Anda di halaman 1dari 16

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SEDIAAN

GEL EKSTRAK ETANOL BAWANG DAYAK (Eleutherine


Palmifolia (L) Merr) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

JURNAL

Oleh :

INDAH FARHANI
1601011084

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL BAWANG
DAYAK (Eleutherine Palmifolia (L) Merr) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

Formulation And Activity Test Of Anti-Inflammatory Of Gel Provision Of Dayak Onion(Eleutherine


Palmifolia (L) Merr) Extract Ethanol On White Male Rat

Indah Farhani1* , Yettrie Bess C 2 , Ihsanul Hafiz 3


1
Mahasiswa Farmasi Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
2
Dosen Farmasi Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
3
Dosen Farmasi Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
*Penulis Korespondensi

ABSTRAK

Pendahuluan; Bawang dayak sudah digunakan masyarakat sebagai obat tradisional. Salah satunya
sebagai antiinflamasi dan mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antiinflamasi gel bawang dayak dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15%. Metode; Ekstrak
diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian karakteristik yang meliputi
(pengujian kadar air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut dalam etanol, kadar abu total, kadar abu tidak
larut dalam asam). Gel dievaluasi sifat fisiknya. Uji aktivitas antiinflamasi dibagi dalam 5 kelompok perlakuan.
Setiap tikus diinduksi menggunakan karagenan. Pengukuran diameter dan volume radang dilakukan selama 3
jam dengan interval waktu 30 menit. Data hasil pengukuran analisis secara statistik dan dilanjutkan dengan
metode one way dan tukey (Anova). Hasil; karakteristik simplisia bawang dayak mengasilkan kadar air 9,38%,
kadar sari larut air 22,14%, kadar sari larut etanol 23,60%, kadar abu total 0,7%, dan kadar abu tidak larut asam
0,82%. Hasil analisis menunjukkan bahwa data signifikan pada menit ke 150 yakni 0,004 konsentrasi 5% dan
0,001 pada konsentrasi 15%. Pada menit 180 menunjukkan data signifikan yakni 0,016 konsentrasi 5% dan
0,016 pada konsentrasi 15%. Dikatakan signifikan t< 0,05. Ini berarti adanya perbedaan aktivitas antiinflamasi
antara perlakuan yang diperbandingkan dengan waktu. Kesimpulan; Berdasarkan hasil uji tukey persen inhibisi
radang nilai signifikansi t > 0.05 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu perlakuan
terhadap perlakuan lainnya.
Kata kunci: Formulasi gel, bawang dayak, antiinflamasi

Abstract

Introduction: Dayak onions have been used by the community as traditional medicine. One of them is
anti-inflammatory and contains alkaloid compounds, flavonoids, tannins. This study aimed to determine the
anti-inflammatory activity of Dayak onion gel with a concentration of 5%, 10%, and 15%. Method: The extract
was obtained by maceration method using ethanol 96% solvent. Characteristics testing which includes testing
water content, water soluble extract content, ethanol soluble extract content, total ash content, acid insoluble ash
content. The gel was evaluated for its physical properties. The anti-inflammatory activity test was divided into 5
treatment groups. Each rat was induced using carrageenan. Measurement of the diameter and volume of
inflammation was carried out for 3 hours with an interval of 30 minutes. The data were analyzed and continued
with the one way and tukey (Anova) method. Results: characteristics of Dayak simplicia produced a water
content of 9.38%, 22.14% water soluble extract, 23.60% ethanol soluble extract, 0.7% total ash content, and
0.82% acid insoluble ash content. The results of the analysis showed that the data is significant at the 150th
minute, namely .004 at a concentration of 5% and .001 at a concentration of 15%. At 180 minutes it showed
significant data, namely .016 at a concentration of 5% and .016 at a concentration of 15%. It is said that it is
significant t < .05. Conclusion: This means that there is a difference in anti-inflammatory activity between
treatments compared to time. The percent inflammation inhibition value t> .05, which means that there is no
significant effect between one treatment and another.
Keywords: Gel formulation, Dayak Onions, Anti-Inflammator

