Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

PEMBAHASAN.........................................................................................................................2
1.1. Pengertian PPh Pasal 25.............................................................................................3
1.2. Tarif PPh Pasal 25.......................................................................................................3
1.3. Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25..................................................................3
1.4. Sanksi – Sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25...................................4
1.5. Perhitungan PPh Pasal 25..........................................................................................4
1.6. Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak....................................................................6
1.6.1 Wajib Pajak yang berhak atas kompensasi kerugian......................................6
1.6.2 Wajib Pajak dengan Penghasilan Tidak Teratur.............................................7
1.6.3 Wajib Pajak yang Melakukan Pembetulan SPT..................................................7
1.6.4 Wajib Pajak Yang Mendapat Perpanjangan Penyampaian SPT.......................8
1.7. Angsuran PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru, Bank, BUMN, BUMD dan
Wajib Pajak Tertentu lainnya..............................................................................................8
1.7.1 Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru...............................................8
1.7.2 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi Wajib Pajak Bank........9
1.7.3 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD......10
1.7.4 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Masuk Bursa dan
Wajib Pajak lainnya.........................................................................................................10
1.7.5 Angsuran Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha tertentu..........................11
1.8 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Bertolak Ke Luar Negeri 11
PENUTUP................................................................................................................................14
Kesimpulan...........................................................................................................................14
DARTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

1
PETA KONSEP

Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang


harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun
pajak berjalan. Angsuran pajak penghasilan 25 tersebut dapat Tarif umum PPh pasal 25 Berlaku sampai 31/12/2008:
Pengertian
dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang  S.d Rp. 50.000.000= 10%
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahun Pajak  Diatas Rp. 50.000.000 s.d Rp. 100.000.000= 15%
Penghasilan  Diatas Rp. 100.000.000= 30%

Berlaku pada tahun 2009 28%

Berlaku pada tahun 2010 25%

Untuk WP badan masuk bursa diberikan tarif 5% lebih


rendah dari tarif yang berlaku sesuai dengan
ketentuan yang berlaku

 Pembayaran : dilakukan paling lambat tanggal 15 bulan takwin


Jatuh Tempo berikutnya setelah massa pajak berakhir

 Pelaporan : paling lambat 20 hari setelah massa pajak


berakhir

PPh Pasal 25

WP Badan Peraturan Perundang-


undangan PPh Pasal 25

Tata cara pembayaran dan pelaporan PPh


WP Bank
pasal 25
& sewa
Perhitungan PPH  PER-22/PJ/2008
untuk WP Tertentu
Perhitungan besarnya angsuran pajak dalam
WP BUMN&BUMD tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu
 KEP-537/PJ/2000
Pengenaan PPh pasal 25 bagi WP OP
Pengusaha tertentu
WP lainnya
 PER-32/PJ/ 2010

Sanksi Keterlambatan
Pembayaran PPh Pasal 25

Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar, maka WP


akan dikenai bunga sebesar 2% per bulan, dihitung dari
tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.

2
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian PPh Pasal 25

Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar
sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak
penghasilan 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang
terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan
dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahun Pajak Penghasilan.  Tujuannya adalah untuk
meringankan beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang terutang harus dilunasi dalam
waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan.
Pembayaran pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan:
1. Wajib pajak membayar sendiri (PPh pasal 25)
2. Melalui pemotogan atau pemungutan oleh pihak ketiga (PPh pasal 21, 22, 23, dan 24)

1.2. Tarif PPh Pasal 25

Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh


Pasal 25) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan
usaha penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau
lebih tempat usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing
tempat usaha.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja
bebas atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT =
Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).

Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah:


Rp 0 – Rp 50.000.000 = 5%
Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 = 15%
Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 = 25%
Di atas Rp 500.000.000 = 30%
Pembayaran angsuran PPh 25 untuk Wajib Pajak Badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak
(PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).

1.3. Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25

Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25 harus dibayar paling
lambat 15 Maret 2014. Jika batas waktu penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk
Sabtu, Minggu, hari libur nasional, dan Pemilihan Umum), maka pembayaran masih
dapat dilakukan pada hari berikutnya, sesuai Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan
No.184/PMK.03/2007, yang kemudian diubah lagi sesuai Peraturan Menteri Keuangan
No.80/PMK.03/2010.

