TDL KELAS E
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 3
2.1 Isolasi DNA..................................................................................................... 3
2.2 Amplifikasi DNA dengan teknik PCR............................................................ 4
2.3 DNA Fingerprinting (RFLP)........................................................................... 5
2.4 Elektroforesis................................................................................................... 6
BAB III METODOLOGI........................................................................................... 7
3.1 Isolasi DNA..................................................................................................... 7
3.2 Amplifikasi DNA dengan teknik PCR............................................................ 9
3.3 DNA Fingerprinting (RFLP)........................................................................... 10
3.4 Elektroforesis................................................................................................... 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 12
12
15
17
19
21
BAB V PENUTUP..................................................................................................... 22
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 23
LAMPIRAN............................................................................................................... 25
1
BAB I
PENDAHULUAN
itu. Sebaliknya, jika dua profil DNA tidak cocok, maka bukti tidak mungkin berasal
dari tersangka. DNA fingerprinting juga digunakan untuk menentukan paternitas.3
Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan pengisolasian DNA yang
diambil darah sampel darah dan mukosa pipi, yang kemudian dihitung kadar dan
kemurniannya. Dilakukan amplifikasi DNA dengan teknik PCR dan divisualisasi
dengan elektroforesis. Selain itu, dilakukan identifikasi pelaku kejahatan dengan
membandingkan profil DNA yang ditemukan pada lokasi kejadian dengan profil
beberapa DNA tersangka
kejadian.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
siklus kedua akan terbentuk polinukleotida yang panjangnya hanya terbatas dari satu
primer ke primer lainnya. Fragmen DNA ini disebut Amplikon.
2.4. Elektroforesis
Elektroforesis merupakan suatu metode pemisahan yang memanfaatkan
medan listrik yang dihasilkan dari elektroda-elektroda untuk memisahkan senyawa-
senyawa yang memiliki muatan berupa kation ataupun anion. Memiliki perbedaan
yang cukup jelas dengan sel elektrokimia, elektroforesis memanfaatkan medan listrik.
Sedangkan elektrokimia memanfaatkan elektroda untuk melakukan reaksi reduksi
dan oksidasi.7
Medan listrik yang dihasilkan berasal dari elektroda-elektroda yang diberikan
energy listrik dari sumber energi seperti arus listrik searah maupun Arus listrik bolak-
balik. Hukum Coulomb menjadi prinsip dasar metode pemisahan elektroforesis yaitu
gaya pada salah satu titik muatan berbanding lurus dengan besar muatannya. Medan
listrik merupakan efek yang dihasilkan oleh muatan listrik seperti elektron, ion atau
proton, dalam ruangan yang ada disekitarnya. Alat elektroforesis terdiri dari medium
pemisah yang terhubung dengan dua elektroda dan kertas saring. Media pemisah
dapat berupa gel Agarosa, pati atau poliakrilamida. Media terdiri dari dua bagian
yang dihubungkan dengan sumbu asbes; satu bagian berisi elektroda platina dan yang
lain kontak dengan medium elektroforesis.7
Elektroforesis terdiri dari beberapa komponen utama dalam penggunaanya.
Yang pertama adalah larutan elektrolit yang berfungsi sebagai pembawa komponen.
Umumnya berupa larutan buffer dengan pH tertentu sesuai dengan karakteristik
senyawa yang akan dipisahkan. Berikutnya media pemisah merupakan tempat proses
pemisahan terjadi. Media pemisah ini berupa kertas (selulosa asetat, selulosa nitrat),
gel kanji, gel polikrilamid, busa poliuretan atau agar-agar. Selanjutnya yang paling
penting adalah elektroda yang berfungsi sebagai penghubung arus listrik dengan
media pemisah dan baterai atau arus listrik sebagai sumber energi (source) pada
rangkaian alat.7
7
BAB III
METODOLOGI
7. Inkubasi tabung di dalam water bath pada suhu 56oC selama 10 menit. Setelah
5 menit pertama, lakukan homogenisasi kembali dengan vortex. Lakukan hal
yang sama setelah 5 menit yang kedua.
8. Inkubasi tabung di dalam water bath pada suhu 100oC selama 5 menit.
9. Homogenisasi kembali menggunakan vortex
10. Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 6.000 x g selama 5 menit
11. Tabung hasil ekstraksi DNA mukosa pipi dimasukkan ke kulkas pada suhu
40C sebagai bahan uji lanjutan pada praktikum berikutnya.
