadja mengenai tjara berfikir, tetapi djuga karena melihat beberapa dasar dan tjita-
tjita jang telah hantjur-luluh dimédan peperangan, dilautan, diudara dan didaérah daratan.
Sisa-sisa dasar dan tjita-tjita jang masih tegas lurus dapat dipertahankan oleh kemenangan
sendjata, bilangannja tidak begitu banjak.
Dalam keadaan jang seperti itu, perdjalanan fikiran untuk kebaik.

an Negara Indonésia jang kita selidiki itu dengan sendirinja tidak

tertudju kepada beberapa tjita-tjita jang telah hantjur-luluh dalam

mahajuda sekarang, melainkan ditudjukan kepada penindjauan

diri sendiri sebagai bangsa jang beradab. Dengan penuh kejakinan,

bahwa negara itu berhubungan rapi hidupnja dengan tanah air,

bangsa, kebudajaan dan kemakmuran Indonésia, seperti setangkai

bunra berhubungan rapi dengan dahan dan daun, tjabang dan

urat bersama-sama dengan alam dan bumi; seperti tulang, darah

dan daging dalam badan-tubuh jang berdjiwa dan bernjawa sehat,

maka kewadjiban kita jang pertama kali menjusuli dasar hidup kita kedalam pangkuan
haribaan kita sendiri, sebelumnja kita membi tjarakan bentuk, tjara memerintah dan susunan
Pemerintah nanti. Negara Indonésia disusun tidak dengan memindjam atau meniru negeri lain,
dan bukan pula suatu salinan dari pada djiwa atau peradaban bangsa lain, melainkan semata-
mata suatu kelengkapan jang menjempurnakan kehidupan bangsa jang hidup-berdjiwa dite-
ngah-tengah rakjat dan tumpah-darah jang mendjadi ruangan hidup kita sedjak purbakala:
kelengkapan itu hendaklah sesuai dengan sifat keinginan rakjat Indonesia sekarang. Dan sifat
keinginan itu mémang dapat disusul dengan djelas nja dalam peradaban bangsa Indonesia jang
memeluk agama dan hidup beradab dan mempunjai fikiran pembaruan, jang menanda kan,
bahwa jang akan diberi negara adalah suatu bangsa jang berkebudajaan tinggi, berdjiwa dan
berkeadaban luhur. Maka dengan sendirinja sipembitjara ini menjusun dasar negara itu dalam
adat, agama dan otak Indonesia, dan menurut pendapatnja dalam nja mémanglah tersimpan
persesuaian dasar jang akan mendjadi sendi pembentukan negara.
Bekerdja dan berfikir setjara begini memberi peringatan kepada kita jang hendak
menjusun negara bagi turunan rakjat pada waktu ini dan pada hari jang akan datang.
Pokok-pokok aturan dasar Negara Indonésia haruslah disusun menurut watak peradaban
Indonesia, dan djikalau hanja dengan meniru atau menjalin con stitutie negara lain, maka
negara tiruan jang akan dipindjamkan kepada Indonesia tentulah tidak akan hébat dan
dalam sedikit waktu sadja akan djatuh laju sebagai bunga patah ditangkai. Per adaban dan
keinginan kita sebagai bangsa hendaklah memberi tjorak kepada negara jang akan terbentuk
itu. Negara Republik Indonésia jang diingini oléh bangsa Indonesia sebagai negara ketiga
dalam perdjalanan sedjarah, jalah suatu negara kebangsaan Indonesia, suatu état nasional.
Pindjaman, salinan, tiruan dan turut-turutan dari hukum dasar atau peradaban luaran
hanjalah boléh didjadikan tjermin sadja. Kita tidak menghargakan bajangan dalam tjermin,
melainkan kita.

Anda mungkin juga menyukai