Indah Farhani; Mahasiswa S1 Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia Medan,
indahfnainggolan.10@gmail.com
antinflamasi, antitumor serta mencegah
pendarahan (5).
PENDAHULUAN Tanaman bawang dayak memiliki
Inflamasi merupakan respon yang hampir semua kandungan fitokimia, antara lain
normal akibat pertahanan tubuh untuk alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik dan
mengeliminasi patogen, mencegah penyebaran steroid. Kandungan Flavonoid dapat
kerusakan jaringan dan memperbaiki jaringan menghambat siklooksigenase sehingga
yang rusak akibat gejala patologi suatu kemungkinan besar efek antiinflamasi
penyakit, apabila inflamasi tidak terkontrol disebabkan karena penghambatan
dan terjadi pada tempat dan waktu yang tidak siklooksigenase yang merupakan langkah
tepat, akan mengganggu keseimbangan pertama pada jalur yang menuju eikosanoid
homeostasis tubuh, berkembang menjadi seperti prostaglandin dan tromboksan, Tanin
inflamasi kronis maupun menimbulkan memiliki aktivitas menghambat enzim
kerusakan jaringan. Tanda terjadinya siklooksigenase, menurunkan permeabilitas
inflamasi, pembengkakan atau edema, vascular, dan sebagai antioksidan. Saponin
kemerahan, panas, nyeri, perubahan fungsi, memiliki mekanisme sebagai antiinflamasi
dan penyakit yang timbul akibat respon dengan cara menghambat histamin, bradikinin
inflamasi yang berlebih seperti osteoartritis, dan serotonin (6) (7).
asma, rhinitis alergi sering menimbulkan Berdasarkan penelitian sebelumnya
masalah yang mengganggu aktivitas sehari- Roji dkk (2018) Hasil uji aktivitas
hari, Untuk itu digunakan obat yang berefek antiinflamasi menunjukkan bahwa ekstrak
farmakologis sebagai agen antiinflamasi (1) bawang dayak yang memiliki aktivitas
(2). antiinflamasi paling tinggi adalah pada ekstrak
Antiinflamasi merupakan sebutan konsentrasi 0,08% yaitu sebesar 72,74%,
untuk obat yang bekerja melawan atau sedangkan konsentrasi yang paling efektif dari
menekan proses peradangan. Berdasarkan ekstrak bawang dayak adalah pada konsentrasi
mekanisme kerjanya, obat antiinflamasi 0,02% yaitu sebesar 59,58% dari hasil uji
terbagi menjadi golongan steroid dan golongan statistik Tukey menunjukkan pada konsentrasi
antiinflamasi non-steroid (AINS). Namun, 0,02% tidak berbeda secara bermakna atau
penggunaan obat AINS sering menimbulkan identik dengan kontrol positif (natrium
masalah iritasi saluran pencernaan sedangkan diklofenak) pada konsentrasi 0,01% yaitu
penggunaan steroid sering menimbulkan efek sebesar 60,39% dengan nilai signifikansi
samping gangguan pertumbuhan, dan sampel 0,757 ≥ 0,05 ini menunjukkan bahwa
penurunan sistem imun (3)(4). bawang dayak memiliki potensi sebagai
Bawang dayak (Eleutherine antiinflamasi. Penelitian Paramita dan Khairul
Palmifolia (L) Merr) merupakan tanaman yang (2018) hasil EC50 ekstrak E. bulbosa
banyak ditemukan di daerah Kalimantan. menunjukkan aktivitas antiperadangan yang
Penduduk lokal di daerah tersebut sudah potensial dengan efektivitas yang hampir sama
menggunakan tanaman ini sebagai obat dengan separuh konsentrasi indometasin, dapat
tradisional. Bagian yang dapat dimanfaatkan disimpulkan bahwa ekstrak E. bulbosa dapat