11. Pelet ditambahkan 300 µL etanol 70%, kemudian campur dengan membolak
balikkan tabung
12. Sentrifugasi kembali, buang supernatan dan tambahkan 10 µL DNA
rehydration solution.
13. Inkubasi overnight pada suhu 4oC.
3.4 Elektroforesis
3.4.1 Alat dan Bahan
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
lisis atau mengerut akibat perbedaan tekanan osmosis dan DNAnya dapat diisolasi
dengan baik.12 Perlakuan pengumuran tadi juga akan melepaskan sel-sel mukosa pipi
karena sifatnya yang tidak menempel kuat, sehingga sel mukosa pipi terisolasi.
Selanjutnya sample dari sel mukosa pipi tadi disentrifugasi, ini dimaksudkan agar sel-
sel mukosa tadi terkumpul di dasar tabung menjadi pellet
Selanjutnya pelet diresuspensi, dan dimasukkan ke larutan matriks InstaGene.
Matriks InstaGene dibuat dengan resin 6% b/v Chelex 100 yang diformulasikan
secara khusus, membuat preparasi sampel DNA cepat, mudah, hemat biaya, dan
menghasilkan DNA template berkualitas untuk PCR.13
Chelex resin adalah kopolimer stirena divinilbenzena yang mengandung ion
iminodiasetat berpasangan, yang bertindak sebagai gugus pengkhelat dalam mengikat
ion logam polivalen. Resin Chelex digunakan untuk mengekstrak DNA dengan cara
memanaskannya pada suhu tertentu (hot shock). Selama proses ekstraksi, resin
Chelex mampu melindungi sampel dari enzim DNAse yang mungkin tetap aktif
selama proses ekatraksi. Hal ini dilakukan melalui pengikatan ion dan kation, salah
satunya adalah pengikatan ion Magnesium (Mg2+). Secara alami, enzim DNAse
terdapat pada semua jaringan tubuh. Enzim ini mampu memotong DNA menjadi
fragmen kecil, hingga mampu menghancurkan DNA, sehingga keberadaan cnzim ini
dapat mengurangi kuantitas ekstrak DNA yang dihasilkan. Jika jumlah DNA di dalam
ekstrak DNA kurang, maka hal ini akan berpengaruh terhadap keberbasilan proses
selanjutnya yaitu proses PCR (Polymerase Chain Reaction).
Terkait dengan ion Magnesium (Mg2+), Mg2+ adalah kofaktor penting untuk
DNAse. Resin Chelex akan mengikat erat ion dan kation yang terlarut dalam larutan
resin tersebut, termasuk ion Mg2+. Dengan pengikatan tersebut, resin Chelex
membuat DNAse tidak bereaksi, sehingga akan melindungi DNA dari aktivitas
enzim.13
Proses selanjutnya yaitu inkubasi pada suhu 56 oC, suhu ini akan
menginaktifkan DNAse yang akan menghidrolisis DNA, melonggarkan jaringan ikat
sel mukosa, dan menghilangkan gumpalan-gumpalan DNA. Selanjutnya dilakukan
inkubasi kedua pada suhu 100oC, disini DNAse dan protein-protein lain akan
15
terdenaturasi, membran sel akan rusak, dan DNA akan keluar dari inti sel. DNA yang
telah dimurnikan dan dipresipitasikan dengan matriks InstaGene™ tersebut akan
berada pada supernatan setelah disentrifugasi dan bisa digunakan untuk analisis
selanjutnya. DNA disimpan dengan suhu dingin dengan matriks InstaGene setelah
sampel dipanaskan, hal ini bertujuan agar memperlambat aktivitas enzim yang tersisa
yang dapat merusak DNA dan juga memperlambat pertumbuhan bakteri.
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Serapan Sampel DNA Darah pada λ = 260 dan 280 nm
μg
[ DNA sel darah]= A 260 ×50 × faktor pengenceran
mL
μg μg
¿ 0,062 ×50 × 25=77,5
mL mL
A 260 0,062
Kemurnian DNA sel darah= = =2,9
A 280 0,021
16
μg
[ DNA sel mukosa pipi]= A 260 ×50 × faktor pengenceran
mL
μg
¿ 0,028 ×50 × 50
mL
μg
¿ 28
mL
A 260 0,028
Kemurnian DNA sel mukosa pipi pada A280 = = =1,64
A 280 0,017
4.2.2 Pembahasan
Pengukuran kemurnian dan konsentrasi DNA hasil isolasi dilakukan melalui
spektrofotometer yang didasarkan pada prinsip iradiasi sinar ultraviolet yang diserap
oleh nukleotida dan protein dalam larutan. Penyerapan iradiasi sinar UV secara
maksimal oleh DNA dicapai pada panjang gelombang 260 nm, sedangkan
penyerapan oleh protein pada panjang gelombang 280 nm. Perbandingan absorbansi
pada 260 nm dan 280 nm (A260/A280) dapat memberikan validasi kemurnian DNA.
Hasil isolasi DNA dikatakan murni jika nilai rasio A260/280 antara 1,8-2,0. Nilai
rasio yang lebih rendah dari 1,8 menunjukkan adanya kontaminasi protein sedangkan
nilai rasio melebihi 2,0 menunjukkan adanya kontaminasi RNA.14
DNA yang diisolasi dari sel darah juga kemurniannya kurang bagus, bisa dilihat
dari rasio A260/A280 menunjukkan nilai 2,9 yang artinya banyak kontaminan
terutama dari RNA karena nilainya di atas 2,0. Kontaminasi dari RNA bisa
disebabkan karena tahap yang dikerjakan tidak menggunakan RNAse sehingga resiko
kontaminasi terhadap RNA sangat tinggi.14
Hasil pengukuran kemurnian DNA dengan rasio A260/A280 dari sel mukosa
menunjukkan nilai 1,64 yang artinya DNA dari sel mukosa masih terkontaminasi
protein. Protein kontaminan bisa berasal dari kondisi mulut yang mengandung
banyak protein serta tahapan pemisahan protein DNA dan presipitasi protein yang
kurang baik, bisa juga terdapat protein dalam jumlah sedikit namun dengan residu
17
asam amino aromatik yang banyak, sehingga meningkatkan nilai serapan A280 yang
mengakibatkan rasio A260/A280 menjadi kecil.14
Konsentrasi DNA merupakan banyaknya jumlah DNA yang didapat melalui
tahap pelisisan. Hasil yang didapatkan untuk kadar DNA sel darah adalah 77,5 μg/mL
sedangkan untuk kadar DNA mukosa adalah 28 μg/mL. Perbedaan nilai konsentrasi
DNA dari masing-masing sampel yang dihasilkan dalam proses isolasi DNA genom
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama terkait cara pengumpulan sampel.
Proses pengumuran berpengaruh dalam pengumpulan sel mukosa pipi untuk isolasi
DNA. Jika pengumuran tidak efektif, sehingga pada saat ekstrasi DNA yang
dihasilkan juga sedikit. Faktor kedua terkait kecepatan ekstraksi. Pada tahap lisis sel
dan presipitasi, pengambilan supernatan dilakukan secara bergiliran sehingga
memungkinkan terjadi pengendapan. Faktor ketiga yaitu homogenisasi dengan
larutan-larutan yang digunakan untuk ekstraksi DNA.14
tersebut berasal dari MgCl2. MgCl2 bertindak sebagai kofaktor yang berfungsi
menstimulasi aktivitas DNA polimerase. Enzim polimerase DNA berfungsi sebagai
katalisis untuk reaksi polimerisasi DNA. Pada proses PCR, enzim ini diperlukan
untuk tahap ekstensi DNA.15
Template DNA merupakan urutan DNA yang mengandung daerah yang akan
diamplifikasi. Fungsi DNA template di dalam proses PCR adalah sebagai cetakan
untuk pembentukan molekul DNA baru yang sama. DNA mukosa pipi dan darah
yang didapat dari hasil isolasi digunakan sebagai tempalate untuk diamplifikasi
menggunakan PCR. Masing-masing template DNA ini kemudian di ambil 20μl dan
kemudian dimasukkan ke dalam tabung PCR yang telah berisi larutan master mix,
kemudian di homogenisasi dengan cara di up and down sebanyak 2 sampai 3 kali,
Kemudian masing-masing tube PCR dimasukkan ke dalam thermal cycler dan
proses PCR berlangsung 40 siklus. Tiap siklus terdiri dalam tiga tahap berulang
(denaturasi, annealing dan extention), dimana pada setiap siklus terjadi duplikasi
jumlah DNA. Denaturasi pada suhu 94ºC. Pada tahap ini DNA untai ganda akan
membuka menjadi DNA untai tunggal, hal ini disebabkan karena suhu denaturasi
yang tinggi menyebabkan putusnya ikatan hidrogen diantara basa nitrogen
komplementer yang saling berikatan. Tahap annealing (penempelan) berlangsung
pada suhu 60°C. Tahap ini terjadi penempelan primer pada daerah DNA untai tunggal
yang sesuai dengan urutan basa primer. Cara menentukan suhu annealing itu dilihat
dari urutan primer yang digunakan, semakin banyak primernya mengandung basa
G+C maka melting poinnya semakin tinggi. Jika suhu penempelan primer terlalu
tinggi dari suhu optimum, menyebabkan primer tidak menempel dengan DNA
cetakan. Sedangkan, jika suhu penempelan primer terlalu rendah dari suhu
penempelan primer optimum menyebabkan mispriming, yaitu penempelan primer
pada tempat yang salah pada DNA cetakan sehingga dihasilkan produk non spesifik.
