Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

Y DENGAN ILEUS OBSTRUKTIF DI RUANG


KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberkan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Ny. Y dengn Ileus Obstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD X”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh pendidikan Praktik Keperawatan Dewasa 1 STIKes Faletehan Serang.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-
mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan
dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II TINJUAN TEORITIS
A.    Pengertian.................................................................................................. 3
B.     Etiologi...................................................................................................... 3
C.     Tanda dan gejala....................................................................................... 3
D.    Patofisiologi.............................................................................................. 5
E.     Pemeriksaan penunjang............................................................................. 7
F.      komplikasi................................................................................................. 8
G.    Penatalaksanaan........................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian................................................................................................. 10
B.     Diagnosa Keperawatan............................................................................. 18
C.     Rencana Tindakan Keperawatan............................................................... 19
D.    Implementasi............................................................................................. 22
E.     Evaluasi..................................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP
F.      Kesimpulan................................................................................................ 26
G.    Saran.......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinya dengan cara
mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan dalam sistem pencernaan
menjadi sumber energi, sebagai komponen penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang
membantu fungsi fisiologis tubuh. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan
dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan
yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ
pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari
bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Luasnya daerah permukaan saluran cerna dan
fungsi digestifnya menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia
dengan lingkungannya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi
traktus gastrointestinal. (Dona L.Wong, 2008 )
Obstruksi intestinal merupakan salah satu bentuk kelainan pada traktus digestivus dan
menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Setiap tahunnya 1 dari 1000
penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar
300.000-400.000 orang menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Sedangkan di Indonesia
berdasarkan data Depkes RI tahun 2004 tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif
yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk menggambarkan asuhan
keperawatan pada Ny.Y dengan ileus obstrukstif yang dirawat di RuangNusa Indah RSUD
Majalengk.

B.      Tujuan Penulisan


1.      Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai asuhan keperawatan padapasien dengan ileus
obstrutif di Ruang Nusa Indah RSUD X.
2.      Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata
tentang :
a.       Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif di
Ruang Nusa Indah RSUD X.
b.      Penyusunan diagnosa keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah
RSUD X.
c.       Penyusunan rencana tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileusobstruktif di Ruang Nusa
Indah RSUD X.
d.      Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah
RSUD X.
e.       Pelaksanaan evaluasi keperawatan pada Nn.Y dengan ileus obstruktif diRuang Nusa Indah
RSUD X.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu
blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis
atau fungsional. (Tucker, 1998).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau
parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.
B.     Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi
usus, yaitu:
1.      Mekanis
Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, diantaranya :
         Intususepsi
         Tumor dan neoplasma
         Stenosisd.
         Striktur
         Perlekatan (adhesi)
         Hernia
         Abses
2.      Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)
C.    Tanda dan Gejala
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002) :
1.      Nyeri abdomen
2.      Muntah
3.      Distensi
4.      Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
Gejala ileus obstruktif bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002) :
1.      Lokasi obstruksi
2.      Lamanya obstruksi
3.      Penyebabnya
4.      Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai
ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa. (Winslet, 2002)
D.    Patofisiologi

Perlengketan, intususepsi, volvulus, hernia dan tumor

           

Refluk inhibisi spingter terganggu                  Akumulasi gas dan cairan dalam


lumen                                      Klien rawat inap

                                                                             bagian proksimal letak obstruksi

spingter ani eksterna tidak relaksasi                                    Distensi


abdomen                                                 Reaksi hospitalisasi

Refluks lama dalam kolon dan rectum                        Tekanan intra


lumen meningkat                                           CEMAS

                 Konstipasi                                                       Iskemia dinding usus

 
                                                                                   Metabolisme anaerob glukosa
Kontraksi anuler pylorus                                  Merangsang pengeluaran mediator
kimia (histamine,bradikinin, prostaglandin)

Ekspalasi isi lambung ke esofagus                           


Merangsang reseptor nyeri                              Proliferasi bakteri yang berlangsung cepat

