Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam
bab ini penulis akan membahas penerapan pembiayaan istishna ‘ pada PT.
pembiayaan yang terdapat pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah :
Kasus 1 :
bangunan sekolah dan perkantoran. Pada kasus ini PT. Cemerlang telah
menyepakati akad istishna’ paralel dengan Bank Muamalat Indonesia
Tabel 4.1
Data nasabah dan spesifikasi proyek / usaha / barang / jasa (Mashmi’)
Nama Nasabah: Bpk. Abdullah
Plafond : Rp 390.000.000
Pengikat : Notaris
Pembayaran : dilakukan setelah serah terima kelas dan diangsur selama jangka
waktu 2 tahun.
istishna’, maka jurnal yang dibuat oleh PT. Cemerlang adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Jurnal Pendapatan Istishna’
Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga
Tabel 4.4
Istishna’
Istishna’
penyelesaian.
Tabel 4.5
Jurnal Termin Istishna’
Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga
Istishna’
Tabel 4.6
Jurnal Keuntungan Istishna’
Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga
Istishna’
Persediaan Rp800.000.000
Kas Rp800.000.000
Persediaan Rp800.000.000
Kas Rp800.000.000
k. Saat bank syariah menerima pembayaran dari pembeli akhir.
Tabel 4.7
Jurnal Penerimaan Piutang Istishna’
Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga
Tabel 4.8
Jurnal Penerimaan Keuntungan Istishna’
Tahap Pertama Tahap Kedua Tahap Ketiga
dalam PSAK No. 104. Bahwa dalam kasus tersebut PT Bank Muamalat
harga komoditas yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir
harga yang disepakati dalam akad antara bank dan pembeli akhir, termasuk
margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih antara pendapatan
istishna’ dan harga pokok istishna’. Pendapatan istishna’ dalam kasus diatas
No. 104
yang ada di Bank Muamalat Indonesia melalui contoh kasus diatas, penulis
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK No. 104
disesuaikan dengan contoh kasus diatas, berikut ini analisa yang dapat
dengan PSAK No. 104 paragraf 26 pada tahun 2007 yang berisikan
penyelesaian.
istishna’ yang telah jatuh tempo dan disesuaikan dengan PSAK No.
antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selisih antara nilai tunai dan nilai akad telah disesuaikan dengan
PSAK 104 paragraf 20 pada tahun 2007 yang berisikan tentang jika
menjadi dua, yaitu (b) selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada
saat penyerahan diakui selama periode pelunasan secara
2) Penyajian
sebesar jumlah yang belum dilunasi oleh pembeli akhir. Dan termin
yang ada di Bank telah disesuaikan dengan PSAK No. 104 paragraf 43
laporan keuangan hal – hal sebagai berikut : (a) piutang istishna’ yang
3) Pengungkapan
Kasus 2 :
Mei 2006 yang lalu. Yaitu Dompet Dhuafa Republika (DDR) yang
kepercayaan DD Republika.
b. Tahap kedua pada tanggal 1 Desember 2008 sebanyak 200 unit rumah.
Desember 2008.
1. Pada tanggal 10 Januari 2008 BPRS Rizki Ilahi menerima dana dari DD
300 unit rumah yang dipesan dari CV. Griya Estetika sehingga nilai
dibuat:
200 unit rumah yang dipesan dari CV. Griya Estetika sehingga nilai
200 unit rumah kepada DD Republika sehingga nilai jual yang diserahkan
pesanan diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dari
harga pokok Istishna’. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada
100.000.000.-)
kepada sub-kontraktor.
250.000.000.-
Pembeli)
membangun perumahan bagi PNS dan Guru di wilayah kota Magelang. PNS
dan Guru yang telah mendaftar sebagai calon pembeli rumah sebanyak 500
orang. Mereka tidak memiliki dana tunai untuk membeli rumah dengan tipe 45
sebagai berikut:
60 bulan
2009)
unit rumah yang dipesan Bank Muamalat Indonesia dan segera diserahkan
B. Pada waktu yang sama rumah tersebut segera diserahkan kepada para
pembeli akhir (PNS dan Guru) dengan nomor urutan antrian pembelian
rumah 1-350
Sejahtera sebanyak 500 unit rumah untuk PNS dan Guru di wilayah
20.000.000.000.-
unit rumah kepada PNS dan Guru dengan nomor antrian 1-350.
dan dilakukan pembayaran termin III kepada PT. MSS sebesar Rp.
