JURNAL
Oleh :
INDAH FARHANI
1601011084
ABSTRAK
Pendahuluan; Bawang dayak sudah digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Salah satunya
sebagai antiinflamasi dan mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antiinflamasi gel bawang dayak dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15%. Metode; Ekstrak
diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian karakteristik yang meliputi
(pengujian kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total, kadar abu tidak
larut dalam asam). Gel dievaluasi sifat fisiknya. Uji aktivitas antiinflamasi dibagi dalam 5 kelompok perlakuan.
Setiap tikus diinduksi menggunakan karagenan. Pengukuran diameter dan volume radang dilakukan selama 3
jam dengan interval waktu 30 menit. Data hasil pengukuran analisis secara statistik dan dilanjutkan dengan
metode one way dan tukey (Anova). Hasil; karakteristik simplisia bawang dayak mengasilkan kadar air 9,38%,
kadar sari larut air 22,14%, kadar sari larut etanol 23,60%, kadar abu total 0,7%, dan kadar abu tidak larut asam
0,82%. Hasil analisis menunjukkan bahwa data signifikan pada menit ke 150 yakni 0,004 konsentrasi 5% dan
0,001 pada konsentrasi 15%. Pada menit 180 menunjukkan data signifikan yakni 0,016 konsentrasi 5% dan
0,016 pada konsentrasi 15%. Dikatakan signifikan t< 0,05. Ini berarti adanya perbedaan aktivitas antiinflamasi
antara perlakuan yang diperbandingkan dengan waktu. Kesimpulan; Berdasarkan hasil uji tukey persen inhibisi
radang nilai signifikansi t > 0.05 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu perlakuan
terhadap perlakuan lainnya.
Kata kunci: Formulasi gel, bawang dayak, antiinflamasi
Abstract
Introduction: Dayak onions have been used by the community as traditional medicine. One of them is
anti-inflammatory and contains alkaloid compounds, flavonoids, tannins. This study aimed to determine the
anti-inflammatory activity of Dayak onion gel with a concentration of 5%, 10%, and 15%. Method: The extract
was obtained by maceration method using ethanol 96% solvent. Characteristics testing which includes testing
water content, water soluble extract content, ethanol soluble extract content, total ash content, acid insoluble ash
content. The gel was evaluated for its physical properties. The anti-inflammatory activity test was divided into 5
treatment groups. Each rat was induced using carrageenan. Measurement of the diameter and volume of
inflammation was carried out for 3 hours with an interval of 30 minutes. The data were analyzed and continued
with the one way and tukey (Anova) method. Results: characteristics of Dayak simplicia produced a water
content of 9.38%, 22.14% water soluble extract, 23.60% ethanol soluble extract, 0.7% total ash content, and
0.82% acid insoluble ash content. The results of the analysis showed that the data is significant at the 150th
minute, namely .004 at a concentration of 5% and .001 at a concentration of 15%. At 180 minutes it showed
significant data, namely .016 at a concentration of 5% and .016 at a concentration of 15%. It is said that it is
significant t < .05. Conclusion: This means that there is a difference in anti-inflammatory activity between
treatments compared to time. The percent inflammation inhibition value t> .05, which means that there is no
significant effect between one treatment and another.
Keywords: Gel formulation, Dayak Onions, Anti-Inflammator
Indah Farhani; Mahasiswa S1 Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia Medan,
indahfnainggolan.10@gmail.com
antinflamasi, antitumor serta mencegah
pendarahan (5).
