Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
INTEGRITAS KULIT DAN LUKA

NAMA KELOMPOK 4 :
KELAS/SEMESTER: D/SATU
1. VISENTA DA SILVA : 1849 02721
2. DIDI SEBASTIAN DOS SANTOS : 1815 02721
3. YAYU ASMIYATI TANAEM : 1852 02721
4. NIMAI F.X. NORONHA : 1835 02721
5. MUSA ANDREAS TANGKO : 1834 02721

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Teori Middle Range Merupakan Level Kedua Dari Teori Keperawatan, Abstraknya
Pada Level Pertengahan, Inklusif, Memiliki Sejumlah Variable Terbatas, Dapat Diuji Secara
Langsung. Teori Middle Range Memiliki Hubungan Yang Lebih Kuat Dengan Penelitian Dan
Praktik. Teori Penderitaan Kronik (Chronic Sorrow) Merupakan Salah Satu Teori Middle
Range Keperawatan Yang Berfokus Pada Stress Dan Adaptasi Yang Berhubungan Dengan
Penderitaan Kronik Yang Dialami Individu Sehingga Timbul Kesedihan Dan Rasa Berduka
Yang Berkepanjangan (Alligood, 2014). Prevalensi Penyakit Kronik, Termasuk Masalah
Perkembangan Dan Perilaku Anak-Anak, Terus Berlangsung Hingga Terjadi Peningkatan
Lebih Dari 30 Tahun Ini (Halfon 2010).  Beberapa Waktu Belakangan Ini, Terjadi
Peningkatan Jumlah Penyakit Kronis Dengan Confidence Interval (CI) 95%, Yaitu Dari
25.1% Pada Tahun 1988 Yang Meningkat Menjadi 51.5%% Pada Tahun 2006 (Van Cleave
2010) Penyakit Kronis Dapat Didefinisikan Sebagai Kondisi Sakit Yang Menimbulkan
Berkurangnya Atau Hilangnya Fungsi Sehari-Hari Lebih Dari 3 Bulan Dalam 1 Tahun Atau
Mengamali Hospitalisasi Lebih Dari 1 Bulan Dalam 1 Tahun (Hockenberry, 2007). Hal Ini
Menyebabkan Individu Dengan Penyakit Kronik Mengalami Berbagai Masalah Keterbatasan
Sehingga Individu Tersebut Mempunyai Kebutuhan Akan Perawatan Khusus, Komprehensif
Dan Berkelanjutan. Penyakit Kronik Mempunyai Efek Besar Terhadap Fungsi Keluarga.
Salah Satunya Adalah Efek Substansial Fungsi Keluarga Dimana Keluarga Akan
Mendapatkan Tugas Keluarga Yang Lebih Kompleks, Tanggungjawab Yang Lebih Besar,
Perhatian Yang Lebih Besar, Pembiayaan, Ketidakpastian Masa Depan, Keterbatsan Atas
Kecukupan Ekonomi, Kehilangan Secara Emosional, Reaksi Terhadap Persepsi Dalam
Masyarakat, Isolasi Sosial, Dan Kehilangan Kesempatan Dalam Bermasyarakat Secara
Norma, Sehingga Bisa Dikatakan Bahwa Keluraga Adalah Faktor Pendukung Yang Sangat
Berpengaruh Terhadap Kondisi Yang Terjadi Pada Salah Satu Anggota Keluarganya
(Alligood, 2014). Peran Utama Dari Perawat Menurut Teori Ini Mencakup Bersikap Empati,
Menjadi Pendidik Yang Baik, Memberi Perhatian Dan Bersikap Professional. Penerapan
Teori Ini Dalam Pemberian Asuhan Keperawatan Dapat Membantu Klien Yang Menderita
Penyakit Kronik Maupun Keluarga Serta Orang Di Sekitarnya Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mekanisme Koping Eksternal Dalam Menghadapi Proses Kehilangan Yang
Terjadi (Peterson And Bredow 2013).  Dari Pernyataan Diatas, Kami Bermaksud
Merumuskan Makalah Tentang Bagaimana Analisis Middle Range Theory Dari Teori
Penderitaan Kronik (Chronic Sorrow) Pada Klien Amputasi.