Primer yang telah menempel pada DNA cetakan akan mengalami pemanjangan pada
sisi 3’ dengan penambahan komponen dNTPs yang komplemen dengan cetakan oleh
DNA polymerase.15,16 Reaksi pemanjangan (extension) polymerisasi terjadi pada suhu
72oC. Produk hasil PCR kemudian dilakukan elektroforesis.
19
M CS S1 S2 S3 S4 S5
Gambar 4.1 Hasil elektroforesis RFLP. Kedua kotak bewarna merah menunjukkan
kesamaan pita yang dihasilkan antara suspect 3 dengan sampel yang
diperoleh dari crimescene. Hal ini menunjukkan bahwa suspect 3
dicurigai sebagai pelaku kejahatannya.
20
Gambar 4.2 Kurva standar migrasi DNA. Kurva Standar HindIII diperoleh y=20,39x-
0,5305 dengan nilai R2= 0,99 yang menandakan data terdapat korelasi
yang kuat antara kedua variabel. Kurva semilog DNA menunjukkan
nilai y=-122,42x+2918,7 dengan R2= 0,67 yang menunjukkan
rendahnya korelasi antar kedua variabel.
4.4.2 Pembahasan
Hasil praktikum RFLP menyatakan bahwa S3 merupakan pelaku
kejahatannya. Hal tersebut dapat dilihat dari kesamaan posisi dan jumlah pita yang
terbentuk dengan sampel yang didapatkan pada crime scene. Restriction Fragment
Length Polymorphism (RFLP) merupakan suatuk teknik yang memanfaatkan
polimorfisme (variasi urutan DNA homolog) untuk membedakan individu berbeda
dalam spesies yang sama. Analisis RFLP adalah teknik profil DNA pertama yang
murah untuk diterapkan secara luas. Analisis RFLP digunakan dalam melakukan
pemetaan genom, lokalisasi gen untuk kelainan genetik, penentuan risiko penyakit,
dan pengujian paternitas. Analisis RFLP dilakukan dengan memotong sampel DNA
menjadi fragmen menggunakan enzim restriksi, dan selanjutnya fragmen dilarikan
pada elektroforesis gel sesuai dengan ukurannya. Polimorfisme panjang fragmen
restriksi dikatakan terjadi ketika panjang fragmen yang terdeteksi bervariasi antar
individu, menunjukkan homologi urutan yang tidak identik. Setiap panjang fragmen
dianggap sebagai alel, apakah itu benar-benar mengandung daerah pengkode atau
tidak, dan dapat digunakan dalam analisis genetik selanjutnya.17-19
21
4.5 Elektroforesis
4.5.1 Hasil
Praktikum elektroforesis sampel darah dan mukosa pipi telah dilakukan dan
hasil yang diperoleh yaitu sampel darah tidak mengandung elemen Alu (homozigot
-/-) sedangkan sampel mukosa pipi merupakan homozigot +/+ (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Hasil elektroforesis hasil PCR sampel darah dan mukosa pipi. Kotak
kuning menunjukkan hasil pita sampel mukosa pipi yang sejajar dengan
marker Alu homozihot (+/+). Hal ini menunjukkan bahwa sampel
mukosa pipi memiliki gen Alu. Kotak merah menunjukkan hasil pita
sampel darah yang sejajar dengan marker Alu homozihot (-/-). Hal ini
menunjukkan bahwa sampel darah tidak memiliki gen Alu.
