Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberkan rahmat dan
hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Ny. Y dengn Ileus Obstruktif di Ruang Nusa Indah RSUD X”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh pendidikan Praktik Keperawatan Dewasa 1 STIKes Faletehan Serang.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-
mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan
dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II TINJUAN TEORITIS
A. Pengertian.................................................................................................. 3
B. Etiologi...................................................................................................... 3
C. Tanda dan gejala....................................................................................... 3
D. Patofisiologi.............................................................................................. 5
E. Pemeriksaan penunjang............................................................................. 7
F. komplikasi................................................................................................. 8
G. Penatalaksanaan........................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian................................................................................................. 10
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 18
C. Rencana Tindakan Keperawatan............................................................... 19
D. Implementasi............................................................................................. 22
E. Evaluasi..................................................................................................... 24
BAB IV PENUTUP
F. Kesimpulan................................................................................................ 26
G. Saran.......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinya dengan cara
mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan dalam sistem pencernaan
menjadi sumber energi, sebagai komponen penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang
membantu fungsi fisiologis tubuh. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan
dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan
yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ
pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari
bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Luasnya daerah permukaan saluran cerna dan
fungsi digestifnya menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia
dengan lingkungannya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi
traktus gastrointestinal. (Dona L.Wong, 2008 )
Obstruksi intestinal merupakan salah satu bentuk kelainan pada traktus digestivus dan
menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Setiap tahunnya 1 dari 1000
penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar
300.000-400.000 orang menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Sedangkan di Indonesia
berdasarkan data Depkes RI tahun 2004 tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif
yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk menggambarkan asuhan
keperawatan pada Ny.Y dengan ileus obstrukstif yang dirawat di RuangNusa Indah RSUD
Majalengk.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal
(Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu
blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis
atau fungsional. (Tucker, 1998).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau
parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.
B. Etiologi
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi
usus, yaitu:
1. Mekanis
Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, diantaranya :
Intususepsi
Tumor dan neoplasma
Stenosisd.
Striktur
Perlekatan (adhesi)
Hernia
Abses
2. Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)
C. Tanda dan Gejala
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002) :
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).
Gejala ileus obstruktif bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002) :
1. Lokasi obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Penyebabnya
4. Ada atau tidaknya iskemia usus
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai
ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa. (Winslet, 2002)
D. Patofisiologi
Metabolisme anaerob glukosa
Kontraksi anuler pylorus Merangsang pengeluaran mediator
kimia (histamine,bradikinin, prostaglandin)
Intake
kurang tubuh
melepaskan zat Ptrogen oleh leukosit
Hipotalamus Syaraf simpatis terangsang
mengaktifkan RAS Impuls disampaikan ke bagian termogulator melauli
Volume
ECFmenurun GANGGUAN POLA TIDUR kontraksi otot-
otot abdomen ke diafragma
RESIKO KURANG
VOLUME Relaksasi otot-otot
diafragma terganggu
CAIRAN
Ekspansi paru menurun
POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus
halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola
bagaikan tangga.
b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema
Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema
Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema
barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c. CT – Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen dicurigai adanya
strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan
dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT– Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari
obstruksi.
d. USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.
e. MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini
belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik
kronis.
f. Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal,
intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
2. Pemeriksaan laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin
menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolic. (Brunner and Suddarth,2002)
F. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau
infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.(Brunner and
Suddarth, 2001)
G. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dancairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila
ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda -tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena,diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah danmengurangi distensi
abdomen.
2. Farmakologis
Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik
dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
3. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple
obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka
reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedahyang
dilakukan pada obstruksi ileus :
a. Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan.
b. Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,misalnya pada Ca
stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujungusus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon, invaginasi,
strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karenapenyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,
misalnya pada Casigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Waktu : 28/12/2012
Tempat : Ruang Nusa Indah
1. Identitas pasien
Nama : Nn. Y
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Alamat :Desa Silihwangi Kab. X
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 26/12/2012
Cara Masuk Rumah Sakit : Masuk melalui UGD
Diagnosa Medis : Illeus Obstruktif Partial
Alasan dirawat : Perut nyeri, kembung, muntah , tidak bisa buang
air besar dan flatus
Upaya yang telah dilakukan : Langsung di bawa ke UGD RumahSakit Umum
Daerah X
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan :
IVFD RL 15 tetes/menit
Cefatoxim 2 x 1 gr, per IV
Ranitidin 2 x 1 ampul, per IV
Metronidazol 3 x 500 mg, per IV
Ketorolac 2 x 1 ampul, per IV
Dulcolak supp 0-0-1, per rectal
2. Riwayat keperawatan (nursing history)
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. Y dirawat di RSUD X sejak 2 hari yang lalu, klien langsung dibawa ke UGD RSUD X
dengan keluhan mendadak nyeri perut, tidak bisa buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji
klien masih mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan skala 7 (1-10), nyeri melilit dari perut
sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai dengan muntah 2 kali, tidak
bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri timbul setiap 3-5 menit, nyeribertambah jika tidur
terlentang atau dalam posisi miring, dan nyeri berkurangdalam posisi setengah duduk (semi
fowler).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat operasi dan sakit pada saluran pencernaan sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek dari ibu menderita penyakit hipertensi, tidak ada anggota yang menderita penyakit
keturunan (herediter) lainya, dan tidak ada anggota keluarg ayang mempunyai penyakit/kelainan
bawaan lahir (congenital).
3. Observasi dan pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan : Klien tampak meringis kesakitan
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,7oC
Nadi : 84 x/menit
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Respirasi : 24 x/menit
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Pengindraan
a) Penglihatan
Konjungtiva kedua mata ananemis, sklera kedua mata anikterik, reflex cahaya (+), reflex kornea
(+), ptosis (-), distribusi kedua alismerata, tajam penglihatan normal (klien dapat membaca huruf
padakoran pada jarak baca sekitar 30 cm), strabismus (-), lapang pandang pada kedua mata
masih dalam batas normal, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan pada kedua mata.
b) Penciuman
Fungsi penciuman baik ditandai dengan klien dapat membedakan bau kopi dan kayu putih.
c) Pendengaran
Tidak ada lesi pada kedua telinga, tidak ada serumen, fungsi pendengaran pada kedua telinga
baik ditandai dengan klien dapat menjawab seluruh pertanyaan tanpa harus diulang, tidak ada
nyeri tragus, tidak ada nyeri tekan pada kedua tulang mastoid, tidak ada massa pada kedua
telinga.
d) Pengecapan/Perasa
Fungsi pengecapan baik, klien dapat membedakan rasa manis,asam, asin dan pahit.
e) Peraba
Klien dapat merasakan sentuhan ketika tangannya dipegang, kliendapat merasakan sensasi nyeri
ketika dicubit.
2) Sistem Pernafasan
Mukosa hidung merah muda, lubang hidung simetris, tidak ada lesipada hidung, polip (-),
keadaan hidung bersih, sianosis (-), tidak ada nyeri tekan pada area sinus, tidak ada lesi pada
daerah leher dan dada, tidak ada massa pada daerah leher, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri
tekan pada daerah leher dan dada, pergerakan dada simetris, tidak tampak pernapasan cuping
hidung dan retraksi interkosta, tidak ada kesulitan saat bernafas atau berbicara. Pola nafas reguler
dengan bunyi nafas vesikuler.
3) Sistem Pencernaan
Keadaan bibir simetris, mukosa bibir lembab, stomatitis (-), tidak ada gigi yang tanggal maupun
berlubang, lidah berwarna merah muda, terpasang NGT, cairan NGT hijau ± 400 cc, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada parut, nyeri tekan (+) pada area supra umbilikus, bising usus3
x/menit, perut kembung (distensi), tidak bisa BAB dan flatus, muntah 2 kali.
b. Radiologi
Foto Polos Abdomen Tanggal 27/12/2012
Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid danrectum
c. Terapi
No Nama Obat Dosis Jam Catra Pemberian Sediaan
1. IVFD: Asering 30 tts/menit 12-24 Intravena Flabot
2. Cefotksin 2x1 gr 12-24 Intravena Flakon
3. Ranitidin 2x1 12-24 Intravena Ampul
4. Ketorolac 2x1 12-24 Intravena Ampul
5. Alinamin 2x1 12-24 Intravena Ampul
6. Metronidazol 3x500 mg 12-20-04 Intravena Botol
7. Dulcolac sup 2x1 12-24 Per rectal Tablet supp
Rangsangan nyeri
ditangkap oleh reseptor
nyeri
Rangsangan nyeri
sampai keserabut syaraf
nyeri
Melalui traktus
spinotalamikus
anterolateralis
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri abdomen
dipersepsikan
DO : Gangguan pola eliminasi
Obstruksi usus
Klien mengatakan sudah 3 Konstipasi
hari tidak bisa BAB dan
Peristaltik usus
flatus
menurun
DO :
Distensi abdomen
Refluk inhibisi spingter
Peristaltik usus 3 kali/menit
terganggu
Konstipasi
Resiko kekurangan volume
Obstruksi usus
DO : cairan dan elektrolit
Klien mengeluh badan
Peristaltik usus
lemas dan muntah 2 kali
menurun
DO :
Klien tampak lemah
Distensi abdomen Peningkatan ekskresi
Cairan NGT hijau jumlah ± cairan kedalam lumen usus
400 cc
Penimbunan cairan
intralumen
Resiko hipovolemik
DS : Resiko perubahan nutrisi
Obstruksi usus
Klien mengeluh badan kurang dari kebutuhan
lemas, kilen puasa tubuh
Peristaltik usus
DO :
menurun
Klien tampak lemah
Bising usus 3x/menit
Distensi abdomen Akumulasi cairan dan
gas
Distensi abdomen
Gangguan absorbsi
nutrisi
Skala nyeri 7 (1-10) mendemonstrasikan keterampilan saatmerasa nyeri 5. Analg
Post oprasi
DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL RENCANA RASIONAL
YANG DIHARAPKAN TINDAKAN
kerusakan integritas Setelah di lakukan
1. Batasi natrium 1. Meminimalkan
kulit berhubungan tindakan keperawatan : seperti yang pembentukan edema.
tissue integrity : skin and diresepkan.
dengan proses insisi 2. Jaringan dan kulit
post opasi mucous membranes 2. Berikan perhatian yang edematus
DS : pasien terlihat
hemodialis akses dan perawatan yang mengganggu suplai
meringis kesakitan dalam waktu 2X 24 jam cermat pada kulit. nutrien dan sangat
DO : kerusakan di harapkan pasien3. Balik dan ubah rentan terhadap
lapisan kulit menunjukan proses posisi pasien dengan tekanan serta trauma.
penyembuhan luka yang sering. 3. Meminimalkan
baik dengan kriteria4. Timbang berat tekanan yang lama
hasil : badan dan catat dan meningkatkan
integritas kulit yang baik asupan serta mobilisasi edema.
dapat di pertahankan haluaran cairan 4. Memungkinkan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa AgungWaluyo,
dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta: EGC; 2002.6
Price &Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1.
Jakarta: EGC; 2007
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC; 2005.11.
Doengoes, Marylin E & Moorhouse. Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaandan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2000.
http://www.scribd.com/doc/124768370/Karya-Tulis-Stase-Kmb-Askep-Ileus-Obstruktif-
Kelompok-2#scribd