Anda di halaman 1dari 15

Komponen dan Organisasi Kurikulum

Mata Kuliah: Kurikulum dan Pembelajaran BSI


Dosen Pengampu: Dra. Sudiati, M. Hum.

Oleh:

Deya Reni Aprilla 20201241002

Afriya Fatmaliya 20201241009

Diah Ayu Puji Lestari 20201241014

Alya Aulia Defyo 20201241019

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan sebuah rancangan pendidikan yang mempunyai kedudukan


sangat penting dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Kurikulum memuat tentang
pengalaman belajar yang mencerminkan dan menyerap dari kehidupan masyarakat di
mana proses pendidikan itu berlangsung. Tujuan pendidikan akan sulit dicapai tanpa
kehadiran kurikulum. Oleh sebab itu, kurikulum sangat penting dipelajari bagi seorang
calon pendidik untuk memahami konsep kurikulum sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan.

Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum mengalami berbagai perubahan.


Perubahan tersebut berupa sebuah tindakan dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Selain
itu, manusia pun turut serta menjadi objek dan subjek dalam kemajuan zaman. Kurikulum
menjadi kunci dalam menciptakan perubahan yang lebih baik dengan melakukan berbagai
inovasi. Kurikulum pendidikan menjadi bekal bagi pendidik dan peserta didik untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki.

Pemahaman mengenai kurikulum sangat penting dan wajib dipelajari oleh


mahasiswa untuk dijadikan bekal sebagai calon pendidik. Sebab, pendidiklah yang akan
menjadi perantara peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang baik.
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami mengenai kurikulum
pembelajaran. Oleh sebab itu, tulisan ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan
pengetahuan dan edukasi kepada mahasiswa mengenai komponen dan organisasi
kurikulum. Penulis berharap dengan mempelajari komponen dan organisasi kurikulum
dapat menambah wawasan mahasiswa serta mampu mengimplementasikan komponen
dan organisasi kurikulum di ranah pendidikan.

2
A. Definisi dan Bentuk Komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk


mencapai tujuan. Oleh karena itu, penyelenggaraan sebuah pendidikan memerlukan
sebuah konsep yang berfungsi menjadi alat yang selalu bisa berubah sesuai dengan
perkembangan zaman (Hermawan, Juliani, & Widodo, 2020). Konsep tersebut tentunya
terdiri atas komponen-komponen yang saling melengkapi. Semua komponen di dalam
kurikulum memegang kunci keberhasilan dari konsep yang telah direncanakan.
Komponen menjadi bagian penting yang memiliki keterkaitan dengan pembentukan suatu
sistem kurikulum. Kurikulum bisa dikatakan baik jika memiliki komponen yang lengkap
dan fungsional. Apabila komponen di dalam kurikulum tidak lengkap, maka kurikulum
tersebut dapat dikatakan sebagai kurikulum yang tidak sempurna. Hasibun (dalam
Hidayat, 2020:116) menyatakan bahwa kurikulum sebagai suatu sistem memiliki
beberapa komponen yang saling berkaitan, seperti:

1. Tujuan
Kurikulum merupakan program yang ditujukan untuk mencapai keberhasilan
ataupun tujuan dari pendidikan. Tujuan itulah yang menjadi arah atau acuan
semua kegiatan pendidikan yang dijalankan oleh lembaga pendidikan. Apabila
tujuan pendidikan tercapai, maka program pengajaran lembaga pendidikan, baik
itu sekolah maupun perguruan tinggi pun akan berhasil dilaksanakan. Oleh sebab
itu, tujuan pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan program pengajaran di
lembaga pendidikan.
Tujuan juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang semestinya dicapai oleh
peserta didik. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi para peserta
didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran guna mencapai target
tujuan pendidikan nasional dan sumber daya manusia yang berkualitas. Tujuan ini
dikategorikan sebagai tujuan umum dari sebuah kurikulum. Menurut Hummel
(dalam Sadulloh, 1994), tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga
jenis nilai utama, yaitu:

3
a. Otonomi memberikan setiap individu dan kelompok untuk memiliki pengetahuan
dan kemampuan yang memudahkan mereka dalam mengelola kehidupan.

b. Equality (kesetaraan) berarti kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan budaya


maupun ekonomi dengan jalan memberikan kepada mereka dasar-dasar
pendidikan yang setara.

c. Survival berarti memberi izin kepada semua bangsa untuk menularkan dan
memperkaya warisan budaya kepada semua generasi dengan memberikan
panduan pendidikan untuk saling memahami.