pada tanaman ini adalah umbi, daun, akar dan dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber
bunganya. Secara tradisional khasiat dari bahan alam baru untuk agen antiperadangan.
tanaman bawang dayak di antaranya sebagai Pada penelitian Agus (2016) uji antiinflamasi
antikanker payudara, pengobatan kista, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umbi
mencegah penyakit jantung, immunostimulant, bawang dayak dapat menurunkan volume dan
ketebalan udema pada kaki tikus putih yang
diinduksi dengan karagenan dengan daya Sampel bawang dayak (Eleutherine
antiinflamasi ekstrak umbi bawang dayak Palmifolia (L)Merr) diperoleh dari Sibolangit,
berdasarkan volume udemnya (8)(9)(10). Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Gel merupakan sediaan semisolid
yang mempunyai kelebihan berupa kandungan Identifikasi Tanaman
air yang cukup tinggi sehingga memberikan Identifikasi tanaman dilakukan di
kelembapan yang bersifat mendinginkan dan Herbarium Medanese Universitas Sumatera
memberikan rasa nyaman pada kulit (11). Gel Utara.
mempunyai potensi lebih baik sebagai sarana
untuk mengelola obat topikal dibandingkan Pembuatan Simplisia
dengan salep, karena gel tidak lengket, Bawang dayak dicuci hingga bersih
memerlukan energi yang tidak besar untuk pada air mengalir dan ditiriskan, tujuannya
formulasi, stabil, dan mempunyai estetika untuk menghilangkan kotoran yang melekat,
yang bagus, sediaan gel yang baik dapat kemudian dikeringkan dengan cara diangin-
diperoleh dengan cara memformulasikan anginkan, dipotong-potong menjadi beberapa
beberapa jenis bahan pembentuk gel, namun bagian, selanjutnya ditimbang beratnya. Bahan
yang paling penting untuk diperhatikan adalah dimasukkan dilemari pengering dengan
pemilihan gelling agent karena gelling agent temperatur 30-40 ⁰C hingga kering, tujuannya
dapat mempengaruhi fisik gel yang dihasilkan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
(12)(13). Berdasarkan uraian di atas, maka mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
peneliti menganggap perlu dibuat sediaan waktu yang lebih lama.Simplisia yang sudah
topikal berupa gel yang mengandung ekstrak keing ditimbang berat keringnya, kemudian
bawang dayak sebagai antiinflamasi. Evaluasi dihaluskan dengan menggunakan blender
dilakukan dengan cara mengamati penurunan menjadi serbuk, lalu dimasukkan kedalam
tingkat kebengkakan radang setelah diberikan wadah tertutup dan disimpan ditempat kering
sediaan pada telapak kaki tikus jantan yang (14).
sebelumnya diinduksikan dengan karagenan.
Penyiapan Ekstrak Bawang Dayak
METODE PENELITIAN Sampel bawang dayak diperoleh dari
Alat desa Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,
Alat yang digunakan adalah lumpang Provinsi sumatera utara. Pada penelitian ini
dan alu, cawan porselin, gelas ukur (pyrex), dilakukan maserasi sebagai proses ekstraksi
inkubator, kain kasa, kandang hewan dari sampel yang digunakan. Maserasi adalah
uji,viskometer, plestimometer, pot plastik 100 proses ekstraksi simplisia dengan
gr, rotary evaporator (Eyela), spidol, spoit menggunakan pelarut dengan beberapa kali
injeksi 1 ml, stopwatch, timbangan analitik pengocokan atau pengadukan pada temperatur
( Ohaus), wadah maserasi (toples), dan ruangan. Maserasi dilakukan dengan cara