10.000.000.000.-
6. Tanggal 18 Juni 2009 MSS menyerahkan 150 unit rumah yang sudah siap
Penyelesaian Awal
dari waktu jatuh tempo maka kasus berikut akan menggambarkan transaksi
Indonesia tercatat bahwa piutang Istishna’ dari nasabah saudara Ayman adalah
sebesar Rp. 900.000.000.- yang jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2008. Piutang
Istishna’ tersebut terdiri dari harga pokok barang pesanan Rp. 650.000.000.- dan
kepada Bank Muamalat Indonesia lebih cepat 9 hari dari tanggal jatuh tempo).
Sebagai contoh Ibu Dece memesan rumah melalui Bnak Muamalat dengan
akad Istishna’ senilai Rp. 500.000.000.- Pada akhir masa akad ternyata terdapat
perubahan harga material sehingga mengakibatkan nilai kontrak berubah dan hal
tersebut sudah disepakati dalam akad. Nilai rumah yang dipesan oleh Ibu Dece
barang berubah. Hal ini sesuai dengan kesepakatan antara tuan pairu dan bank
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas tentang konsep dan bagaimana aplikasi di atas telah jelas
Kasus 3 :
Dr. Ursila memesan barang bangunan yang telah disepakati oleh Bank Muamalat
yang akan dibayar selama 3 tahun. Dalam pembayaran tangguh tersebut telah
Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama 3 tahun : Rp 40.000.000
Rp190.000.000
Pembayaran per bulan =
36 bulan
Pembayaran per bulan = Rp 5.277.778
Rp40.000.000
Pendapatan per bulan =
36 bulan
Pendapatan per bulan = Rp 1.111.111
Nasabah telah melunasinya lebih awal pada akhir tahun kedua disaat sisa
Rp10.000.000
Kas Rp53.333.333
Potongan Rp10.000.000
Piutang Istisha’ Rp63.000.000
Penyajian
Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkap dalam catatan atas laporan keuangan tentag
Istishna’
maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan bank atau pihak lain.
Muamalat Indonesia
berikut :
(a) Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih
antara nilai wajar dan nilai buku aseet non-kas, maka selisih tersebut
musyarakah.
(b) Biaya yang terjadi tidak dapat diakui sebagai bagian dari pembiayaan
musyarakah.
1998- 1 April 2010. Porsi pembagian pendapatan bagi hasil yang disepakati
adalah 30% untuk Bank Muamalat Indonesia (BMI) 70% untuk Universitas X.
Pembagian bagi hasil atas keuntungan adalah setiap tanggal 31 Juli yang
sebagai berikut :
Tabel 4.9
1 April 2004 : Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad
30 Juni 2004 : Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil 31 Juli 2005
Kas Rp1.800.000.000
Kas Rp30.000.000
Apabila pada tanggal 1 Mei 2009 pendapatan atas bagi hasil yang belum
diterima oleh bank , maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra
kepada bank :
30 Juni 2009 : Pencatatan atas bank yang belum diterima setelah akad musyarakah
berakhir :
Piutang Rp2.250.000.000
30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31
Juli 2009 :
Kas Rp2.250.000.000
1 April 1998 : Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad
nasabah
Kas Rp30.000.000
30 Juni 2004 : Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil 31 Juli 2005
Kas Rp1.800.000.000
Kas Rp30.000.000