Tujuan pendidikan pendidikan nasional disebutkan dalam Undang-Undang


Nomor 20 Pasal 3 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Tujuan kurikulum dibagi atas tiga level tingkatan (Nurgiantoro dalam Hidayat,
2020:117-118), yaitu:

a. Tujuan Jangka Panjang (aims)


Tujuan ini menggambarkan tentang tujuan hidup yang diharapkan serta
didasarkan pada nilai yang diambil dari filsafat. Tujuan ini tidak berhubungan
langsung dengan tujuan sekolah, tetapi sebagai target setelah anak didik
menyelesaikan sekolah, seperti bertanggungjawab sebagai warga negara, bangsa
berbangsa Indonesia, dan sebagainya.
b. Tujuan Jangka Menengah (goals)
Tujuan ini merujuk pada tujuan sekolah yang berdasarkan pada jenjangnya,
terdapat tujuan sekolah SD, SMP, SMA dan lain-lain.

4
c. Tujuan Jangka Pendek (objective)
Tujuan yang dikhususkan dicapai pada pembelajaran di kelas, misalnya siswa
dapat mengerjakan perkalian dengan betul, siswa dapat mempraktikkan salat, dan
sebagainya.

Dengan demikian, dapat diketahui bersama bahwa, komponen tujuan harus


memiliki sasaran yang tepat agar kurikulum yang dibuat dan ditetapkan tidak asal
diperbarui setiap saat, tetapi juga bisa membawa manfaat dan perubahan ke arah
yang lebih baik. Terdapat dua pembagian tujuan yang mencakup tujuan umum
kurikulum berupa tujuan nasional dan tujuan institusional serta tujuan khusus
kurikulum yang menggambarkan perilaku yang baik dan benar. Tujuan nasional
terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan tujuan institusional menjadi landasan bagi setiap lembaga
sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai, serta menjadi harapan masyarakat
ataupun lingkungan sekitar. Tujuan khusus kurikulum untuk mewujudkan
perilaku yang baik dan benar serta pengendalian attitude ataupun segala sesuatu
yang lebih spesifik lagi.

2. Isi atau materi


Rencana, rancangan, dan tujuan pembelajaran peserta didik serta
impelementasinya dalam lingkungan sekolah menggunakan kurikulum sebagai
acuan sehingga dapat membentuk pengalaman belajar peserta didik (Pradana,
2013:65). Oleh karena itu, isi atau materi kurikulum harus dirancang sebagaimana
mestinya dengan pertimbangan yang matang agar mendukung tercapainya
keberhasilan dalam proses pembelajaran.
Materi kurikulum didapatkan dari beberapa sumber, yaitu dari masyarakat beserta
budayanya, dari peserta didik, dan dari ilmu pengetahuan (Setiyadi, Rohima, Sari,
& Yani, 2020). Isi atau materi kurikulum merupakan komponen yang
berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau
materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang

5
diberikan maupun aktifitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu,
semua diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Isi kurikulum
merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan
satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sesuai dengan rumusan tersebut, isi kurikulum dikembangkan dan
disusun berdasarkan prinsip-prinsip berikut: (1) Materi kurikulum berupa bahan
pembelajaran yang terdiri dari bahan kajian atau topik topik pelajaran yang dapat
dikaji oleh siswa dalam proses belajar dan pembelajaran, (2) Materi kurikulum
mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan dan
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Nisa’, 2017).
Isi program kurikulum yaitu segala sesuatu yang diberikan kepada peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Isi
kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi dan isi program tiap-tiap bidang studi.
Bidang-bidang studi disesuaikan dengan jenis, jenjang, ataupun jalur pendidikan
yang ada. Sebelum menentukan isi atau content yang ditetapkan sebagai
kurikulum, terdapat langkah-langkah yang perlu dilewati atau dilakukan. Sebelum
dilakukan, perencana kurikulum harus menyeleksi isi terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar isi kurikulum menjadi lebih efektif dan efisien. Kriteria yang bisa
dijadikan pertimbangan diantaranya:
a. Kebermaknaan (signifikasi)
Kebermaknaan suatu isi/materi diukur dari bagaimana esensi atau posisinya
dalam kaitan dengan isi materi disiplin ilmu yang lain. Konten kurikulum dalam
wujud konsep dasar atau prinsip dasar mendapat prioritas utama apabila
dibandingkan dengan konsep atau prinsip yang kurang fundamental.
b. Manfaat atau kegunaan
Parameter kriteria kebermanfaatan isi adalah seberapa jauh dukungan yang
disumbangkan oleh isi/materi kurikulum bagi operasionalisasi kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan.

6
c. Pengembangan manusia
Kriteria pengembangan manusia mengarah pada nilai-nilai demokratis, nilai
sosial, atau pada pengembangan sosial.
3. Metode
Metode adalah seperangkat cara dan upaya yang digunakan untuk melaksanakan
susunan rencana kegiatan agar tujuan dapat dicapai secara optimal. Metode
berkaitan dengan implementasi kurikulum sehingga termasuk salah satu
komponen yang memiliki peranan penting di dalam kurikulum. Metode
digunakan untuk menerapkan strategi pembelajaran agar tujuan tercapai secara
optimal. Namun, strategi tidak sama dengan metode. Strategi berhubungan
dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah. Strategi terdiri dari rencana, metode,
dan perangkat kegiatan untuk mencapai tujuan (Hidayat, 2020:121). Salah satu
contoh penerapan strategi pembelajaran yaitu strategi yang berpusat kepada guru.
Strategi ini menjadikan guru sebagai tokoh sentral dan pusat informasi sedangkan
peserta didik hanya dijadikan objek pasif yang menerima informasi dari guru.
Namun, strategi ini tidak efektif untuk diterapkan karena peserta didik cenderung
bersikap pasif. Strategi yang cocok diterapkan yaitu strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, seperti berdiskusi dalam pembelajaran. Kegiatan
diskusi cenderung bersifat kontekstual dan kooperatif. Setiap strategi
pembelajaran yang digunakan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Oleh sebab itu, pendidik harus mampu menggunakan strategi
pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien guna mencapai tujuan pendidikan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari kegiatan pengukuran dan penilaian sebuah
program dalam memberikan pertimbangan dan keputusan yang bersifat sistematis
(Ismail, 2014:16-17). Evaluasi kurikulum dapat ditinjau secara keseluruhan dari
berbagai aspek, seperti supervisi, standar tanah, administrasi, pendidik, peserta
didik, mata pelajaran, dan lain-lain. Kegiatan evaluasi kurikulum bertujuan untuk
memberikan pertimbangan dan keputusan terhadap proses pelaksanaan
kurikulum. Sukmadinata (dalam Nisa’, 2017:79) menyatakan bahwa evaluasi

7
terdiri dari evaluasi belajar mengajar dan evaluasi pelaksanaan mengajar. Evaluasi
hasil belajar mengajar digunakan untuk menilai keberhasilan siswa sedangkan
evaluasi pelaksanaan mengajar digunakan untuk menilai keseluruhan pelaksanaan
pembelajaran. Selain itu, evaluasi kurikulum bertujuan untuk perbaikan program,
pertanggungjawaban kepada berbagai pihak, dan penentuan tindak lanjut hasil
pengembangan (Ibrahim dalam Hamdi, 2020:68-69).

B. Definisi dan Prinsip Organisasi Kurikulum

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Hal
tersebut mempertegas bahwa setiap kurikulum yang dikelola harus bisa dikembangkan
dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masyarakat yang sedang membangun pendidikan. Dari adanya
perkembangan tersebut, maka akan menghadirkan organisasi-organisasi kurikulum.
Organisasi kurikulum memiliki peranan penting dalam menentukan urutan materi yang
diajarkan dan cara menyajikannya kepada peserta didik agar nantinya dapat memudahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan.

Organisasi kurikulum adalah pola dan susunan komponen-komponen kurikulum


yang diorganisasi menjadi mata pelajaran, program, lessons, topik, serta unit yang
tujuannya untuk mempermudah siswa memahami apa yang diajarkan sehingga
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan (Sugiana, 2018:259). Organisasi kurikulum
menjadi sebuah alat yang dapat mempermudah peserta didik mencapai keberhasilan
dalam mempelajari bahan pelajaran secara efektif.

Perkembangan organisasi kurikulum pasti akan selalu ada karena laju


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat sehingga akan mengalami
perubahan secara perlahan. Akan tetapi, organisasi kurikulum memiliki beberapa prinsip
yang harus diperhatikan agar substansinya tidak berubah, seperti:

8
1. Ruang Lingkup (Scope)
Ruang lingkup bahan pelajaran harus beriringan dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan nasional, standar kompetensi lulusan, serta standar kompetensi mata
pelajaran yang telah ditetapkan. Apabila telah memilih dan menentukan ruang
lingkup bahan pelajaran, maka setelah itu bisa langsung disusun dalam organisasi
kurikulum tertentu sesuai dengan yang diinginkan (Abdullah Idi dalam Sugiana,
2018:261).
2. Urutan (Sequence)
Menentukan urutan bahan pelajaran yang disajikan. Bisa dimulai dari yang tingkat
pemahaman paling rendah hingga ke tinggi. Adapun faktor-faktor yang
menentukan urutan bahan pelajaran, seperti kematangan anak, latar belakang
pengalaman atau pengetahuan, tingkat inteligensi, minat, kegunaan bahan, dan
kesulitan bahan pelajaran (Nasution dalam Sugiana, 2018:261).
3. Kesinambungan
Kesinambungan substansi bahan ajar dalam organisasi kurikulum perlu
diperhatikan, maksudnya jangan sampai terjadi pengulangan ataupun tingkat
kesukaran yang tidak jelas. Artinya, sudah seharusnya materi yang dipelajari oleh
siswa semakin lama semakin mendalam dan berbobot.
4. Keseimbangan
Keseimbangan ini dapat dipandang dari dua segi, yakni (1) keseimbangan isi,
yaitu tentang apa yang dipelajari, dan (2) keseimbangan cara atau proses belajar
(Nasution dalam Sugiana, 2018: 262). Maksudnya, keseimbangan isi dan proses
belajar harus bisa dapat memenuhi kebutuhan siswa, masyarakat, dan ilmu
pengetahuan.
5. Waktu
Mata pelajaran dan kegiatan belajar mengajar menjadi bentuk penuangan
kurikulum yang didistribusikan menggunakan waktu. Misalnya, butuh berapa
mata pelajaran yang harus diberikan kepada siswa selama satu tahun, berapa kali
seminggu masing-masing mata pelajaran diberikan kepada siswa, butuh waktu

9
berapa menit untuk kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.
Semua ini dibahas dalam prinsip waktu.
C. Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum

Pengorganisasian kurikulum memiliki berbagai jenis yang isinya membahas


tentang bagaimana bentuk bidang studi harus disajikan di depan kelas, kemudian diikuti
tindakan cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan. Berikut berbagai bentuk-bentuk
dari pengorganisasian kurikulum, yaitu:

1. Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (Subject Curriculum)


Subject curriculum digolongkan sebagai tujuan dari kurikulum adalah agar
generasi muda mengenal pengetahuuan dan kebudayaan yang telah dikumpulkan
oleh pendahulunya sehingga mereka akan lebih mudah dan cepat membekali diri
untuk menghadapi masalah-masalah hidupnya (Nasution dalam Sugiana,
2018:264). Organisasi kurikulum mata pelajaran terdiri atas mata pelajaran yang
terpisah-pisah (separated subject curriculum) dan mata pelajaran gabungan
(correlated curriculum). Berikut rinciannya:

a. Kurikulum Mata Pelajaran Terpisah-pisah (Separated Subject Curriculum)