Gerakan isi lambung inpark ke mulut                                         NYERI


Pelepasan bakteri dan toksin dari usus

      Mual/muntah                                  Merangsang syaraf otonom aktifasi


norepineprin       bakteri melepaskan endotoksin dan merangsang

    Intake
kurang                                                                                                                         tubuh
melepaskan zat Ptrogen oleh leukosit
Hipotalamus                             Syaraf simpatis terangsang
mengaktifkan RAS                Impuls disampaikan ke bagian termogulator melauli

NUTRISI KURANG                           mengaktifkan kerja organ


tubuh                                          melalui ductus toracicus

DARI KEBUTUHAN                                         REM


menurun                                                                 HIPERTERMI

Kehilangan H2O dan elektrolit                              Klien terjaga

Volume
ECFmenurun                                GANGGUAN POLA TIDUR                             kontraksi otot-
otot abdomen ke diafragma

RESIKO KURANG
VOLUME                                                                                              Relaksasi otot-otot
diafragma terganggu

            
CAIRAN                                                                                                                                     
Ekspansi paru menurun
                                                                                                                                                                
POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
E.     Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan radiologi
a.       Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus
halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola
bagaikan tangga.
b.      Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema
Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema
barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c.       CT – Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan
dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT– Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari
obstruksi.
d.      USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.
e.       MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini
belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik
kronis.
f.       Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal,
intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
2.      Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolic. (Brunner and Suddarth,2002)
F.     Komplikasi
1.      Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau
infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2.      Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen.
3.      Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4.      Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.(Brunner and
Suddarth, 2001)
G.    Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dancairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
1.      Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda -tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena,diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah danmengurangi distensi
abdomen.
2.      Farmakologis
Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik
dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
3.      Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka
reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedahyang
dilakukan pada obstruksi ileus :
a.       Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
b.      Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c.       Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,misalnya pada Ca
stadium lanjut.
d.      Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujungusus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon, invaginasi,
strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karenapenyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
misalnya pada Casigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007).

