Anda di halaman 1dari 5

Nama : Budi Susetio

NIM : RPL 1714401108

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA


Resume

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

A. Gangguan Sensiri Persepsi Halusinasi


Pengertian
Istilah halusianasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna secara
mental mengembara atau menjadi linglung, Jadri, dkk (2013) menegaskan “the term
hallucination comes from the latin “hallucination”: to wonder mentality or to be absent-
minded”. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (stuart & laraia, 2005). Halusinasi merupakan suatu
gejala gangguan jiwa dimana klien merasakan suatu stimulus yang sebenarnya tidak ada.

Rentang respon neurologis


1. Rentang respon adaptif adalah adanya pikiran logis, persepsi akurat, emosi yang
konsisten dengan pengalaman, prilaku cocok dan terciptanya hubungan sosial yang
harmonis.
2. Rentang respon maladaptif meliputi adanya waham, halusinasi, kesukaran proses
emosi, prilaku tidak terorganisasi dan isolasi sosial : menarik diri.

Tingkat halusinasi
Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat yaitu :
1. Tingkat I :
- Memberi rasa nyaman
- Tingkat ansietas sedang
- Halusinasi merupakan suatu kesenangan
2. Tingkat II
- Menyalahkan
- Tingkat ansietas berat
- Halusinasi menyebabkan rasa antipasti
3. Tingkat III
Mengontrol tingkat ansietas berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak
4. Tingkat IV
Menguasai tingkat ansietasa panik yang diatur dan dipengaruhi oleh waham

B. Pengkajian
Proses terjadinya halusinasi klien akan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress
adaptasi Stuart (2013) yang meliputi :
1. Faktor Predisposisi
Hal hal yang mempengaruhi halusinasi adalah :
- Faktor biologis
- Faktor Psikologis
- Sosial budaya dan lingkungan
2. Faktor Presipitasi
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil obeservasi terhadap klien serta ungkapan
klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah :
a. Data Subjektif
- Mendengar suara suara atau kegaduhan
- Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
- Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
- Melihat bayangan, sinar bentuk geometris dll
- Mancium baubauan seperti bau darah, urine, feses dll
- Merasakan takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
- Bicara atau tertawa sendiri
- Marah-marah tanpa sebab
- Mengarahkan telinga kearah tertentu
- Menutup telinga
- Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
- Ketakutan sesuatu yang tidak jelas
4. Mengkaji jenis halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70 % halusinasi yang
dialami klien gangguan jiwa adalah ghalusinasi dengar/suara, 20 % halusinasi
peng;ihatan dan 10 % halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan

5. Mengkaji Waktu
Perawat perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh klien. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada
waktu terjadinya halusinasi

6. Mengkaji respon terhadap halusinasi


Dalam tujuannya untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan respons klien
ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan kepada klien hal yang
dirasakan.

7. Mekanisme koping
Makanisme koping yang sering di gunakan klien dengan halusinasi meliputi :
- Regresi
- Proteksi
- Menarik diri
- Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

C. Diagnosa keperwaatan
Diagnose keperawatan halusinasi adalah :
“Gangguan sensori persepsi : halusinasi ………. “

D. Perencanaan
Dx : gangguan perubahan sensori persepsi : halusinasi dengar
TUM : Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
TUK 2 : klien dapat mengenal halusinasinya
Intervensi :
1. Tanyakan pada klien tentang : orang yang tingal serumah, orang yang paling dekat
dengan klien
2. Diskusikan dengan klien penyebab isolasi sosial atau tidak mau begaul dengan
orang lain
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaan
TUK 3 : klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian dari
isolasi sosial
Intervensi :
1. Tanyakan kepada klien tentang : manfaat hubungan sosial, kerugian isolasi sosial
2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian isolasi
sosial
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.

TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


Intervensi :
1. Observasi prilakumklienn saat berhubungan sosial
2. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
3. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
4. Beri kesempatan klien mempraktekan cara berinteraksi dengan orang lain yang
dilakukan dihadapan perawat
5. Bantu klien berinteraksi dengan satu orang, teman atau anggota keluarga
6. Bila klien sudah menunjukan kemajuan interaksi dengan dua, tiga, empat orang
dan seterusnya
7. Beri pujian untuk setiap interaksi
8. Latih klien untuk bercakap-cakap dengan anggota keluarga
9. Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien setelah berinteraksi

TUK 5 : Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.


Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan
orang lain atau kelompok
2. Beri pujian terhadap keampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK 6 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.


Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
prilaku isolasi sosial
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi prilaku isolasi sosial
3. Latih keluarga cara merawat kllien dengan isolasi sosial
4. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
5. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk berssialisasi
6. Beri pujian kepada keluarga atas ketrlibatannya merawat klien di rumah sakkit

TUK 7 : klien dapat memanfaat kan obat dengan baik


Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat
2. Pantau klien pada saat penggunaan obat
3. Beri pujian kepada klien jika klien menggunakan obat dengan benar
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
5. Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter atau perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai