Anda di halaman 1dari 10

1

EKSPLORASI POTENSI FISIK KAWASAN PANTAI JOGAN, PANTAI


NGLAMBOR DAN PANTAI SIUNG SEBAGAI
KAWASAN WISATA PANTAI
Tendi Eko Saputro, Qomarun
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 Telp 0271-717417
E-mail: Tendy.diarmahesta@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mencari wahana baru wisata pantai di
wilayah Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai wilayah KSPN (Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional). Tujuan utama riset ini adalah untuk menggali potensi dan
kelayakan investasi objek wisata pantai yang baru, yaitu pada Pantai Jogan, Pantai
Nglambor dan Pantai Siung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
model pendekatan SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat). Pengumpulan data
dilakukan dengan survei lapangan, wawancara dan kajian pustaka. Analisis ETOP
(Element Threat Opportunity Profile) dan SAP (Strategic Advantage Profile) dilakukan
untuk memecahkan permasalahannya. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa ketiga
pantai itu mempunyai potensi yang berbeda-beda dan layak untuk dikembangkan
menjadi wahana wisata pantai baru di Yogyakarta. Penelitian ini akhirnya
merekomendasikan untuk dilakukan tahap penyusunan konsep dan desain arsitektur
kawasan pantai. Pantai Jogan mempunyai karakter yang unik, yaitu adanya aliran air
yang mengalir dari tebing karang yang langsung jatuh ke bibir pantai, sehingga sering
disebut sebagai pantai air terjun. Pantai Nglambor mempunyai pemandangan yang
sangat indah, yaitu adanya hamparan pasir putih, pulau karang dan keragaman ikan
hias. Sementara itu, Pantai Siung memnpunyai batuan karang yang unik, tebing yang
tinggi dan hamparan pasir putih yang luas, sehingga sering disebut sebagai pantai
petualang.

Kata Kunci: wisata pantai, siung, nglambor, jogan

PENDAHULUAN berikut ini digambarkan 88 lokasi sebagai


Berdasarkan RIP Kepariwisataan wilayah KSPN dan sekaligus posisi potensi
Nasional 2010-2025, Indonesia adalah negara wisata bahari di DIY (lihat Gambar 1).
kepulauan, sehingga mempunyai banyak Secara geografis, dari Gunung Kidul
potensi wisata bahari. Dari Sabang hingga Provinsi DIY sampai dengan wilayah
Merauke, potensi wisata bahari itu ternyata Trenggalek Provinsi Jawa Timur, terdapat
belum banyak digali. Oleh karenanya, perlu rangkaian pegunungan yang berhadapan
sekali dilakukan penemuan dan langsung dengan Samudera Hindia. Oleh
pengembangan potensi wisata bahari yang karena itu, pantai-pantai di Kabupaten
baru. Namun demikian, penemuan daerah Gunung Kidul terjadi penggabungan wilayah
wisata yang baru juga harus dikaitkan dengan pegunungan dengan pantai (Bapeda Gunung
strategi nasional tentang wisata, seperti Kidul, 2011). Penemuan dan pengembangan
kebijakan KSPN (Kawasan Strategis potensi wisata pantai di daerah ini menjadi
Pariwisata Nasional), supaya lebih efisien dan layak dilakukan demi peningkatan pendapatan
efektif. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) asli daerah maupun devisa nasional. Untuk
sebagai salah satu dari 88 wilayah KSPN di studi ini, maka akan dikaji potensi wisata
Indonesia (PP No. 50/2011), perlu pantai di beberapa lokasi daerah Kabupaten,
diketemukan dan dikembangkan lagi alternatif Gunung Kidul, DIY, yaitu Pantai Jogan, Pantai
wisata baru, termasuk wisata bahari. Untuk Nglambor dan Pantai Siung. Tujuan dari
memperjelas peta KSPN tersebut, maka penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
2

potensi fisik dan permasalahan yang terdapat kerja pembuatan konsep perencanaan dan
di kawasan pantai tersebut. Manfaat dari perancangan arsitektur.
kajian ini adalah untuk bahan kerangka acuan

Gambar 1. Peta 88 Lokasi KSPN dan Posisi Potensi Wisata Bahari di DIY
(Sumber: PP No. 50/2011)

TINJAUAN PUSTAKA wisata itu sendiri. Adapun unsur penawaran


Pantai dalam suatu objek wisata itu terdiri dari dua
Menurut Ginting (2004), pantai adalah hal, yaitu unsur alami dan unsur non-alami.
wilayah yang menjadi batas antara daratan Unsur alami ini merupakan kondisi
dan lautan. Bentuk-bentuk pantai berbeda- ketertarikan karena suatu proses alam atau
beda karena terjadi proses yang beragam, pengaruh alamiah, sedangkan non-alami
seperti pengikisan, pengangkutan dan merupakan kondisi ketertarikan karena
pengendapan oleh adanya gelombang, arus manusia ikut campur di dalamnya.
dan angin yang berlangsung secara terus- Pada objek wisata pantai, dimana air
menerus. Pesisir adalah wilayah antara batas sebagai unsur utama dalam semua aktifitas
tertinggi saat air laut pasang hingga batas maupun fasilitas yang ada semua berorientasi
terendah saat air laut surut. Pesisir, yang pada air (water oriented). Kegiatan dalam
sangat dipengaruhi oleh gelombang air laut, wisata pantai di kategorikan sebagai berikut:
merupakan zona yang menjadi tempat (1) rekreasi alam, meliputi duduk santai, jalan-
pengendapan hasil pengikisan air laut. jalan, berjemur dan bermain; (2) olahraga
Manfaat pantai terutama di daerah tropis pada rekreatif, meliputi berenang, memancing,
umumnya adalah untuk (Dahuri, 1996): (1) dayung, jet sky, surfing, olagraga penyelaman
areal tambak garam; (2) daerah pertanian motor boat dan sepeda air; dan (3) rekreasi
pasang surut; (3) wilayah perkebunan kelapa seni budaya, berupa seni tradisional, pentas
dan pisang; (4) objek pariwisata; (5) daerah musik dan pameran seni kerajinan setempat.
pengembangan industri kerajinan rakyat
bercorak khas daerah pantai; dan (6) sumber Wisata
kehidapan bagi penduduk kawasan pesisir. Menurut UU No. 10/2009, wisata adalah
Dalam suatu objek wisata (Yoeti, 1985), kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
khususnya wisata pantai biasanya ada unsur seseorang atau sekelompok orang dengan
yang ditonjolkan sebagai unsur penawaran mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
dan sebagai daya tarik pengunjung. Unsur itu rekreasi, pengembangan pribadi, atau
juga yang dijadikan sebagai potensi objek mempelajari keunikan dalam jangka waktu
3

tertentu. Kawasan pariwisata merupakan fungsi politik, menciptakan faktor stabilitas


kawasan yang disediakan untuk memenuhi bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial dan
kebutuhan kegiatan pariwisata dengan kriteria budaya; (3) fungsi ekonomi, memberikan
pemanfaatan ruang: (1) rekreasi alam, pendapatan ekonomi dari segi devisa dan
meliputi duduk santai, jalan-jalan, berjemur pajak; dan (4) fungsi budaya, unsur budaya
dan bermain; (2) tersedia aksesibilitas yang sebagai modal dasar obyek wisatawan,
tinggi ke pusat pelayanan niaga dan sebagai pendorong bagi perkembangan
kesehatan; (3) memiliki obyek dan daya tarik kebudayaan itu sendiri. Sementara itu,
wisata; (4) pemberlakuan lebar garis manfaat langsung dari pariwisata adalah: (1)
sempadan pantai; (5) pengaturan pemakaian dari segi ekonomi, menambah pendapatan
air tanah yang disesuaikan dengan kapasitas negara dan merangsang pertumbuhan sektor-
ketersediaan air tanah dan waktu yang sektor lain; (2) memperluas pergaulan hidup
dibutuhkan untuk pengisian kembali; dan (6) dan pengetahuan; (3) mendorong perkemba-
lebar garis sempadan pantai 100-300 meter ngan, penggalian dan pelestarian seni
dari titik pasang tertinggi. budaya; (4) pariwisata turut menunjang politik
Sementara itu, menurut PP No. 50/2011, negara; (5) pemeliharaan dan pemanfaatan
daerah tujuan wisata atau destinasi wisata lingku-ngan hidup; (6) memperluas
adalah tempat atau daerah yang karena kesempatan kerja; dan (7) menunjang
keadaan alamnya, atraksi-atraksi budayanya, perbaikan keseha-tan dan prestasi kerja.
situasi dalam hubungan lalu-lintas beserta Fasilitas tempat wisata yang harus dipenuhi
fasilitas kepariwisataannya, menyebabkan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung
daerah tersebut menjadi objek kebutuhan antara lain: (1) sarana transportasi dan
wisatawan. Hal yang menarik wisatawan komunikasi; (2) sarana pengunjung, seperti
untuk berkunjung ke suatu tempat adalah hotel, restoran, kesenian tradisional, suvenir
benda-benda yang tersedia di alam semesta, dan industri kerajinan, bumi perkemahan,
seperti: iklim; hutan; flora-fauna; pusat rumah bilyard, diskotik, klub malam, gedung
kesehatan; dan hasil ciptaan manusia, seperti pertemuan dan bioskop.
sejarah dan kebudayaan. Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional yang selanjutnya METODE PENELITIAN
disingkat KSPN adalah kawasan yang Metode penelitian yang digunakan dalam
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki kajian ini secara umum adalah metode
potensi untuk pengembangan pariwisata kualitatif, dalam artian banyak menggunakan
nasional yang mempunyai pengaruh penting pendekatan deskriptif daripada numerik.
dalam satu atau lebih aspek, seperti Tahap-tahap utama dalam penelitian induktif
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, ini adalah sebagai berikut: (1) observasi; (2)
pemberdayaan sumber daya alam, daya literatur; (3) analisis SWOT; (4) pembahasan;
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan (5) kesimpulan. Analisis menggunakan
dan keamanan. metode deskriptif komparatif, menggambarkan
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang kondisi faktual dengan mengemukakan fakta-
dilakukan untuk sementara waktu yang fakta yang ada di lapangan serta
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat membandingkannya antara suatu kondisi
yang lain, untuk bertamasya, berekreasi atau dengan literatur yang ada. Analisis SWOT
memenuhi keinginan yang bermacam-macam. mengidentifikasi kekuatan (Strength), kele-
Sementara itu, wisatawan adalah seseorang mahan (Weakness), peluang (Opportunity)
atau kelompok yang mengadakan perjalanan dan ancaman (Threat).
dengan tujuan berkunjung ke suatu tempat Tahap kompilasi data dilakukan melalui
dengan maksud berlibur, berekreasi, dan observasi, wawancara dan studi literatur,
berolah raga dan lain-lain dalam jangka waktu sehingga akan menghasilkan sifat-sifat umum
sedikitnya 24 jam. Fungsi-fungsi kepari- dan khusus dari ketiga pantai yang dikaji.
wisataan dibedakan menjadi beberapa Selanjutnya, data-data yang ada diteruskan
kategori, yaitu: (1) fungsi sosial, mengenal kepada tahap analisis data. Tahap analisis
adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan dan SWOT (Qomarun, 1997) dimulai dengan
aspirasi masing-masing daerah, maka akan identifikasi elemen ancaman (ETE –
timbul rasa cinta tanah air dan bangsa; (2) Environmental Threat Element) dan elemen
4

peluang (EOE- Environmental Opportunity interface Pantai Nglambor adalah sebagai


Element) pada ketiga pantai yang dikaji, yaitu berikut: (a) mempunyai 2 pulau di dekat
Pantai Jogan, Pantai Nglambor dan Pantai pantai; (b) mempunyai hamparan pasir putih
Siung. Tahap ini akan menghasilkan profil dan batuan karang dan ombak yang relatif
eksternal (ETOP-Environmental Threat and sedang; (c) mempunyai ombak dan batuan
Opportunity Profile) pada wilayah yang dikaji. karang; dan (d) mempunyai kondisi pantai
Profil eksternal ETOP ini akan menghasilkan 4 yang diapit tebing sehingga ombak relatif
kemungkinan, yaitu: (1) usaha dewasa; (2) sedang dan bisa digunakan sebagai lokasi
usaha gawat; (3) usaha ideal; dan (4) usaha snorkeling. Selanjutnya, kondisi interface
spekulatif. Kondisi kemungkinan ini biasa Pantai Siung adalah sebagai berikut: (a)
disebut sebagai matrik ETOP, yang mempunyai hamparan pasir putih yang luas;
merupakan perpaduan antara ETE dan EOE. (b) mempunyai kondisi ombak sedang; (c)
Selanjutnya, masing-masing wilayah yang mempunyai bukit karang yang tinggi; dan (d)
dikaji itu akan dianalisis lagi berdasarkan profil mempunyai tebing yang yang tinggi dan
internalnya (SAP-Strategic Advantage Profile). permukaan yang unik sehingga dapat
Berbeda dengan analisis ETOP, pada analisis digunakan untuk olahraga rock climbing.
SAP akan menghasilkan 5 kemungkinan,
yaitu: (1) posisi persaingan lemah; (2) posisi 2. Temuan Kondisi Ombak
persaingan bertahan; (3) posisi persaingan Pada lokasi penelitian Pantai Jogan,
aman; (4) posisi persaingan kuat; dan (5) maka terdapat ombak yang cukup tinggi
posisi persaingan unggul. Selanjutnya, dengan kisaran 2-3 meter. Keadaan ini
analisis SWOT diakhiri dengan 2 dikarenakan langsung menghadap ke
kemungkinan hasil, yaitu investasi atau Samudra Hindia arah Selatan dan Barat
divestasi. Hal ini tergantung pada perpaduan Daya. Pantai Jogan yang sebelah Barat juga
antara ETOP dan SAP di atas. Jadi, analisis terdapat deburan ombak yang langsung
SWOT (Porter, 1980) pada akhirnya harus menghatam ke arah dinding tebing (tebing
menghasilkan kesimpulan yang tegas, yaitu corong), sehinga terdengar seperti suara
investasi atau divestasi, bukan sekedar gemuruh dan warna ombak yang berada di
deskripsi saja. atas batuan-batuan karang sangat indah.
Sementara itu, pada lokasi penelitian Pantai
PEMBAHASAN Nglambor, yang terdapat tiga pulau (yaitu
Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa Pulau Watulombor, Pulau Watupanjang dan
ketiga pantai mempunyai potensi yang Pulau Watupayung), maka ombak cenderung
berbeda-beda dan layak untuk dikembangkan lemah dengan kisaran 1-1,5 meter. Ketiga
menjadi wahana wisata pantai baru (investasi) pulau itu menghalangi ombak yang datang
di Yogyakarta. Pantai Jogan mempunyai dari Selatan, sehingga ombak menjadi
karakter adanya aliran air dari tebing karang, melemah. Pada lokasi ini sangat berpotensi
sehingga sering disebut sebagai pantai air sebagai lokasi area snorkling. Selanjutnya,
terjun. Pantai Nglambor mempunyai pada lokasi Pantai Siung, maka ombak juga
pemandangan pasir putih yang sangat indah, diketemukan cukup tinggi dengan kisaran 2-3
sedangkan Pantai Siung mempunyai batuan meter, karena posisi langsung menghadap ke
karang dan tebing yang tinggi, sehingga Samudra Hindia.
sering disebut sebagai pantai petualang.
Adapun temuan kondisi dan potensi masing- 3. Temuan Kondisi Vegetasi
masing pantai dapat dijelaskan sebagai Karena ketiga lokasi penelitian berdekatan,
berikut: maka jenis vegetasi yang ada di Pantai
1. Temuan Kondisi Interface Jogan, Pantai Nglambor dan Pantai Siung
Secara garis besar, kondisi interface di tidak jauh berbeda.
Pantai Jogan adalah sebagai berikut: (a)
mempunyai pasir yang sedikit; (b) mempunyai 4. Temuan Kondisi Pasir
ombak dan batuan karang; (c) mempunyai Keadaan pasir di lokasi penelitian Pantai
batuan karang dan air terjun yang jatuh Jogan, Pantai Nglambor dan Pantai Siung
langsung ke bibir pantai; dan (d) mempunyai adalah Pasir putih. Namun demikian, masing-
potensi sunset. Sementara itu, kondisi masing pantai mempunyai perbedaan terkait

Tendi Eko Saputro., Qomarun., Eksplorasi potensi fisik kawasan pantai jogan, pantai nglambor dan pantai
5

luasan dan fisiknya. Untuk Pantai Jogan, 7. Temuan Kondisi Perahu


luasan pasir putih hanya sedikit, sedangkan Secara tidak langsung, keberadaan perahu
Pantai Nglambor dan Pantai Siung akan semakin menarik minat wisatawan.
mempunyai hamparan pasir putih sangat Namun demikian, dari ketiga lokasi penelitian
indah. Kondisi pasir putih di kedua pantai itu hanya Pantai Siung yang terdapat perahu.
terlihat alami dan bersih, karena masih belum Kapal perahu dari kayu ini belum
banyak orang tahu. dikomersialkan, melainkan hanya digunakan
para nelayan setempat.untuk mencari ikan .
5. Temuan Kondisi Karang
Seperti umumnya pantai yang berada di 8. Temuan Kondisi Pasang-Surut
kawasan Gunung Kidul dan Pegunungan Di kawasan lokasi penelitian Pantai Jogan,
Seribu, maka dominasi karang batuan kapur Pantai Nglambor dan Pantai Siung terdapat
adalah daya tarik tersendiri. Bahkan, karang jenis pasang surut tunggal, yaitu keadaan
ini telah menjadi andalan wisata alam selama dimana terjadi pasang surut terjadi 1 kali
beberapa dekade. dalam sehari. Keadaan pasang terjadi pada
sore hari, kurang lebih mulai pukul 4 sore,
6. Temuan Kondisi Sunset dan Sunrise sedangkan keadaan surut terjadi pada pagi
Sunset dan sunrise merupakan hal yang hari, kurang lebih pukul 5 pagi.
sangat penting, dalam unsur penawaran
wisata pantai. Namun demikian, di ketiga 9. Temuan Kondisi Perairan
kawasan penelitian ini hanya bisa melihat Secara umum, kondisi perairan pada Pantai
sunset dan sunrise di titik-titik tertentu saja. Jogan, Pantai Nglambor dan Pantai Siung
masih sangat bersih, karena jauh dari
pencemaran lingkungan dan masih sedikitnya
pengunjung yang datang.

Gambar 2. Kondisi Pantai Jogan


Sumber : Survei 2013
6

Gambar 3. Kondisi Pantai Nglambor


Sumber : Survei 2013

Gambar 4. Kondisi Pantai Siung


Sumber : Survei 2013
7

Tabel 1. Matrik Analisis SWOT Pantai Jogan

(Sumber: Analisis, 2013)

Tabel 2. Matrik Analisis SWOT Pantai Nglambor

(Sumber: Analisis, 2013)


8

Tabel 3. Matrik Analisis SWOT Pantai Siung

(Sumber: Analisis, 2013)

Gambar 5. Hasil Analisis ETOP pada Ketiga Pantai adalah “Usaha Ideal”
(Sumber: Analisis, 2013)
9

Tabel 4. Hasil Analisis SAP pada Ketiga Pantai adalah “Posisi Kuat”

(Sumber: Analisis, 2013)

Tabel 5. Hasil Matrik SWOT (Gabungan ETE-EOE dan SAP) adalah “I=Investasi”

(Sumber: Analisis, 2013)


10

KESIMPULAN DAN SARAN mempunyai karakter yang unik, yaitu adanya


Kajian SWOT mampu memperlihatkan aliran air yang mengalir dari tebing karang
secara mudah tentang kondisi eksternal yang langsung jatuh ke bibir pantai, sehingga
(matrik ETOP) dan internal (matrik SAP) suatu dikembangkan sebagai pantai air terjun.
entitas. Berdasarkan hasil analisis matrik Pantai Nglambor mempunyai pemandangan
ETOP, maka ketiga pantai yang dikaji, yaitu yang sangat indah, yaitu adanya hamparan
Pantai Jogan, Pantai Nglambor dan Pantai pasir putih, pulau karang dan keragaman ikan
Siung mempunyai posisi usaha ideal, hias, sehingga layak dikembangkan sebagai
sedangkan untuk matrik SAP masing-masing pantai pasir putih. Sementara itu, Pantai
juga mempunyai posisi persaingan kuat. Jadi, Siung mempunyai batuan karang yang unik,
melalui analisis matrik SWOT, Pantai Jogan, tebing yang tinggi dan hamparan pasir putih
Pantai Nglambor dan Pantai Siung terbukti yang luas, sehingga layak dikembangkan
cukup aman untuk diadakan kebijakan sebagai pantai petualang. Selanjutnya,
investasi pengembangan, yaitu sebagai penelitian ini akhirnya merekomendasikan
kawasan wisata pantai yang baru. Namun untuk dilakukan tahap penyusunan konsep
demikian, karena terkait kondisi geografisnya, perencanaan dan perancangan arsitektur,
masing-masing pantai dikembangkan dengan khususnya desain kawasan pantai.
pola yang berbeda-beda. Pantai Jogan

DAFTAR PUSTAKA

Bapeda Gunung Kidul, 2011. Peraturan Daerah Kabupaten Gunung Kidul No. 6/ 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gunung Kidul, Pemkab GunungKidul,
Gunung Kidul, DIY.

Dahuri, R., 1996. Pengolahan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Terpadu, PT. Pradnya
Paramitha, Jakarta.

Ginting, P., 2004. Geografi, Erlangga, Jakarta.

Porter, Michael E., 1980. Competive Strategy, Free Press, London.

PP No. 50/2011. Rencana Induk Pengembangan (RIP) KepariwisataanNasional, Sekretariat


Negara, Jakarta.

Qomarun, 1997. Analisis Strategi Bisnis Properti pada Era Globalisasi di Indonesia(Study Kasus
pada PT Jaya Real Property), Tesis IPWI Jakarta, Jakarta.

UU No. 10/2009. Kepariwisataan, Sekretariat Negara, Jakarta.

Yoeti, Oka, 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai