Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN:

ISOLASI DAN SKRINING BAKTERI PENGDEGRADASI MINYAK ASAL TANAH


YANG TERKONTAMINASI MINYAK

Oleh :

Nama : Aldi Setiawan

NIM : 1308617032

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2020
I. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi dalam jumlah
yang besar. Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak mengakibatkan peningkatan
produksi dan pengolahan minyak. Produksi dan pengolahan minyak selain
menghasilkan keuntungan juga memberikan dampak buruk bagi lingkungan dari residu
(limbah) hasil pengolahan minyak (Atlas dan Bartha, 1985). Salah satu kontaminan
minyak yang sulit diurai adalah senyawa hidrokarbon. Ketika senyawa tersebut
mencemari permukaan tanah, maka zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan, dan
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat beracun. Akibatnya dapat
mengganggu ekosistem tanah dan siklus air (Karwati, 2009).
Akibat aktivitas sehari-hari manusia minyak goreng yang habis pakai langsung
dibuang ke tanah ataupun perairan, karena tidak adanya kebijakan ataupun SOP yang
mengatur pembuangan minyak hasil rumah tangga. Minyak goreng berulang kali atau
yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal
dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak
samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan
rumah tangga (Tamrin, 2013).
Menurut Ketaren (2005), tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah
terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada
tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak
goreng berulang kali. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol yang membentuk
aldehida tidak jenuh atau akrolein. Selain itu terbentuk pula rantai asam lemak tak
jenuh yang sangat panjang dan senyawa inilah yang sangat sulit diuraikan ketik berada
di lingkungan.
Pada dasarnya lingkungan mempunyai kemampuan untuk mendegradasi
senyawa pencemar secara alamiah, tetapi ketika jumlah kontaminan melebihi ambang
batas kemampuan lingkungan tersebut maka ekosistem dalam lingkungan tersebut akan
terganggu, Maka diperlukan campur tangan manusia untuk mengatasi pencemaran
tersebut (Nugroho, 2006). Untuk menanggulangi permasalahan tersebut yaitu dengan
cara bioremediasi.
Bioremediasi merupakan upaya pemulihan kondisi lingkungan dengan
menggunakan aktivitas biologis mikroba untuk mendegradasi dan menurunkan
toksisitas dari berbagai senyawa pencemar. Hal ini dikarenakan dalam mengatasi
permasalahan lingkungan yang sama, bioremediasi diketahui lebih efektif dari segi
pembiayaan dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya seperti insinerasi dan
containment (Madigan et al, 2009) Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
bioremediasi tumpahan minyak : (1) bioaugmentasi, dimana mikroorganisme pengurai
ditambahkan untuk melengkapi populasi mikroba yang telah ada, dan (2) biostimulasi,
dimana pertumbuhan pengurai hidrokarbon asli dirangsang dengan cara menambahkan
nutrien atau mengubah habitat (Zhu et al., 2001).
Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
mendegradasi minyak yang terdapat pada lingkungan. Bakteri dapat mengdegradasi
minyak tergantung dengan enzim yang dimilikinya (Fedorak et al., 1983, Harayama et
al., 1995). Kemampuan degradasi suatu jenis mikroba terbatas hanya pada kisaran
senyawa hidrokarbon tertentu, namun beberapa jenis mikroba akan bekerja secara
bersamaan dalam mendegradasi minyak bumi sesuai dengan spesifisitas substrat yang
dimiliki (Harayama et al., 1995). Genus Pseudomonas, Mycobacterium,
Corynebacterium, Aeromonas, Rhodococcus, dan Bacillu, Pseudomonas,
Sphingomonas, Nocardia, Beijerinckia, Rhodococcus dan Mycobacterium mampu
mendegradasi senyawa aromatik hidrokarbon (Mrozik et al. 2003)

b. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengisolasi bakteri asal tanah yang
terkontaminasi minyak dan potensinya sebagai agen bioremediasi untuk mendegradasi
minyak jelantah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Minyak Bumi
Chator dan Somerville (1978) yang menjelaskan bahwa minyak bumi
merupakan salah satu produk minyak mentah alami yang dihasilkan dari konfersi
biomasa pada temperatur dan tekanan yang tinggi secara alami dilingkungan aerob,
senyawa hidrokarbon dapat dirombak oleh berbagai macam mikroba. Perombakan
ini akan membutuhkan waktu yang lama, sehingga tidak sebanding dengan dampak
yang akan ditimbulkannya, bila minyak bumi tersebut terakumulasi dalam tanah.
(Nugroho,A.2006)
Minyak bumi berasal dari pormasi batuan yang berumur antara sepuluh juta
sampai empat ratus juta tahun dan sekarang ini telah terbukti bahwa pembentukan
minyak bumi berkaitan dengan pengembangan batuan sedimen berbutir halus, yang
mengendap dilaut atau didekat laut dan bahwa minyak bumi adalah produk dari
binatang dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut. Walaupun demikian mengenai
asal usul minyak bumi ini telah banyak teori yang diajukan diantaranya ada yang
menganggap bahwa minyak bumi berasal dari bahan anorganik.
Minyak bumi merupakan senyawaan kimia yang terdiri dari unsur-unsur karbon,
hidrogen, sulfur, oksigen, halogenida dan logam. Senyawa yang hanya terdiri dari
unsur karbon dan hidrogen dikelompokan kedalam senyawa hidrokarbon. Senyawa
hidrokarbon diklasifikasikan atas naftanik, farafinik dan aromatik sedangkan
senyawa campuran antara unsur karbon, hidrogen, haloginida dan logam,
dikelompokan dalam senyawa non hidrokarbon. (Jasji,E.1996)

B. Biodegradasi Minyak Bumi


Limbah minyak bumi dapat diolah menjadi bahan yang bisa dibuang ke
lingkungan dengan proses biodegradasi menggunakan mikroorganisme. Menurut
Sudrajat (1996), biodegradasi dapat diartikan sebagai penguraian lengkap dari
suatu senyawa oleh mikroorganisme menjadi karbondioksida, dan air. Senyawa
kimia dapat mengalami perubahan secara enzimatis dalam proses degradasi. Enzim
yang dapat berpengaruh dalam peristiwa ini adalah enzim oksidase reduktase,
hidroksilase, dekarboksilase, deaminase, dehalogenase, dan lain sebagainya. Istilah
biodegradasi ini sering dihubungkan dengan ekologi, manajemen limbah, dan
remediasi lingkungan yang dikenal dengan bioremediasi. Materi organik dapat
didegradasi secara aerobik dengan oksigen atau secara anaerobik tanpa oksigen.
Tingkat biodegradasi hidrokarbon di lingkungan ditentukan oleh populasi
mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon yang berasal dari tanah itu sendiri,
kemampuan fisiologis dari populasi tersebut, dan berbagai faktor abiotik yang
memengaruhi tingkat pertumbuhan dari populasi mikrob pendegradasi
hidrokarbon. Kemampuan biodegradasi mikroorganisme terhadap beberapa
senyawa berbeda-beda bergantung pada spesiesnya (Atlas 1991). Stoner (1994)
menyatakan bahwa hidrokarbon alifatik cenderung mudah terdegradasi
dibandingkan dengan senyawa aromatik. Hidrokarbon alifatik rantai lurus pada
umumnya lebih mudah terdegradasi daripada hidrokarbon rantai bercabang.
Hidrokarbon jenuh lebih mudah terdegradasi daripada hidrokarbon tak jenuh dan
hidrokarbon rantai panjang lebih mudah terdegradasi daripada rantai pendek.
Hidrokarbon dengan panjang rantai kurang dari sembilan karbon sukar didegradasi
karena senyawa ini bersifat toksik bagi mikroorganisme.
Biodegradasi Limbah minyak bumi dapat diolah menjadi bahan yang bisa dibuang
ke lingkungan dengan proses biodegradasi menggunakan mikroorganisme.
Menurut Sudrajat (1996), biodegradasi dapat diartikan

