Oleh:
2021
PENDAHULUAN
2
A. Definisi dan Bentuk Komponen Kurikulum
1. Tujuan
Kurikulum merupakan program yang ditujukan untuk mencapai keberhasilan
ataupun tujuan dari pendidikan. Tujuan itulah yang menjadi arah atau acuan
semua kegiatan pendidikan yang dijalankan oleh lembaga pendidikan. Apabila
tujuan pendidikan tercapai, maka program pengajaran lembaga pendidikan, baik
itu sekolah maupun perguruan tinggi pun akan berhasil dilaksanakan. Oleh sebab
itu, tujuan pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan program pengajaran di
lembaga pendidikan.
Tujuan juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang semestinya dicapai oleh
peserta didik. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi para peserta
didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran guna mencapai target
tujuan pendidikan nasional dan sumber daya manusia yang berkualitas. Tujuan ini
dikategorikan sebagai tujuan umum dari sebuah kurikulum. Menurut Hummel
(dalam Sadulloh, 1994), tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga
jenis nilai utama, yaitu:
3
a. Otonomi memberikan setiap individu dan kelompok untuk memiliki pengetahuan
dan kemampuan yang memudahkan mereka dalam mengelola kehidupan.
c. Survival berarti memberi izin kepada semua bangsa untuk menularkan dan
memperkaya warisan budaya kepada semua generasi dengan memberikan
panduan pendidikan untuk saling memahami.
Tujuan kurikulum dibagi atas tiga level tingkatan (Nurgiantoro dalam Hidayat,
2020:117-118), yaitu:
4
c. Tujuan Jangka Pendek (objective)
Tujuan yang dikhususkan dicapai pada pembelajaran di kelas, misalnya siswa
dapat mengerjakan perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktikkan salat, dan
sebagainya.
5
diberikan maupun aktifitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu,
semua diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Isi kurikulum
merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan
satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan
disusun berdasarkan prinsip-prinsip berikut: (1) Materi kurikulum berupa bahan
pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik topik pelajaran yang dapat
dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran, (2) Materi kurikulum
mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan dan
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Nisa’, 2017).
Isi program kurikulum yaitu segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Isi
kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi dan isi program tiap-tiap bidang studi.
Bidang-bidang studi disesuaikan dengan jenis, jenjang, ataupun jalur pendidikan
yang ada. Sebelum menentukan isi atau content yang ditetapkan sebagai
kurikulum, terdapat langkah-langkah yang perlu dilewati atau dilakukan. Sebelum
dilakukan, perencana kurikulum harus menyeleksi isi terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar isi kurikulum menjadi lebih efektif dan efisien. Kriteria yang bisa
dijadikan pertimbangan diantaranya:
a. Kebermaknaan (signifikasi)
Kebermaknaan suatu isi/materi diukur dari bagaimana esensi atau posisinya
dalam kaitan dengan isi materi disiplin ilmu yang lain. Konten kurikulum dalam
wujud konsep dasar atau prinsip dasar mendapat prioritas utama apabila
dibandingkan dengan konsep atau prinsip yang kurang fundamental.
b. Manfaat atau kegunaan
Parameter kriteria kebermanfaatan isi adalah seberapa jauh dukungan yang
disumbangkan oleh isi/materi kurikulum bagi operasionalisasi kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan.
6
c. Pengembangan manusia
Kriteria pengembangan manusia mengarah pada nilai-nilai demokratis, nilai
sosial, atau pada pengembangan sosial.
3. Metode
Metode adalah seperangkat cara dan upaya yang digunakan untuk melaksanakan
susunan rencana kegiatan agar tujuan dapat dicapai secara optimal. Metode
berkaitan dengan implementasi kurikulum sehingga termasuk salah satu
komponen yang memiliki peranan penting di dalam kurikulum. Metode
digunakan untuk menerapkan strategi pembelajaran agar tujuan tercapai secara
optimal. Namun, strategi tidak sama dengan metode. Strategi berhubungan
dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah. Strategi terdiri dari rencana, metode,
dan perangkat kegiatan untuk mencapai tujuan (Hidayat, 2020:121). Salah satu
contoh penerapan strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat kepada guru.
Strategi ini menjadikan guru sebagai tokoh sentral dan pusat informasi sedangkan
peserta didik hanya dijadikan objek pasif yang menerima informasi dari guru.
Namun, strategi ini tidak efektif untuk diterapkan karena peserta didik cenderung
bersikap pasif. Strategi yang cocok diterapkan yaitu strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, seperti berdiskusi dalam pembelajaran. Kegiatan
diskusi cenderung bersifat kontekstual dan kooperatif. Setiap strategi
pembelajaran yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Oleh sebab itu, pendidik harus mampu menggunakan strategi
pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien guna mencapai tujuan pendidikan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari kegiatan pengukuran dan penilaian sebuah
program dalam memberikan pertimbangan dan keputusan yang bersifat sistematis
(Ismail, 2014:16-17). Evaluasi kurikulum dapat ditinjau secara keseluruhan dari
berbagai aspek, seperti supervisi, standar tanah, administrasi, pendidik, peserta
didik, mata pelajaran, dan lain-lain. Kegiatan evaluasi kurikulum bertujuan untuk
memberikan pertimbangan dan keputusan terhadap proses pelaksanaan
kurikulum. Sukmadinata (dalam Nisa’, 2017:79) menyatakan bahwa evaluasi
7
terdiri dari evaluasi belajar mengajar dan evaluasi pelaksanaan mengajar. Evaluasi
hasil belajar mengajar digunakan untuk menilai keberhasilan siswa sedangkan
evaluasi pelaksanaan mengajar digunakan untuk menilai keseluruhan pelaksanaan
pembelajaran. Selain itu, evaluasi kurikulum bertujuan untuk perbaikan program,
pertanggungjawaban kepada berbagai pihak, dan penentuan tindak lanjut hasil
pengembangan (Ibrahim dalam Hamdi, 2020:68-69).
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal
tersebut mempertegas bahwa setiap kurikulum yang dikelola harus bisa dikembangkan
dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masyarakat yang sedang membangun pendidikan. Dari adanya
perkembangan tersebut, maka akan menghadirkan organisasi-organisasi kurikulum.
Organisasi kurikulum memiliki peranan penting dalam menentukan urutan materi yang
diajarkan dan cara menyajikannya kepada peserta didik agar nantinya dapat memudahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan.
8
1. Ruang Lingkup (Scope)
Ruang lingkup bahan pelajaran harus beriringan dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan, serta standar kompetensi mata
pelajaran yang telah ditetapkan. Apabila telah memilih dan menentukan ruang
lingkup bahan pelajaran, maka setelah itu bisa langsung disusun dalam organisasi
kurikulum tertentu sesuai dengan yang diinginkan (Abdullah Idi dalam Sugiana,
2018:261).
2. Urutan (Sequence)
Menentukan urutan bahan pelajaran yang disajikan. Bisa dimulai dari yang tingkat
pemahaman paling rendah hingga ke tinggi. Adapun faktor-faktor yang
menentukan urutan bahan pelajaran, seperti kematangan anak, latar belakang
pengalaman atau pengetahuan, tingkat inteligensi, minat, kegunaan bahan, dan
kesulitan bahan pelajaran (Nasution dalam Sugiana, 2018:261).
3. Kesinambungan
Kesinambungan substansi bahan ajar dalam organisasi kurikulum perlu
diperhatikan, maksudnya jangan sampai terjadi pengulangan ataupun tingkat
kesukaran yang tidak jelas. Artinya, sudah seharusnya materi yang dipelajari oleh
siswa semakin lama semakin mendalam dan berbobot.
4. Keseimbangan
Keseimbangan ini dapat dipandang dari dua segi, yakni (1) keseimbangan isi,
yaitu tentang apa yang dipelajari, dan (2) keseimbangan cara atau proses belajar
(Nasution dalam Sugiana, 2018: 262). Maksudnya, keseimbangan isi dan proses
belajar harus bisa dapat memenuhi kebutuhan siswa, masyarakat, dan ilmu
pengetahuan.
5. Waktu
Mata pelajaran dan kegiatan belajar mengajar menjadi bentuk penuangan
kurikulum yang didistribusikan menggunakan waktu. Misalnya, butuh berapa
mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa selama satu tahun, berapa kali
seminggu masing-masing mata pelajaran diberikan kepada siswa, butuh waktu
9
berapa menit untuk kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
Semua ini dibahas dalam prinsip waktu.
C. Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum
Kurikulum ini menyajikan bahan ajar yang terpisah-pisah dan berdiri sendiri
antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain, seolah-olah terdapat
batas nyata diantara keduanya. Contohnya, mata pelajaran matematika, kimia,
fisika, sejarah, geografi, ekonomi, dan sebagainya. Kemudian, pada setiap
mata pelajaran tersebut memiliki masing-masing guru yang bertanggung
jawab mengajar dengan jadwal tertentu. Kurikulum ini dinilai sebagai
kurikulum yang paling kuno, tetapi masih digunakan sampai sekarang. Hal
tersebut didasarkan dari karakteristik yang menjadi kelebihan separated
subject curriculum, yaitu materi ajar telah tersusun secara logis, sistematis,
sederhana, dan mudah dipelajari. Karakteristik yang menjadi kekurangan
separated subject curriculum dapat dilihat sebagai berikut:
10
1) Bahan pelajaran terpisah-pisah menggambarkan tidak ada hubungannya
antara materi satu dengan yang lainnya.
2) Proses dan bahan ajar tidak didasarkan pada bakat, minat, dan masalah
yang dihadapi para siswa.
3) Bertujuan lebih pada penguasaan ilmu pengetahuan dan tidak aktual sesuai
kebutuhan perkembangan di masyarakat.
1) Sifat bahan ajar berkorelasi meskipun terdiri dari beberapa mata pelajaran.
Hal ini menjadi suatu kelebihan yang dapat memudahkan siswa dalam
memahami pembagian setiap materi yang dipelajari.
2) Wawasan yang diberikan kepada siswa lebih luas terhadap satu bidang
studi.
Pendapat lain muncul dari Hamalik (dalam Utomo dan Azizah, 2018:23) yang
menyatakan bahwa karakteristik kurikulum berkolerasi, sebagai berikut:
11
2.) Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran degnan minat dan
kemampuan para siswa, meskipun pelayanan terhadap perbedaan
individual masih sangat terbatas.
4.) Guru masih memegang peran aktif, tetapi aktivitas siswa mulai
dikembangkan
12
mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran serta diberi kesempatan
belajar secara maksimal. Proses pembelajarannya juga bersifat fleksibel serta
sesuai kemampuan dan potensi siswa sehingga tidak mengharapkan hasil belajar
yang sama diantara para siswa. Menurut Utomo dan Azizah (2018:23) metode
yang digunakan dalam kurikulum terpadu adalah dengan pendekatan student
centered, problem solving, dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif Menyenangkan).
13
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15