Anda di halaman 1dari 5

A.

Hikmah Sakit
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan musibah sakit,
sebab akan mengganggu segala aktifitas hidup manusia. Namun apabila Allah
menghendaki manusia untuk sakit, maka tak seorangpun yang dapat
menolaknya. Ada pun hikmah dari sakit antara lain:
1. Penghapus dosa
Sakit merupakan penghapus dosa bagi seorang muslim. Ia ibarat pohon
yang meggugurkan daunnya pada waktu-waktu tertentu. Hal ini sebagai
mana sabda Rasulullah:

“Tidaklah seorang Muslim tertimpa derita dari penyakit atau perkara


lain, kecuali Allah hapuskan darinya kejelekan-kejelekannya (dosa-
dosanya) sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.” (HR. Muslim)7

2. Agar istiqamah dan kembali ke jalan Allah


Allah SWT berfirman
“Dan kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali ke jalan yang
benar.” (QS. Az-Zukhruf: 48)

Banyak kita saksikan orang-orang kembali ke jalan yang benar lantaran


menderita suatu penyakit. Bisa jadi ketika badannya sehat mereka lupa diri.
Sampai merasa bahwa dirinya bisa berbuat apa saja. Tapi, begitu Allah
mengujinya dengan suatu penyakit, mereka pun sadar bahwa mereka sebenarnya
hanylah hamba yang dha‟if, yang selalu membutuhkan Allah. Sehingga mereka
pun kembali ke jalan Allah dan istiqamah berpegang pada agama-Nya.

3. Allah mencintai orang yang sakit


Bukti Allah mencintai seorang hamba adalah Dia akan menimpakan cobaan
kepadanya. Semakin besar cobaan, semakin besar pula pahala yang akan
didapatkan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya, besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan.


Sesungguhnya, jika Allah mencintai seorang kaum, maka Dia akan menguji
mereka. Barangsiapa yang ridha dengan musibah tersebut maka baginya
keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang marah (tidak ridha) dengan musibah itu,
maka baginya kemurkaan Allah.” (HR. Tirmidzi)

4. Mendapat pahala amal shalih yang biasa dilakukan ketika sehat


Sudah selayaknya bagi orang yang sakit itu bergembira, bukan bersedih lagi.
Karena banyaknya keutamaan yang akan kita dapatkan di kala sakit. Salah
satuunya adalah kita akan tetap mendapatkan pahala amal shalih yang biasa kita
kerjakan ketika sehat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:
“Jika seorang hamba sakit atau sedang melakukan perjalanan maka dituliskan
baginya pahala sebagaimana ketika ia melakukan pada saat tidak bepergian dan
sehat.” (HR. Bukhari).
5. Pahala pada hari kiamat bertambah
Di antara kabar gembira bagi orang sakit adalah ia akan mendapatkan tambahan
pahala pada hari kiamat. Hari di mana seluruh jin dan manusia tidak lagi bisa
beramal untuk mendapatkan pahala. Bahkan, orang-orang yang sehat pun
menginginkan pahala sakit ketika mengetahui pahala yang diberikan Allah kepada
oran yang sakit. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang duruwayatkan
oleh Tirmidzi dan dinilai hasan oleh Al-Albani:
“Orang-orang yang sehat sangat menginginkan nanti pada hari kiamat ketita
orang-orang yang mendapat musibah diberi pahala, seandainya kulit mereka
dipotong di dunia.”

6. Sarana mencapai tingkat yang tinggi di surga


Terkadang penyakit yang diderita seseorang bisa menjadi sebab untuk mencapai
tingkat yang tinggi di surga. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
“Sesungguhnya seorang hamba jika sudah ditetapka oleh Allah dengan sebuah
kedudukan di sisi-Nya yang tidak akan pernah bisa dicapai dengan perbutannya,
maka Allah akan mengujinya dengan ujian yang menimpa dirinya. Hartanya,
atau anak-anaknya. Kemudian hamba tersebut bersabar atas ujian tersebut
sehingga mencapai sebuah kedudukan yang telah ditetapkan Allah Ta’ala
kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan disahihkan oleh Al-Albani).

B. Adab Menjenguk Saudara yang Sakit


Menjenguk orang yang sakit seperti berada pada petikan buah kurma di dalam
surga sampai dia pulang. Maksudnya, dirinya senantiasa berada di taman buah-buahan
surga selama dirinya duduk di sisi orang yang sedang dijenguknya. Untuk mendapatkan
keutamaan menjenguk saudara yang sakit, hendaknya kita mengetahui adab-adabnya,
yaitu :
1. Menasihati atau mengingatkan orang yang sedang sakit untuk selalu bersabar
agar mereka tidak berputus asa dengan mengingatkan bahwa orang yang
sakit dapat mengurangi atau mengampuni dosa si sakit dan memperoleh
pahala yang berlipat dari Allah SWT. Sebab, sekronis apapun penyakitnya
mereka tidak diperbolehkan untuk berangan-angan mati atau memperlambat
pengobatannya.
2. Menjenguk orang sakit dapat dilakukan kapan saja selama tidak
menyulitkan. Al-Marwazi rahimahullah berkata: “Aku pergi pada

waktu malam bersama Abu Abdullah untuk menjenguk seorang yang sedang
sakit, bulan itu adalah bulan Ramadhan.”
3. Tidak menjenguk terlalu lama. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu
orang yang sakit untuk beristirahat. Namun, hal tersebut diperbolehkan jika
orang yang sakit menghendakinya.
4. Duduk di sisi kepala orang yang sedang sakit, sebab Nabi juga demikian.
Dan dari Ibnu Abbas ra dia berkata bahwa Nabi saat menjenguk orang yang
sakit beliau duduk di sisi kepalanya.
5. Menanyakan bagaimana keadaannya.
6. Diperbolehkan menangisi orang yang sedang sakit, namun diutamakan pada
orang yang telah meninggal. Dengan catatan tidak meratapinya.
7. Berdoa demi kesembuhan orang yang sakit karena para malaikat
mengaminkan atas ucapannya.
8. Meletakkan tangan diatas tubuh orang yang sedang sakit dengan membaca
“Bismillah”.
9. Meruqyah orang yang sedang sakit dengan membaca al- Mu‟awwidzat
(surat Al-Falaq, An-Nass dan Al-Ikhlas).
10. Menjenguk orang yang sakit meskipun dia tidak sadar atau dalam keadaan
pingsan.
11. Tidak memberi bunga kepada orang yang sakit karena menyerupai orang
Yahudi dan Nasrani.
12. Mengajarkan syahadat bagi orang yang sakit, saat ajal menjemput dan
menutup matanya serta mendoakannya.
13. Menjenguk pada permulaan sakitnya. Sebab Rasulullah SAW
bersabda :”Apabila dia sakit maka jenguklah dia.”
14. Tidak dianjurkan memaksa orang yang sedang sakit untuk makan atau
minum dengan makanan atau minuman tertentu.
REFERENSI :

Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi. 2013. Adab Menjenguk Orang Sakit
diterjemahkan oleh Abu Umamah Arif Hidayatullah. Indonesia :
IslamHouse
Majid bin Su‟ud al-„Ausyan. 2009.Adab Menjenguk Orang Sakit diterjemahkan oleh
Muzafar Sahidu bin Mahsun. Indonesia : IslamHouse

Mu‟is, Fahrur. 2014. La Tahzan for The Sick. Kartasura: Aisar Publishing

Anda mungkin juga menyukai