4.5.2 Pembahasan
Hasil praktikum elektroforesis hasil PCR sampel darah dan mukosa pipi
diperoleh sampel darah tidak mengandung elemen Alu (homozigot -/-) sedangkan
sampel mukosa pipi merupakan homozigot +/+. Elemen Alu merupakan elemen
transposable. Elemen transposable adalah urutan DNA langka yang dapat
memindahkan (atau mentranspos) dirinya sendiri ke posisi baru dalam genom sel
tunggal. Elemen Alu panjangnya sekitar 300 basa dan ditemukan di seluruh genom
manusia. Ukurannya yang tipis dikombinasikan dengan mekanisme "salin dan
tempel" dan penyisipan elemen Alu di wilayah genom tertentu adalah tidak biasa.
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa ketika dua individu berbagi penyisipan
22
elemen Alu tertentu kemungkinan karena nenek moyang yang sama.20 Pada
praktikum ini produk PCR yang terbentuk untuk homozigot Alu berkisar 900bp,
sedangkan homozigot negatifnya berkisar 600bp. Produk heterozigot Alu muncul
dengan dua pita dengan berat molekul yang berkisar 900 bp dan 600 bp.
Hasil amplifikasi DNA pada praktikum ini dibaca menggunakan
elektroforesis. Elektroforesis adalah istilah umum yang menggambarkan migrasi dan
pemisahan partikel bermuatan (ion) di bawah pengaruh medan listrik. Sistem
elektroforesis terdiri dari dua elektroda dengan muatan berlawanan (anoda, katoda),
dihubungkan oleh media penghantar yang disebut elektrolit. Mobilitas partikel ionik
ditentukan oleh ukuran partikel, bentuk, dan muatan, dan suhu selama pemisahan, dan
konstan di bawah kondisi elektroforesis yang ditentukan. Kondisi elektroforesis
dicirikan oleh parameter listrik (arus, tegangan, daya), dan faktor-faktor seperti
kekuatan ionik, nilai pH, viskositas, ukuran pori, dll., yang menggambarkan media
tempat partikel bergerak.21
23
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
11. El-Ashram S, Al Nasr I., Suo X. Nucleic acid protocols: Extraction and
optimization. Biotechnology Reports, 2016; 12, 33–39.
https://doi.org/10.1016/j.btre.2016.10.001
12. Li H., Sun SR., Yap JQ, Chen J,. Qian Q.0.9% saline is neither normal nor
physiological. Journal of Zhejiang University. Science. B, 17(3), 2016; 181–187.
https://doi.org/10.1631/jzus.B1500201
13. Marwayana O. Ekstraksi Asam Deoksiribonukleat (DNA) dari Sampel Jaringan
Otot. LIPI - OSEANA. XI. 2015; 1-9.
14. Abdel-Latif, A, Osman G. Comparison of three genomic DNA extraction
methods to obtain high DNA quality from maize. Plant Methods. 2017; 13(1), 1–
2. https://doi.org/10.1186/s13007-016-0152-4
15. Thermo Fisher. Real-time PCR handbook. Waltham: Life Technologies, 2014.
16. BioRad. Real-Time PCR Applications Guide. Bio-Rad Laboratories, Inc. 2006.
https://doi.org/10.1016/j.mod.2004.07.009
17. Parson W. Age Estimation with DNA: From Forensic DNA Fingerprinting to
Forensic (Epi)Genomics: A Mini-Review. Gerontology. 2018;64(4):326-332.
doi:10.1159/000486239
18. Roper SM, Tatum OL. Forensic aspects of DNA-based human identity testing. J
Forensic Nurs. 2008;4(4):150-156. doi:10.1111/j.1939-3938.2008.00026.x
19. Mori C, Matsumura S. Current issues for mammalian species identification in
forensic science: a review. Int J Legal Med. 2021;135(1):3-12.
doi:10.1007/s00414-020-02341-w
20. Cabana GS, Hulsey BI, Pack FL. Chapter 16 - Molecular Methods. In: DiGangi
EA, Moore MKBT-RM in HSB, eds. Academic Press; 2013:449-480.
doi:https://doi.org/10.1016/B978-0-12-385189-5.00016-9
21. Fritsch RJ, Krause I. ELECTROPHORESIS. In: Caballero BBT-E of FS and N
(Second E, ed. Academic Press; 2003:2055-2062. doi:https://doi.org/10.1016/B0-
12-227055-X/01409-
26
Lampiran 1
Focus Questions
Lesson 1. DNA Template Preparation
1. Why is it necessary to chelate the metal ions from solution during the
boiling/lysis step at 1000C? What would happen if you did not use a chelating
agent such as the InstaGene matrix?
