Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

Penentuan Karakteristik Tanah , Kadar Air Tanah, dan Konduktivitas Hidrolik Tanah Jenuh
Sampel Tanah Di Halaman Lingkungan Laboratorium Kualitas Lingkunga Institut Teknologi
Adhi Tama Surabaya
Faizal Abdilah (09.2020.1.00673)❑1,Muhammad Naufal Ath Thoriq (09.2020.1.00680) ❑1 ,
Adhiatma Adji(09.2020.1.00684) ❑1

❑1Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya,
Indonesia
Korespoden : naufalopal49@gmail.com
1. Pendahuluan
Terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan didaerah Indonesia, di pulau
jawa selalu mengalami kekurangan air, tidak hanya di perkotaan saja tetapi di
pedesaan juga terkena dampaknya. Kondisi ini berdampak pada penduduk yang
mengalami kekurangan persediaan air bersih dan air minum. Membahas tentang air
tidak luput dari pembahasan tentang sistem air. Sirkulasi air di penduduk, normalnya
melewati aliran air sungai atau aliran khusus yang dibentuk pemerintah agar
membangun suatu jaringan (Endang, dkk, 1984).

Indonesia banyak di kelilingi oleh air wilayahnya, tetapi sangat disayangkan


penduduk Indonesia masih belum memahami betapa pentingnya untuk menjaga
kelestarian dan ketersediaan air. Sayangnya, banyaknya masyarakat yang hidupnya
dekat dengan air ini tidak searah pemikirannya dengan kesadaran penduduk serta
pemerintah dalam melindungi dan menjaga kualitas air.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih dan minum pada daerah-
daerah yaitu letak daerahnya serta motif penggunaan air sangat berbeda antara daerah
satu dengan daerah lainnya. Intensitas hujan juga merupakan salah satu faktor
tersedianya air di suatu wilayah. Faktor-faktor ini dapat membuat potensi ketersediaan
air bersih dan air minum pada beberapa wilayah tidak pasti dan juga mempengaruhi
kualitas serta kuantitas air di berbagai wilayah berbeda. Jika pada suatu wilayah
memiliki intensitas hujan yang tinggi , maka air permukaannya dapat terjadi debit air
yang naik, sementara itu air tanah dipengaruhi oleh infiltrasi dan permeabilitas pada
tanah tersebut. Pada suatu wilayah yang memiliki tanah dan batuan yang memiliki
unsur mineral yang tinggi dapat menghasilkan potensi air bersih dan air minum yang
baik juga pada air tanah.
Kabupaten Ngawi merupakan salah satu daerah yang rawan terjadinya
kekeringan, salah satunya adalah kekeringan air bersih dan minum. Hampir setiap
tahun terdapat kasus kekeringan air bersih dan minum di beberapa wilayah di
Kabupaten Ngawi, seperti data yang terekam oleh BPBD Prov. Jawa Timur 2021. Hal
ini membuat sumber-sumber air untuk kebutuhan air bersih dan minum semakin
menipis dan bahkan ada pula yang sudah mulai mengering pada saat musim kemarau
tiba. Berdasarkan administrative Kabubaten Ngawi terdiri dari 19 Kecamatan dan 217
Desa. Pada tahun 2021 terjadi adanya bencana kekeringan salah satunya Kecamatan
Pitu. Jumlah penduduk di Kecamatan Pitu bedasarkan data BPS Kabupaten Ngawi
2019 sebanyak 31062 jiwa. Oleh sebab itu, apabila kekeringan yang berkepanjangan
benar-benar terjadi akan mengakibatkan krisis air bersih dan air minum di daerah
Kecamatan Pitu.

Perkembangan kecamatan yang memiliki pertumbuhan wilayah yang melejit


dan memiliki pertumbuhan penduduk tinggi yang berimbas pada ketersediaan sumber
daya airnya. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan sumber daya air
adalah faktor untuk irigasi dan kegiatan manusia (Rumah tangga, Perikanan , Industri
dan Perkotaan).