waterbath. merendam simplisia dalam cairan penyari.
Cairan akan menembus dinding sel dan masuk
Bahan ke dalam rongga sel yang mengandung zat
Bahan yang digunakan dalam aktif (15). Maserasi pada umumnya dilakukan
penelitian ini adalah Bawang Dayak dengan cara: 10 bagian simplisia dimasukkan
(Eleutherine Palmifolia (L) Merr), akuades, ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75
etanol 96%, Na-CMC, propilenglikol, gliserin, bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan
Karagenan dan Hotin Cream. selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil
berulang-ulang diaduk setelah 5 hari sari
Pengumpulan dan Pengolahan Sampel diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah
Pengambilan Sampel cairan penyari secukupnya dan diserkai
sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes
bagian. Maserat yang dihasilkan kemudian untuk tiap detik sampai sebagian besar air
dipekatkan dengan menggunakan alat rotary terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan
evaporator hingga didapat ekstrak kental (14). dinaikkan sampai 4 tetes untuk tiap detik.
Semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin
Karakteristik Simplisia dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan
Karakteristik simplisia meliputi selama 5 menit, kemudian tabung penerima
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Air dan
penetapan kadar air (16), penetapan kadar abu toluen memisah sempurna, volume air dibaca
total, penetapan kadar abu tidak larut dalam dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua
asam, penetapan kadar sari yang larut dalam volume air yang dibaca sesuai dengan
air dan penetapan kadar sari yang larut dalam kandungan air yang terdapat di dalam sampel.
etanol (17). Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat
sampel yang telah dikeringkan (16).
Pemeriksaan Makroskopik Simplisia
Pemeriksaan makroskopik simplisia Penetapan Kadar Abu Total
bawang dayak dan simplisia yang meliputi Sebanyak 2 gram serbuk simplisia
pemeriksaan bentuk, ukuran, warna, bau dan yang telah digerus, ditimbang, dimasukkan ke
rasa. dalam kurs porselen yang terlebih dahulu telah
dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs
Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk dipijarkan sampai bobot tetap. Kadar abu
Simplisia dihitung terhadap bahan yang telah
Pemeriksaan mikroskopik serbuk dikeringkan di udara (17).
simplisia bawang dayak. Serbuk simplisia
diletakkan pada objek glass yang telah ditetesi Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
larutan kloralhidrat, ditutup dengan kaca Abu yang diperoleh pada penetapan
penutup, lalu diamati dibawah mikroskop. kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam
klorida encer selama 5 menit, bagian yang
Penetapan Kadar Air tidak larut asam dikumpulkan, disaring dengan
Penetapan kadar air dilakukan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air
dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). panas. Residu dan kertas saring dipijar sampai
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam
penampung, pendingin, tabung penyambung asam dihitung terhadap bahan yang telah
dan tabung penerima 10 ml. dikeringkan di udara (17).

Penjenuhan Toluen Penetapan Kadar Sari Larut Air


Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml Sebanyak 5 gram serbuk simplisia
akuades dimasukkan kedalam labu alas bulat, dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-
dipasang alat penampung dan pendingin, kloroform (2,5 ml kloroform dalam air hingga
didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan 1 liter) menggunakan labu bersumbat sambil
dan dibiarkan dingin selama 30 menit, dikocok sekali-kali selama 6 jam pertama,
kemudian volume air dalam tabung penerima dibiarkan selama 18 jam dan disaring.
dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Sebanyak 20 ml filtrat diuapkan dalam cawan
dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa
Penetapan Kadar Air Simplisia dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot
Dimasukkan 5 gram simplisia yang tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung
telah ditimbang ke dalam labu tersebut, labu dalam persen terhadap bahan yang telah
dipanaskan selama 15 menit. Toluen mulai dikeringkan (17).
Cara pembuatan gel yaitu dari bawang
Penetapan Kadar Sari Larut Etanol dayak konsentrasi 5% yaitu dengan cara
Sebanyak 5 gram serbuk simplisia ditimbang Na-CMC sebanyak 0,6 gram
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml dikembangkan dicawan porselin dengan
etanol (96%) menggunakan labu bersumbat sedikit akuades panas, kemudiaan dilakukan
sambil dikocok selama 6 jam pertama, pengadukan secara terus-menerus hingga
dibiarkan selama 18 jam. Disaring dengan terdispersi sempurna dan terbentuk basis gel,
cepat untuk mencegah penguapan etanol. selanjutnya, ditambahkan gliserin 2 g,
Diambil 20 ml filtrat dan diuapkan dalam propilenglikol 1 g dan sisa akuades hingga
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. bobot gel menjadi 20 g dengan cara terus
Sisa dipanaskan pada suhu 105ºC hingga dilakukan pengadukan hingga terbentuk gel,
bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol setelah itu ditambahkan bawang dayak dengan
dihitung dalam persen terhadap bahan yang konsentrasi 5%, untuk pembuatan gel dengan
telah dikeringkan (17). konsentrasi 10%, 15% dilakukan dengan cara
yang sama dengan pembuatan gel (18).
Formula Standar
Formula standar basis gel Na- CMC Pengujian Stabilitas Fisik Gel
dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Evaluasi kestabilan dilakukan dalam
kondisi dipercepat. Pengujian dilakukan pada
Tabel 1. Formula Basis Gel Na-CMC suhu ruang dan suhu 40ºC. Pengujian
Bahan % w/w dilakukan selama 14 hari penyimpanan,
Na- CMC 3 meliputi:
Gliserin 10
Propilenglikol 5 Pengamatan Organoleptik
Akuades Ad 100
Sediaan Gel Pengamatan organoleptik
sediaan gel meliputi perubahan warna, bau dan
Formula dan Pembuatan Gel Ekstrak
pertumbuhan jamur selama penyimpanan (19).
Etanol Bawang Dayak
Pada penelitian ini akan dibuat
Pengukuran pH
sediaan gel dengan variasi konsentrasi ekstrak
Sediaan Gel Alat dikalibrasi dengan
yang berbeda yaitu konsentrasi 5%, 10%,
menggunakan larutan dapar standar pH netral
15%. Formula gel ekstrak bawang dayak dapat
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (4,01)
dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
hinga alat menunjukkan harga pH tersebut,
setelah itu elektroda dicuci dengan air suling,
Tabel 2. Formula Gel Ekstrak Bawang Dayak
lalu dikeringkan dengan kertas tissu. Sampel
Bahan Konsen Konsen Konsen
dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1
trasi trasi trasi
gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air
5% 10% 15%
suling, kemudian elektroda dicelupkan dalam
Bawang 1g 2g 3g
larutan tersebut, sampai alat menunjukkan
Dayak
Na- 0,6 g 0,6 g 0,6 g harga pH yang konstan. Angka yang
CMC ditunjukkan pH meter merupakan harga pH
Gliserin 2g 2g 2g sediaan. Rentang nilai pH yang aman untuk
Propileng 1g 1g 1g kulit atau sediaan setengah padat adalah
likol sekitar 4,5- 6,5. Range pH normal kulit yaitu
Akuades 20 g 20 g 20 g 5,0-6,8 (20) (21) (22).
Ad
Pengukuran Viskositas
Sediaan Gel Pengukuran viskositas Institut Kesehatan Helvetia Medan sebanyak
dilakukan dengan viskometer Brookfield. Gel 15 orang.
dituang ke dalam wadah beaker glass,
selanjutnya dipasang spindel. Kemudian Hewan Percobaan
spindel diturunkan ke dalam sediaan hingga Menurut rumus federer hewan
batas yang ditentukan. Pengukuran dilakukan percobaan yang digunakan adalah tikus putih
dengan kecepatan tertentu. Pengukuran dengan jantan dengan berat badan 150-250 gramdan
perbedaan rpm dibaca skalanya ketika jarum usia rata-rata 2-3 bulan, sebanyak 25 ekor
penunjuk skala telah stabil. Nilai viskositas terbagi dalam 5 kelompok yang masing-
sediaan gel yang baik yaitu 2000-4000 cps masing terdiri dari 5 ekor tikus. Sebelum
(20) (23). pengujian, hewan percobaan diaklimaksasi
selama 1 minggu pada kandang yang
Pengujian Homogenitas mempunyai ventilasi yang baik dan selalu
Sediaan sejumlah tertentu sediaan dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat,
dioleskan pada dua keping kaca atau bahan ditandai dengan memperlihatkan gerakan yang
transparan lain yang cocok, sediaan harus lincah (22).
menunjukkan susunan yang homogen dengan
tidak terlihatnya butiran kasar (20). Penyiapan Induktor Radang (Karagenan
1%)
Uji Daya Sebar Karagenan 1% dibuat dengan
Gel ditimbang sebanyak 0,5 g ditimbang sebanyak 100 mg Karagenan, lalu
kemudian diletakkan diatas lempeng kaca dimasukkan dalam labu tentukur 10,0 ml
berukuran 20 x 20 cm. Selanjutnya ditutupi kemudian dicukupkan dengan larutan NaCl
dengan lempeng kaca yang lain dan diukur 0,9%, sampai garis tanda. Lalu diinkubasi
diameternya setelah 1 menit. Daya sebar 5-7 pada suhu 37ºC selama 24 jam.
cm menunjukkan konsistensi semisolid yang
sangat nyaman dalam penggunaannya (23) Uji Aktivitas Antiinflamasi Pada Tikus
(24). Jantan
Sebelum pengujian, tikus dipuasakan
Analisis Organoleptik Hedonik selama 18 jam dengan tetap diberi air minum.
Uji hedonik disebut juga uji kesukaan. Tikus dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan
Dalam uji hedonik, seseorang diminta yaitu pengujian kontrol negatif, pengujian
tanggapan pribadinya mengenai kesukaan atau bahan uji (konsentrasi gel ekstrak etanol
ketidaksukaan, yang disebut skala hedonik. bawang dayak ) dan pengujian kontrol positif.
Misalnya, dalam hal suka dapat mempunyai Pada hari pengujian, masing-masing hewan
skala hedonik seperti sangat suka sekali, ditimbang dan diberi tanda pada kaki kirinya,
sangat suka, suka, dan agak suka. Pengujian kemudian volume kaki kiri tikus diukur
yang dilakukan untuk mengetahui tingkat daya menggunakan plestimometer, kemudian
terima konsumen dengan mempergunakan dicatat angka sebagai volume awal (Vo) yaitu
skala empat titik acuan yaitu dengan skor yang volume sebelum diberi perlakuan, masing-
paling rendah adalah 1 dan skor yang paling masing telapak kaki tikus disuntik secara
tinggi adalah 4. Untuk penilaian organoleptik intraplantar dengan 0,1 ml Karagenan 1%.
suatu produk diperlukan alat instrument, alat Satu jam setelah penyuntikan Karagenan 1%,
yang digunakan terdiri dari orang/kelompok setiap tikus diberi perlakuan secara topikal
yang disebut panel, orang yang bertugas pada bagian kaki yang telah diinduksi
sebagai panel di sebut panelis. Panelis dalam Karagenan:
penelitian ini adalah panelis yang tidak terlatih Kelompok I : Hotin DCL Kontrol (+)
yang diambil dari mahasiswi Fakultas Farmasi Kelompok II: Gel Na. CMC sebagai kontrol (-)
Kelompok III: Gel EEBD 5% Hasil Penelitian
Kelompok IV : Gel EEBD 10% Hasil Determinasi Tanaman
Kelompok V : Gel EEBD 15% Determinasi merupakan langkah awal
