Dosen Pengampu :
Dr. Iwan Marwan M. Hum
Penyusun :
Ahmad Wildan Zulfikar A 21201088
KELAS 1C
FAKULTAS TARBIYAH
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan ilhamnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan tepat
waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk
menyelesaikan tugas dari dosen saya Bapak Dr. Iwan Marwan M. Hum. selaku
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia.
Saya menyadari makalah yang berjudul “Kata dan Morfologi” ini masih
memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Oleh karena itu saya harapkan
kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya
mohon maaf.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah berjudul “Kata dan
Morfologi” ini dapat bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................5
C. Tujuan Masalah................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. Pengertian Kata dan Morfologi........................................................................................6
B. Hubungan Morfen dengan Kata.......................................................................................8
C. Unsur Pembentukan Kata.................................................................................................9
D. Kata Dasar dan Kata Turunan.........................................................................................13
E. Klasifikasi Kata................................................................................................................15
BAB III.........................................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................................20
A. Kesimpulan.....................................................................................................................20
B. Saran..............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata adalah suatu bagian yang terkecil dalam sebuah tata bahasa, namun
meskipun demikian kata merupakan suatu yang sangat vital dan fungsional yang
struktural dalam pembentukan kohesi di sebuah kalimat maupun bagian terbesar
dari itu sehingga menjadi sebuah paragrap dalam bahasa. Kalimat efektif
sangatlah memiliki kaitan yang erat akan pola kata di dalamnya. Begitupun
sebuah paragraf, juga memiliki susunan kalimat yang benar sangat ditentukan
melalui struktur katanya. Dengan demikian, dapat kita tarik sebuah kesimpulan
bersama bahwa sangatlah penting tingkat pemahaman kita akan sebuah kata.
Lebih dari itu, jika kita kaji secara lebih mendalam, maka kata memiliki
cakupan yang sangatlah luas di dalamnya yang bahkan tidak cukup dengan
penjelasan sekilas, karena perlu diuraikan untuk dapat lebih mudah dipahami.
Begitu juga bahasa sangat penting dalam komunikasi baik tertulis maupun tak
tertulis, sehingga penggunaannya harus berdasar pada kebahasaan dan
perbendaharaan kata yang kaya dan lengkap.
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran
terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis dan
berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya
ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang
digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana.
Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Bahasa mempunyai struktur dan bentuk yang menyusun sebuah kata.
Oleh karena itu Ilmu morfologi akan menjelaskan tentang bagaimana sebuah
morfem bisa berubah menjadi kata setelah melewati proses morfologis. Nantinya
akan didapatkan kejelasan mengapa terjadi keteraturan afiks. Oleh sebab itu,
mempelajari morfologi sangat penting, kita akan mampu membedakan kata-kata
yang kelihatannya hampir mirip, serta kita juga akan mampu memilih kata yang
tepat sesuai dengan apa yang ingin kita ungkapkan.
A. Rumusan Masalah
B. Tujuan Masalah
Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata
dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari
pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa
Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki
dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar
penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat
muncul dalam ujaran. Selain itu morfem bebas juga morfem yang memiliki
makna tanpa bantuan morfem lain. Contoh: rumah, sehat, makan, damai,
minum, pukul, ambil, potong dan gali
2. Morfem Terkait
4) Bentuk/unsur gabung: antar-, intra-, pre-, pro-, a-, in-, ir-, pra-, semi-.
2) Kata Tugas: yang-, dan-, dengan-, tetapi-, akan-, telah-, namun-, bahkan-,
malahan-, walaupun-, meskipun-, karena-, sebab- sedangkan-.
C. Unsur Pembentukan Kata
1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke
kata, yang dalam tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama.
Tidak semua morfem dengan sendirinya dapat langsung berubah menjadi
kata. Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem
terikat tidak dapat langsung menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat
langsung menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan
rumah dapat langsung menjadi kata karena dapat berdiri sendiri dan
bermakna.
2. Afiks (imbuhan)
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan
pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks
tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata
dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks (awalan)
Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk
kata baru dengan arti yang berbeda. Contoh: Awalan di- bermakna suatu
perbuatan yang pasif. di + baca = dibaca, di + ambil = diambil. Jika di-
diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat, maka penulisannya dipisah,
contoh: di Jakarta, di Tanah Grogot; Awalan ter- Imbuhan ter-
menyatakan makna sebagai berikut: Menyatakn
sifat : terpandai, terbaik, terhebat, Menyatakan
ketidaksengajaan : terbawa, tertinggal, Menyatakan keadaan
telah : tertutup, terbuka, terkunci; Awalan ke- Tidak memiliki bentuk
perubahan khusus, tetapi memiliki makna menyatakan urutan. Contoh:
ke-1, ke-2, ke-3, dst.
b. Sufiks (akhiran)
Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda. Contoh: Akhiran –an Pada umumnya
akhiran -an membentuk kata benda. Misalnya, pukulan, manisan, satuan,
ratusan. Makna akhiran -an adalah sebagai berikut: Menyatakan tempat :
pangkalan, kubangan, Menyatakan alat : timbangan, ayunan,
Menyatakan akibat, hasil perbuatan : hukuman, balasan; Akhiran -kan
dan –i Berfungsi untuk membentuk kata kerja imperative (memerintah),
contoh: Panas (kata sifat) menjadi Panaskan (kata kerja), panasi (kata
kerja).
Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar
kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks
adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar
kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses, seperti
pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi (perulangan kata).
1) Air
2) Api
3) Mobil
4) Badai
5) Tempe
1) Memakai
2) Melarang
3) Melihat-lihat
4) Berkemah
5) Bolak-balik
2. Kata Turunan
Perubahan yang disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di
awal (prefiks atau awalan), tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir
(sufiks atau akhiran) kata. Syarat afiksasi yaitu kata afiks itu harus dapat
ditempatkan pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata
baru. Contoh: kata minuman, kata ini terdiri dari dua unsur langsung, yaitu
kata minum yang di sebut bentuk bebas dan –an yang di sebut bentuk terikat.
Makna ini di sebut makna afiks. Contoh kata yang lain seperti: kata
timbangan, pikiran, satuan, gambaran, buatan, bungkusan.
Kata afiks itu merupakan bentuk terikat, tidak dapat berdiri sendiri dan
secara gramatis (tertulis) selalu melekat pada bentuk lain. Contoh: kedua,
kehendak, kekasih, ketua, artinya antara imbuhan ke- dan kata dua tidak
dapat di pisahkan, karena apabila dipisahkan akan mempunyai arti yang
berbeda. Demikian juga dengan kata kehendak, kekasih dan ketua. Berbeda
halnya dengan bentuk di seperti pada kata di rumah, di pekarangan, di ruang,
tidak dapat di golongkan afiks, karena sebenarnya bentuk itu secara gramatis
mempunyai sifat bebas. Demikian halnya dengan bentuk ke seperti pada kata
ke rumah, ke toko, ke kota , ini tidak dapat di golongkan afiks. Jadi, dalam
afiks hanya dapat di bentuk apabila imbuhan itu dalam bentuk terikat.
Afiks tidak memiliki arti leksis, artinya tidak mempunyai pertalian arti
karena kata itu berupa imbuhan. Sedangkan imbuhan itu dapat
mempengaruhi arti kata itu sendiri. Contoh: bentuk –nya yang sudah tidak
mempunyai pertalian arti dengan ia. Misalnya: rupanya, agaknya, termasuk
golongan afiks, karena hubungannya dengan arti leksisnya sudah terputus.
Imbuhan itu dapat mengubah makna, jenis dan fungsi sebuah kata dasar atau
bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya berbeda dengan kata dasar
atau bentuk dasar.
Contoh: afiks baru: pembaruan → peng- an. Pada contoh ini terjadi
perubahan bentuk imbuhan dari pem- an menjadi peng- an, hal ini terjadi
karena pengaruh asimilasi bunyi. Kata belakang → keterbelakangan →
terbelakang. Pada kata ini terjadi perubahan bentukke-an.
E. Klasifikasi Kata
Chaer (2008: 65) mengklasifikasikan kata menjadi kelas terbuka dan kelas
tertutup. Sebagai berikut :
1) Kelas Terbuka
Yaitu kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang
sewaktu-waktu berkenaan dengan perkembangan sosial budaya yang
terjadi dalam masyarakat penutur suatu bahasa.
a) Nomina (kata benda)
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai
potensi untuk bergabung dengan partikel tidak dan mempunyai potensi
untuk didahului oleh partikel dari. Nomina berbentuk:
a. Nomina dasar, seperti radio, udara, kertas, barat, kemarin, dll.
b. Nomina turunan, terbagi atas:
Nomina berafiks, seperti keuangan, perpaduan, gerigi.
Nomina reduplikasi, seperti gedung-gedung, tetamu,
pepatah.
Nomina hasil gabungan proses, seperti batu-batuan,
kesinambungan.
Nomina yang berasal dari pelbagai kelas karena proses: -
deverbalisasi, seperti pengangguran, pemandian,
pengembangan, kebersamaan - deajektivalisasi, seperti
ketinggian, leluhur - denumeralisasi, seperti kepelbagaian,
kesatuan - deadverbialisasi, seperti keterlaluan, kelebihan
- penggabungan, seperti jatuhnya, tridarma.
c. Nomina paduan leksem, seperti daya juang, cetak lepas, loncat
indah, tertib acara, jejak langkah.
d. Nomina paduan leksem gabungan, seperti pendayagunaan,
ketatabahasaan, pengambilalihan, kejaksaaan tinggi.
b) Verba (kata kerja)
Kata dikatakan berkategori verba jika dalam frasa dapat didampingi
partikel tidak dalam konstruksi dan tidak dapat didampingi partikel di,
ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih, atau agak.