I.2 Tujuan

Tujuan Umum

Menganalisis Middle Range Theory “Chronic Sorrow” Dengan Menggunakan Proses


Keperawatan Sebagai Pendekatan Aplikatif Dalam Kasus Pada Asuhan Keperawatan

Tujuan Khusus

Adapun Tujuan Khusus Dari Makalah Ini Adalah:

1.      Menganalisa Middle Range Theory “Chronic Sorrow”

2.      Menganalisa Kerangka Asuhan Keperawatan Dan Konsep Terkait Pengembangan


Keilmuan Berdasarkan Middle Range Theory “Chronic Sorrow”

3.      Merancang Aplikasi Middle Range Theory “Chronic Sorrow”Dalam Setting Pelayanan


Keperawatan Berupa Role Play.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Eakes, Burke & Hainsworth

Georgene Gaskill Eakes Lahir Di New Bern, North Carolina. Ia Seorang Profesor
Emeritus Di East Carolina University College Of Nursing. Eakes Menyelesaikan Pendidikan
Magister Keperawatan Dan Doktoralnya Di University Of North Carolina. Pada Awal
Karirnya, Eakes Bekerja Di Tatanan Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas. Eakes Bergabung
Di East Carolina University School Of Nursing Di Greenville, North Carolina. Eakes Tertarik
Dengan Isu Kematian, Dying, Respon Berduka Dan Kehilangan Saat Ia Mengalami Cidera
Parah Yang Mengancam Nyawanya Karena Kecelakaan Mobil. Pengalaman Menegangkan
Tersebut Melatarbelakangi Pemikirannya Untuk Mempersiapkan Tenaga Kesehatan
Perawatan Pada Pasien Yang Kritis Dan Menanggapi Reaksi Berduka. Mulai Sejak Saat Itu,
Eakes Melakukan Banyak Penelitian Dan Praktik Terkait Kondisi Pasien Terminal, Dying,
Respon Berduka Dan Respon Kehilangan (Coughlin & Sethares, 2017; Alligood, 2014).

Mary Lermann Burke Lahir Sandusky, Ohio. Riwayat Pendidikan Burke Di Bidang
Keperawatan Anak Menjadikannya Mendapat Penghargaan Certificate In Parent-Child
Nursing And Interdisciplinary Training In Developmental Disabilities. Pada Tahun 1998, Ia
Mendapatkan Penghargaan Ia Mendapatkan Penghargaan Atas Karyanya Dalam
Mengembangkan Instrumen Dalam Penelitian Chronic Sorrow. Pada Awalnya, Burke
Bekerja Di Pelayanan Keperawatan Anak Kemudian Bergabung Sebagai Staf Pengajar
Hingga Menjadi Profesor Pada Tahun 1996 Di Nursing Faculty Rhode Island College.
Inovasinya Dalam Penelitian Terkait Konsep Chronic Sorrow Yang Meliputi Perawatan Pada
Anak Dengan Spina Bifida, Burke Mengamati Respon Berduka Pada Orang Tua. Selanjutnya
Burke Mengembangkan Instrumen Burke Chronic Sorrow Questionnaire Dalam Penelitian
Anak Dengan Myelomeningocele. Penelitian Burke Juga Dilakukan Pada Pasangan Infertil
Dan Pada Individu Dewasa Dengan Orangtua Yang Memiliki Penyakit Kronis. Artikelnya
Yang Berjudul “Middle Range Theory Of Chronic Sorrow” Mendapatkan Penghargaan Best
Of Image Award Pada Tahun 1999 (Alligood, 2014).

Margaret A. Hainsworth Lahir Di Brockville, Ontario, Kanada. Ia Menyelesaikan Studi


Magister Dan Doktoralnya Di Bidang Keperawatan Jiwa. Pada Tahun 1988, Ia Menjadi
Perawat Spesialis Jiwa. Hainsworth Tertarik Pada Topik Penyakit Kronis Dan Chronic
Sorrow Sejak Ia Menjadi Fasilitator Pada Kelompok Dukungan Untuk Pasien Wanita Dengan
Multipel Sklerosis. Selanjutnya Hainsworth Bergabung Dengan Burke Dalam
Penelitian Chronic Sorrow Ncrcs Pada Tahun 1989 Hingga Pada Tahun 1999 Mereka
Mendapatkan Penghargaan Best Of Image Award In Theory Dari Sigma Theta Tau
International (Alligood, 2014).