BAB III
TINJAUAN KASUS
A.    Pengkajian
Waktu : 28/12/2012
Tempat : Ruang Nusa Indah
1.      Identitas pasien
Nama                                                               : Nn. Y
Umur                                                               : 15 Tahun
Jenis Kelamin                                                  : Perempuan
Suku/Bangsa                                                   : Sunda/Indonesia
Agama                                                             : Islam
Pekerjaan                                                         : Pelajar
Pendidikan                                                      : SMP
Alamat                                                                        :Desa Silihwangi Kab. X
Tanggal Masuk Rumah Sakit                          : 26/12/2012
Cara Masuk Rumah Sakit                               : Masuk melalui UGD
Diagnosa Medis                                              : Illeus Obstruktif Partial
Alasan dirawat                                                : Perut nyeri, kembung, muntah , tidak bisa buang
air besar dan flatus
Upaya yang telah dilakukan                           : Langsung di bawa ke UGD RumahSakit Umum
Daerah X
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan            :
         IVFD RL 15 tetes/menit
         Cefatoxim 2 x 1 gr, per IV
         Ranitidin 2 x 1 ampul, per IV
         Metronidazol 3 x 500 mg, per IV
         Ketorolac 2 x 1 ampul, per IV
         Dulcolak supp 0-0-1, per rectal
2.      Riwayat keperawatan (nursing history)
a.       Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. Y dirawat di RSUD X sejak 2 hari yang lalu, klien langsung dibawa ke UGD RSUD X
dengan keluhan mendadak nyeri perut, tidak bisa buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji
klien masih mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan skala 7 (1-10), nyeri melilit dari perut
sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai dengan muntah 2 kali, tidak
bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri timbul setiap 3-5 menit, nyeribertambah jika tidur
terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri berkurangdalam posisi setengah duduk (semi
fowler).
c.       Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat operasi dan sakit pada saluran pencernaan sebelumnya.
d.      Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek dari ibu menderita penyakit hipertensi, tidak ada anggota yang menderita penyakit
keturunan (herediter) lainya, dan tidak ada anggota keluarg ayang mempunyai penyakit/kelainan
bawaan lahir (congenital).
3.      Observasi dan pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum
Penampilan            : Klien tampak meringis kesakitan
Kesadaran             : Composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
b.      Tanda-tanda Vital
Suhu                      : 36,7oC
Nadi                      : 84 x/menit
Tekanan Darah      : 100/70 mmHg
Respirasi                : 24 x/menit
c.       Pemeriksaan Fisik
1)      Sistem Pengindraan
a)      Penglihatan
Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea
(+), ptosis (-), distribusi kedua alismerata, tajam penglihatan normal (klien dapat membaca huruf
padakoran pada jarak baca sekitar 30 cm), strabismus (-), lapang pandang pada kedua mata
masih dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.
b)      Penciuman
Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat membedakan bau kopi dan kayu putih.
c)      Pendengaran
Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen, fungsi pendengaran pada kedua telinga