Apabila pada tanggal 1 Mei 2009, pendapatan atas bagi hasil yang belum
diterima oleh bank, maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra
kepada bank :
30 Juni 2009 : Pencatatan atas bagian bank yang belun diterima setelah akad
musyarakah berakhir
Piutang Rp2.250.000.000
30 Juni 2009 : Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31
Juli 2009 :
Kas Rp2.250.000.000
pendapatan bagi hasil dan porsi modal bank semakin menurun dari tahun ketahun
hingga porsi modal musyarakah bank menjadi nol. Untuk lebih jelasnya, di bawah
ini adalah kasus yag berkaitan dengan pembiayaan musyarakah menurun yang
penyertaan modal pada saat akad dan penerimaan uang gedung yang diterima oleh
Univ. X (mitra Musyarakah) diasumsikan sama dengan nilai yang ada pada kasus
musyarakah dari tahun ke tahun yang telah disepakati bersama antara Bank
Tabel 4.10
Tabel 4.11
1. Rp30.000.000+Rp20.000.000 = Rp50.000.000
2. Rp29.000.000+Rp21.000.000 = Rp50.000.000
3. Rp27.000.000+Rp23.000.000 = Rp50.000.000
4. Rp25.000.000+Rp25.000.000 = Rp50.000.000
5. Rp23.000.000+Rp27.000.000 = Rp50.000.000
6. 0 +Rp50.000.000 = Rp50.000.000
5. 5% x Rp5.000.000 = Rp 250.000
6. 0% x Rp7.500.000 = Rp 0
Total = Rp 4.725.000
Total = Rp33.275.000
diterima bank akan menurun dikarenakan nisbah bagi hasil untuk bank menurun
setiap tahunnya hingga akhir dan porsi modal mitra menjadi 100%. Dengan kata
Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal :
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas
Kas Rp24.500.000.000
Kas Rp30.000.000
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas
Kas Rp24.500.000.000
Tabel 4.12
Pembiayaan Musyarakah
Menurun
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil pada tanggal 31 Juli 2005 atas
Kas Rp24.800.000.000
Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saat akad awal :
No.106 tahun 2007 adalah nama akun saja seperti Pendapatan Nisbah
Prinsip pendapatan bagi hasil musyarakah yang diakui oleh Bank Muamalat
Indonesia adalah revenue sharing, maka untuk beban yang terjadi dalam
pembiayaan musyarakah tidak diakui oleh bank sebagai pengarang bagi hasil
yang akan diterima Bank Muamalat Indonesia pada periode berjalan, kecuali
biaya-biaya yang akan terjadi di awal akad pembiayaan. Untuk kerugian yang
besar karena yang terjadi pada setiap kasus di Bank Muamlat Indonesia adalah
nenurunnya porsi bagi hasil bagi hasil yang diterima bank Bank Muamalat
modal yang disetorkan pada tahun terjadinya krugian. Apabila kita lihat dari
contoh kasus diatas bahwa pendapatan bagi hasil berasal dari penrimaan uang
gedung, hal ini dimungkinkan tidak terjadi kerugian, tetapi bila pendapatan
bagi hasil adalah laba yang diperoleh Univ. X maka kemungkinanan tersebut
akan terjadi.
No. 106
pembiayaan musyarakah dengan PSAK No.106 yang terjadi pada PT. bank
1. Pengakuan
2. Pengukuran
Rp30.000.000.000
c. Laba yang diterima oleh pihak bank pada bulan Julin diukur sejumlah
3. Penyajian
Analisa penyajian pembiayaan musyarakah sebagai berikut:
Rp30.000.000.000.
b. Bank tidak mengeluarkan biaya saat akad musyarakah terjadi dan bank
basis/dasar kas.
4. Pengungkapan
Tabel 4.11
3 Laba diakui dalam periode Laba yang diterima diakui bank Sesuai
tterjadinya sesuai dengan nisbah periode tersebut
yang disepakati
4 Penyisihan pembiayaan musya- Bank mengakui penyisihan Sesuai
rakah diakui setelah realisasi pembiayaan musyarakah pada
pembiayaan musyarakah di saat dibayarkan
Bayarkan
Pengukuran
1 Pembiayaan musyarakah dalam Bank mengukur pembiayaan Sesuai
bentuk kas di nilai jumlah yang musyarakah dalam bentuk kas & di
dibayarkan nilai sebesar jumlah uang yang
dibayarkan kepada nasabah
2 Biaya yang terjadi akibat akad Biaya yang terjadi akibat akad Sesuai
musyarakah di ukur sesuai musyarakah di ukur sesuai
yang dibayarkan yang dibayarkan
3 Laba yang di ukur sebesar Bank mengukur laba sebesar Sesuai
jumlah uang yang dibayarkan jumlah yang dibayarkan Univ.X
& sesuai dengan nisbah yang sebesar Rp1.800.000.000
Disepakati & sesuai dengan nisbah yang
disepakati
Penyajian
1 Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai
pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah
mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan
musyarakah dan mengkredit kas musyarakah dan mengkredit kas
atau rekening nasabah atau rekening nasabah
2 Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai
pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah
mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan
musyarakah dan mengkredit kas musyarakah dan mengkredit kas
atau rekening nasabah atau rekening nasabah
3 Jurnal pada saat realisasi Jurnal pada saat realisasi Sesuai
pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan musyarakah adalah
mendebet pembiayaan mendebet pembiayaan
musyarakah dan mengkredit kas musyarakah dan mengkredit kas
atau rekening nasabah atau rekening nasabah
Pengungkapan
1 Rincian jumlah pembiayaan Bank mengungkapkan rinciam Sesuai
musyarakah berdasarkan aktiva jumlah pembiayaan musyarakah
atau nonkas, modal mitra, jenis berdasarkan aktiva kas, jenis
valuta, jenis penggunanaan dan valuta dan sector ekonomi
sector ekonomi
Kasus 2 :
kepada Bank Muamalat Indonesia untuk mendamai suatu proyek tertentu atau
usaha tertentu dan kemudian akan disepakati berapa amodal yang akan
kesepakatan.
system revenue sharing. Pertimbangan ini atas dasar tingkat bagi hasil yang
diterima oleh pemilik dana akan lebih besar disbandingkan dengan suku bung
yang berlaku.
Rp300.000.000.
Rp200.000.000
sebagai berikut :
31 Des 2006 : Piutang pendapatan bagi hasil
pembiayaan musyarakah
Rp170.000.000
sebesar Rp170.000.000,-
Rp100.000.000
Bank akan mencatat kerugian dalam laporan laba rugi bagian beban
= Rp30.000.000
Bank akan mencatat bagi hasil di neraca bagian aktiva yaitu kas sebesar
Rp30.00.000.000.
sesuai denan proporsi nisbah yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua
belah pihak, pada akhir masa akad bank akan mendapat bagi hasil dengan
cara mengalikan nisbah yang dimiliki bank, dengan laba operasi. Laba
dengan modal yang disetor atau sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
Kasus 3 :
6. Angsuran pokok dan bagi hasil dijadwalkan dibayar setiap tanggal 10,
2. Jurnal penyisihan
Saat akhir bula 31 Januari 2009, bak melakukan penilaian atas kualitas
aset. Karena baru cair dan status lancar, bank wajib membentuk
Atas jural penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi aset adalah :
Selama bulan Februari, Maret, dan April nasabah secara rutin mengangsur
pokok dan bagi hasil kepada bank dengan jumlah sebagai berikut :
Tabel 4.12
Angsuran Pokok
Pada tanggal 10 Mei 2009, nasabah tidak mengangsur pokok dan bai hasil.
Realisasi profit adalah 0. Diketahui 7 hari yang lalu, usaha asabah berhenti
isalurkan tersebut. Hal ini disebabkan karena sudah tidak mungkin lagi
usaha yang dibiayai membrikan hasil atau keutungan. Diketahui juga bahwa
agunan yang digunakan dalam investasi turut trebakar. Saldo poko investasi
Atas jurnal penyisihan ini, maka penyajian di neraca sisi aset adalah :
4. Jurnal penghapusbukuan
Penyajian
beberapa hal yang perlu disajikan oleh bank sebagai mitra pasif terkait dengan
1. Kas atau aset yang diserahkan kepada mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah.
pada akhir nilai wajar disajikan sebagai pos lawan dari investasi
musyarakah.
Pengungkapan
Berdasarkan PSAK No. 106 paragraf 37dan PAPSI (2006) terdapat beberapa
hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain. (PSAK No. 106
paragraf 37)