2.2. Landasan Teoritis

Konsep Chronic Sorrow Berasal Dari Karya Olshansky Pada Tahun 1962 Yang


Selanjutnya Dikembangkan Oleh Tim Eakes, Burke Dan Hainsworth Dalam Ncrcs. Karya
Olshansky Terkait Chronic Sorrow Sebagai Hasil Observasi Pada Orangtua Yang Memiliki
Anak Dengan Retardasi Mental Dan Orangtua Tersebut Menunjukkan Respon Kesedihan
Yang Mendalam Dan Terus-Menerus Dan Disebut Dengan Terminologi Chronic
Sorrow. Chronic Sorrow Digambarkan Sebagai Respon Psikologis Terhadap Situasi Tragis.
Penelitian Terkait Chronic Sorrow Berkembang Sekitar Tahun 1980 Dengan Temuan Reaksi
Kesedihan Berkepanjangan Pada Orangtua Dan Pengalaman Berduka Dalam Berhubungan
Dengan Kondisi Anak Dengan Disabilitas Fisik Dan Mental (Eakes, Burke, & Hainsworth,
1998 ; Alligood, 2014).

 Berduka Dikonseptualisasikan Sebagai Proses Yang Berlangsung Secara Terus-Menerus


Dan Apabila Tidak Terselesaikan Maka Termasuk Dalam Kondisi Abnormal. Burke Dalam
Penelitiannya Pada Orangtua Dengan Anak Spina Bifida Mendefinisikan Chronic
Sorrow Sebagai Kesedihan Mendalam Yang Bersifat Permanen, Periodik Dan Meningkat
Secara Alamiah. Tim Ncrcs Berfokus Pada Respon Berduka Yang Dihubungkan Dengan
Penelitian Lazarus Dan Folkman Tentang Stres Dan Adaptasi Yang Dilakukan Pada Tahun
1984. Strategi Koping Internal Meliputi Orientasi Tindakan, Pendekatan Aspek Kognitif Dan
Perilaku Interpersonal. Middle Range Theory Chronic Sorrow Tidak Hanya Menjelaskan
Pengalaman Chronic Sorrow Pada Situasi Tertentu Melainkan Respon Koping Terhadap
Fenomena (Alligood, 2014; Vitale & Falco, 2014; Eakes Et Al., 1998).

Chronic Sorrow Merupakan Respon Normal Manusia Yang Berhubungan Dengan Disparitas


Berkelanjutan Sebagai Akibat Dari Situasi Kehilangan. Kondisi Ini Merupakan Siklus Yang
Terjadi Secara Alamiah. Dalam Kondisi Tersebut Terdapat Pencetus Yang Memperberat
Respon Berduka, Bersifat Internal Maupun Eksternal Yang Dapat Diprediksi. Manusia
Memiliki Strategi Koping Yang Efektif Dalam Mencapai Keseimbangan Saat
Mengalami Chronic Sorrow. Pada Dasarnya, Chronic Sorrow Disebabkan Oleh Disparitas
Antara Kondisi Harapan Dan Kenyataan (Eakes Et Al., 1998; Alligood, 2014).

2.3. Konsep Utama Dan Definisi

Middle Range Theory Chronic Sorrow Merupakan Teori Yang Menjelaskan Penerimaan


Keluarga Dalam Disparitas Yang Terjadi Secara Terus Menerus, Teori Ini Dapat Menjadi
Panduan Bagi Tenaga Kesehatan Dalam Menghadapi Kondisi Tersebut (Coughlin &
Sethares, 2017; Vitale & Falco, 2014). Dalam Middle Range Theory Chronic
Sorrow Terdapat Beberapa Konsep Utama Dan Definisi Yaitu Sebagai Berikut:

A. Chronic Sorrow

Disparitas Secara Terus Menerus Sebagai Akibat Dari Proses Kehilangan, Ditandai
Dengan Duka Mendalam Dan Terus Menerus. Gejala Dari Peristiwa Berduka Terjadi
Secara Periodik Dan Gejala Ini Mungkin Terus Berkembang/Meningkat.

B. Loss

Kehilangan Terjadi Sebagai Akibat Dari Disparitas Antara Situasi Ideal Yang
Diinginkan Dengan Situasi Nyata Yang Terjadi. Sebagai Contoh Orang Tua Berharap
Untuk Memiliki Anak Yang Sempurna Dan Situasi Nyata Yang Dialami Adalah
Orang Tua Memiliki Anak Dengan Disabilitas.

C. Trigger Events

Yaitu Situasi, Kondisi Yang Berlangsung Dan Kondisi Yang Menjadi Fokus Dari
Pengalaman Atau Perasaan Kehilangan Dan Dapat Mencetuskan Atau
Mengeksaserbasi (Memunculkan Kembali) Reaksi Perasaan Berduka.

D. Management Methods

Hal Ini Berkaitan Dengan Respon Individu Untuk Berdamai Dengan Dukacita Yang
Ia Rasakan Atau Perasaan Chronic Sorrow Yang Dialami. Respon Ini Dapat Bersifat
Internal Yaitu Strategi Koping Yang Individu Susun Atau Bersifat Eksternal Yaitu
Dengan Melibatkan Intervensi Dari Tenaga Kesehatan Profesional.
E. Ineffective Management

Manajemen Ini Merupakan Hasil Dari Strategi Yang Meningkatkan Ketidaknyamanan


Individual Atau Yang Memperberat Perasaan Chronic Sorrow Yang Dialami Individu
Tersebut.

F. Effective Management

Hal Ini Dihasilkan Dari Strategi Yang Meningkatkan Kenyamanan Dan


Mempengaruhi Individu.

2.4. Asumsi Utama

Dalam Middle Range Theory Chronic Sorrow Terdapat Beberapa Asumsi Utama Yaitu


Sebagai Berikut (Alligood, 2014; Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998):

A. Keperawatan

Hal Terkait Menegakkan Diagnosa Chronic Sorrow Dan Menyediakan Intervensinya


Termasuk Dalam Lingkup Praktik Keperawatan. Perawat Dapat Menyediakan
Bimbingan Antisipatif (Anticipatory Guidance) Pada Individu Yang Berisiko. Tugas
Utama Dari Perawat Adalah Menunjukkan Empati, Keahlian, Sikap Caring Dan
Menunjukkan Performa Sebagai Pemberi Layanan Yang Kompeten.

B. Manusia

Dalam Teori Ini, Manusia Memiliki Persepsi Idealis Dari Proses Hidup Dan
Kesehatan. Manusia Akan Membandingkan Pengalamannya Dengan Pengalaman
Yang Ia Harapkan (Kondisi Ideal) Dan Dengan Pengalaman Orang Lain Di
Sekitarnya. Meskipun Pengalaman Setiap Individu Terkait Kehilangan Merupakan
Respon Yang Unik Akan Tetapi Masih Terdapat Kesamaan Dan Respon Yang
Diperkirakan Dari Proses Kehilangan Tersebut.

C. Kesehatan

Menurut Teori Ini, Kesehatan Adalah Fungsi Normal. Kesehatan Individu Bergantung
Pada Adaptasi Terhadap Respon Kehilangan. Koping Efektif Dihasilkan Dari Respon
Normal Terhadap Peristiwa Kehilangan.
D. Lingkungan

Interaksi Yang Terjadi Berhubungan Dengan Konteks Sosial. Dalam Hal Ini
Termasuk Keluarga, Sosial, Pekerjaan, Norma Sosial Dan Lingkungan Pelayanan
Kesehatan.

2.5. Model Teoritis Chronic Sorrow

Pada Teori Ini Digambarkan Model Teoritis Dari Chronic Sorrow Yang Menunjukkan


Bahwa Respon Tersebut Merupakan Siklus Alamiah, Dapat Menetap Ataupun
Meningkat. Chronic Sorrow Disebabkan Oleh Pengalaman Kehilangan Yang Bersifat
Kejadian Tunggal Atau Kejadian Yang Terjadi Berulang Dan Menimbulkan Disparitas Yang
Diperburuk Dengan Adanya Kejadian Pencetus Hingga Individu Berada Pada
Kondisi Chronic Sorrow. Disparitas Yang Dimaksud Adalah Ketidaksesuaian Antara
Kejadian Harapan Dengan Kenyataan Yang Terjadi Berhubungan Dengan Proses
Kehilangan. Dalam Bagan Tersebut Juga Menggambarkan Adanya Manajemen Pengelolaan
Kondisi Chronic Sorrow Yang Dapat Bersifat Internal (Strategi Koping Individu Tersebut)
Maupun Eksternal (Memanfaatkan Intervensi Dari Tenaga Kesehatan). Manajemen
Pengelolaan Ini Akan Menuju Pada Kondisi Efektif Maupun Inefektif. Kemampuan Orang
Tua Dalam Meningkatkan Strategi Koping Dan Mengatur Perasaan Terkait Chronic
Sorrow Sangat Bergantung Pada Kemampuan Keluarga Dalam Menerima Dan Beradaptasi
Terhadap Sakit Yang Dialami Anak (Neilsen, 2013). Apabila Pengelolaan Kondisi Chronic
Sorrow Bersifat Efektif Maka Akan Meningkatkan Kenyamanan Dan Sebaliknya Apabila
Manajemen Bersifat Inefektif Akan Meningkatkan Ketidaknyamanan (Alligood, 2014; Eakes,
Burke, & Hainsworth, 1998).
BAB III
PEMBAHASAN
 
Chronic Sorrow Adalah Keadaan Berupa Kesenjangan Yang Terjadi Terus Menerus
Yang Diakibatkan Oleh Proses Kehilangan. Chronic Sorrow Dapat Terjadi Secara Berkala
Dan Bisa Kambuh Lagi Secara Berkala Pula Serta Berpotensi Menjadi Progresif. Bagaimana
Suatu Proses Kehilangan Dapat Memicu Terjadinya Dukacita, Ada Andil Persitiwa Pemicu
Yang Menghubungkan Kedua Hal Ini (Alligood, 2014). Menurut Bredow&Peterson
(2013) Chronic Sorrow Adalah Kejadian Periodik Yang Bisa Disebabkan Oleh Dua Hal. Hal
Tersebut Adalah Kesedihan Yang Bersifat Permanen Dan Pervasif Atau Munculnya
Perbedaan (Gap) Yang Didapat Karena Akibat Dari Proses Kehilangan Atau Disebut Juga
Disparitas. Proses Kehilangan Yang Actual Atau Simbolik Yang Mungkin Disertai Dengan
Ketidakpastian Kapan Kejadian Kehilangan Ini Akan Berakhir Adalah Penyebab
Fenomena Chronic Sorrow Ini. Seeorang Dapat Memunculkan Gejala Cronic Sorrow-Nya
Jika Ada Pemicu Serta Dapat Meredam Jika Mampu Melaksanakan Managemen Pada
Fenomena Chronic Sorrow Yang Dialami. Pada Kasus An. NG, Proses Kehilangan An. NG
Ia Rasakan Karena Dua Kaki Serta Satu Tangan Kanannya Hilang Karena Diamputasi.
Respon Keluarga Khususnya Ayah An. NG Yang Maladaptif Semakin Membuat An. NG
Merasa Tertekan Sehingga Mengalami Proses Chronic Sorrow. An. NG Sudah Enggan Untuk
Melanjutkan Sekolah Bahkan Tidak Ada Semangat Hidup Sesaat Setelah Kaki Dan
Tangannya Diamputasi. Disaat An. NG Mengalami Kesedihan Karena Amputasi, Ayahnya
Masih Berpikir An.NG Adalah Anak Normal Yang Mempunyai Anggota Badan Lengkap.
Ketika An. NG Memiliki Keterbatasan Melakukan Rentang Gerak Dan Masih Sesekali
Merasa Sakit, Ayahnya Mengira Itu Hanya Keluhan An. NG Saja Untuk Menarik Perhatian
Keluarga Dan Mencoba Bersikap Tidak Mandiri Lagi Seperti Sebelumnya. Karena Ini Lah
Ayahnya Sering Marah-Marah Bahkan Memaki An. NG. Respon Dari Ayah Merupakan
Bentuk Dari Pemicu Yang Semakin Membuat An. NG Merasa Kehilangan Dan Berkembang
Menjadi Proses Yang Progresif. Sikap Ayah An. NG Ini Merupakan Bentuk Pemicu
Munculnya Chronic Sorrow Dan Merupakan  Suatu Penanganan Yang Tidak Efektif.
Chronic Sorow Suatu Respon Normal Yang Ketika Seseorang Mengalami Kehilangan Atau
Disabilitas Karena Penyakit, (Isaksson & Ahlström, 2008). Pada Kasus Ini Yang Mengalami
Chronic Sorrow Adalah An. NG. Chronic Sorrow Paling Umum Ditemukan Pada Individu
Yang Mengalami  Masalah Kronik Yang Berbeda Dengan Hal Yang Lumrah Seperti
Perkembangan, Personal, Dan Sosial, (Eakes, Burke, & Hainsworth, 1998). Pada Kasus Di
Atas, Yang Menjadi Pemicu Ternjadinya Chronic Sorrow Pada An. NG Adalah
Perkembangan Dan Sosial. Dengan Dilakukan Amputasi, An. NG Akan Merasa Tidak Lagi
Memiliki Harapan Untuk Berkembang Dan Melakukan Kegiatan Dan Merasa Lingkungan
Sosial Tidak Akan Mampu Menerimanya (Ditunjukan Dengan Pernyataan Tidak Ingin
Sekolah). Hal Ini Sesuai Dengan Pernyataan Eakes, At All Bahwa Orang Yang Merasakan
Chronic Sorrow Enggan Bersosialisasi Akibat Kehilangan Yang Dia Miliki Karena Merasa
Tidak Mampu Mengikuti Standar Dari Lingkungan.

Keluarga Sebagai Caregiver Dapat Menjadi Pemicu Terjadinya Chronic Sorrow.


Seorang Individu Tidak Akan Mengalami Chronis Sorrow Jika Dapat Mengolah Perasaannya
Secara Efektif. Dalam Proses Pengelolaan Perasaan Ini Diperlukan Strategi Baik Internal
Maupun Eksternal. Strategi Perawatan Diri Berupa Tindakan, Kognitif, Interpersonal, Dan
Emosional Merupakan Strategi Internal. Salah Satu Bentuk Strategi Yang Dapat Mencegah
Munculnya Chronic Sorrow Yang Diakibatkan Karena Proses Kehilangan Adalah Dengan
Menyibukkan Diri Dan Melakukan Kegiatan Yang Menyenangkan. Berusaha Berpikir Positif
Dan Tidak Mencoba Untuk Melawan Kondisi Yang Ada Adalah Koping Kognitif Yang
Paling Sering Digunakan. Hal Ini Dikemukanan Oleh Para Ahli Di The Nursing Consortium
For Research On Chronic Sorrow (NCRCS) Yang Merupakan Projek Penelitian Georgene
Gaskill Eakes Dan Mary Lermann Burke. Sedangkan Strategi Eksternal Dalam
Penanganan Chronic Sorrow Adalah Tindakan Intervensi Yang Diberikan Oleh Professional
Kesehatan. Tenaga Professional Keperawatan Membantu Klien Dengan Meningkatkan
Kenyamanan Melalui Kehadiran Dan Perasaan Empati, Guru-Ahli, Serta Caring Dan
Kompetensi (Alligood, 2014). Menurut Alligood (2014) Chronic Sorrow Ini Adalah Bentuk
Dari Suatu Siklus Maka Pemicu Internal Dan Eksternal Akan Bisa Muncul Sewaktu-Waktu
Dan Harus Diantisipasi. An. NG Sebagai Seorang Anak Sudah Mempunyai Riwayat
Koping  Yang Ia Bangun Dalam Waktu Yang Telah Lalu Terkait Dengan Masalah Yang Ia
Hadapi. Namun Dalam Kasus Kali Ini, Kehilangan Kaki Dan Tangan Merupakan Proses
Kehilangan Yang Besar Baginya. Perasaan Ingin Menhentikan Hidup Juga Muncul Berkali-
Kali Di Benak An. NG. Dikarenaka Proses Kehilangan Yang Besar Ini, Sangat Diperlukan
Intervensi Dari Profesi Kesehatan Dalam Membantu An. NG Mendapatkan Kembali
Keseimbangan Hidupnya. Ketidakseimbangan Dapat Saja Muncul Kembali Dalam Hidup
An.NG Karena Persepsi Dirinya Akan Bentuk Tubuhnya Sekarang Merupakan Suatu Yang
Jauh Dari Ideal Jika Ia Bandingkan Dengan Kondisi Anak-Anak Yang Masih Sehat Dan
Mempunyai Ekstremitas Yang Utuh.

Pada Penanganan Kasus An. NG Perawat Di Klinik Luka Bertugas Melaksanakan


Perannya Dalam Memberikan Bimbingan Antisipatif Kepada An. Ng Sebagai Individu Yang
Beresiko. Pemeberian Tindakan Perawatan Luka Yang Didasari Oleh Prinsip Caring
Membuat An. NG Diharapkan Perlahan-Lahan Dapat Membangun Strategi Internal An. NG
Dalam Menanggapi Chronic Sorrow Yang Telah Dialaminya. An. NG Sebagai Manusia
Yang Merupakan Bagian Dari Asumsi Utama Dalam Teori Chronic Sorrow Ini, Dapat
Membandingkan Pengalamannya Dengan Pengalaman Sesama Pasien Lain Ketika Mendapat
Tindakan Keperawatan Luka. Proses Yang An. NG Alami Ini Membangun Kembali
Normalitas Fungsi Kesehatannya. Kondisi Kesehatan Seorang Individu Adalah Perwujudan
Dari Proses Adaptasi Terhadap Kesenjangan Yang Dikaitkan Dengan Perisiwa
Kehilangannya. Koping Yang Efektif Dapat Terjadi Sebagai Respons Yang Normal Terhadap
Suatu Kehilangan Dalam Hidup. Lingkungan Khususnya Keluarga Sebagaian Elemen
Didalamnya Juga Berpengaruh Dalam Membangun Starategi Akan Dukacita Kronik Yang
Dialami An. NG. Interaksi Dalam Suatu Konteks Sosial Yang Meliputi Kelurga, Sosial,
Pekerjaan Dan Perawatan Kesehatan Bersinergi Membangun Koping Pada Diri Klien Untuk
Menjadi Adaptif. Intervensi Yang Bisa Diberikan Oleh Tenaga Kesehatan Professional
Bertujuan Untuk Membangun Metode Managemen Eksternal Klien Agar Menjadi Optimal.
Ketika Memulai Intervensi, Perawat Harus Mengubah Cara Pandang Klien Akan Chronic
Sorrow. Chronic Sorrow Bukan Merupakan Respon Yang Normal Melainkan Adalah Situasi
Yang Siginifikan Disebabkan Oleh Kehilangan, Sehingga Kondisi Ini Membutuhkan
Intervensi. Prawat Juga Harus Mengkaji Apakah Klien Pernah Mengalami Proses Kehilangan
Di Waktu Yang Lampau. Seorang Klien Yang Pernah Mengalami Proses Kehilangan Di
Masa Lampau Tentunya Mempunyai Pengalaman Bagaimana Dulunya Ia Mengatasi Rasa
Kehilangannya. Disini Peran Perawat Mengembangkan Kemampuan Yang Ada Atau Yang
Sudah Ada Di Klien Dalam Menguatkan Manajemn Internal Klien Untuk Menanggulangi
Chronic Sorrow Yang Dialami. Menurut Bredow&Peterson (2013) Bahwa Mekanisme
Koping Personal Yang Merupakan Manajemen Internal Dapat Dikaji, Dikuatkan Dan
Didukung. Tindakan Yang Dilakukan Perawat Adalah Menghadirkan Empati Yang Dicirikan
Dengan Beberapa Tindakan Yakni Memberikan Waktu Untuk Mendengarkan, Menawarkan
Bantuan, Berfokus Pada Perasaan, Dan Mengakui Setiap Individu Memiliki Keunikan
Tersendiri Yang Tentunya Membantu Seorang Caregiver Dalam Merawat Klien.
Keberhasilan Perawat Dalam Mengatasi Chronic Sorrow Pada Klien Juga Didukung Oleh
Keluarga. Menurut Nielsin (2013) Keluarga Terutama Orang Tua Bertugas Menelusuri
Makna Baru Akan Kondisi Anaknya Didalam Ketidakpastian Kapan Proses Kehilangan Itu
Akan Berakhir. Makna Baru Yang Dapat Ditemukan Ini Membangun Konsep Koping Dan
Adaptasi Keluarga. Jika Keluarga Sudah Memahami Dan Memiliki Koping Yang Adaptif
Maka Keluarga Khususnya Orang Tua Akan Bisa Merespon Dengan Baik Proses Kehilangan
Yang Dialami Anak Serta Membantu Anak Dalam Mengatur Reaksi Emosional Akan
Perubahan Yang Terjadi.  Pada Kasus An. NG , Ayah An. NG Sering Berkata Kasar Kepada
Anaknya Ketika Anaknya Memunculkan Respon Stress Terhadap Kondisinya Yang
Sekarang. Hal Ini Jika Dikaitkan Dengan Penelitian Nielsin (2013) Menyatakan Bahwa
Komunikasi Yang Buruk Dan Dukungan Yang Minim Dari Orang Tua Ke Klien Merupakan
Perwujudan Dari Koping Orang Tua Sebagai Keluarga Terdekat Tidak Adaptif. Padah
Sesungguhnya Koping Orang Tua Sangat Mempengaruhi Perubahan Status Kesehatan Anak.
Koping Orang Tua Harusnya Diupayakan Menjadi Adaptif Karena Dengan Adanya Koping
Yang Adaptif Makan Orang Tua Akan Mampu Menyeimbangkan Pandangan Anak Ketika Ia
Mengalami Periode Krisis Di Masa Kehilangannya.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1   Kesimpulan

Chronic Sorrow Merupakan Salah Satu Middle Range Theory Yang Konsep Awalnya


Berasal Dari Teori Yang Dicetuskan Oleh Olshansky Pada Tahun 1962. Kemudian
Dikembangkan Oleh Pusat Study The Nursing Consortium For Reasearch On Chronic
Sorrow (Ncrcs) Yang Di Prakarsai Oleh Eakes, Burke Dan Hainsworth. Burke
Mendefinisikan Duka Cita Kronis Sebagai Suatu Kesedihan Yang Meresap Dan Merupakan
Pengalaman Permanen, Periodik Dan Berpotensi Menjadi Lebih Berat (Eakes, Burke,
Hainsworth, Et Al., 1993). Chronic Sorrow Merupakan Respon Normal Manusia Yang
Berhubungan Dengan Disparitas Berkelanjutan Sebagai Akibat Dari Situasi Kehilangan.
Kondisi Ini Merupakan Siklus Yang Terjadi Secara Alamiah. Dalam Kondisi Tersebut
Terdapat Pencetus Yang Memperberat Respon Berduka, Bersifat Internal Maupun Eksternal
Yang Dapat Diprediksi. Manusia Memiliki Strategi Koping Yang Efektif Dalam Mencapai
Keseimbangan Saat Mengalami Chronic Sorrow. Pada Dasarnya, Chronic
Sorrow Disebabkan Oleh Disparitas Antara Kondisi Harapan Dan Kenyataan (Eakes Et Al.,
1998; Alligood, 2014).

Pendiagnosaan Chronic Sorrow Dapat Membuat Seseorang Jatuh Pada Keadaan


Sedih Yg Mendalam, Karena Harapan Atau Keinginan Tidak Sesuai Dengan
Realita.  Kesedihan Kronis Merupakan Kesenjangan Yang Berlangsung Akibat Kerugian
Dari Suatu Fungsi Dan Bersifat Permanen. Gejala Kesedihan Akan Berulang Secara Berkala
Dan Gejala-Gejala Ini Berpotensi Progresif (Alligood, 2014). Peran Perawat Dalam Teori Ini
Adalah Menunjukkan Rasa Empati Dan Memberikan Support System Agar Klien Tidak Jatuh
Dalam Keadaan Depresi, Sehingga Klien Mampu Melakukan Manajemen Koping Baik
Manajemen Koping Internal Maupun Eksternal Yang Melibatkan Klien, Perawat, Dokter,
Psikolog Atau Tenaga Kesehatan Lainnya Serta Dukungan Dari Orang-Orang Terdekat.
4.2   Saran

Peran Perawat Sebagai Pemberi Support System Sebaiknya Dilakukan Dengan Sungguh-


Sungguh, Karena Klien Mungkin Akan Mengalami Chronic Sorrow  Berulang Sehingga
Klien Beresiko Untuk Jatuh Dalam Keadaan Depresi.

DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R. (2014). Nursing theories and their work. 8th edition. Singapore. Elsevier
Singapore Pte Ltd

Alligood, M.T. (2014). Inroduction to nursing theory : Its history significance and analysis. In
A.M. Tomey & M. R. Alligood (Eds), Nursing theorist and their work (8 th ed, pp. 3-15). St.
Louis : Elsevier

Coughlin, M. B., & Sethares, K. A. (2017). Chronic Sorrow in Parents of Children with a
Chronic Illness or Disability : An Integrative Literature Review. Journal of Pediatric
Nursing, 37, 108–116. doi:10.1016/j.pedn.2017.06.011

Eakes, G. G., Burke, M. L., & Hainsworth, M. A. (1998). Middle-Range Theory. Journal of


Nursing Scholarship, 30(2), 179–184.

Halfon, Neal. 2010. “Evolving Notions of Childhood Chronic Illness.” Jama 303(7): 665.


http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?doi=10.1001/jama.2010.130.

Isaksson, A., & Ahlström, G. (2008). Managing chronic sorrow: experiences of patients with
multiple sclerosis. Journal of Neuroscience Nursing, 40(3), 180–191.

Neilsen, C. M. (2013). Chronic Sorrow and Illness Ambiguity in Caregivers of Children with


Sickle Cell Disease. Michigan State University.

Peterson, S. J, and T. S Bredow. 2013. Middle Range Theories Application to Nursing


Research. third. ed. J Clay. Cina: Lippincott Williams & Wilkins.

Van Cleave, Jeanne. 2010. “Dynamics of Obesity and Chronic Health Conditions Among
Children and Youth.” Jama 303(7): 623. http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?
doi=10.1001/jama.2010.104.
Vitale, S. A., & Falco, C. (2014). Children Born Prematurely : Risk of Parental Chronic
Sorrow. Journal of Pediatric Nursing, 29, 248–251. doi:10.1016/j.pedn.2013.10.012

Anda mungkin juga menyukai