baik ditandai dengan klien dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada
nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang mastoid, tidak ada massa pada kedua
telinga.
d)     Pengecapan/Perasa
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis,asam, asin dan pahit.
e)      Peraba
Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang, kliendapat merasakan sensasi nyeri
ketika dicubit.
2)      Sistem Pernafasan
Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak ada lesipada hidung, polip (-),
keadaan hidung bersih, sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada area sinus, tidak ada lesi pada
daerah leher dan dada, tidak ada massa pada daerah leher, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri
tekan pada daerah leher dan dada, pergerakan dada simetris, tidak tampak pernapasan cuping
hidung dan retraksi interkosta, tidak ada kesulitan saat bernafas atau berbicara. Pola nafas reguler
dengan bunyi nafas vesikuler.
3)      Sistem Pencernaan
Keadaan bibir simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis (-), tidak ada gigi yang tanggal maupun
berlubang, lidah berwarna merah muda, terpasang NGT, cairan NGT hijau ± 400 cc, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada parut, nyeri tekan (+) pada area supra umbilikus, bising usus3
x/menit, perut kembung (distensi), tidak bisa BAB dan flatus, muntah 2 kali.
 

Gambar distensi abdomen pada ileus obstruktif


4)      Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada peningkatan vena jugularis, Capillary Refill Time (CRT) kembali kurang dari 2 detik,
bunyi perkusi dullness pada daerah ICS 2 lineasternal dekstra dan sinistra, terdengar jelas bunyi
jantung S1 pada ICS4 lineasternal sinistra dan bunyi jantung S2 pada ICS 6 midklavikula sinistra
tanpa ada bunyi tambahan, irama jantung reguler.
5)      Sistem Urinaria
Tidak ada keluhan nyeri atau sulit BAK, tidak terdapat distensi pada kandung kemih, tidak ada
nyeri tekan pada daerah supra pubis, terpasang cateter.
6)      Sistem Endokrin
Pada saat dilakukan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tremor (-), tidak ada
kretinisme, tidak ada gigantisme.
7)      Sistem Muskuloskeletal
a)      Ekstremitas Atas
Kedua tangan dapat digerakkan, reflek bisep dan trisep positif pada kedua tangan. ROM (range
of motion) pada kedua tanganmaksimal, tidak ada atrofi otot kedua tangan, terpasang infuse
padatangan kiri.
b)      Ekstremitas Bawah
Kedua kaki dapat digerakkan, tidak ada lesi, reflek patella positif,reflek babinski negative, tidak
ada varises, tidak ada edema.
8)      Sistem Reproduksi
Pertumbuhan payudara (+), tidak ada lesi, tidak ada benjolan pada payudara. Klien mengalami
haid pertama pada usia 12 tahun (kelas 6SD), siklus haid 28 hari, kadang-kadang nyeri haid
(dismenorhoe).
9)      Sistem Integumen
Warna kulit sawo matang, keadaan kulit kepala bersih, rambut ikaltumbuh merata, turgor kulit
baik, tidak ada lesi, kuku pendek dan bersih.
d.      Pola aktivitas sehari-hari
NO KEBUTUHAN SEBELUM SAKIT SETELAH SAKIT
1. NUTRISI
a.       BB/TB 43 kg/158 cm 43 kg/158 cm
b.      Diet Nasi, lauk pauk,sayur Puasa
c.       Frekuensi 3 kali/hari -
d.      Porsi makan 1 piring -
e.       Makanan yang tidak ada -
menimbulkan alergi
f.       Makanan yang disukai Mie instan & baso -
2. CAIRAN
a.       Intake
         Oral
Jenis Air putih Puasa
Jumlah ±1500-2000cc/hari -
b.      Intra vena
Jenis - Asering
jumlah - 2000 cc/hari
c.       Out put ± 1200 cc/hari ± 900 cc/hari
         Urine ± 800 cc/hari -
         Keringat, dll - ± 400cc/hari

         Cairan NGT

4.      Diagnostic test


a.       Laboratorium
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Analisa
27/12/201 HB 12,4 12-18 Normal
2 Leukosit 7800 4000-10.000 Normal
LED 40 0-20 Tinggi
SGOT 20 s/d 29 Normal
SGPT 18 s/d 29 Normal
Natrium 137 135-145 Normal
Kalium 4,2 3,5-5,5 Normal

b.      Radiologi
Foto Polos Abdomen Tanggal 27/12/2012

Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid danrectum
c.       Terapi
No Nama Obat Dosis Jam Catra Pemberian Sediaan
1. IVFD: Asering 30 tts/menit 12-24 Intravena Flabot
2. Cefotksin 2x1 gr 12-24 Intravena Flakon
3. Ranitidin 2x1 12-24 Intravena Ampul
4. Ketorolac 2x1 12-24 Intravena Ampul
5. Alinamin 2x1 12-24 Intravena Ampul
6. Metronidazol 3x500 mg 12-20-04 Intravena Botol
7. Dulcolac sup 2x1 12-24 Per rectal Tablet supp

5.      Analisa data


DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Nyeri Akut
Obstruksi usus
         Klien mengeluh nyeri pada
bagian abdomen
Peristaltik usus
DO :
menurun
         Klien tampak kesakitan
         Ekspresi wajah meringis
         Skala nyeri 7 (1-10) Akumulasi cairan dan

         Distensi abdomen gas

         Peristaltik usus 3 kali/menit


Distensi abdomen

Rangsangan nyeri
ditangkap oleh reseptor
nyeri

Rangsangan nyeri
sampai keserabut syaraf
nyeri

Sampai ke dorsal horn


prostaglandin

Melalui traktus
spinotalamikus
anterolateralis

Thalamus

Cortex cerebri

Nyeri abdomen
dipersepsikan
DO : Gangguan pola eliminasi
Obstruksi usus
         Klien mengatakan sudah 3 Konstipasi
hari tidak bisa BAB dan
Peristaltik usus
flatus
menurun
DO :
         Distensi abdomen
Refluk inhibisi spingter
         Peristaltik usus 3 kali/menit
terganggu

Spingter ani ekterna tidak


relaksasi

Refluk lama dalam colon


dan rectum

 
Konstipasi
  Resiko kekurangan volume
Obstruksi usus
DO : cairan dan elektrolit
         Klien mengeluh badan
Peristaltik usus
lemas dan muntah 2 kali
menurun
DO :
         Klien tampak lemah
         Distensi abdomen Peningkatan ekskresi
         Cairan NGT hijau jumlah ± cairan kedalam lumen usus
400 cc

Penimbunan cairan
intralumen

Kehilangan H2O dan


elektrolit

Volume ECF menurun

Resiko hipovolemik
DS : Resiko perubahan nutrisi
Obstruksi usus
         Klien mengeluh badan kurang dari kebutuhan
lemas, kilen puasa tubuh
Peristaltik usus
DO :
menurun
         Klien tampak lemah
         Bising usus 3x/menit
         Distensi abdomen Akumulasi cairan dan
gas
Distensi abdomen

Gangguan absorbsi
nutrisi

Resiko perubahan nutisi


kurang dari kebutuhan

B.     Diagnosa Keperawatan


Pre porasi
1.      Nyeri abdomen berhubungan dengan distensi abdomen
2.      Ganguan pola eliminasi : Konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus
3.      Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
lumen usus dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
4.      Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absobsi
nutrisi
Post oprasi
1.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan post op
2.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efeksamping terkait terapi
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
C.    Rencana Tindakan Keperawatan
Pre oprasi
DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL YANG RENCANA TINDAKAN
DIHARAPKAN
Nyeri abdomen berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan
1.      Observasi TTV tiap shif 1.      Nyeri
distensi abdomen, yang ditandai keperawatan selama 2 X 24 jam
2.      Kaji keluhan nyeri, karakteristik adanya
dengan : pasien tidak mengalami nyeri, dan skala nyeri yang menye
DS : dengan kriteria hasil : dirasakanpesien sehubungan
2.      Me
         Klien mengeluh nyeri pada bagian
         Klien mengungkapkan secara denganadanya distensi abdomen dirasak
abdomen verbal rasa nyeri hilang. 3.      Berikan posisi yang nyaman:posisi tindak
DO :          Skala nyeri 0 (1-10) semi fowler 3.      Posis
         Klien tampak kesakitan          Klien dapat rileks. 4.      Ajarkan dan anjurkan tehnik rasa ny
         Ekspresi wajah meringis          Klien mampu relaksasi tarik nafas dalam
4.      Relaks

         Skala nyeri 7 (1-10) mendemonstrasikan keterampilan saatmerasa nyeri 5.      Analg

         Distensi abdomen relaksasi 5.      Kolaborasi dengan medic untuk

         TTV dalam batas normal terapi analgetik


Peristaltik usus 3 kali/menit
Ganguan pola eliminasi : Konstipasi Setelah dilakukan tindakan
1.      Kaji dan catat frekuensi, warna dan
1.      Meng
berhubungan dengan disfungsi keperawatan selama 2 x 24 jam konsistensi feces yang t
motilitas usus, yang ditandai konstipasi klien teratasi, dengan
2.      Auskultasi bising usus 2.      Me
dengan : kriteria hasil : 3.      Kaji adanya flatus perger
DO :          Pola BAB dalam batas normal 4.      Kaji adanya distensi abdomen 3.      Adan
         Klien mengatakan sudah 3 hari
         konsistensi lembek 5.      Berikan penjelasan kepada pasien fungsi
tidak bisa BAB dan flatus          BU normal : 6-12 x/menit dan keluarga penyebab terjadinya
4.      Gan
DO :          tidak ada distensi abdomen. gangguan dalam BAB menye
         Distensi abdomen 6.      Kolaborasi dalam pemberianterapi lumen
Peristaltik usus 3 kali/menit pencahar (Laxatif) abdom
5.      Meni
keluar
kerjasa
keluar
6.      Memb
elimin
Resiko kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan
1.      Kaji kebutuhan cairan pasien 1.      Menge
cairandan elektrolit berhubungan perawatan luka selama 2 x24 jam
2.      Observasi tanda-tanda vital 2.      Perub
dengan akumulasi cairan dalam klien tidak mengalami
3.      Observasi tingkat kesadaran vital
lumen usus dan ketidakefektifan kekurangan volume cairan dan dantanda-tanda syok cairan.
penyerapan usus halus, yang elektrolit, dengan kriteria hasil : 4.      Observasi bising usus pasien tiap
3.      kekur
ditandai dengan :          TTV dalam batas normal 1-2 jam memp
DO :          Intake dan output 5.      Monitor intake dan outputsecara menga
cairan
         Klien mengeluh badan lemas dan seimbang ketat 4.      Menil
muntah 2 kali          Turgor kulit elastic 6.      Pantau hasil laboratorium serum
5.      Menil
DO :          Mukosa lembab elektrolit, hematocrit 6.      Me
         Klien tampak lemah          Elektrolit dalam batas normal 7.      Beri penjelasan kepada pasien dan elektro
         Distensi abdomen keluarga tentang tindakan yang
7.      Meni
(Na:135-147mmol/L, K: 3,5-
Cairan NGT hijau jumlah ± 400 cc dilakukan: pemasanganNGT dan keluar
5,5mmol/L, Cl: 94-111mmol/L)
puasa pasien
8.      Kolaborasi dengan medik untuk
8.      Me
pemberian terapi intravena elektro
Resiko perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan
1.      Lakukan pengkajian nutrisidengan
1.      Mengi
kebutuhan tubuh perawatan selama 2 x 24 jam seksama 2.      Kem
berhubungandengan gangguan klien tidak mengalami perubahan
2.      Auskultasi bising usus. kesiap
absorbsi nutrisi yang ditandai nutrisi kurang dari kebutuhan
3.      Mulai dengan nutrisi
3.      Menu
dengan : tubuh, dengan kriteria : cairanperlahan, bila masukan mual.
DS :          Tidak ada tanda-tanda malnutrisi oraldimulai 4.      Untuk
         Klien mengeluh badan lemas, kilen
         Berat badan stabil 4.      Berikan makanan enteral atau dalam
puasa          Bising usus 6-12kali/menit parenteral jika diindikasikan
DO :
         Klien tampak lemah
         Bising usus 3x/menit
Distensi abdomen

