Undang-undang Cipta Kerja merupakan salah satu bagian dari omnibus law, yang paling
banyak menjadi sorotan di ranah publik, karena dikhawatirkan akan memperburuk hubungan
kerja dan praktek ketenagakerjaan di Indonesia. Diperlukan suatu kajian MDSM yang lebih
obyektif dan lebih bermakna l, sehingga mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja
rakyat Indonesia melampaui harapan yang diinginkan (beyond expectation).
Sesungguhnya ilmu management untuk sumber daya manusia dijadikan acuan secara
akademik dan praktek kerja Indonesia selama ini, tidak bebas nilai. Dengan demikian perlu
diwarnai dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang religius. Penilaian ini
diselaraskan terhadap nilai-nilai persaudaraan, gotong royong, dan kepedulian yang ada dan
tumbuh di lingkungan masyarakat. Nilai-nilai itu pun perlu dipraktekkan di organisasi publik
maupun organisasi bisnis. Pada saat yang sama diperlukan bahwa manusia sebagai tenaga
kerja bagi Indonesia mengalami peningkatan orde kebutuhan yang lebih tinggi sesuai dengan
peran sentral pada masa modern berkembang saat ini.
Kini sudah saatnya kita memiliki cara pandang yang baru yang lebih sesuai dengan nilai
dan kebutuhan kita untuk menjadikan dasarnya menerapkan pepatah kaidah habis manis
sepah dibuang. Menjadi salah satu bukti yang tidak terbantahkan dari implementasi
paradigma sumber daya manusia selama ini. Selaku aset nasib tenaga kerja sangat tergantung
pada belas kasih dan kepentingan pemilik aset tersebut. Hal ini dikarenakan upah mereka
diatur secara regret yang berarti sementara kontribusinya, yang menyebabkan konstribusi
mereka tidak pernah diapresiasi secara proposional. Akumulasi kekayaan ini ini seringkali
tidak berbanding lurus dengan gaji karyawannya. Sementara itu para pengusaha seringkali
melakukan tindakan PHK sepihak yang menyebabkan banyak warga kesulitan untuk saat ini.
Itulah buah dari pilihan paradigma sumber daya manusia yang sejak awal ditunjukkan
untuk memenuhi kepentingan kaum pengusaha. Para pengusaha berhasil meyakinkan
pemerintah untuk membuat dan juga mencari pembenaran sesuai dengan paradigma yang
dipilih melalui asumsi dan keyakinan rakyat selama ini. Hal itu dapat menguatkan argumen
dan lahirlah undang-undang cipta kerja yang ada pada tanggal 5 Oktober 2020 dan disahkan
oleh DPR RI.
Mengetahui paradigma baru ini, sesungguhnya merupakan langkah penyesuaian yang tepat
untuk perkembangan yang terjadi di dunia tenaga kerja Indonesia saat ini. Saat ini seiring
dengan berjalannya kemajuan bangsa dan negara pasca kemerdekaan, selain menginginkan
penghasilan yang banyak para penegak kerja Indonesia juga ingin mengharapkan adanya rasa
aman dan rasa pengakuan sosial di lingkungan kerja mereka. Sebagai suatu keluarga yang
selaras akan budaya dan komunitas bangsa, kedewasaan secara psikologis tentunya dapat
mendorong kebutuhan aktualisasi diri sebagai tenaga kerja yang memiliki potensi insani yang
dapat siap dimanfaatkan untuk kemajuan negara Indonesia.