Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KATA DAN MORFOLOGI

Disusun guna memenuhi tugas mata


kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu :
Dr. Iwan Marwan M. Hum
Penyusun :
Ahmad Wildan Zulfikar A 21201088

KELAS 1C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI (IAIN KEDIRI)

2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan ilhamnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat
waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
menyelesaikan tugas dari dosen saya Bapak Dr. Iwan Marwan M. Hum. selaku
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Saya menyadari makalah yang berjudul “Kata dan Morfologi” ini masih
memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Oleh karena itu saya harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya
mohon maaf.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah berjudul “Kata dan
Morfologi” ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Kediri, 12 Oktober 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................5
C. Tujuan Masalah................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Pengertian Kata dan Morfologi........................................................................................6
B. Hubungan Morfen dengan Kata.......................................................................................8
C. Unsur Pembentukan Kata.................................................................................................9
D. Kata Dasar dan Kata Turunan.........................................................................................13
E. Klasifikasi Kata................................................................................................................15
BAB III.........................................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................................20
A. Kesimpulan.....................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata adalah suatu bagian yang terkecil dalam sebuah tata bahasa, namun
meskipun demikian kata merupakan suatu yang sangat vital dan fungsional yang
struktural dalam pembentukan kohesi di sebuah kalimat maupun bagian terbesar
dari itu sehingga menjadi sebuah paragrap dalam bahasa. Kalimat efektif
sangatlah memiliki kaitan yang erat akan pola kata di dalamnya. Begitupun
sebuah paragraf, juga memiliki susunan kalimat yang benar sangat ditentukan
melalui struktur katanya. Dengan demikian, dapat kita tarik sebuah kesimpulan
bersama bahwa sangatlah penting tingkat pemahaman kita akan sebuah kata.
Lebih dari itu, jika kita kaji secara lebih mendalam, maka kata memiliki
cakupan yang sangatlah luas di dalamnya yang bahkan tidak cukup dengan
penjelasan sekilas, karena perlu diuraikan untuk dapat lebih mudah dipahami.
Begitu juga bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak
tertulis, sehingga penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan
perbendaharaan kata yang kaya dan lengkap.
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran
terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis dan
berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya
ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang
digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana.
Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata.
Oleh karena itu Ilmu morfologi akan menjelaskan tentang bagaimana sebuah
morfem bisa berubah menjadi kata setelah melewati proses morfologis. Nantinya
akan didapatkan kejelasan mengapa terjadi keteraturan afiks. Oleh sebab itu,
mempelajari morfologi sangat penting, kita akan mampu membedakan kata-kata
yang kelihatannya hampir mirip, serta kita juga akan mampu memilih kata yang
tepat sesuai dengan apa yang ingin kita ungkapkan.

A. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kata dan morfologi?


2. Apa hubungan morfem dan kata?
3. Bagaimana unsur-unsur pembentukan kata?

B. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian kata dan morfologi.


2. Untuk mengetahui hubungan mofem dan kata.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur pembentukan kata.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kata dan Morfologi

Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.


Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan
pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Para tata bahasawan struktural,
terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi membicarakan kata sebagai
satuan lingual dan menggantikannya dengan satuan yang disebut morfem.
Mereka membahas morfem ini dari berbagai segi dan pandangan. Tetapi tidak
pernah mempersoalkan apakah kata itu. Batasan kata yang di buat Bloomfield
sendiri, yaitu kata adalah satuan bebas terkecil (a minimal free form) tidak
pernah di  ulas atau di komentari, seolah-olah batasan itu sudah bersifat final.
Para linguis setelah Bloomfield juga tidak menaruh perhatian khusus terhadap
konsep kata. Malah tata bahasa Generatif Transformasi, yang di cetuskan dan di
kembangkan oleh Comsky, meskipun menyatakan kata adalah dasar analisis
kalimat, hanya menyajikan kata itu dengan symbol-simbol V (verba), N
(nomina), A (adjektiva), dan sebagainya. Tidak di bicarakannya hakikat kata
secara khusus oleh kelompok Bloomfield dan pengikutnya adalah karena dalam
analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem,
morfem dan kalimat. Berbeda dengan tata bahasa tradisional yang melihat
hierarki bahasa sebagai : kata dan kalimat.
Batasan kata yang umum kita jumpai dalam berbagai buku linguis Eropa
adalah bahwa kata merupakan bentuk yang, kedalam mempunyai susunan
fonologis yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai kemungkinan
mobilitas di dalam kalimat. Batasan tersebut mengiratkan dua
hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya
tetap dan tidak dapat berubah, serta tidak dalam di selipi atau di selang oleh
fonem lain. Jadi, misalnya, kata sikat, urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/,
dan /t/ urutan itu tidak dapat di ubah menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, dan /t/. atau di selipi
fonem lain, misalnya, menjadi /s/, /i/, /u/, /k/, /a/, dan /t/ keduanya setiap kata
mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat
di isi atau di gantikan oleh kata lain; atau juga dapat di pisahkan dari kata
lainnya.
Pembentukan kata disebut juga dengan Morfologi. Morfologi adalah
cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta
pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata
Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatik maupun fungsi semantik. Kata Morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang
digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi
[o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur
pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi
ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang
muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu,
juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara
struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat
terendah dan kata pada tingkat tertinggi. Morfologi digunakan pada berbagai
cabang ilmu. Secara harfiah, morfologi memiliki arti pengetahuan tentang
bentuk(morphos). Pengertian Morfologi menurut Para ahli :
1. Zaenal Arifin dan Juaiyah
Memberikan pengertian bahwa morfologi yaitu ilmu bahasa tentang seluk
beluk bentuk struktur kata.
2. J. W. M. Verhaar
Memberikan pengertian bahwa morfologi merupakan salah satu cabang
linguistik yang mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai satuan
gramatikal tulisan.
3. Ramlan
Memberikan pemahaman morfologi yaitu bagian dari ilmu bahasa yang
khusus membicarakan struktur kata dan pengaruh perubahan struktur kata
kepada arti kata.
4. Rusmaji
Morfologi mencakup kata, bagian dan proses.

Dari pengertian morfologi di atas bisa di simpulkan bahwa morfologi


yaitu tata kelola bahasa yang di pakai dalam membentuk kalimat, agar sistematis
dan juga mudah dicerna oleh khalayak ramai, karena identik dengan proses dan
penggunaannya.

B. Hubungan Morfen dengan Kata

Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata
dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari
pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa
Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki
dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar
penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

Dalam ilmu bahasa dikenal satuan seperti kata,frase, klausa,kalimat.


Dalam praktek morfem dapat dikenal dan ditemukan dengan jalan
memperbandingkan satuan-satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan
pertentangan. Alwi (2003: 28) morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun
terikat yang tidak dapat dibagi kedalam bentuk terkecil yang mengandung arti.
Kridalaksana (2007: 141) morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya
relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil;
misalnya –ter, -di, -pensil dan sebagainya. Morfem memiliki dua jenis, yaitu:
1.     Morfem Bebas

Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat
muncul dalam ujaran. Selain itu morfem bebas juga morfem yang memiliki
makna tanpa bantuan morfem lain.  Contoh:  rumah, sehat, makan, damai,
minum, pukul, ambil, potong dan gali

2.     Morfem Terkait

Morfem terikat adalah tidak memiliki makna leksikal. Artinya morfem


itu  tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan morfem lain. Morfem terkait ini
terbagi menjadi dua jenis yakni:

a.     Morfem terikat secara morfologis (MTSM) berupa: 

1)    Prefiks/awalan: ber-, di-, ke-, men(N)-, pe(r)-, se-, ter-.

2)    Infiks/sisipan: el-, em-, er-.

3)    Sufiks/akhiran: an-, i-, kan-.

4)    Bentuk/unsur gabung: antar-, intra-, pre-, pro-, a-, in-, ir-, pra-, semi-. 

5)    Klitika: ku-, lah-, pun-, nya-, mu.

b.     Morfem terikat secara sintaksis berupa:

1)    Preposisi: ke-, di-, dari-, pada-.

2)    Kata Tugas: yang-, dan-, dengan-, tetapi-, akan-, telah-, namun-, bahkan-,
malahan-, walaupun-, meskipun-, karena-, sebab- sedangkan-. 
C. Unsur Pembentukan Kata

Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu:


Inflektif yaitu Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu
biasanya berupa afiks, yang mungkin berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga
berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam bentuk dasar
itu. Derivatif, Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru,
atau kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal
ini berbeda dengan pembentukan kata secara derivatif atau derivasional.
Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata baru, kata yang identitas
leksikalnya tidak sama dengan kata.
Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu :

1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke
kata, yang dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama.
Tidak semua morfem dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi
kata. Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem
terikat tidak dapat langsung menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat
langsung menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan
rumah dapat langsung menjadi kata karena dapat berdiri sendiri dan
bermakna.
2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan
pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks
tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata
dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk
kata baru dengan arti yang berbeda. Contoh: Awalan di- bermakna suatu
perbuatan yang pasif. di + baca = dibaca, di + ambil = diambil. Jika di-
diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat, maka penulisannya dipisah,
contoh: di Jakarta, di Tanah Grogot; Awalan ter- Imbuhan ter-
menyatakan makna sebagai berikut: Menyatakn
sifat : terpandai, terbaik, terhebat, Menyatakan
ketidaksengajaan : terbawa, tertinggal, Menyatakan keadaan
telah : tertutup, terbuka, terkunci; Awalan ke- Tidak memiliki bentuk
perubahan khusus, tetapi memiliki makna menyatakan urutan. Contoh:
ke-1, ke-2, ke-3, dst.

b. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda. Contoh: Akhiran –an Pada umumnya
akhiran -an membentuk kata benda. Misalnya, pukulan, manisan, satuan,
ratusan. Makna akhiran -an adalah sebagai berikut: Menyatakan tempat :
pangkalan, kubangan, Menyatakan alat : timbangan, ayunan,
Menyatakan akibat, hasil perbuatan : hukuman, balasan; Akhiran -kan
dan –i Berfungsi untuk membentuk kata kerja imperative (memerintah),
contoh: Panas  (kata sifat) menjadi Panaskan (kata kerja), panasi (kata
kerja).

c. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)


Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan
satu di belakang bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem
terbagi. Konfiks adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal,
sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan
dengan beberapa makna gramatikal. Dalam bahasa Indonesia setidak-
tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an, per-…-an, dan
ber-…-an. Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.
d. Kombinasi Afiks
Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks.
Secara kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dihubungkan dengan
sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal
beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-
kan, pe-an, dan se-nya.
3. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar,
baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan
perubahan bunyi, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian
seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi,
seperti bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi semu, seperti mondar-
mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi,
tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan
dapat pula bersifat derivasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak
mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna gramatikal.
Misalnya, meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti
“banyak yang kecil”. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru atau
kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya. Dalam
bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar
pura.
4. Komposisi
Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk
sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang
baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini
dapat dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak
sekali memerlukan kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum
ada kosakatanya atau istilahnya dalam bahasa Indonesia. Produktifnya
proses komposisi itu dalam bahasa Indonesia menimbulkan berbagai
masalah dan berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan
makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain masalah kata
majemuk.
Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:
a. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.
b. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan
menghindari salah pengertian. Contoh: orang-tua muda.
c. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh:
berterima kasih.
d. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran.
Contoh: menyebarluaskan.
e. Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan.
Contohnya: manakala, kilometer.
5. Konversi dan Modifikasi Internal
Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi,
adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa
perubahan unsur segmental.
Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau
perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan
unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang
berkerangka tetap Contoh: 'dia laki-laki menulis', 'sudah ditulis’
6. Pemendekan
Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau
gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya
tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita
sebut kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm
(utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan
keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar)

D. Kata Dasar dan Kata Turunan

Kata merupakan salah satu unsur yang membentuk berbagai jenis-jenis


kalimat. Kata majemuk dan kata hubung (konjungsi) merupakan beberapa
diantara jenis-jenis kata. yang ada. Artikel kali ini akan membahas dua jenis kata
lainnya, yakni kata dasar dan kata berimbuhan.  Keduanya akan dijelaskan baik
itu definisinya maupun contoh-contohnya.
1. Kata Dasar
Dalam istilah linguistik, kata dasar diartikan sebagai dasar dari
pembentukan kata yang lebih besar. Kata dasar merupakan jenis kata yang
dapat berdiri sendiri dan tersusun atas morfem atau gabungan morfem. Kata
dasar juga mempunyai sejumlah ciri, yaitu:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki
imbuhan atau yamg merupakan kata turunan.
c. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan mengalami
perbedaan makna.
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa
perlu dibubuhi imbuhan.

Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar
kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks
adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar
kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses, seperti
pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi (perulangan kata).

Contoh Kata Dasar Tunggal:

1) Air
2) Api
3) Mobil
4) Badai
5) Tempe

Contoh Kata Dasar Kompleks:

1) Memakai
2) Melarang
3) Melihat-lihat
4) Berkemah
5) Bolak-balik

2. Kata Turunan
Perubahan yang disebabkan karena adanya  afiks atau imbuhan baik di
awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir
(sufiks atau akhiran) kata. Syarat afiksasi yaitu kata afiks itu harus dapat
ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata
baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu
kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat.
Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata
timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan
secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua,
kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak
dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang
berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda
halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang,
tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis
mempunyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata
ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam
afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti
karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat
mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak
mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk
golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau
bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar
atau bentuk dasar.
Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi
perubahan bentuk imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi
karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan →
terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an.

E. Klasifikasi Kata

Chaer (2008: 65) mengklasifikasikan kata menjadi kelas terbuka dan kelas
tertutup. Sebagai berikut :
1) Kelas Terbuka
Yaitu kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang
terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa.
a) Nomina (kata benda)
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai
potensi untuk bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi
untuk didahului oleh partikel dari. Nomina berbentuk:
a. Nomina dasar, seperti radio, udara, kertas, barat, kemarin, dll.
b. Nomina turunan, terbagi atas:
 Nomina berafiks, seperti keuangan, perpaduan, gerigi.
 Nomina reduplikasi, seperti gedung-gedung, tetamu,
pepatah.
 Nomina hasil gabungan proses, seperti batu-batuan,
kesinambungan.
 Nomina yang berasal dari pelbagai kelas karena proses: -
deverbalisasi, seperti pengangguran, pemandian,
pengembangan, kebersamaan - deajektivalisasi, seperti
ketinggian, leluhur - denumeralisasi, seperti kepelbagaian,
kesatuan - deadverbialisasi, seperti keterlaluan, kelebihan
- penggabungan, seperti jatuhnya, tridarma.
c. Nomina paduan leksem, seperti daya juang, cetak lepas, loncat
indah, tertib acara, jejak langkah.
d. Nomina paduan leksem gabungan, seperti pendayagunaan,
ketatabahasaan, pengambilalihan, kejaksaaan tinggi.
b) Verba (kata kerja)
Kata dikatakan berkategori verba jika dalam frasa dapat didampingi
partikel tidak dalam konstruksi dan tidak dapat didampingi partikel di,
ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak.
Berdasarkan bentuknya verba dibedakan menjadi:
a. Verba Dasar Bebas Adalah verba yang berupa morfem dasar
bebas. Contoh: nonton, makan, mandi, minum, pergi, pulang,
lari, loncat.
b. Verba Turunan Adalah verba yang telah mengalami afiksasi,
reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Bentuk turunannya, yaitu:
1) Verba Berafiks Contoh: berdandan, terbayang,
kerinduan, kecelakaan, memasak, bekerja, menjalani.
2) Verba Bereduplikasi Contoh: lari-lari, ingat-ingat, maju-
maju, semangat-semangat, malas-malas.
3) Verba Berproses Gabungan Contoh: bercanda-canda,
tersenyum-senyum, terbayang-bayang, berandai-andai.
c. Verba Majemuk Contoh: buah tangan, cuci mata, unjuk gigi,
adu domba, campur tangan, main hakim.
c) Ajektiva (kata keadaan)
Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya
untuk bergabung dengan partikel tidak, mendampingi nomina, atau
didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, mempunyai ciri-ciri
morfologis seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), dan –i
(dalam alami), dan dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an
seperti keyakinan. Dari bentuknya ajektiva dapat dibedakan menjadi:
a. Ajektiva Dasar
 Dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: adil, agung,
bahagia, bersih, cemberut, canggung, dungu, disiplin, enggan,
elok, fanatik, fatal, ganteng, galau, haus, halus, indah, iseng,
jelita, jahat, kenyal, kabur, lambat, lancar, mahal, manis,
nakal, netral, otentik, padat, paham, ramai, rapat, sadar, sabar,
taat, takut, untung, ulet, dan sebagainya.
 Tidak dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: buntu,
cacat, gaib, ganda, genap, interlokal, kejur, lancing, langsung,
laun, musnah, niskala, pelak, tentu, tunggal, dsb.
b. Ajektiva Turunan
 Ajektiva turunan berafiks misalnya terhormat.
 Ajektiva bereduplikasi, misalnya ringan-ringan.
 Ajektiva berafiks R-an atau ke-an, misalnya kemalu-maluan.
 Ajektiva berafiks –i, misalnya alami, alamiah (alam).
 Ajektiva yang berasal dari pelbagai kelas dengan proses-
proses sebagai berikut. – Deverbalisasi, misal: mencekam,
menjengkelkan, terpaksa, tersinggung, dan sebagainya
2) Kelas Tertutup
Yaitu kelas yang keanggotannya terbatas dan tidak tampak
kemungkinan untuk bertambah atau berkurang.
a) Adverbia (kata keterangan)
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva,
numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia tidak
boleh dikacaukan dengan keterangan, karena adverbia merupakan
konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Bentuk adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, contoh: alangkah, agak, akan, belum, bisa.
b. Adverbia turunan, yang terbagi atas:
1) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari:
 Adverbia bereduplikasi, seperti jangan-jangan, lagi-lagi
 Adverbia gabungan, misalnya tidak boleh tidak
2) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas:
 Adverbia berafiks, misalnya terlampau, sekali.
 Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi, misalnya akhir-
akhir, sendiri-sendiri.
 Adverbia de-ajektiva, misalnya awas-awas, benar-benar.
 Adverbia denumeralia, misalnya dua-dua.
 Adverbia deverbal, kira-kira, tahu-tahu.
 Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan
pronomina, misalnya rasanya, rupanya.
 Adverbia deverbal gabungan, misalnya ingin benar, tidak
terkatakan lagi.
 Adverbia de ajektival gabungan, misalnya tidak lebih, kerap
kali.
 Gabungan proses, misalnya : se- +A +-nya: sebaiknya
b) Promina (kata ganti)
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan
nomina, yang digantikan itu disebut anteseden.
c) Numeralia (kata bilangan)