C. Bakteri Pendegradasi Minyak


Mikroorganisme yang mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon terdiri dari
jenis bakteri dan jamur. Dari seluruh mikroba, bakteri memiliki jumlah yang paling
banyak dan merupakan kumpulan yang aktif secara biokimia. Bakteri yang mampu
menggunakan hidrokarbon sebagai sumber karbon adalah kelompok bakteri
heterotrof, autotrof, dan bakteri belerang (Nugroho dalam Hadi, 2011). Organisme
yang telah diketahui memiliki kemampuan mendegradasi hidrokarbon terutama
adalah mikroorganisme seperti jamur, ragi, dan bakteri (Rosenberg, et al., 1992
dalam Zam, 2010). Genus bakteri yang paling sering ditemui sebagai pendegradasi
minyak adalah Achromobacter, Acinetobacter, Alcaligenes, Arthrobacter,Bacillus,
Flavobacterium, Nocardia, Pseudomonas , Corynebacterium, Micrococcus and
Vibrio (Austin,et al, 1977 dalam Leahy dan Colwell, 1990)
Hidrokarbon merupakan senyawa hidrofob. Bakteri hidrokarbonoklastik
menggunakan hidrokarbon sebagai sumber energi dan sumber karbon (Martani dan
Jutono, 1984). Kemampuan bakteri dalam memecahkan rantai hidrokarbon diawali
dengan pelarutan hidrokarbon dalam fase cair oleh surfaktan yang dihasilkan
mikroorganisme tersebut (Rosenberg, et al., 1992 dalam Zam, 2010). Distribusi
bakteri hidrokarbonoklastik hidrokarbon berhubungan dengan sejarah paparan
lingkungan terhadap hidrokarbon. Lingkungan yang telah tercemar minyak
memiliki persentase mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon lebih tinggi
dibandingkan dengan lingkungan yang tidak tercemar minyak. Pada lingkungan
tidak tercemar minyak kemungkinan keberadaan mikroorganisme pendegradasi
hidrokarbon kurang dari 0.1 % dan pada lingkungan tercemar minyak 100%
mikroorganisme berpotensi mendegradasi hidrokarbon (Atlas,1981 dalam Zhu, et
al. 2001). Beberapa golongan bakteri menguraikan hidrokarbon dengan jalan
mengubahnya menjadi senyawa yang lebih sederhana (Manahan, 1983 dalam
Sumarsono, 2009). Mikroba ini memenuhi kebutuhan akan sumber karbon dan
energinya dengan cara menggunakan bahan-bahan seperti hidrokarbon yang
kelarutannya dalam air sangat kecil. Terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke
dalam sel mikroba secara umum, yaitu interaksi sel dengan hidrokarbon terlarut
dalam fase air, kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan.

III. METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu; Plastik sampel,
Sampel tanah, Erlenmeyer 100 ml, Media Garam Mineral (MSM) , Shaker rotatory,
autoklaf, mikropipet, tabung reaksi, minyak 3 kali pakai, Medium Nutrient Agar,
Nutrient Broth, incubator, aquades, jarum ose, spatula drugalski dan cawan petri

b. Cara Kerja
Kultur Pengayaan dan Isolasi Bakteri
Medium pengayaan menggunakan mineral salt medium (MSM) berdasarkan Kumar et
al. (2006) dengan kandungan setiap liter : 6,0 g Na2HPO4, 3,0 g KH2PO4, 1,0g
NH4Cl, 0,5 g NaCl, 1,0 ml MgSO4 1 M, dan 2,5 ml larutan trace element dengan
komposisi per liter: 23 mg MnCl2.2H2O, 30 mg MnCl4.H2O, 31 mg H3BO3, 36 mg
CoCl2 . 6H2O, 10 mg of CuCl2 . 2H2O, 20 mg of NiCl2 . 6H2O, 30 mg of
Na2MoO4 . 2H2O, dan 50 mg ZnCl2 dengan pH akhir larutan 7,0. Sebanyak 5 g
sampel tanah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL steril berisi 50 mL MSM +
1% minyak goreng 3 kali pakai. Masing-masing erlenmeyer yang telah berisi sampel
dan medium diinkubasikan dalam shaker pada suhu ruang dengan kecepatan 200 rpm
selama 5 hari. Setelah inkubasi, sebanyak 1 ml suspensi diambil dan dilakukan seri
pengenceran hingga 10-6,10-7, dan 10-8 selanjutnya diinokulasikan dengan metode
cawan sebar (spread plate method) dalam Nutrient agar (NA) yang ditambahkan
dengan 1% minyak goreng 3 kali pakai. Inkubasi dilakukan pada suhu 30oC selama 2-7
hari. Koloni yang tumbuh kemudian dimurnikan menggunakan metode gores pada
medium Nutrient Agar (NA). Koloni yang tumbuh terpisah selanjutnya disimpan
dalam medium Nutrient Agar pada suhu 4oC sebagai stock culture.

