Oleh :
NIM : 1308617032
2020
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi dalam jumlah
yang besar. Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak mengakibatkan peningkatan
produksi dan pengolahan minyak. Produksi dan pengolahan minyak selain
menghasilkan keuntungan juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan dari residu
(limbah) hasil pengolahan minyak (Atlas dan Bartha, 1985). Salah satu kontaminan
minyak yang sulit diurai adalah senyawa hidrokarbon. Ketika senyawa tersebut
mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, dan
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun. Akibatnya dapat
mengganggu ekosistem tanah dan siklus air (Karwati, 2009).
Akibat aktivitas sehari-hari manusia minyak goreng yang habis pakai langsung
dibuang ke tanah ataupun perairan, karena tidak adanya kebijakan ataupun SOP yang
mengatur pembuangan minyak hasil rumah tangga. Minyak goreng berulang kali atau
yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal
dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak
samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga (Tamrin, 2013).
Menurut Ketaren (2005), tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah
terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada
tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak
goreng berulang kali. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk
aldehida tidak jenuh atau akrolein. Selain itu terbentuk pula rantai asam lemak tak
jenuh yang sangat panjang dan senyawa inilah yang sangat sulit diuraikan ketik berada
di lingkungan.
Pada dasarnya lingkungan mempunyai kemampuan untuk mendegradasi
senyawa pencemar secara alamiah, tetapi ketika jumlah kontaminan melebihi ambang
batas kemampuan lingkungan tersebut maka ekosistem dalam lingkungan tersebut akan
terganggu, Maka diperlukan campur tangan manusia untuk mengatasi pencemaran
tersebut (Nugroho, 2006). Untuk menanggulangi permasalahan tersebut yaitu dengan
cara bioremediasi.
Bioremediasi merupakan upaya pemulihan kondisi lingkungan dengan
menggunakan aktivitas biologis mikroba untuk mendegradasi dan menurunkan
toksisitas dari berbagai senyawa pencemar. Hal ini dikarenakan dalam mengatasi
permasalahan lingkungan yang sama, bioremediasi diketahui lebih efektif dari segi
pembiayaan dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya seperti insinerasi dan
containment (Madigan et al, 2009) Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
bioremediasi tumpahan minyak : (1) bioaugmentasi, dimana mikroorganisme pengurai
ditambahkan untuk melengkapi populasi mikroba yang telah ada, dan (2) biostimulasi,
dimana pertumbuhan pengurai hidrokarbon asli dirangsang dengan cara menambahkan
nutrien atau mengubah habitat (Zhu et al., 2001).
Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
mendegradasi minyak yang terdapat pada lingkungan. Bakteri dapat mengdegradasi
minyak tergantung dengan enzim yang dimilikinya (Fedorak et al., 1983, Harayama et
al., 1995). Kemampuan degradasi suatu jenis mikroba terbatas hanya pada kisaran
senyawa hidrokarbon tertentu, namun beberapa jenis mikroba akan bekerja secara
bersamaan dalam mendegradasi minyak bumi sesuai dengan spesifisitas substrat yang
dimiliki (Harayama et al., 1995). Genus Pseudomonas, Mycobacterium,
Corynebacterium, Aeromonas, Rhodococcus, dan Bacillu, Pseudomonas,
Sphingomonas, Nocardia, Beijerinckia, Rhodococcus dan Mycobacterium mampu
mendegradasi senyawa aromatik hidrokarbon (Mrozik et al. 2003)
b. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengisolasi bakteri asal tanah yang
terkontaminasi minyak dan potensinya sebagai agen bioremediasi untuk mendegradasi
minyak jelantah.
III. METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu; Plastik sampel,
Sampel tanah, Erlenmeyer 100 ml, Media Garam Mineral (MSM) , Shaker rotatory,
autoklaf, mikropipet, tabung reaksi, minyak 3 kali pakai, Medium Nutrient Agar,
Nutrient Broth, incubator, aquades, jarum ose, spatula drugalski dan cawan petri
b. Cara Kerja
Kultur Pengayaan dan Isolasi Bakteri
Medium pengayaan menggunakan mineral salt medium (MSM) berdasarkan Kumar et
al. (2006) dengan kandungan setiap liter : 6,0 g Na2HPO4, 3,0 g KH2PO4, 1,0g
NH4Cl, 0,5 g NaCl, 1,0 ml MgSO4 1 M, dan 2,5 ml larutan trace element dengan
komposisi per liter: 23 mg MnCl2.2H2O, 30 mg MnCl4.H2O, 31 mg H3BO3, 36 mg
CoCl2 . 6H2O, 10 mg of CuCl2 . 2H2O, 20 mg of NiCl2 . 6H2O, 30 mg of
Na2MoO4 . 2H2O, dan 50 mg ZnCl2 dengan pH akhir larutan 7,0. Sebanyak 5 g
sampel tanah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL steril berisi 50 mL MSM +
1% minyak goreng 3 kali pakai. Masing-masing erlenmeyer yang telah berisi sampel
dan medium diinkubasikan dalam shaker pada suhu ruang dengan kecepatan 200 rpm
selama 5 hari. Setelah inkubasi, sebanyak 1 ml suspensi diambil dan dilakukan seri
pengenceran hingga 10-6,10-7, dan 10-8 selanjutnya diinokulasikan dengan metode
cawan sebar (spread plate method) dalam Nutrient agar (NA) yang ditambahkan
dengan 1% minyak goreng 3 kali pakai. Inkubasi dilakukan pada suhu 30oC selama 2-7
hari. Koloni yang tumbuh kemudian dimurnikan menggunakan metode gores pada
medium Nutrient Agar (NA). Koloni yang tumbuh terpisah selanjutnya disimpan
dalam medium Nutrient Agar pada suhu 4oC sebagai stock culture.
TH 0−THn
% Degragasi : TH 0
x 100 %
Keterangan :
TH0 : Tinggi minyak hari ke-0 (cm)
THn: Tinggi minyak hari ke-n (cm)
a b c
) ) )
d
)
Gambar 1. Hasil kultur pengayaan dan isolasi bakteri asal tanah yang terkontaminasi; (a) medium MSM
dalam kultur pengayaan;(b) koloni bakteri yang tumbuh pada medium NA + 1% minyak pada 72 jam
inkubasi (c) purifikasi bakteri setelah 72 jam inkubasi; (d) stock kultur isolat murni bakteri hasil isolasi.
Tabel.2 Karakteristik degradasi minyak oleh isolat bakteri asal tanah terkontaminasi
0.8
M1
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5 6
Gambar1. Grafik penurunan tinggi minyak dari hari ke-0 sampai hari ke-9.
Berdasarkan grafik penurunan tinggi minyak dari hari ke-0 sampai ke-9 bahwa
kemampuan bakteri mendegradasi minyak semakin lama waktu inkubasi maka
semakin besar juga penurunan tinggi minyak yang terjadi, hal ini dikarenakan dalam
proses degradasi minyak membutuhkan adaptasi dari perpindahan media dari NA ke
dalam medium NB + 1 mL minyak. Isolat M1,M2, dan M3 dapat beradaptasi dan
menunjukan kemampuannya dalam mendegradasi minyak dilihat dari penurunan tinggi
minyak di hari ke-9 (Gambar 2). Pada isolat M4 diduga membutuhkan waktu yang
lama untuk adaptasi terhadap medium uji sehingga tidak menunjukan kemampuannya
dalam mendegradasi minyak, meskipun pada tahap isolasi isolat M4 dapat tumbuh
pada medium seleksi dengan sumber karbon minyak.
V. KESIMPULAN
Dari 4 isolat yang dapat tumbuh pada medium seleksi hanya 3 isolat yang
berpotensi sebagai agen pendegradasi minyak yaitu isolat M1,M2 dan M3 yang
diisolasi dari tanah yang terkontaminasi minyak. Nilai persentase degradasi minyak
mulai dari yang tertinggi di hasilkan oleh isolate M3 dengan persentase 20 %, M1 12,5
% dan M2 11,1 %. Semakin lama waktu inkubasi dalam pengujian degradasi maka
semakin tinggi persentase degradasi yang dihasilkan. Isolat M4 diduga hanya toleran
terhadap lingkungan tercemar minyak dan tidak berpotensi mendegradasi minyak.
Dharmawibawa, ID, 2004, Isolasi, Identifikasi dan Uji Kemampuan Bakteri Pengurai
Minyak Solar dari Perairan Pelabuhan Benoa Bali, Tesis, Universitas Udayana, Bali
Farinazleen Mohamad Ghazali, Raja Noor Zaliha Abdurahman, and Abu Bakar Salleh
Mahiran Basri, Biodegradation of Hydrocarbons in Soil Bymicrobial Consortium,
International Biodeterioration & Biodegradation 54 :61–67, 2004.
Ijah, U.J.J. and Ukpe, L.I., Biodegradation of crude oil by Bacillus strains 28A and
61B Isolated From Oil Spilled Soil, Waste Management (12), 55-60, 1992.
Ijah, U.J.J., Antai, S.P., Remova of Nigerian Light Crude Oil in Soil Over a 12 Month
Period, International Biodeterioration & Biodegradation 51, 93–99, 2003
Kumar M, Leona V, Materano ADS, Ilzins OA, Castro IG, Fuenmayor SL. 2006.
Polycyclic aromatic hydrocarbon degradation by biosurfactant-producing sp. IR1. Z
Naturforsch. 61c:203-212
Rengatavasi, T., Singaram, J., Tangavel., B and Ibrahim, M.B, Effect of Salinity,
Temperature, pH, and Crude Oil Concentration on Biodegradation of Crude Oil by
Pseudomonas Aeruginosa, Journal.Biol.Environ.Sci. 1(2): 51- 57, 2007.
Walker, J.D. and R.R. Colwell (1974) Microbial Petroleum Degradation: Use of Mixed
Hydrocarbon Substrates, Appl. Microbiol 27(6), 1053-1060.