Berdasarkan bentuknya verba dibedakan menjadi:
a. Verba Dasar Bebas Adalah verba yang berupa morfem dasar
bebas. Contoh: nonton, makan, mandi, minum, pergi, pulang,
lari, loncat.
b. Verba Turunan Adalah verba yang telah mengalami afiksasi,
reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Bentuk turunannya, yaitu:
1) Verba Berafiks Contoh: berdandan, terbayang,
kerinduan, kecelakaan, memasak, bekerja, menjalani.
2) Verba Bereduplikasi Contoh: lari-lari, ingat-ingat, maju-
maju, semangat-semangat, malas-malas.
3) Verba Berproses Gabungan Contoh: bercanda-canda,
tersenyum-senyum, terbayang-bayang, berandai-andai.
c. Verba Majemuk Contoh: buah tangan, cuci mata, unjuk gigi,
adu domba, campur tangan, main hakim.
c) Ajektiva (kata keadaan)
Ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya
untuk bergabung dengan partikel tidak, mendampingi nomina, atau
didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, mempunyai ciri-ciri
morfologis seperti –er (dalam honorer), -if (dalam sensitif), dan –i
(dalam alami), dan dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an
seperti keyakinan. Dari bentuknya ajektiva dapat dibedakan menjadi:
a. Ajektiva Dasar
Dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: adil, agung,
bahagia, bersih, cemberut, canggung, dungu, disiplin, enggan,
elok, fanatik, fatal, ganteng, galau, haus, halus, indah, iseng,
jelita, jahat, kenyal, kabur, lambat, lancar, mahal, manis,
nakal, netral, otentik, padat, paham, ramai, rapat, sadar, sabar,
taat, takut, untung, ulet, dan sebagainya.
Tidak dapat diuji dengan kata sangat, lebih, misalnya: buntu,
cacat, gaib, ganda, genap, interlokal, kejur, lancing, langsung,
laun, musnah, niskala, pelak, tentu, tunggal, dsb.
b. Ajektiva Turunan
Ajektiva turunan berafiks misalnya terhormat.
Ajektiva bereduplikasi, misalnya ringan-ringan.
Ajektiva berafiks R-an atau ke-an, misalnya kemalu-maluan.
Ajektiva berafiks –i, misalnya alami, alamiah (alam).
Ajektiva yang berasal dari pelbagai kelas dengan proses-
proses sebagai berikut. – Deverbalisasi, misal: mencekam,
menjengkelkan, terpaksa, tersinggung, dan sebagainya
2) Kelas Tertutup
Yaitu kelas yang keanggotannya terbatas dan tidak tampak
kemungkinan untuk bertambah atau berkurang.
a) Adverbia (kata keterangan)
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva,
numeralia, atau proposisi dalam konstruksi sintaksis. Adverbia tidak
boleh dikacaukan dengan keterangan, karena adverbia merupakan
konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Bentuk adverbia:
a. Adverbia dasar bebas, contoh: alangkah, agak, akan, belum, bisa.
b. Adverbia turunan, yang terbagi atas:
1) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri dari:
Adverbia bereduplikasi, seperti jangan-jangan, lagi-lagi
Adverbia gabungan, misalnya tidak boleh tidak
2) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas:
Adverbia berafiks, misalnya terlampau, sekali.
Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi, misalnya akhir-
akhir, sendiri-sendiri.
Adverbia de-ajektiva, misalnya awas-awas, benar-benar.
Adverbia denumeralia, misalnya dua-dua.
Adverbia deverbal, kira-kira, tahu-tahu.
Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan
pronomina, misalnya rasanya, rupanya.
Adverbia deverbal gabungan, misalnya ingin benar, tidak
terkatakan lagi.
Adverbia de ajektival gabungan, misalnya tidak lebih, kerap
kali.
Gabungan proses, misalnya : se- +A +-nya: sebaiknya
b) Promina (kata ganti)
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan
nomina, yang digantikan itu disebut anteseden.
c) Numeralia (kata bilangan)
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Meriana, Ria dkk. 2017. Interferensi Morfologis Pada Gelar Wicara Mata Najwa
Periode Januari 2017 dan Implikasinya. Jurnal Kata: 2
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (pendekatan Proses). Jakarta:
Rieneka Cipta
Baryadi, Praptomo. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: USD.
Ramlan, M. 2009. Morfologi : suatu tinjauan deskriptif : catatan ke-13 . Yogyakarta:
Karyono
KBBI Kemdikbud. Pengertian Afiks diakses melalui
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/afiks