3
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-22/PJ/2008 pada 21 Mei
2008, pembayaran harus dilakukan dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) atau
dokumen sejenisnya.

1.4. Sanksi – Sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25

Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar, maka WP akan dikenai bunga


sebesar 2% per bulan, dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal pembayaran.
Misalnya: untuk bulan Februari 2014, WP terlambat dan baru membayarnya pada 16
Maret. Sesuai Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai bunga 2%.

1.5. Perhitungan PPh Pasal 25

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh
wajib pajak untuk setiap bulan adalah sebasar Pajak Panghasilan yang terutang menurut
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Panghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi
dengan:
 Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21(yaitu sesuai
tarif pasal 17 ayat (1) bagi pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak
memiliki NPWP) (15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah - serta 2%
berdasarkan sewa dan penghasilan lain serta imbalan jasa) - serta pajak penghasilan
yang dipungut sesuai pasal 22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);
  Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sesuai pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.

Contoh 1:
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang
Terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2009 Rp 30.000.000,00
Pada tahun 2009, telah dibayar dan dipotong atau dipungut:
 PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00
 PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
 PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00
 PPh Pasal 25 Rp 12.000.000,00 +
Rp 24.000.000,00 -
Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2009 Rp 6.000.000,00
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 adalah:
PPh yang terutang tahun 2009 = Rp 30.000.000,00
Pengurangan:
1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00
2. PPh Pasal 22 Rp 2.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp 2.000.000,00 +
Rp 12.000.000,00
Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2010 Rp 18.000.000,00
Besarnya PPh pasal 25 per bulan :

4
Rp 18.000.000,00/12 = Rp 1.500.000,00
Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun
2010 mulai masa Maret sebesar Rp 1.500.000,00

Beberapa Masalah/Kasus untuk Menghitung Besarnya PPh Pasal 25 :


1. Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
PPh
Besarnya angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan
PPh adalah sebesar angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.
Contoh 2:
Tuan Dias menyampaikan SPT Tahunan PPh pasal 2009 pada bulan Maret 2010. Angsuran
PPh Pasal 25 pada bulan Desember 2009 adalah Rp 1.000.000,00.
Maka, besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari 2010 masing-
masing adalah: Rp 1.000.000,00.
Jadi Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Januari dan
Februari 2010 masing-masing adalah: Rp 1.000.000,00
2.   Apabila dalam tahun berjalan, diterbitkan SKP untuk tahun pajak yang lalu. Apabila
dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk tahun pajak yang lalu
maka angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut dan berlaku mulai bulan
berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan Pajak.
Contoh 3:
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2007 yang
disampaikan Wajib Pajak dalam Bulan Maret 2008, perhitungan besarnya angsuran pajak
yang harus dibayar adalah sebesar Rp 1.250.000,00. Dalam bulan Juli 2008 diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak tahun pajak 2007 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap
bulan sebesar Rp 2.000.000,00. Berdasarkan ketetentuan yang berlaku, maka besarnya
angsuran pajak mulai bulan Agustus 2008 adalah sebesar Rp 2.000.000,00. Penetapan
besarnya angsuran pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut bisa sama, lebih besar
atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan
(SPT).
Contoh 4:
a. Berdasarkan Data SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2009
Penghasilan Kena Pajak Rp 100.000.000,00
PPh Terutang Rp 10.000.000,00
Kredit Pajak Rp 3.250.000,00
b. Data SKP Tahun Pajak 2008 yang terlihat bulan Juni 2010
Penghasilan Kena Pajak Rp 200.000.000,00
PPh Terutang Rp 25.000.000,00
Kredit PPh Rp 3.250.000,00
PPh yang harus dibayar sendiri Rp 21.750.000,00
c. Berdasarkan ketentuan
PPh Pasal 25 mulai Juli 2010 dan seterusnya =
1/12 x Rp 21.750.000,00 = Rp 1.812.500,00

5
3.  Angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan dan sesudah adanya keputusan mengenai
kelebihan pembayaran pajak
Apabila PPh yang terutang menurut SPT Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang lalu
lebih kecil dari jumlah PPh yang telah dibayar, dipotong/ dipungut selama Tahun Pajak
yang bersangkutan, dan oleh karena itu Wajib Pajak mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau permohonan untuk memperhitungkan
dengan utang pajak lain, sebelum Direktur Jenderal Pajak memberikan keputusan
mengenai pengembalian atau memperhitungkan kelebhihan tersebut, maka besarnya
angsuran pajak untuk tiap bulan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan terakhir
dari Tahun Pajak yang lalu. Setelah dikeluarkan surat keputusan, angsuran pajak untuk
bulan-bulan berikutnya setelah tanggal keputusan itu, dihitung berdasarkan jumlah pajak
yang terutang menurut keputusan tersebut.
Contoh 5:
SPT PPh 2009 yang disampaikan oleh WP dalam bulan maret 2010 menunjukkan
kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 40.000.000,00, sedangkan angsuran bulan dalam
tahun 2009 sebesar Rp 1.000.000,0. Atas permohonan pengembalian pajak tahun 2009
tersebut, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan pada bulan Agustus 2010 yang
menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan untuk bulan Januari sampai dengan
bulan Agustus 2010 adalah sebesar Rp 1.000.000,00 dan mulai bulan September 2010
adalah nihil.

1.6. Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya


angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut :
1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian
2. Wajib   Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan
setelah lewat batas waktu yang ditentukan
4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
5. Wajib   Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih  besar dari angsuran bulanan sebelum
pembetulan
6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

1.6.1 Wajib Pajak yang berhak atas kompensasi kerugian


 Dasar penghitungan Pajak Penghasilan adalah jumlah penghasilan neto menurut
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah
dikurangi dengan kompensasi kerugian.
 Dalam hal Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang
lalu atau dasar penghitungan lainnya menyatakan rugi (lebih bayar atau nihil),
besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah nihil.

6
Contoh perhitungan pajak bagi wajib pajak yang berhak atas kompensasi kerugian:
Penghasilan PT Dira tahun 2001 Rp. 150.000.000,00. Sisa kerugian tahun lalu
yang masih dapat dikompensasikan adalah Rp. 200.000.000,00. Sisa kerugian yang
belum dikompensasikan tahun 2001 Rp. 50.000.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 25 tahun 2002 :
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Ps 25 adalah
Rp 150.000.000,00  – Rp 50.000.000,00  = Rp 100.000.000,00
PPh Terutang (UU 36/2008) :
5%  x Rp. 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp. 50.000.000,00 = Rp 7.500.000,00
PPh terutang = Rp 10.000.000,00

1.6.2 Wajib Pajak dengan Penghasilan Tidak Teratur


 Dasar penghitungan Pajak Penghasilan adalah jumlah penghasilan neto menurut
Surat Pemberitahuan Tahunan, Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah
dikurangi dengan penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan tersebut.
Contoh :
Pada 2001 Abbas memperoleh penghasilan teratur Rp 12.000.000,00,
sedangkan penghasilan tidak teratur Rp 8.000.000,00.

Penghasilan yg dipakai sebagai dasar penghitungan PPh Pasal 25 pada tahun


2002 Abbas adalah hanya dari PPh teratur saja, yaitu Rp. 12.000.000,00.

1.6.3 Wajib Pajak yang Melakukan Pembetulan SPT


 Pajak Penghasilan Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan, Pembetulan tersebut dan berlaku surut mulai bulan batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan.
 Apabila besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan lebih besar dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum
dilakukan pembetulan, atas kekurangan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25
terutang bunga sesuai ketentuan PasaI 19 ayat (1) Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran
Pajak Penghasilan Pasal 25 dari masing-masing bulan sampai dengan tanggal
penyetoran
 Apabila besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah pembetulan Surat
Pemberitahuan Tahunan Iebih kecil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum
pembetulan, atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan-bulan berikut setelah
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pembetulan