Numeralia adalah kategori yang dapat 1) mendamping nomina


dalam konstruksi sintaksis, 2) mempunyai potensi untuk mendampingi
numeralia lain, 3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat.
d) Preposisi (kata depan)
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain
(terutama nomina) sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif.
e) Konjungsi (kata penghubung)
Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan
satuan lain dalam kontruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua
satuan lain atau lebih dalam kontruksi. Konjungsi menghubungkan
bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.
Contoh: Dia marah karena saya, Dia marah karena saya
meninggalkannya, Adik saya dua orang yaitu Adit dan Byan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas tentang pengertian kata dan morfologi dapat


ditarik sedikit kesimpulan sebagai berikut :
Bentuk bahasa yang belum melalui proses morfologis disebut morfem,
sedangkan yang sudah melalui proses morfologis disebut kata. Dalam morfologi,
morfem adalah satuan gramatikal terkecil, sedangkan kata adalah satuan
gramatikal terbesar, dan keduanya memiliki makna. Morfem dibutuhkan untuk
membentuk kata, sedangkan morfologi dibutuhkan untuk mengetahui proses
pembentukan kata. Jadi morfologi, morfem, dan kata memiliki hubungan
keterkaitan karena saling terhubung satu sama lain serta ketiganya tidak dapat
terpisahkan.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Meriana, Ria dkk. 2017. Interferensi Morfologis Pada Gelar Wicara Mata Najwa
Periode Januari 2017 dan Implikasinya. Jurnal Kata: 2
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan Proses). Jakarta:
Rieneka Cipta
Baryadi, Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: USD.
Ramlan, M. 2009. Morfologi : suatu tinjauan deskriptif : catatan ke-13 . Yogyakarta:
Karyono
KBBI Kemdikbud. Pengertian Afiks diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/afiks

Anda mungkin juga menyukai