Post oprasi
DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL RENCANA RASIONAL
YANG DIHARAPKAN TINDAKAN
kerusakan integritas Setelah di lakukan
1.      Batasi natrium 1.      Meminimalkan
kulit berhubungan tindakan keperawatan : seperti yang pembentukan edema.
         tissue integrity : skin and diresepkan.
dengan proses insisi 2.      Jaringan dan kulit
post opasi mucous membranes 2.   Berikan perhatian yang edematus
DS : pasien terlihat
         hemodialis akses dan perawatan yang mengganggu suplai
meringis kesakitan dalam waktu 2X 24 jam cermat pada kulit. nutrien dan sangat
DO : kerusakan di harapkan pasien3.   Balik dan ubah rentan terhadap
lapisan kulit menunjukan proses posisi pasien dengan tekanan serta trauma.
penyembuhan luka yang sering. 3.      Meminimalkan
baik dengan kriteria4.   Timbang berat tekanan yang lama
hasil : badan dan catat dan meningkatkan
         integritas kulit yang baik asupan serta mobilisasi edema.
dapat di pertahankan haluaran cairan 4.      Memungkinkan

         perfusi jaringan perifer setiap hari. perkiraan status

baik 5.   Lakukan latihan cairan dan

         mampu mempertahankan gerak secara pasif, pemantauan terhadap

kelembaban kulit dan tinggikan adanya retensi serta

melindungi kulit ekstremitas kehilangan cairan


edematus. dengan cara yang
6.   Letakkan bantalan paling baik.
busa yang kecil 5.      Meningkatkan
dibawah tumit, mobilisasi edema.
maleolus dan 6.      Melindungi tonjolan
tonjolan tulang tulang dan
lainnya meminimalkan
trauma jika
dilakukan dengan
benar.
Gangguan rasa Setelah dilakukan a.       Awasi intake dan
a.       Memberikan
nyaman tindakan keperawtan output, serta informasi tentang
berhubungan dengan selama ..x 24 jam karetiristik urine fungsi ginjal dan
efeksamping terkait diharpkan pola eliminasi b.      Tentukan pola adanya komplikasi.
terapi urine membaik dengan berkemih normal
b.      Batu saluran kemih
kriteria hasil : klien dan perhatikan dapat menyebabkan
a.       ecara subjektif variasi yg terjadi. peningkatan
melaporkan pola miksi c.       Dorong peningkatan eksitabilitas saraf
membaik. asupan cairan sehingga
b.      Dapat mengidentifikasi d.      Gunakan kateter menimbulkan sensasi
aktivitas yang dengan bahan silikon kebutuhan brkrmih
meningkatkan atau Kateter dengan segera
menurunkan perubahan bahan silikon
c.       Peningkatan hidrasi
c.       pola miksi. memiliki dapat membilas
d.      Ekspresi klien relaks e.       Kolabrasi untuk bakteri, darah dan
pemberian : debris.
Antibiotik d.      Gunakan kateter
dengan bahan silikon
Kateter dengan
bahan silikon
memiliki
kemungkinan 10
kaki lebih rendah
untuk terjadi uretritis
dari pada
penggunaan kateter
lateks karena daya
traumatiknya lebih
ringan pada uretra
e.       Antibiotik yg
rasional sesuai
dengan jenis uji
sensitivitas dapat
menurunkan
morbididitas dan
untuk mengurangi
penularan penyakit
kepada orang lain
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan
1.      Tawarkan diet tinggi1.      Memberikan kalori
berhubungan dengan tindakan keperawatan kalori, tinggi protein bagi tenaga dan
kelemahan fisik Selama 1x24 jam klien (TKTP). protein bagi proses
toleran terhadap aktivitas,
2.      Berikan suplemen penyembuhan.
dengan kriteria hasil: vitamin (A, B 2.      Memberikan nutrien
1.       Menunjukkan teknik atau kompleks, C dan K) tambahan.
perilaku yang
3.      Motivasi pasien 3.      Menghemat tenaga
memampukan kembali untuk melakukan pasien sambil
melakukan aktivitas.  latihan yang mendorong pasien
2.       Melaporkan peningkatan diselingi istirahat untuk melakukan
kekuatan dan kesehatan Motivasi dan bantu latihan dalam batas
klien. pasien untuk toleransi pasien.
3.      Merencanakan aktivitas melakukan latihan Memperbaiki
untuk memberikan dengan periode perasaan sehat secara
kesempatan istirahat yang waktu yang umum dan percaya
cukup. ditingkatkan secara diri
4.       Meningkatkan aktivitas bertahap
dan latihan bersamaan
dengan bertambahnya
kekuatan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Nn.y dengan gangguansistem
Pencernaan : Ileus Obstruktif Partial di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit UmumDaerah X
pada tanggal 28 – 30 Desember 2012, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pada pengkajian tidak menemukan perbedaan yang mencolok antara yang tertulis pada
teori dengan kasus di rumah sakit
2.      Diagnosa keperawatan disusun berdasarkan hasil analisa terhadap data senjang hasil
pengkajian pada pasien. Prioritas diagnosa keperawatan disusun dari masalah actual ke
masalah potensial. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ada pada teori dapat
ditemukan pada kasus di rumah sakit.
3.      Intervensi disusun berdasarkan pada prioritas masalalah keperawatan yang telah disusun
dansesuai dengan intervensi yang ada pada konsep teorinya.
4.      Implementasi yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
5.      Pada evaluasi hanya masalah ganguan pola eliminasi konstipasi yang dapat teratasi,
Sedangkan masalah lainya yang belum teratasi, dikonfirmasikan kembali pada perawat di
ruangan.
B.     Saran
Bagi RSUD X diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pasien dengan ileus obstruksi khususnya untuk ruang
Nusa Indah RSUD X

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa AgungWaluyo,
dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2002.6
Price &Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1.
Jakarta: EGC; 2007
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC; 2005.11.
Doengoes, Marylin E & Moorhouse. Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaandan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2000.
http://www.scribd.com/doc/124768370/Karya-Tulis-Stase-Kmb-Askep-Ileus-Obstruktif-
Kelompok-2#scribd

Anda mungkin juga menyukai