PENDAHULUAN Tanaman bawang dayak memiliki
Inflamasi merupakan respon yang hampir semua kandungan fitokimia, antara lain
normal akibat pertahanan tubuh untuk alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik dan
mengeliminasi patogen, mencegah penyebaran steroid. Kandungan Flavonoid dapat
kerusakan jaringan dan memperbaiki jaringan menghambat siklooksigenase sehingga
yang rusak akibat gejala patologi suatu kemungkinan besar efek antiinflamasi
penyakit, apabila inflamasi tidak terkontrol disebabkan karena penghambatan
dan terjadi pada tempat dan waktu yang tidak siklooksigenase yang merupakan langkah
tepat, akan mengganggu keseimbangan pertama pada jalur yang menuju eikosanoid
homeostasis tubuh, berkembang menjadi seperti prostaglandin dan tromboksan, Tanin
inflamasi kronis maupun menimbulkan memiliki aktivitas menghambat enzim
kerusakan jaringan. Tanda terjadinya siklooksigenase, menurunkan permeabilitas
inflamasi, pembengkakan atau edema, vascular, dan sebagai antioksidan. Saponin
kemerahan, panas, nyeri, perubahan fungsi, memiliki mekanisme sebagai antiinflamasi
dan penyakit yang timbul akibat respon dengan cara menghambat histamin, bradikinin
inflamasi yang berlebih seperti osteoartritis, dan serotonin (6) (7).
asma, rhinitis alergi sering menimbulkan Berdasarkan penelitian sebelumnya
masalah yang mengganggu aktivitas sehari- Roji dkk (2018) Hasil uji aktivitas
hari, Untuk itu digunakan obat yang berefek antiinflamasi menunjukkan bahwa ekstrak
farmakologis sebagai agen antiinflamasi (1) bawang dayak yang memiliki aktivitas
(2). antiinflamasi paling tinggi adalah pada ekstrak
Antiinflamasi merupakan sebutan konsentrasi 0,08% yaitu sebesar 72,74%,
untuk obat yang bekerja melawan atau sedangkan konsentrasi yang paling efektif dari
menekan proses peradangan. Berdasarkan ekstrak bawang dayak adalah pada konsentrasi
mekanisme kerjanya, obat antiinflamasi 0,02% yaitu sebesar 59,58% dari hasil uji
terbagi menjadi golongan steroid dan golongan statistik Tukey menunjukkan pada konsentrasi
antiinflamasi non-steroid (AINS). Namun, 0,02% tidak berbeda secara bermakna atau
penggunaan obat AINS sering menimbulkan identik dengan kontrol positif (natrium
masalah iritasi saluran pencernaan sedangkan diklofenak) pada konsentrasi 0,01% yaitu
penggunaan steroid sering menimbulkan efek sebesar 60,39% dengan nilai signifikansi
samping gangguan pertumbuhan, dan sampel 0,757 ≥ 0,05 ini menunjukkan bahwa
penurunan sistem imun (3)(4). bawang dayak memiliki potensi sebagai
Bawang dayak (Eleutherine antiinflamasi. Penelitian Paramita dan Khairul
Palmifolia (L) Merr) merupakan tanaman yang (2018) hasil EC50 ekstrak E. bulbosa
banyak ditemukan di daerah Kalimantan. menunjukkan aktivitas antiperadangan yang
Penduduk lokal di daerah tersebut sudah potensial dengan efektivitas yang hampir sama
menggunakan tanaman ini sebagai obat dengan separuh konsentrasi indometasin, dapat
tradisional. Bagian yang dapat dimanfaatkan disimpulkan bahwa ekstrak E. bulbosa dapat
pada tanaman ini adalah umbi, daun, akar dan dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber
bunganya. Secara tradisional khasiat dari bahan alam baru untuk agen antiperadangan.
tanaman bawang dayak di antaranya sebagai Pada penelitian Agus (2016) uji antiinflamasi
antikanker payudara, pengobatan kista, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umbi
mencegah penyakit jantung, immunostimulant, bawang dayak dapat menurunkan volume dan
ketebalan udema pada kaki tikus putih yang
diinduksi dengan karagenan dengan daya Sampel bawang dayak (Eleutherine
antiinflamasi ekstrak umbi bawang dayak Palmifolia (L)Merr) diperoleh dari Sibolangit,
berdasarkan volume udemnya (8)(9)(10). Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Gel merupakan sediaan semisolid
yang mempunyai kelebihan berupa kandungan Identifikasi Tanaman
air yang cukup tinggi sehingga memberikan Identifikasi tanaman dilakukan di
kelembapan yang bersifat mendinginkan dan Herbarium Medanese Universitas Sumatera
memberikan rasa nyaman pada kulit (11). Gel Utara.
mempunyai potensi lebih baik sebagai sarana
untuk mengelola obat topikal dibandingkan Pembuatan Simplisia
dengan salep, karena gel tidak lengket, Bawang dayak dicuci hingga bersih
memerlukan energi yang tidak besar untuk pada air mengalir dan ditiriskan, tujuannya
formulasi, stabil, dan mempunyai estetika untuk menghilangkan kotoran yang melekat,
yang bagus, sediaan gel yang baik dapat kemudian dikeringkan dengan cara diangin-
diperoleh dengan cara memformulasikan anginkan, dipotong-potong menjadi beberapa
beberapa jenis bahan pembentuk gel, namun bagian, selanjutnya ditimbang beratnya. Bahan
yang paling penting untuk diperhatikan adalah dimasukkan dilemari pengering dengan
pemilihan gelling agent karena gelling agent temperatur 30-40 ⁰C hingga kering, tujuannya
dapat mempengaruhi fisik gel yang dihasilkan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
(12)(13). Berdasarkan uraian di atas, maka mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
peneliti menganggap perlu dibuat sediaan waktu yang lebih lama.Simplisia yang sudah
topikal berupa gel yang mengandung ekstrak keing ditimbang berat keringnya, kemudian
bawang dayak sebagai antiinflamasi. Evaluasi dihaluskan dengan menggunakan blender
dilakukan dengan cara mengamati penurunan menjadi serbuk, lalu dimasukkan kedalam
tingkat kebengkakan radang setelah diberikan wadah tertutup dan disimpan ditempat kering
sediaan pada telapak kaki tikus jantan yang (14).
sebelumnya diinduksikan dengan karagenan.
Penyiapan Ekstrak Bawang Dayak
METODE PENELITIAN Sampel bawang dayak diperoleh dari
Alat desa Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,
Alat yang digunakan adalah lumpang Provinsi sumatera utara. Pada penelitian ini
dan alu, cawan porselin, gelas ukur (pyrex), dilakukan maserasi sebagai proses ekstraksi
inkubator, kain kasa, kandang hewan dari sampel yang digunakan. Maserasi adalah
uji,viskometer, plestimometer, pot plastik 100 proses ekstraksi simplisia dengan
gr, rotary evaporator (Eyela), spidol, spoit menggunakan pelarut dengan beberapa kali
injeksi 1 ml, stopwatch, timbangan analitik pengocokan atau pengadukan pada temperatur
( Ohaus), wadah maserasi (toples), dan ruangan. Maserasi dilakukan dengan cara
waterbath. merendam simplisia dalam cairan penyari.
Cairan akan menembus dinding sel dan masuk
Bahan ke dalam rongga sel yang mengandung zat
Bahan yang digunakan dalam aktif (15). Maserasi pada umumnya dilakukan
penelitian ini adalah Bawang Dayak dengan cara: 10 bagian simplisia dimasukkan
(Eleutherine Palmifolia (L) Merr), akuades, ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75
etanol 96%, Na-CMC, propilenglikol, gliserin, bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan
Karagenan dan Hotin Cream. selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil
berulang-ulang diaduk setelah 5 hari sari
Pengumpulan dan Pengolahan Sampel diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah
Pengambilan Sampel cairan penyari secukupnya dan diserkai
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes
bagian. Maserat yang dihasilkan kemudian untuk tiap detik sampai sebagian besar air
dipekatkan dengan menggunakan alat rotary terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan
evaporator hingga didapat ekstrak kental (14). dinaikkan sampai 4 tetes untuk tiap detik.
Semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin
Karakteristik Simplisia dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan
Karakteristik simplisia meliputi selama 5 menit, kemudian tabung penerima
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Air dan
penetapan kadar air (16), penetapan kadar abu toluen memisah sempurna, volume air dibaca
total, penetapan kadar abu tidak larut dalam dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua
asam, penetapan kadar sari yang larut dalam volume air yang dibaca sesuai dengan
air dan penetapan kadar sari yang larut dalam kandungan air yang terdapat di dalam sampel.
etanol (17). Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat
sampel yang telah dikeringkan (16).
Pemeriksaan Makroskopik Simplisia
Pemeriksaan makroskopik simplisia Penetapan Kadar Abu Total
bawang dayak dan simplisia yang meliputi Sebanyak 2 gram serbuk simplisia
pemeriksaan bentuk, ukuran, warna, bau dan yang telah digerus, ditimbang, dimasukkan ke
rasa. dalam kurs porselen yang terlebih dahulu telah
dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs
Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk dipijarkan sampai bobot tetap. Kadar abu
Simplisia dihitung terhadap bahan yang telah
Pemeriksaan mikroskopik serbuk dikeringkan di udara (17).
simplisia bawang dayak. Serbuk simplisia
diletakkan pada objek glass yang telah ditetesi Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
larutan kloralhidrat, ditutup dengan kaca Abu yang diperoleh pada penetapan
penutup, lalu diamati dibawah mikroskop. kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam
klorida encer selama 5 menit, bagian yang
Penetapan Kadar Air tidak larut asam dikumpulkan, disaring dengan
Penetapan kadar air dilakukan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). panas. Residu dan kertas saring dipijar sampai
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam
penampung, pendingin, tabung penyambung asam dihitung terhadap bahan yang telah
dan tabung penerima 10 ml. dikeringkan di udara (17).
Rata-rata 1,6 1,4 2 2 2,6 2,7 2,7 2,6 3,2 2,8 2,8 2,5 29,2
Keterangan : rata-rata 2,5. Hasil penilaian dapat dilihat
Sangat Suka Sekali :4 bahwa sampel F0 lebih disukai dibanding
Sangat Suka :3 dengan sampel lainnnya.
Suka :2
Tidak Suka :1
Hasil Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Uji hedonik gel untuk parameter Etanol Bawang Dayak
aroma berdasarkan data yang diperoleh Uji efek antiinflamasi dilakukan
diketahui bahwa panelis menyukai sampel F2 dengan menggunakan alat pletismometer,
dan F3 dengan rata-rata 2, sampel F0 dengan induksi radang diberikan secara intraplantar
rata-rata 1,6 dan sampel F1 dengan rata-rata pada kaki tikus jantan dengan karagenan 1%
1,4. Hasil penilaian dapat dilihat bahwa sebanyak 0,1 ml. Hasil penelitian ini
sampel F2 dan F3 lebih disukai dibanding menggunakan ANOVA dua arah dan uji tukey.
dengan sampel lainnya. Uji hedonik untuk Ukuran volume udem tikus dihitung tiap 30
parameter warna berdasarkan data yang menit. dimulai dari 60 menit setelah
diperoleh diketahui bahwa panelis menyukai penyuntikan karagenan. Lalu diukur persen
sampel F1 dan F2 dengan rata-rata 2,7, sampel radang dan persen inhibisi radang pada kaki
F0 dengan rata-rata 2,6 dan sampel F3 dengan tikus.
rata-rata 2,6. Hasil penilaian dapat dilihat Volume Udem 1 Jam Penyuntikan
bahwa sampel F1 dan F2 lebih disukai Karagenan
dibanding dengan sampel lainnya. Uji hedonik Hasil pengamatan rata-rata volume
untuk parameter tekstur berdasarkan data yang udem dan signifikan antar kelompok kontrol
diperoleh diketahui bahwa panelis menyukai dan sediaan uji dapat dilihat pada Tabel 11 dan
sampel F0 dengan rata-rata 3,2, sampel F1 dan hasil uji ANOVA pada Tabel 12 sebagai
F2 dengan rata-rata 2,8 dan sampel F3 dengan berikut:
Tabel 11. Rata-rata Volume Udem Kaki Tikus Tiap Waktu Pengamatan
Kelompok
Kontrol
Kontrol positif F1 F2 F3
Waktu negative
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
sig sig sig sig sig
0,036 ±
0,036 ± 0,024 0,032±0,002 0,030 ± 0,003 0,034±0,002 .
30 0,004 - .
.1,00 - .863#.863 . 596#596 . 988# .988
1,00#
0,032 ± 0,030 ±
0,036 ± 0,002 0,028±0,002 . 0,032 ± 0,002
60 0,002 - 0,003 .974# .
.756 - 754# .159 .1,00# .754
.754# 405
90 0,032 ± 0,036 ± 0,004 0,030 ± 0,000 0,032 ± 0,002 0,034 ± 0,002
0,002 - .
.776 - .977#.438 .1,00# .776 .977 #.977
776#
0,032± 0,002 0,032± 0,002 0,026 ± 0,002 0,030 ± 0,003 0,036 ± 0,002
120
- .1,00# .1,00 - .438#.438 .977 # .977 .776 # .776
0,038 ±
0,030 ± 0,004 0,028 ± 0,002 0,034 ± 0,005 0,026 ± 0,002
150 0,002 -.
- .495 .283#.994 .922#.922 .143#.922
495#
0,032± 0,002 0,030 ± 0,000 0,026 ± 0,002 0,028±0,003 . 0,026 ± 0,002
180
- .977 - .977 .438#.776 776#.977 .438#.776
Keterangan: (*): Berbeda bermakna terhadap kontrol negatif
(#): Tidak berbeda bermakna terhadap kontrol positif
0.04
0.04
0.03
Volume Udem
0.03 Negatif
0.02 Positif
0.02 konsentrasi 5%
0.01 Konsentrasi 10%
0.01 konsentrasi 15%
0
0 30 60 90 120 150 180
Waktu (Menit)
Tabel 13. Persen Inhibisi Radang Volume Udem Kaki Tikus Tiap Waktu Pengamatan
Kelompok
Kontrol Positif F1 F2 F3
Waktu
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Rata-rata
Sig Sig Sig
56,66 ± 19,43 . 32,22±14,94
30 82,22 ± 12,95 52,22±17,35 .578#
692# .176#
70,00± 20,00 . 40,00±19,43 26,66±19,43
60 80,00 ± 13,33
980# .433# .206#
40,00±24,49 . 56,66± 19,43 26,66±19,43
90 63,33 ± 15,27
841# .995# .575#
56,66±19,43 . 33,33± 18,25 40,00±19,43
120 66,66 ± 21,08
983# .633# .772#
80,00±12,24 . 70,00± 13,33 80,00±20,00
150 73,33± 12,47
989# .999# .989#
80,00 ± 20,00 . 60,00±19,43 90,00±10,00
180 80,00 ± 20,00
1,00# .857# .978#
Keterangan: (#): Tidak berbeda bermakna terhadap kontrol positif
Pada persen inhibisi radang semua tinggi adalah pada ekstrak konsentrasi 0,08%
konsentrasi ekstrak etanol bawang dayak yaitu sebesar 72,74%, sedangkan konsentrasi
berbeda terhadap kontrol negatif . konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak bawang dayak
ekstrak etanol bawang dayak yang paling adalah pada konsentrasi 0,02% yaitu sebesar
memberikan efek yang berbeda adalah 59,58% dari hasil uji statistik Tukey
konsentrasi 5%, yang paling sedikit menunjukkan pada konsentrasi 0,02% tidak
memberikan efek yang berbeda konsentrasi berbeda secara bermakna atau identik dengan
15%. kontrol positif (natrium diklofenak) pada
konsentrasi 0,01% yaitu sebesar 60,39%
Dari hasil yang didapat pada
dengan nilai signifikansi sampel 0,757 ≥ 0,05
penelitian ini telah terbukti bahwa ekstrak
ini menunjukkan bahwa bawang dayak
etanol bawang dayak memberikan efek
memiliki potensi sebagai antiinflamasi.
antiinflamasi, pada konsentrasi 5%
Penelitian Paramita dan Khairul (2018) hasil
memberikan efek antiinflamasi yang baik dari
EC50 ekstrak E. bulbosa menunjukkan
pada kontrol positif.
aktivitas antiperadangan yang potensial
Tanaman bawang dayak memiliki
dengan efektivitas yang hampir sama dengan
hampir semua kandungan fitokimia, antara lain
separuh konsentrasi indometasin, dapat
glikosida, flavonoid, saponin, tanin dan steroid
disimpulkan bahwa ekstrak E. bulbosa dapat
. Kandungan Flavonoid dapat menghambat
dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber
siklooksigenase sehingga kemungkinan besar
bahan alam baru untuk agen antiperadangan.
efek antiinflamasi disebabkan karena
Pada penelitian Agus (2016) hasil uji aktivitas
penghambatan siklooksigenase yang
antiinflamasi menunjukkan bahwa umbi
merupakan langkah pertama pada jalur yang
bawang dayak dapat menurunkan volume dan
menuju eikosanoid seperti prostaglandin dan
ketebalan udema pada kaki tikus putih yang
tromboksan. Tanin memiliki aktivitas
diinduksi dengan karagenan dengan daya
menghambat enzim siklooksigenase,
antiinflamasi ekstrak umbi bawang dayak
menurunkan permeabilitas vascular, dan
berdasarkan volume udemnya (8)(9)(10).
sebagai antioksidan. Saponin memiliki
Dari rangkaian parameter yang diukur
mekanisme sebagai antiinflamasi dengan cara
dalam menunjukkan aktivitas antiinflamasi
menghambat histamin, bradikinin dan
pada setiap perlakuan dapat disimpulkan
serotonin (6)(7).
bahwa ekstrak etanol bawang dayak dapat
Berdasarkan penelitian Roji dkk
dikembangkan menjadi sediaan gel untuk
(2018) Hasil uji aktivitas antiinflamasi dengan
digunakan sebagai obat alternatif untuk
metode stabilisasi membran sel darah merah
mengobati inflamasi.
menunjukkan bahwa ekstrak bawang dayak
Berdasarkan hasil uji tukey persen
yang memiliki aktivitas antiinflamasi paling
radang bahwa antara perlakuan positif dan
perlakuan negatif terhadap waktu perlakuan. Putih Jantan Galur Wistar, J. Sains dan
Pada menit 150 menunjukkan data signifikan Teknologi Farmasi; 2007. 112-115 p.
yakni 0,004 konsentrasi 5% dan 0,001 pada 3. Mutsclher E. Dinamika Obat
konsentrasi 15%. Pada menit 180 Farmakologi dan Toksikologi. 5th ed.
menunjukkan data signifikan yakni 0,016 Bandung: Institut Teknologi Bandung;
konsentrasi 5% dan 0,016 pada konsentrasi 1991.
15%. Dikatakan signifikan lebih kecil dari 4. Neal, M.J. A a G. Farmakologi Medis.
0,05. Ini berarti adanya perbedaan aktivitas 5th ed. 2005.
antiinflamasi antara perlakuan yang 5. Nur A. Kapasitas Antioksidan Bawang
diperbandingkan dengan waktu. Hasil Dayak (Eleutherine palmifolia) dalam
penelitian tersebut terbukti bahwa ekstrak Bentuk Segar, Simplisia dan Keripik,
etanol bawang dayak memiliki aktivitas pada Pelarut Nonpolar, Semipolar dan
antiinflamasi pada konsentrasi 5% dan 15 %. Polar. Institut Pertanian Bogor; 2011.
Berdasarkan hasil uji tukey persen inhibisi 6. Galingging R. Bawang Dayak Sebagai
radang nilai signifikansi t > 0.05 yang artinya Tanaman Obat Multifungsi. 2009;3:2–
tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu 4.
perlakuan terhadap perlakuan lainnya. 7. Robinson T. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. 6th ed. Bandung:
KESIMPULAN Penerbit ITB; 1991.
Ekstrak etanol bawang dayak 8. Septian, Roji, H. dkk. Uji Aktivitas
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dapat Antiinflamasi Ekstrak Bawang Dayak
dibuat kedalam sediaan gel yang memenuhi (Eleutherine americana L. Merr)
syarat uji mutu fisik. Gel ekstrak etanol Terhadap Stabilisasi Membran Sel
bawang dayak konsentrasi 5%, 10%, 15% Darah Merah. J Lab Khatulistiwa.
mempunyai efek sebagai obat antiinflamasi 2018;
pada tikus yang diinduksi karagenan dan pada 9. Paramita, S., Nur Yanto K. Aktivitas
konsentrasi 5% gel ekstrak bawang dayak Antiperadangan Ekstrak Etanol Umbi
memberikan efek antiinflamasi terbaik Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa
terhadap tikus putih jantan. (MILL.) URB.). J Vocat Heal Stud.
2018;
SARAN 10. Hidayat Agus. Uji Aktivitas
Disarankan pada penelitian Antiinflamasi Ekstrak Etanol Umbi
selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih Bawang Dayak
lanjut tentang pengujiaan efek antiinflamasi (Eleutherine palmifolia L. Merr)
dari ekstrak bawang dayak menggunakan Terhadap Tikus Jantan Putih Galur
metode ekstraksi yang lain, dibuat sediaan Wistar. Universitas Muhammadiyah
semi padat lainnya seperti salep atau krim Purwokerto; 2016.
serta perlu dilakukan pengujian toksisitas 11. Mitsui T. New Cosmetics Science.
untuk menunjang keamanan pemakaian Amsterdam: Elsivier; 1997.
bawang dayak. 12. Madan, J., dan Singh R. Formulation
and Evaluation of Aloevera Topical
DAFTAR PUSTAKA Gels. 2010;2:551–5.
1. Muller W. Leukocyte-endothelial cell 13. Arikaunala, J., Dewantara, I.G.N.A.,
Interactions in The Inflammatory dan Wijayati NPA. Optimasi HPMC
Response. Lab Investigation; 2002. Sebagai Gelling Agent dalam Formula
2. Erlina, R.A. I dan Y. Efek Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Garcinia mangostan L.). J Farm
(Curcuma domestica Val.) pada Tikus Udayana. 2013
14. Depkes RI. Cara Pembuatan Simplisia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
1985. 297-326, 333-340 p.
15. Depkes RI. Sediaan Galenik. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 1986.
6,7,10,19,21
16. World Health Organization. Quality
Control Methods for Medicinal Plant
Material. Switherland: WHO; 1992.
31-33 p.
17. Depkes RI. Materia Medika Indonesia.
6th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 1995. 321,325,333-334,336.
18. Depkes RI. Farmakope Herbal
Indonesia. 1st ed. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2008.
19. Abdass M. Formulasi Ekstrak Daun
Sukun (Artocarpus altilis (parkins.)
fosberg) Dengan Basis Gel Sebagai
Antiiflamasi. J Farm Indones.
2009;4:199–209.
20. Panjaitan. Formulasi Gel Dari Ekstrak
Rimpang Jahe Merah (Zingiber
officinale roscoe). J Pharm Pharmacol.
2012;1:9–20.
21. Tranggono, Retno, L., Latifah F. Buku
Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2007.
22. Ansari S. Skin pH and Skin Flora. In
Handbook of Cosmetics Science and
Technology. 3rd ed. New York:
Informa Healthcare USA; 2009. 202-
223 p.
23. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, s., and
Sigla A. Spreading of Semisolid
Formulation. Pharmaceutical
Technology; 2002. 84-102 p.
24. Martin, A., Swarbick, J., Cammaraata
A. Dasar-Dasar Farmasi Fisik Dalam
Ilmu Farmasi. 1st ed. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia; 1990. 25 p.
25. Depkes RI. Materia Medika Indonesia.
5th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 1989. 197 p.