7
1.6.4 Wajib Pajak Yang Mendapat Perpanjangan Penyampaian SPT
 Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan mulai batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan sebelum
disampaikannya Surat  Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan
besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan sementara yang disampaikan Wajib Pajak pada saat
mengajukan permohonan ijin perpanjangan.
 Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, Wajib Pajak
dapat menunjukan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak
tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar
penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
 Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus
disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan

Menteri Keuangan menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak bagi:


1. Wajib Pajak baru
2. Bank,  badan  usaha  milik  negara,  badan  usaha milik   daerah,  Wajib  Pajak
masuk  bursa,  dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala
3. Wajib  Pajak  orang  pribadi  pengusaha  tertentu dengan tarif paling tinggi 0,75%
(nol koma tujuh puluh lima persen) dari peredaran bruto

1.7. Angsuran PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru, Bank, BUMN, BUMD dan Wajib
Pajak Tertentu lainnya.
Sesuai pasal 25 ayat 7 UU PPh, perhitungan PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru,
BUMN, BUMD dan Wajib Pajak tertentu lainnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

1.7.1 Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru


Wajib Pajak Baru adalah Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang baru
pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun
pajak berjalan, sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008
tanggal 31 Desember 2008 yang diberlakukan sejak 1 Januari 2009. Besarnya
angsuran PPh pasal 25 setiap bulan untuk WP Baru dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas penghasilan netto sebulan yang disetahunkan, dibagi
dua belas.
Dalam hal WP Baru menyelenggarakan pembukuan dan dari pembukuannya
dapat dihitung besarnya penghasilan netto tiap bulan, penghasilan netto fiskal
dihitung berdasarkan pembukuannya. Dalam hal WP Baru hanya
menyelenggarakan pencatatan dengan menggunakan Norma Penghitungan Netto

8
atau menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung
besarnya penghasilan netto setiap bulan, penghasilan netto fiskal dihitung
berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Netto atas peredaran atau
penerimaan bruto. Untuk Wajib Pajak orang pribadi Baru, jumlah penghasilan neto
fiskal yang disetahunkan dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP.

Contoh :
PT Almond, perusahaan yang baru berdiri terdaftar sebagai Wajib Pajak pada
bulan Juni 2009.
Selama Bulan Juni penjualan PT Almond sebesar Rp 100.000.000,00 dan
biaya-biaya yang terjadi adalah sebesar Rp 60.000.000,00.
Perhitungan PPh Pasal  25 untuk masa Juni 2009 adalah sebagai berikut:
Penjualan Rp 100.000.000,00
Biaya Rp 60.000.000,00 -
Penghasilan netto sebulan Rp 40.000.000,00
Penghasilan netto disetahunkan
(12 x Rp 40.000.000,00) Rp 480.000.000,00
PPh terutang
28% x Rp 480.000.000,00 = Rp 134.400.000,00
PPh Pasal 25 masa Juni:
Rp 134.400.000,00/12 = Rp 11.200.000,00
Untuk bulan berikutnya sampai dengan penyampaian SPT Tahunan dihitung
lagi PPh pasal 25 tiap-tiap bulan seperti pada perhitungan di atas.

1.7.2 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi Wajib Pajak Bank
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi Wajib Pajak bank atau
sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease), adalah sebesar jumlah pajak
penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal
menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi pajak
penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak
yang lalu, dibagi dua belas.
Apabila Wajib Pajak bank atau sewa dengan hak opsi adalah Wajib Pajak
baru, maka besarnya angsuran PPh setiap bulan untuk triwulan pertama adalah
jumlah PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penerimaan laba
rugi fiskal triwulan pertama yang disetahunkan dibagi 12.

Contoh :
PT Bank Dana Sejahtera dalam laporan triwulan April s.d.juni 2009
menunjukkan penghasilan netto Rp 250.000.000,00.
Perhitunngan PPh Pasal 25 untuk masa Juli, Agustus, September 2009 adalah
sebagai berikut:
Penghasilan netto triwulan Rp 250.000.000,00
Penghasilan netto disetahunkan
4 x Rp 250.000.000,00 = Rp 1.000.000.000,00
9
PPh Terutang
28% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 280.000.000,00
PPh Pasal 25 masa Juli, Agustus, September 2009:
Rp 280.000.000,00/12 = Rp 23.333.333,00
Untuk triwulan berikutnya dihitung kembali PPh Pasal 25 tiap-tiap triwulan seperti
perhitungan di atas.

1.7.3 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak BUMN dan BUMD
dengan nama dan bentuk apapun, kecuali Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan
penerapan tarif umum atas laa rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran
Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah disahkan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan
PPh Pasal 22 dan Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar
negeri tahun pajak yang lalu, dibagi dua belas.
Dalam hal Rencana Kerja Anggaran Pendapatan (RKAP) sebagaimana diatur
pada ayat (1) belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan-
bulan sebelum bulan pengesahan adalah sama dengan angsuran PPh Pasal 25
bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
Contoh :
Menurut RKAP tahun 2010 yang sudah disahkan, PT Jogja Bangkit (sebuah
BUMD yang dimiliki pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai
penghasilan netto sebesar Rp 1.000.000.000,00. Kredit Pajak (PPh Pasal 22, pasal
23 dan pasal 24 yang dapat dikreditkan) Tahun 2009 berjumlah Rp 40.000.000,00.
Perhitungan PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Penghasilan netto Rp 1.000.000.000,00   
PPh terutang
28% x Rp 1.000.000.000,00 = Rp 280.000.000,00
Kredit pajak (PPh Pasal 22,23, dan 24) Rp 40.000.000,00 -
PPh yang dibayar sendiri Rp 240.000.000,00  
PPh Pasal 25:
Rp 240.000.000,00/12 = Rp 20.000.000,00

1.7.4 Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Masuk Bursa dan
Wajib Pajak lainnya
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib
Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan
berkala, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan
tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala erakhir yang
disetahunkan dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 22 dan
Pasal 23 serta PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri tahun pajak
yang lalu, dibagi dua belas.

10
1.7.5 Angsuran Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha tertentu
Angsuran Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha tertentu adalah WP yang
melakukan kegiatan usaha dibidang perdagangan yang melakukan kegiatan usaha
di bidang perdagangan yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau
mempunyai tempat usaha yang berbeda alamat dengan domisili.
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak orang
pribadi pengusaha tertentu, ditetapkan sebesar 0,75% dari jumlah peredaran bruto
setiap bulan dari masing-masing tempat usaha.

1.8 PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Bertolak Ke Luar Negeri

Orang pribadi dalam negeri yang akan bertolak ke luar negeri diwajibkan membayar
PPh berupa Fiskal Luar Negeri. Pembayaran Fiskal Luar Negeri dilakukan dengan
menggunakan Tanda Bukti Pembayaran Fiskal Luar Negeri dan pelunasannya dilakukan di
Unit Pelaksanaan Fiskal Luar Negeri di pelabuhan atau tempat lain yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Pembayaran Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri ini merupakan
pembayaran angsuran pajak dalam Tahun Pajak berjalan(merupakan pembayaran PPh
Pasal 25), sehingga dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang pada akhir tahun dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan PPh untuk Tahun Pajak bersangkutan. Agar pembayaran
fiskal luar negeri dapat dikreditkan dengan pajak yang terutang bagi karyawan, maka
karyawan tersebut hendaknya mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP di Kantor
Pelayanan Pajak tempat domisili karyawan yang bersangkutan dan menyampaikan SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi dengan mengkreditkanpembayaran Fiskal Luar Negeri
tersebut terhadap PPh yang  terutang.
Bila pembayaran Fiskal Luar Negeri bagi karyawan yang bertolek ke luar negeri
ditanggung oleh pemberi kerja, maka pembayaran Fiskal Luar Negeri tersebut merupakan
angsuran PPh Pasal 25 bagi pemberi kerja yang dapat dikreditkan dengan PPh yang
terutang dalam SPT PPh pemberi kerja dengan syarat kepergian karyawan yang
bersangkutandalam rangka tugas perusahaan dan hanya berlaku untuk karyawan dari
pemberi kerja itu sendiri, tidak termasuk anggota keluarga karyawan.

1.8.1 Besarnya Fiskal Luar Negeri yang wajib dibayar oleh orang pribadi yang akan
bertolak ke luar negeri adalah:
 Rp 2.500.000,00 bagi setiap orang untuk tiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan pesawat udara.
 Rp 500.000,00bagi setiap orang untuk tiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan kapal laut.
1.8.2 Orang pribadi yang bertolak ke luar negeri dengan maksud dan tujuan
dikecualikan dari kewajiban untuk melakukan pembayaran PPh, yaitu:
 Anggota Korps Diplomatik, pegawai Perwakilan Negara Asing, staf dari badan-
badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tenaga ahli dalam rangka kerja sama teknik,

11
dan staf dari Badan/Organisasi Internasional yang mendapat persetujuan
Pemerintah Republik Indonesia, sepanjang mereka bukan WNI dan di samping
jabatan resmi tidak melakukan pekerjaan lain atau kegiatan usaha di Indonesia
beserta anggota keluarga dan pembantu rumah tangganya yang bukan WNI,
dengan menggunakan paspor diplomatik.
 Pejabat Negara, Anggota TNI atau Polisi Republik Indonesia atau PNS yang
bertolak ke luar negeri dalam rangka dinas yang menggunakan paspor dinas dan
dilengkapi dengan surat tugas/surat perjalanan dinas ke luar negeri untuk tiap kali
keberangkatan, tidak termasuk anggota keluarga. Tapi bila keberangkatannya ke
luar negeri dalam rangka penempatan ke luar negeri, pembebasan diberikan juga
pada istri dan anaknya yang belum berusia 25 tahun, belum kawin, belum
berpenghasilan.
 Anggota TNI dan Polisi Republik Indonesia yang mendapat tugas sebagai pasukan
PBB atau dalam rangka latihan bersama dengan pasukan negara lain, dengan
menyerahkan surat tugas dari kesatuan yang bersangkutan dengan menunjukkan
daftar anggota pasukan oleh pemimpin rombongan.
 Petugas imigrasi yang melakukan tugas pemeriksaan keimigrasian dalam pesawat
terbang perusahaan penerbangan nasional atau kapal laut perusahaan pelayanan
nasional dengan memperlihatkan surat tugas atau identitas lainnya.
 Jemaah haji yang penyelenggarannya dilakukan oleh Departemen Agama dengan
menunjukkan daftar nama para jemaah haji.
 Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan lintas batas wilayah Republik
Indonesia dengan mempergunakan Pas Lintas Batas sesuai dengan perjanjian lintas
batas dengan negara terkait, dan lain-lain

1.8.3 Pihak-pihak yang diberikan SKBFLN:


 Anggota TNI atau Polisi RI dan PNS yang melakukan tugas dibidang keamanan
dan pelayanan pemerintahan di daerah perbatasan yang melaksanakan tugas dinas 
ke luar negeri dalam rangka kerja sama dengan negara yang berbatasan, dengan
menyerahkan surat tugas dariatasan langsung.
 Penduduk Indonesia yang bertempattinggal tetap di Pulau Batam yang mempunyai
Kartu TandaPenduduk yang diterbitkan oleh yang berwenang di pulau tersebut,
sepanjang mereka telah dipotong PPh oleh pemberi atau telah terdaftar sebagai WP
dan telah memenuhi keajiban pajak penghasilannya pada Kantor Pelayanan Pajak
Batam.
 Tenaga Kerja Warga Negara Asing pendatang yang bekerja di Pulau Batam, Bintan
dan, Karimun, sepanjang mereka telah dipotong PPh Pasal 21 atau Pasal 26 oleh
pemberi kerja dan Tanda Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 atau Pasal 26 yang telah
dilegalisir.
 Orang asing yang menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia yang
tidak bertempat tinggal atau bermaksud menetap di Indonesia dan berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, sepanjang atas
penghasilan tersebut telah dipotong PPh Pasal 26 oleh pemberi penghasilan.

12
 Mahasiswa atau pelajar asing yang berada di Indonesia dalam rangha belajar
dengan rekomendasi dari pimpinan sekolah atau perguruan tinggi yang
bersangkutan dan tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
dengan menyerahkan surat rekomendasi sebagai mahasiswa atau pelajar dari
Pimpinan Sekolah atau Perguruan Tinggi yang bersangkutan(pembebasan berlaku
juga bagi istri dan anak-anaknya).
 Orang asing yang berada di Indonesia dalam rangka penelitian di Bidang ilmu
pengetahuan dan kebudayaan di bawah  koordinasi LembagaIlmu Pengetahuan
Indonesia. Sepanjang tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
dengan menyerahkan surat rekomendasi dari instansi terkait dan surat pernyataan
tidak memperoleh penghasilan dari indonesia.

1.8.4 Pengecualian dari Kewajiban Pembayaran PPh Orang Pribadi yang akan
Bertolek ke Luar Negeri terhadap Pihak lainnya:
 WNI yang akan bekerja di luar negeri dalam rangka program pengiriman tenaga
kerja Indonesia.
 Misi kesenian, misi olahraga, dan misi keagamaan.
 Pilot Indonesia yang berkerja di maskapai penerbangan asing dan pelaut Indonesia
yang berkerja di kapal yang berbendera asing.

1.8.5 Tata Cara Pengkreditan Fiskal Luar Negeri:


 Karyawan yang tidak mendaftarkan diri atau tidak memiliki NPWP, Fiskal Luar
Negeri tidak dapat dikreditkan dengan pembayaran PPh Pasal 21 karena
merupakan pembayaran PPh Pasal 25.
 Karyawan yang telah mempunyai NPWP, fiskal luar negerinya tidakdapat
dikreditkan dengan pembayaran PPh Pasal 21 maupun angsuran masa PPh Pasal
25 dalam tahun berjalan.
 Pembayaran fiskal luar negeri oleh orang pribadi yang telah mendaftarkan diri
sebagai WP dan memperoleh NPWP dapat dikreditkan  terhadap PPh Terutang
dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang bersangkutan.
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 118/KMK.03/2003 tanggal 1 April 2003
mengatur tentang orang pribadi yang berangkat ke luar negeri melalui pelabuhan
atau tempat pemberangkatan ke luar negeri dalam daerah kerja sama ekonomi
subregional ASEAN dikecualikan  dari Kewajiban pembayaran PPh Orang
pribadi. Pelabuhan atau tempat pemberangkatan ke luar negeri di Indonesia yang
termasuk dalam Kawasan Kerja Sama SP-IMT meliputi pelabuhan laut dan bandar
udara.

13
PENUTUP
Kesimpulan

Pasal 25 UU PPh mengatur besarnya beban angsuran pajak dalam tahun berjalan yang
harus dibayar sendiri WP untuk tiap bulan. PPh Pasal 25 sebagai beban rutin  yang harus
dipenuhi, tetapi dengan dasar Peraturan Direktur Jenderal Pajak bahwa terhadap WP dapat
diberikan pengurangan PPh Pasal 25 yaitu  WP yang mengalami perubahan keadaan usaha
atau kegiatan usaha dalam tahun 2009.
Besarnya pengurangan PPh Pasal 25 yang dapat diberikan kepada WP sampai
dengan 25 5 untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni 2009. Pengurangan PPh Pasal
25 dimaksud dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 bulan Desember 2008. Bagi WP yang
telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun pajak 2008, maka pengurangan PPh Pasal
25 dihitung dari besarnya PPh Pasal 25 didasarkan pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2008.
Ketentuan pengurangan PPh Pasal 25 dimaksud tidak berlaku bagi Wajib Pajak
bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib pajak lainnya yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala.

14
DARTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: CV Andi Offset


Resmi,siti.2013. perpajakan.`Yogyakarta : Salemba lima
Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat           
https://id.wikipedia.org/wiki/Pajak_penghasilan

https://khoyunitapublish.wordpress.com/2011/12/19/pajak-penghasilan-pasal-25/

http://hukumpajakperpajakan-dio.blogspot.co.id/2015/12/pajak-penghasilan-pph-2122232425-
dan-26.html

15

Anda mungkin juga menyukai