Kebutuhan air dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kebutuhan air
untuk domestik, industri dan kegiatan pertanian. Penggunaan air bersih yang paling
serin dipakai adalah untuk kegiatan domestik dikarenakan kebutuhan sehari hari
seperti mencuci, memasak, menyiram tanaman, dan mandi dilakukan setiap hari.
Kebutuhan manusia terhadap kebutuhan air selalu meningkat seiring perkembangan
jaman, tidak hanya karena meningkatnya jumlah manusia yang membutuhkan air
tersebut, melainkan juga karena meningkatnya ragam dan intensitas kebutuhan akan
air bersih dan minum, (M.D. Silalahi, 2002).

Pada Kecamatan Pitu mengalami bencana kekeringan air bersih dan air minum
pada pertengahan tahun 2021. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah serius
pemerintah Kecamatan Pitu untuk menanggulangi bencana kekeringan air tersebut.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk memberikan saran dan solusi tentang
penggunaan River Bank untuk penanggulangan dampak bencana kekeringan air
bersih dan air minum di daerah Kabupaten Ngawi, Kecamatan Pitu.
2. Pembahasan
Riverbank filtration (RBF) merupakan teknologi murah, sederhana dan relatif
aman untuk pengolahan air bersih yang telah diterapkan dalam skala luas di banyak
negara khususnya di Eropa dan Amerika Serikat. Riverbank filtration dapat
dimanfaatkan sebagai unit pengolahan air bersih berbiaya rendah maupun sebagai unit
pre- treatment pada sarana pengolahan air bersih khususnya pada negara berkembang.
Penerapan teknik RBF untuk pengolahan air bersih sesuai untuk kondisi dimana biaya
pengolahan air bersih melalui pengambilan langsung lebih tinggi dibandungkan biaya
pengolahan filtrat yang dipompa pada sumur di bantaran sungai dengan kualitas air
yang lebih baik, kualitas air permukaan 3 mengalami fluktuasi sehingga
mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya pengolahan untuk mencapai kualitas air
bersih yang diinginkan (Ray et al, 2003).
Menurut Hadinata I Y dan Muchamad B N ( 2018 ) letak pembangunan River
Bank jarak zona sempadan berkisar 5 sampai 20 m dari sungai untuk didapatkan hasil
yang maksimal serta faktor budaya juga mempengaruhi dalam konteks arsitektur
bangunan dan kawasan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi penentuan
sempadan sungai.
Sebagai sebuah proses pengolahan air bersih, RBF dapat membersihkan air
permukaan dari kontaminan organik, mikroba patogen dan partikel pencemar.
Keunggulan yang dimiliki oleh RBF antara lain adalah efektivitas biaya, hal ini
dimungkinkan karena RBF mampu menyeimbangkan fluktuasi konsentrasi ion
(misalnya : nitrat dan amonia) sehingga tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut.
Keunggulan lain penerapan RBF adalah kemungkinan pencampuran antara filtrat
sumur pada bantaran sungai dengan air tanah pada aquifer untuk meningkatkan
kapasitas produksi, sekaligus melarutkan kontaminan (Grischek et al. 2003).
Pada River Bank yang menjadi tantangan tersulit dari insinyur lapangan di
suplai air RBF skema adalah untuk memprediksi kualitas air yang diabstraksi karena
fluktuasi kualitas air sungai. Jadi pada kondisi tersebut, pemanfaatan pendekatan FC
atau pendekatan SCS-CN akan membantu prediksi abstrak di masa mendatang
kualitas air untuk kondisi akuifer yang diketahui seperti kecepatan aliran dan waktu
perjalanan. Metode Limpasan curah hujan nomor kurva jasa konservasi tanah (SCS-
CN) Teknik adalah metode mapan yang biasanya digunakan untuk menghitung
impasan dari peristiwa hujan total ( Sahu R,L., 2020 ).
Pada proses infiltrasi yang dilakukan pada River Bank terdapat indikatornya
yaitu isotop karbon, besi, dan belerang, ini merupakan indikator yang lebih baik
proses biogeokimia selama infiltrasi air sungai, pendekatan ini juga dapat digunakan
dalam media akuifer lain untuk mengevaluasi proses redoks seperti denitrifikasi,
reduksi sulfat, disolusi reduktif besi mineral dan dekomposisi oksidatif bahan organik
selama data isotop lingkungan tersedia ( Bai J, 2020 ).
Pada proses infiltrasi juga dipengaruhi oleh konduktivitas hidroloik dari jenis
tanahnya. Berikut merupakan klasifikasi jenis tanah yang mempengaruhi
konduktivitas hidrolik :

% SAND % CLAY % SILT JENIS TANAH DITEMUKAN POROSI KH SUMBER


TAS
48,40% 32,85% 18,75% Sandy Clay Tabalong Timur, 2,65% 0,012 Yamani,
Loam Kalimantan cm/jam A. (n.d.).
(Lempung Selatan (cepat
Liat Berpasir) (Kelerengan 8 – lembab)
15%
bergelombang)
13,51% 33,55% 52,9% Silty Clay Tabalong Timur, 2,65% 0,014 Yamani,
Loam Kalimantan cm/jam A. (n.d.).
(Lempung Selatan (agak
Liat Berdebu) (Kelerengan lambat
>15% agak lembab)
curam)
32,78% 20,58% 46,6% Loam Tabalong Timur, 2,65% 0.013 Yamani,
(Lempung Kalimantan cm/jam A. (n.d.).
Liat) Selatan (Desa (agak cepat
Kumap 0 - 8% lembab)
relatif datar
40,66% 25,70% 21,0% Clay Loam Lahan 47,77 1 cm/jam Rahma
(Lempung perkebunan % (agak Sari
Liat) kakao (kurang lambat) Datukram
I(kelerengan baik) at, A. M.
15%), di Desa (2013)
% SAND % CLAY % SILT JENIS TANAH DITEMUKAN POROSI KH SUMBER
TAS
Sejahtera, Palolo

19,56% 5,66% 68,9% Silt Loam Lahan 51,93% 2 cm/jam Rahma


(Lempung perkebunan (baik) (agak Sari
Liat Berdebu) kakao lambat) Datukram
II(kelerengan at, A.
8%), di Desa M.
Sejahtera, Palolo (2013).

Masyarakat pendududuk Kecamatan Pitu memanfaatkan air bersih dan air


minum menurut air yang diggunakan pada Sumur Gali, Sumu Pompa, dan Mata Air.
Masyarakat Kecamatan Pitu tidak menggunakan air dari sungai dan PDAM untuk
memenuhi kebutuhan air bersih dan air minum. Pada hal ini masyarakat penduduk
Kecamatan Pitu masih kurang memanfaatkan air yang bersumber bahan baku dari air
sungai Bengawan Solo. Hal ini dapat terbukti begitu ganasnya bencana kekeringan
dikalam musim kemarau berkepanjangan, masyarakat sulit mencari air bersih dan air
minum.

Tabel Jumlah Kebutuhan Air Domestik Menurut Sumber Air Yang Digunakan 2018

Desa /Kelurahan Sumur Sumur PDAM SUNGAI Mata IR


Gali Pompa
1 2 3 4 5 6
1. Banjarbanggi 726 177 - - 4
2. Bangunrejo Lor 715 260 - - 5
3. Karanggeneng 475 182 - - -
4. Papungan 67 307 - - 16
5. Cantel 76 48 - - 8
6. Ngancar 786 8 - - 3
7. Kalang 526 201 - - -
8. Pitu 1132 10 - - 20
9. Dumplengan 667 32 - - 14
10. Selopuro 300 15 - - 17
Jumlah 5470 1240 - - 87
Sumber: Kantor Desa Se Kecamatan Pitu

Berdasarkan letak geografis Kecamatan Pitu terletak pada 7º412’ Lintang


Selatan dan 111º511’ Bujur Timur. Kecamatan pitu terdapat sungai besar yaitu sungai
Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo memberikan debit air yang melimpah yang
dapat di manfaatkan sebagai air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan air
minum. Oleh sebab itu pemanfaatan air baku ini dapat di olah menggunakan metode
River Bank di kala bencana kekeringan melanda dan kegiatan sehari hari.

Gambar 11 Alur Sungai Bengawan Solo Kabupaten Ngawi

Sumber Gambar: RPI2-JM Bidang


Cipta KaryaKabupaten
Ngawi Th 2017-2021
Gambar 11. Lokasi Kecamatamn Pitu
Terhadap Alur Sungai Bengawan Solo.
Sumber Gambar: EditorPribadi
Pada bantaran Sungai Bengawan Solo jenis tanah yang dominan adalah
Lempung Berpasir. Oleh sebab itu konduktifitas hidrolik untuk laju infiltrasi dalam
tanah relative rendah. Namun Keefektifan dalam menyaring cukup baik.

3. Kesimpulan
Air mempunyai peranan penting bagi semua mahluk hidup, tak terkecuali
manusia. Namun, seiring bertambahnya penduduk kebutuhan air juga semakin tinggi.
Akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi maka akan berdampak pada
ketersediaan sumber daya air. Maka, manusia dihadapkan pada persoalan yang
membuat manusia harus mencari solusi dari persoalan tersebut. Indonesia banyak
dikelilingi oleh air wilayahnya. Tetapi sayang, masyarakat Indonesia masih banyak
yang belum paham betapa pentingnya menjaga kelestarian dan ketersediaan air.
Musim kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan kekeringan di sebagian wilayah
Indonesia. Kabupaten Ngawi merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi
kekeringan. Pada tahun 2021 Kecamatan Pitu salah satu yang terdampak bencana
kekeringan.
River Bank Filtration adalah salah satu cara untuk penanggulangan dampak
bencana kekeringan air bersih. Riverbank filtration dapat dimanfaatkan sebagai unit
pengolahan air bersih berbiaya rendah maupun sebagai unit pre- treatment pada
sarana pengolahan air bersih khususnya pada negara berkembang. Sebagai sebuah
proses pengolahan air bersih, RBF dapat membersihkan air permukaan dari
kontaminan organik, mikroba patogen dan partikel pencemar. Keunggulan yang
dimiliki oleh RBF antara lain adalah efektivitas biaya, hal ini dimungkinkan karena
RBF mampu menyeimbangkan fluktuasi konsentrasi ion (misalnya : nitrat dan
amonia) sehingga tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Keunggulan lain
penerapan RBF adalah kemungkinan pencampuran antara filtrat sumur pada bantaran
sungai dengan air tanah pada aquifer untuk meningkatkan kapasitas produksi,
sekaligus melarutkan kontaminan

Silalahi, M. D. (2002). Optimalisasi Sarana Yuridis Sebagai Upaya


Menumbuhkan Masyarakat Sadar Urgensi Sumber Daya Air (SDA). Majalah Air.

Endang Pipin Tachyan M.Eng. (1984). Dasar-dasar Dan Praktek Irigasi.


Jakarta: Erlangga.

Ray C, Melin G, Linsky RB. 2003. Riverbank Filtration Improving Source –


Water Quality. Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.
Grischek T, Shoenheinz D, Ray C, 2003. Sitting and Design Issues for
Riverbank Filtration Schemes.Dordrecht: Kluwer Academic Publisher.

Irwan Yudha Hadinata dan Bani Noor Muchamad (2018), Studi Penyusunan
Dan Penentuan Sempadan Sungai Di Kota Banjarmasin.

Rajiv Lochan Sahu, etc al (2020). Use Of Soil Conservation Service Curve
Number And Filtration Coefficient Approach For Simulating Escherichia Coli
Removal During River Bank Filtration

Jiang Bai, et al (2020). Multi-Isotope Constraints On Biogeochemical


Processes During Bank Filtration: A Case Study Of The Liao River, Northeast China

Yamani, A. (n.d.). Analisis Sifat Fisik Dan Kimia Tanah Pada Kelerengan
Yang Berbeda Di Cv. Tabalong Timur Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan.
Analisis Sifat Fisik (21):134-139, 134-139.

Rahma Sari Datukramat, A. M. (2013). Degradasi Beberapa Sifat Fisik Tanah


Akibat Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan Perkebunan Kakao (Theobroma
Cacao )

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Ngawi Tahun 2017 – 2021

Anda mungkin juga menyukai