Kurikulum ini menyajikan bahan ajar yang terpisah-pisah dan berdiri sendiri
antara satu bidang studi dengan bidang studi yang lain, seolah-olah terdapat
batas nyata diantara keduanya. Contohnya, mata pelajaran matematika, kimia,
fisika, sejarah, geografi, ekonomi, dan sebagainya. Kemudian, pada setiap
mata pelajaran tersebut memiliki masing-masing guru yang bertanggung
jawab mengajar dengan jadwal tertentu. Kurikulum ini dinilai sebagai
kurikulum yang paling kuno, tetapi masih digunakan sampai sekarang. Hal
tersebut didasarkan dari karakteristik yang menjadi kelebihan separated
subject curriculum, yaitu materi ajar telah tersusun secara logis, sistematis,
sederhana, dan mudah dipelajari. Karakteristik yang menjadi kekurangan
separated subject curriculum dapat dilihat sebagai berikut:

10
1) Bahan pelajaran terpisah-pisah menggambarkan tidak ada hubungannya
antara materi satu dengan yang lainnya.

2) Proses dan bahan ajar tidak didasarkan pada bakat, minat, dan masalah
yang dihadapi para siswa.

3) Bertujuan lebih pada penguasaan ilmu pengetahuan dan tidak aktual sesuai
kebutuhan perkembangan di masyarakat.

4) Peran aktif dalam proses belajar mengajar dipusatkan pada guru


sedangkan siswa memegang peranan yang pasif.

b. Kurikulum Berkorelasi (Correlated Curriculum)


Correlated curriculum ini sering disebut sebagai broad field curriculum yang
pada intinya menggabungkan mata pelajaran terpisah yang memiliki korelasi
menjadi satu bidang studi (Rusman dalam Sugiana, 2018:266). Contohnya,
mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika dapat dikelompokkan dalam bidang
studi IPA. Karakteristik yang menjadi kelebihan kurikulum ini menurut
Rusman (dalam Sugiana 2018:266), yaitu:

1) Sifat bahan ajar berkorelasi meskipun terdiri dari beberapa mata pelajaran.
Hal ini menjadi suatu kelebihan yang dapat memudahkan siswa dalam
memahami pembagian setiap materi yang dipelajari.

2) Wawasan yang diberikan kepada siswa lebih luas terhadap satu bidang
studi.

3) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang sejenis.

Pendapat lain muncul dari Hamalik (dalam Utomo dan Azizah, 2018:23) yang
menyatakan bahwa karakteristik kurikulum berkolerasi, sebagai berikut:

1.) Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan


permasalahan kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih
penguasaan pengetahuan.

11
2.) Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran degnan minat dan
kemampuan para siswa, meskipun pelayanan terhadap perbedaan
individual masih sangat terbatas.

3.) Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meskipun masih


banyak menghadapi kesulitan.

4.) Guru masih memegang peran aktif, tetapi aktivitas siswa mulai
dikembangkan

Kemudian, karakteristik yang menjadi kekurangan dari kurikulum ini adalah


bahan ajar yang disajikan kurang sistematis dan hanya mendalami suatu
materi ajar.

2. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)

Kurikulum terpadu adalah kurikulum yang menyajikan bahan pembelajaran


secara unit dan keseluruhan tanpa mengadakan batas-batas satu pelajaran dengan
yang lainnya (Sukiman dalam Sugiana, 2018:267). Dapat diartikan juga bahwa
organisasi kurikulum berupaya menciptakan pembelajaran berbasis pemecahan
masalah dengan meniadakan batas antara berbagai mata pelajaran dan
menyajikannya dalam bentuk unit atau tema. Selain itu, pada organisasi
kurikulum terintegrasi, siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal pengetahuan,
tetapi juga diajak mencari dan menganalisis fakta. Pada akhirnya, siswa dapat
memecahkan suatu topik masalah berbekal keseluruhan aspek diri, baik dari segi
intelektual, sikap, emosi, maupun keterampilan (Rusman dalam Sugiana,
2018:267).

Pada organisasi kurikulum terpadu, siswa diberikan kesempatan untuk


mengembangkan bakat, minat, dan potensi mereka. Sebab, bahan ajar yang
diberikan tersaji dengan aktual serta sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat maupun siswa sebagai individu. Siswa juga diberi kesempatan untuk
belajar secara berkelompok maupun mandiri. Mereka dilatih untuk dapat

12
mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran serta diberi kesempatan
belajar secara maksimal. Proses pembelajarannya juga bersifat fleksibel serta
sesuai kemampuan dan potensi siswa sehingga tidak mengharapkan hasil belajar
yang sama diantara para siswa. Menurut Utomo dan Azizah (2018:23) metode
yang digunakan dalam kurikulum terpadu adalah dengan pendekatan student
centered, problem solving, dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif Menyenangkan).

Dibalik kelebihan dari organisasi kurikulum terpadu, ada pula kelemahannya,


seperti bahan pelajaran tidak bersifat logis, sistematis, dan sederhana. Contoh dari
penerapan orgnisasi kurikulum terpadu adalah pembelajaran tematik terpadu
dalam Kurikulum 2013 yang diaplikasikan di sekolah dasar. Pembelajaran tematik
ini berisi integrasi berbagai macam bidang studi mata pelajaran dalam satu buku
tema.

13
KESIMPULAN

Kurikulum pendidikan merupakan sebuah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.


Agar terselenggara dengan baik, kurikulum memerlukan konsep yang dapat
menyesuaikan perkembangan zaman. Konsep inilah yang akan menghadirkan komponen
kurikulum. Komponen kurikulum terdiri atas tujuan, isi, metode, dan evaluasi. Selain
komponen, kurikulum juga akan menghadirkan organisasi-organisasi yang memiliki
peranan penting untuk menentukan materi ajar bagi peserta didik agar nantinya dapat
mempermudah mencapai tujuan pendidikan. Organisasi kurikulum memiliki prinsip yang
perlu diperhatikan, seperti ruang lingkup, urutan, kesinambungan, keseimbangan, dan
waktu. Adapun bentuk-bentuk organisasi kurikulum meliputi, kurikulum mata pelajaran,
kurikulum mata pelajaran terpisah, kurikulum mata pelajaran gabungan, dan kurikulum
terpadu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamdi, M. M. (2020). Evaluasi Kurikulum Pendidikan. INTIZAM: Jurnal Manajemen


Pendidikan Islam, 4(1).
Hermawan, Y.C., Juliani, W.I., & Widodo, H. (2020). Konsep Kurikulum dan Kurikulum
Pendidikan Islam. Jurnal Mudarrisuna, 10(1).
Hidayat, A. W. (2020). Inovasi Kurikulum dalam Perspektif Komponen-Komponen
Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Al-Fahim, 2(1).
Ismail, F. (2014). Model-Model Evaluasi Kurikulum. LANTERA, 2.
Nisa’, K. (2017). Komponen-Komponen dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Islam. Murobbi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 1(1).
Pradana, D.I. (2013). Kurikulum dan Pendidikan di Indonesia: Proses Mencari Arah
Pendidikan yang Ideal di Indonesia. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 5(1).
Sadulloh, U. (1994). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Media Iptek.
Setiyadi, B., Rohima., Sari, Y., & Yani, M.A. (2020). Komponen Pengembangan
Kurikulum. LIKHITAPRAJNA Jurnal Ilmiah, 22(1).
Sugiana, A. (2018). Proses Pengembangan Organisasi Kurikulum Dalam Meningkatkan
Pendidikan di Indonesia. Jurnal Pedagogik. 5(2).
Undang-Undang Nomor 20 Pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Utomo, S. A & Azizah, N. (2018). Analisis Organisasi Kurikulum dan Struktur
Kurikulum Anak Usia Kelas Awal Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Jurnal PANCAR. 2(1).

15

Anda mungkin juga menyukai