InstaGene merupakan kit yang digunakan untuk menangkap ion-ion logam
dari suatu larutan. Pemanasan yang dilakukan pada suhu 100 0C bertujuan
untuk merusak sel sehingga materi seperti organel dan DNA dari dalam sel
akan keluar. Ion Mg2+ akan di ikat oleh Insta Gene, karena ion tersebut
merupakan kofaktor bagi DNAse. DNAse merupakan enzim yang akan
merusak/ mencerna DNA. Apabila InstaGene tidak digunakan, maka DNA
dapat dirusak oleh DNAse selama terjadinya proses lisis dari sel.
4. Why do you think the DNA is stored cold with InstaGene matrix after boiling
the samples?
Penyimpanan dalam suhu rendah bertujuan agar struktur DNA tetap terjaga
dan tidak terjadi proses enzimatik yang menyebakan degradasi dari DNA.
27
3. Why are there nucleotides (A, T, G, and C) in the master mix? What are the
other components of the master mix, and what are their functions?
Nukleotida yang ditambahkan pada master mix merupakan bahan utama
untuk sintesis DNA. Komponen lain yang terdapat di dalam master mix yaitu
ion magnesium yang merupakan kofaktor bagi DNA polimerase; dan buffer
yang berfungsi dalam mempertahankan lingkungan yang optimum selama
proses reaksi PCR.
4. Describe the three main steps of each cycle of PCR amplification and what
reactions occur at each temperature.
Tahap awal yaitu denaturasi yang bertujuan untuk merusak ikatan hidrogen
sehingga melepaskan untai ganda DNA menjadi untai tunggal. Denaturasi
dilakukan pemanasan pada suhu 940C selama 1 menit.
28
5. Explain why the precise length target DNA sequence doesn’t get amplified
until the third cycle. You may need to use additional paper and a drawing to
explain your answer.
Siklus awal PCR terjadinya terdenaturasi molekul DNA dan annealing dari
primer, selanjutnya elongasi yang dilakukan oleh Taq polimerase sehingga
menghasilkan sekuens target komplemen baru dan masing-masing
mengandung primer reverse dan forward namun masih memiliki ukuran yang
lebih panjang dibanding sekuens target yang diinginkan (belum presisi).
Siklus kedua, terbentuk dua jenis cetakan hasil dari siklus pertama setelah
proses denaturasi yaitu cetakan DNA asli dan cetakan DNA target yang
belum presisi. Cetakan DNA asli akan mengalami proses yang sama seperti
yang terjadi pada siklus pertama, sedangkan cetakan DNA target belum
29
2. Why do the two possible PCR products differ in size by 300 base pairs?
Perbedaan ukuran dari produk PCR bergantung terhadap titik dan jumlah
potongan sekuens DNA sehingga jumlah intron yang terdapat dalam produk
juga berbeda-beda.
agarosa. Pori pada agaros tersebutlah yang akan memisahkan fragmen DNA
berdasarkan ukurannya dari yang terbesar hingga terkecil. Semakin kecil
ukuran suatu molekul maka akan semakin cepat geraknya melewati pori gel
agarosa.
4. What kind of controls are run in this experiment? Why are they important?
Could others be used?
Kontrol yang digunakan pada praktikum ini yaitu marker Lamda/HindIII.
2. What are the genotypic frequencies of +/+ and -/- in your class population? Fill
in the table below with your class data.
Table 1. Observed Genotypic Frequencies for the Calss
Category Number Frequency (# of genotype/total
Homozygous (+/+) 1 0.5
Heterozygous (+/-) - -
Homozygous (-/-) 1 0.5
Total=2 =1
3. What are frequency of each allele in your class sample? Fill in the table below
with your class data. Remember, a class of 32 student (N) will have a total of 64
(2N) instances of each locus.
Table 2. Calculated Allelic Frequencies for the Calss
Category Number Frequency (# of genotype/total
(+) alleles 1 p=0.5
(-) alleles 1 q=0.5
Total alleles= 2 = 1.00
4. The following table presents data from a USA-wide random population study.
31
Now, using the data above, calculater the allelic frequencies for the USA data as you
did for your class population.
Table 4. Calculated Allelic Frequencies for USA
Category Number Frequency (# of genotype/total
(+) alleles 10372 p= 0.52
(-) alleles 9628 q=0.48
Total alleles= 20000 = 1.00
5. How do your actual class data for genotypic and allelic frequencies compare with
those of random sampling of the USA population? Would you expect them to
match? What reason can you think of the explain the differences or simillarities?
Data kelas yang diperoleh berbanding terbalik dengan data populasi USA.
Harapan hasil yang diperoleh seharusnya sama. Hal tersebut dikarenakan jumlah
data yang tidak besar dan tidak teracak sempurna.
6. Using the values for p and q that you calculate in Table 2 for your class
population, calculate p2, 2pq and q2. Do they come out to be the same as the
genotype frequencies that you found in the Table 1? If they do, your class
resembles a Hardy-Weinberg genetic equlibrium. If your obsrved (actual)
genotype frequencies are not the same as the expected values, what might be some
of the reason(s) for the difference?
Au ah gelap.
7. Using the values for p and q that you calculate in Table 4 for the USA population
sample, calculate p2, 2pq and q2. Do they come out to be the same as the genotype
32
frequencies that you found in the Table 3? Does this USA-wide sample suggest
that the population of the USA is in Hardy-Weinberg genetic equlibrium?
Au ah gelap.
2. In the above figure, do all three samples contain the same bases? Describe
your observations.
Komponen basa pada ketiga sampel sama, yaitu Adenin, Timin, Guanin,
dan Cytosine (A, T, G, C)
3. Are the bases paired in an identical manner in all three sample? Describe the
pattern of the base pair bonding.
Pada ketiga sampel, basa nitrogen dipasangkan secara identic dengan pola
Adenin-Timin dan Guanin-Cytosine
33
4. In your attempt to analyze DNA samples from three different individual, what
conclusions can you make about the similarities and differences of the DNA
samples?
Persamaan: setiap individu memiliki struktur DNA yang terdiri dari gula
pentosa, gugus phospat, dan basa nitrogen. Perbedaan: antar individu
terletak hanya pada susunan basa nitrogennya
5. What will you need to compare between these DNA samples to determine if
they are identical or non-identical?
Urutan basa DNA dari setiap sampel bisa digunakan untuk membandingkan
apakah sampel berasal dari kembar identic atau bukan.
2. Write the base sequence of the DNA fragments on both the left and right side
of the “cut”.
5’ ATGAATTCTCAATTACCT 3’
3’ TACTTAAGAGTTAATGGA 5’
Kiri Kanan
5’ ATG AATTCTCAATTACCT 3’
3’ TACTTAA GAGTTAATGGA 5’
4. DNA fragment size can be expressed as the number of base pairs in the
fragment. Indicate the size of the fragments [mention any discrepancy you
may detect].
a. The smaller fragment
3 base pairs
b. What is the length of the longer fragment
11 base pairs
5. Consider the two samples of DNA shown below – single strands are shown
for simplicity:
Sample #1
CAGTGATCTCGAATTCGCTAGTAACGTT
Sample #2
TCATGAATTCCTGGAATCAGCAAATGCA
If both samples are treated with the restriction enzyme EcoRI [recognition
sequence GAATTC] the indicate the number of fragment and the size of each
fragment from each sample of DNA.
Sample #1: Memiliki 2 potong DNA. Potongan terbesar 17 basa , potongan
terkecil 11 basa.
Sample #2: Memiliki 2 potong DNA. Potongan terbesar 23 basa, potongan
terkecil 5 basa.
2. Can you see any evidence to indicate that your samples of DNA were
fragmented or altered in any way by the addition of EcoRI/ PstI? Explain.
Tidak ada perubahan yang terlihat secara visual pada sampel DNA yang
berada pada masing-masing tabung.
3. In the absence of any visible evidence of change, is it still possible that the
DNA
samples were fragmented? Explain your reasoning.
Ya, masih mungkin sampel DNA terfragmentasi. DNA yang mengalami
fragmentasi dikarenakan pada setiap sampel diberikan enzim restriksi yang
memotong sekuens DNA sesuai situs restriksinya Proses terpotong atau
tidaknya DNA tidak dapat dilihat langsung secara visual pada tabung
4. (Answer the next day – after the restriction digest) After a 24 hour incubation
period, are there any visible clues that the restriction enzymes may have in
some way changed the DNA in any of the tubes? Explain your reasoning
Tidak ada tanda tanda yang terlihat bahwa enzim restriksi mungkin telah
mengubah DNA di salah satu tabung. Reaksi terjadi pada tingkat molekul,
sehingga terlalu kecil untuk dapat dilihat secara visual
DNA akan bergerak ke kutub positif. Hal ini dikarenakan DNA bermuatan
negatif dengan adanya gugus fosfat pada nukleotida, sehingga saat
dijalankan pada elektroforesis, DNA akan bergerak dari kutub negatif ke
kutub positif.
3. After DNA samples are loaded into the sample wells, they are “forced” to
move through the gel matrix. What size fragments (large vs small) would you
expect to move toward the opposite end of the gel most quickly? Explain.
DNA yang berukuran kecil akan bergerak lebih cepat ke arah kutub positif,
karena molekul DNA akan lebih mudah melewati pori-pori gel agarose
4. Which fragment (large vs small) are expected to travel to the shortest distance
from the well? Explain.
Pergerakan kecepatan DNA dalam gel agarose dipengaruhi oleh ukuran
fragmen DNA tersebut. Jika ukuran fragmen DNA besar, maka kecepatan
akan melambat akibat hambatan dari pori-pori gel agarose yang kecil.
2. If this were a fingerprinting gel, how many samples of DNA can you assume
were placed in each separate well?
Sebanyak satu sampel DNA yang diletakkan pada setiap well
37
3. What would be a logical explanation as to why there is more than one band of
DNA for each of the samples?
Terdapat lebih dari satu pita DNA untuk setiap sampel karena setiap sampel
DNA mengalami pemotongan oleh enzim restriksi sesuai situs restriksinya
5. Which of the DNA samples have the same number of restriction sites for the
restriction endonucleases use? Write the lane numbers
Sampel DNA memiliki jumlah situs restriksi yang sama terdapat pada sampel
CS dan S3 (lane 1 dan 4)
6. Which sample has the smallest DNA fragment?
Sampel yang memiliki fragmen DNA terkecil terdapat pada sampel S4
7. Assuming a circular piece of DNA (plasmid) was used as starting material,
how many restriction sites were there in lane three?
Sebanyak 3 situs restriksi pada lane 3
8. From the gel drawing on page 35, which DNA samples appear to have been
“cut” into the same number and size of fragments?
CS dan S3 (lane 1 dan 4) merupakan sampel DNA yang dipotong menjadi
jumlah dan ukuran fragmen yang sama
9. Based on your analysis of the example gel drawing on page 35, what is your
conclusion about the DNA samples in the drawing? Do any of the samples
seem to be from the same source? If so, which ones? Describe the evidence
that supports your conclusion
38
Terdapat sampel yang berasal dari sumber yang sama yaitu pada sampel CS
dan S3. Hal tersebut dapat dilihat dari kesamaan posisi dan jumlah pita
yang terbentuk dengan sampel yang didapatkan pada crime scene Sehingga
dapat disimpulkan bahwa S3 merupakan pelaku kejahatannya.
7. Based on the above analysis, do any of the suspect samples of DNA seem to
be from the same individual as the DNA from the crime scene? Describe the
scientific evidence that supports your conclusion.
Identifikasi DNA fingerprinting pada skenario kejahatan menunjukkan bahwa
pelaku kejahatan merupakan suspek 3 (S3) karena memiliki kemiripan pola
pita dengan sampel DNA dari crime scene.
1
Lamba/HindIII
CS S1 S2 S3 S4 S5
Size Marker
Actual Distanc Approx Distanc Approx Distanc Approx. Distanc Approx. Distanc Approx.
Distance Distance Approx.
Band size e . size e . size e size e size e size
(mm) (mm) size (bp)
(bp) (mm) (bp) (mm) (bp) (mm) (bp) (mm) (bp) (mm) (bp)
2 13 9,416 20,5 2,817 23,5 1,191 25 1,700 20,5 2,817 29,5 1,093 24 1,986
4 18 4,361
5 23 2,322
6 24 2,027