Uji Kemampuan Bakteri Mendegadasi Minyak


Isolat yang digunakan berasal dari stock culture yang telah murni. Diambil satu ose
bakteri kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi berisi 9 mL medium Nutrient
Broth (NB) + 1mL minyak 3 kali pakai. Diukur ketinggian awal minyak menggunakan
penggaris dan diamati pada hari ke 0, 2, 4, 6 dan 7 dengan mengukur ketinggian
minyak dan kekeruhan medium. Tingkat % degradasi diukur dengan rumus berikut
(Ijah&Upke,1992 dalam Ijah et.al, 2008) :

TH 0−THn
% Degragasi : TH 0
x 100 %
Keterangan :
TH0 : Tinggi minyak hari ke-0 (cm)
THn: Tinggi minyak hari ke-n (cm)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kultur Pengayaan dan Isolasi Bakteri
Didapati 4 isolat bakteri yang dapat tumbuh dengan sumber karbon minyak pada
medium NA.

a b c
) ) )

d
)

Gambar 1. Hasil kultur pengayaan dan isolasi bakteri asal tanah yang terkontaminasi; (a) medium MSM
dalam kultur pengayaan;(b) koloni bakteri yang tumbuh pada medium NA + 1% minyak pada 72 jam
inkubasi (c) purifikasi bakteri setelah 72 jam inkubasi; (d) stock kultur isolat murni bakteri hasil isolasi.

Pengambilan sampel tanah berasal dari tanah yang terkontaminasi minyak


karena pada diduga adanya bakteri di tanah tersebut merupakan bakteri-bakteri yang
dapat menggunakan minyak sebagai sumber karbonnya ataupun hanya bakteri yang
toleran dengan lingkungan tercemar minyak. Walker dan Colwell (1976) menyatakan,
jumlah bakteri pemecah hidrokarbon mempunyai korelasi positif dengan kandungan
hidrokarbon dari lingkungan hidupnya.Bakteri pemecah minyak mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat dan jumlah sel banyak pada tanah terkontaminasi
minyak daripada tanah yang tidak terkontaminasi minyak (Yoswaty, 2002)
Penggunaan medium garam mineral berfungsi sebagai medium pengayaan dan
menumbuhkan bakteri-bakteri yang menggunakan sumber karbon spesifik dalam hal
ini digunakan sumber karbon minyak. ojana (1995) menyatakan, biodegradasi
oleh bakteri dapat terjadi karena adanya aktivitas enzim yang dimiliki oleh masing
- masing bakteri. Melalui proses enzimatis bakteri dapat melakukan transformasi
substansi hidrokarbon menjadi bentuk yang lebih sederhana yang dapat diserap
oleh bakteri seba gai nutrisi bagi pertumbuhannya. Digunakannya medium ini juga
karena bebas dari inhibitor dan merupakan buffer yang baik sehingga tidak membuat
sel bakteri lisis. (Kumar et al. 2006)
Kemampuan bakteri untuk menggunakan sumber karbon minyak dapat dilihat
dari koloni bakteri yang terbentuk. Bakteri biasanya akan membentuk daerah halo
ataupun tidak. Koloni bakteri yang membentuk daerah halo merupakan koloni bakteri
yang diduga mampu mendegradasi hidrokarbon pada minyak .Hamdiyah (2000)
menyatakan semakin besar daerah halo yang dihasilkan olehsuatu kultur,
maka semakin besar puladugaan bahwa kultur tersebut adalah
mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon. Berdasarkan percobaan ini didapati 4
isolat hasil isolasi yang berpotensi sebagai agen pendegradasi minyak
Uji Kemampuan Bakteri Mendegradasi Minyak
Pengujian degradasi minyak menggunakan isolat yang didapat dari proses isolasi,
sebanyak 4 isolat didapatkan dan dilanjutkan dengan pengujian degradasi minyak
menggunakan medium nutrient broth (NB) + Minyak goreng 3 kali pakai

Tabel.2 Karakteristik degradasi minyak oleh isolat bakteri asal tanah terkontaminasi

No Nomor Ilustrasi Keterangan Tingkat


Isolat Degradasi Persentase
Degradasi
Minyak (%)
1 M1 Warna medium
sedikit keruh dan
terdapat minyak
dibagian dasar 12,5
tabung pada hari
ke-9
2 M2 Tidak terjadi
emulsifikasi,warn
a medium sedikit
11,1
keruh dan tidak
ada endapan pada
hari ke-9
3 M3 Warna medium
kekuningan dan
terdapat minyak
20
dibagian dasar
tabung pada hari
ke-9
4 M4 Tidak terjadi
emulsifikasi,warn
a medium tidak
0
berubah dan tidak
ada endapan pada
hari ke-9

Berdasarkan hasil pengujian degradasi minyak (Tabel 2) bahwa isolat yang


memiliki persentase penurunan terbesar yaitu isolat M3 dengan persentase 20 % dan
terjadi perubahan warna medium menjadi kekuningan dan terdapat minyak di bagian
dasar tabung pada hari ke 9, sedangkan isolat M4 tidak menunjukan penurunan lapisan
minyak dan tidak terdapat perubahan medium. Isolat M1 memiliki persentase 12,5 dan
M2 memiliki persentase 11,1 dan terjadi perubahan warna medium. Perubahan
medium menjadi kekuningan dapat disebabkan oleh adanya pigmen yang dimiliki
bakteri tersebut yang dapat larut dalam air yaitu pigmen pyoverdin yang menghasilkan
warna kekuningan dan dihasilkan oleh bakteri genus Pseudomonas (Winsonville,
2000). Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh semakin banyaknya sel bakteri yang
tumbuh di dalam medium.
Menurut Darmayasa (2008), jenis bakteri pendegradasi lipid yang sering
dijumpai diantaranya Bacillus sp., Klebsiella sp. dan Staphyloccus sp. Jenis-jenis
bakteri dari genus Bacillus yang mampu mendegradasi lipid adalah Bacillus polymixa,
Bacillus licheniformis, Bacillus stearothermophyllus, Bacillus brevis dan Bacillus
coagulans (Pikoli et al., 2000).Isolat bakteri yang memiliki kemampuan dalam
mendegradasihidrokarbon telah ditemukan sebanyak 9 isolat yang berasal dari
tempat pembuangan oli dan bahan bakar minyak di Cilegon, Banten (Hajar, 2012).
Adanya lapisan minyak yang berada di bawah tabung menandakan adanya
aktivitas biosurfaktan yang dihasilkan oleh bakteri sehingga larutan minyak dapat
menyatu dengan larutan medium. Bakteri lebih aktif pada lapisan oli dibagian bawah
(yang dicirikan dengan terkonsentrasinya biosurfaktan pada lapisan minyak dibagian
bawah). Hal ini dikarenakan bakteri akan lebih mudah memperoleh nutrisi (selain
karbon) jika terkonsentrasi di dekat permukaan media .
1.2

0.8
M1

0.6

0.4

0.2

0
1 2 3 4 5 6
Gambar1. Grafik penurunan tinggi minyak dari hari ke-0 sampai hari ke-9.

Berdasarkan grafik penurunan tinggi minyak dari hari ke-0 sampai ke-9 bahwa
kemampuan bakteri mendegradasi minyak semakin lama waktu inkubasi maka
semakin besar juga penurunan tinggi minyak yang terjadi, hal ini dikarenakan dalam
proses degradasi minyak membutuhkan adaptasi dari perpindahan media dari NA ke
dalam medium NB + 1 mL minyak. Isolat M1,M2, dan M3 dapat beradaptasi dan
menunjukan kemampuannya dalam mendegradasi minyak dilihat dari penurunan tinggi
minyak di hari ke-9 (Gambar 2). Pada isolat M4 diduga membutuhkan waktu yang
lama untuk adaptasi terhadap medium uji sehingga tidak menunjukan kemampuannya
dalam mendegradasi minyak, meskipun pada tahap isolasi isolat M4 dapat tumbuh
pada medium seleksi dengan sumber karbon minyak.

Menurunnya kadar minyak adalah indikasi berperannya bakteri dalam


merombak senyawa organik yang terdapat dalam kultur. Menurut Atlas dan Bartha
(1992), kultur bakteri yang mengalami aktivitas perombakan disebabkan oleh enzim
membrane-bound oxygenase yang dikeluarkan oleh bakteri untuk meningkatkan
kontak secara langsung antara minyak dan bakteri sehingga bakteri dapat
memanfaatkan minyak tersebut sebagai sumber karbon.
Sinaga (2013) melaporkan bahwa Bacillussp.ICBB 7859 dan ICBB 9461
mampumenurunkanTotalPetroleum Hydrocarbon (TPH)oli bekassampai di bawah
1% selama enam minggu, dan Bacillus sp. ICBB 5071 mampu menurunkan TPH oli
bekas sampai dibawah 1% selama lima minggu.

V. KESIMPULAN

Dari 4 isolat yang dapat tumbuh pada medium seleksi hanya 3 isolat yang
berpotensi sebagai agen pendegradasi minyak yaitu isolat M1,M2 dan M3 yang
diisolasi dari tanah yang terkontaminasi minyak. Nilai persentase degradasi minyak
mulai dari yang tertinggi di hasilkan oleh isolate M3 dengan persentase 20 %, M1 12,5
% dan M2 11,1 %. Semakin lama waktu inkubasi dalam pengujian degradasi maka
semakin tinggi persentase degradasi yang dihasilkan. Isolat M4 diduga hanya toleran
terhadap lingkungan tercemar minyak dan tidak berpotensi mendegradasi minyak.

VI. DAFTAR PUSTAKA

A, Nugroho, Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi. Yogyakarta: Grha Ilmu (2006)


Ch. 1-Ch.

Atlas, R.M. (1981) Microbial degradation of petroleum hydrocarbons : an


environmental perspective, Microbiological Reviews, 45(1), 180-209

Capelly, Sm, Busalmen, JP and DE Sanchez, SR., Hydrocarbon Bioremediation of A


Mineral Base Contaminated Waste From Crude Oil Extraction by Indigenous
Bacteria.Int.Biodeterior, Biodegrad. 47: 1007-1019, 2001.

Carvalho, C, and DA Fonseca, MR., Degradation of Hydrocarbons and Alkohols at


Different Temperatures and Salinities by Rhodococcus Erythropolis DCL14, FEMS
Microbiology Ecology. 51 : 389-399, 2005.

Dharmawibawa, ID, 2004, Isolasi, Identifikasi dan Uji Kemampuan Bakteri Pengurai
Minyak Solar dari Perairan Pelabuhan Benoa Bali, Tesis, Universitas Udayana, Bali

Eris, FR., Pengembangan Teknik Bioremediasi Dengan Slurry Bioreaktor untuk


TanahTercemar Minyak Diesel, Pascasarjana IPB: 34-40, 2006.

Farinazleen Mohamad Ghazali, Raja Noor Zaliha Abdurahman, and Abu Bakar Salleh
Mahiran Basri, Biodegradation of Hydrocarbons in Soil Bymicrobial Consortium,
International Biodeterioration & Biodegradation 54 :61–67, 2004.

Ijah, U.J.J. and Ukpe, L.I., Biodegradation of crude oil by Bacillus strains 28A and
61B Isolated From Oil Spilled Soil, Waste Management (12), 55-60, 1992.

Ijah, U.J.J., Antai, S.P., Remova of Nigerian Light Crude Oil in Soil Over a 12 Month
Period, International Biodeterioration & Biodegradation 51, 93–99, 2003

Kumar M, Leona V, Materano ADS, Ilzins OA, Castro IG, Fuenmayor SL. 2006.
Polycyclic aromatic hydrocarbon degradation by biosurfactant-producing sp. IR1. Z
Naturforsch. 61c:203-212

Leahly Jg, Colwell Rr., Microbial Degradation of Hydrocarbon in The Environment,


Micro biological Reviews. 54 (3): 305-315, 1990.
Mukred,A.M, Hamid, A, Hamza, A, and Yusoff. WM., Development of Three Bacteria
Consortium for the Bioremediation of Crude Petroleum Oil in Contaminated Water, J.
Biol. Sci. 8: 73-79, 2008.

Onifade, A.K., Abubakar,.F.A and Ekundayo, F.O., Bioremediation of Crude oil


Polluted Soil in the Niger Delta area of Nigeria Using Enhanced Natural Attenuation,
Research Journal of Applied Sciences 2 (4): 498-504, 2007.

Rengatavasi, T., Singaram, J., Tangavel., B and Ibrahim, M.B, Effect of Salinity,
Temperature, pH, and Crude Oil Concentration on Biodegradation of Crude Oil by
Pseudomonas Aeruginosa, Journal.Biol.Environ.Sci. 1(2): 51- 57, 2007.

Walker, J.D. and R.R. Colwell (1974) Microbial Petroleum Degradation: Use of Mixed
Hydrocarbon Substrates, Appl. Microbiol 27(6), 1053-1060.

Anda mungkin juga menyukai