Setelah 30 menit dilakukannya dalam melakukan penelitian. Determinasi
perlakuan, volume kaki kiri tikus diukur dilakukan untuk menetapkan kebenaran
kembali dengan menggunakan plestimometer. sampel yang dilihat dari ciri-ciri mikroskopis
Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama dan makroskopis tanaman serta mencocokkan
3 jam. Perubahan tingkat kebengkakan yang ciri-ciri morfologis dari sampel dengan
terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki kepustakaan yang ada. Determinasi dilakukan
tikus (Vt). Volume inflamasi (radang) adalah di Laboratorium Herbarium Medanense
selisih volume telapak kaki tikus setelah dan (MEDA) Universitas Sumatera Utara, Medan.
sebelum disuntikkan Karagenan 1%.Tanda Hasil determinasi menunjukkan bahwa
batas pada kaki tikus harus jelas.Kaki tikus tanaman uji adalah benar tanaman bawang
harus diukur sampai batas yang dibuat untuk dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).
meminimalkan resiko terjadinya kesalahan
dalam pengukuran inflamasi pada
Plestimometer, kemudian dicatat data yang Hasil Pemeriksaan Makroskopik
diperoleh dari perlakuan. Hasil pemeriksaan makroskopik
simplisia bawang dayak dapat dilihat pada
Persen Perhitungan Radang Tabel 3 sebagai berikut:
Rumus Persen Radang
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Makroskopik
Persen radang dapat dihitung dengan
Pemeriksaa Bawang Dayak
rumus di bawah ini :
n
vt−vo
Persen radang¿ x 100 % Bentuk Umbinya lonjong, daunnya
vo
seperti ilalang dan
Keterangan :
bunganya berwarna putih
Vt = Volume radang kaki tikus setelah Ukuran Daunnya 15-30 cm, lebar 3-
perlakuan 4 cm
Vo = Volume awal kaki tikus. Warna Umbi berwarna merah,
umbinya berlapis dengan
Rumus Inhibisi Radang ketebalan yang berbeda,
Inhibisi Radang dapat dihitung dengan berwarna gelap dan putih
rumus dibawah ini : daging
a−b Bau Bau khas bawang dayak
Persen inhibisi radang (%R) = x 100 %
a Uraian Serbuk simplisia bawang
Keterangan : serbuk dayak berwarna merah
a = Persen radang rata- rata kelompok kontrol simplisia muda
b = persen radang rata-rata kelompok
perlakuan bahan uji atau obat pembanding Hasil Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik
Analisis Data bawang dayak terlihat adanya pati, sel
Data yang didapatkan dari hasil parenkim, kristal kalsium oksalat bentuk
penelitian dianalisis dengan on way analisys of rafida. Pengamatan mikroskopik bertujuan
variance (ANOVA)dan dilanjutkan dengan uji untuk mengamati fragmen pengenal yang
lanjut Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. merupakan komponen spesifik untuk
mengidentifikasi tanaman tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Karakteristik Ekstrak Etanol Bawang Tabel 5. Hasil Uji Organoleptis Gel Ekstrak
Dayak Etanol Bawang Dayak
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari Formul
Bentuk Warna Bau
larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu dan a Gel
kadar abu tak larut asam dari simplisia bawang Setenga Tidak
Putih
dayak dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai F0 h padat memiliki
bening
berikut: kental aroma
Aroma
Setenga Coklat khas
F1 h padat kemeraha ekstrak
kental n bawang
dayak
Aroma
Setenga Coklat khas
Tabel 4. Hasil Karakteristik Ekstrak Etanol F2 h padat kemeraha ekstrak
Bawang Dayak kental n bawang
Parameter Hasil (%) dayak
Kadar air 9,38 Aroma
Kadar sari larut dalam 22,14 Setenga Coklat khas
air F3 h padat kemeraha ekstrak
Kadar sari larut dalam 23,60 kental n bawang
etanol dayak
Kadar abu total 0,70 Keterangan :
Kadar abu tidak larut 0,82 F0 : Basis Gel
F1 : Formula gel ekstrak bawang dayak 5%
asam
F2 : Formula gel ekstrak bawang dayak
Hasil penetapan kadar air simplisia 10%
dan ekstrak etanol bawang dayak diperoleh F3 : Formula gel ekstrak bawang dayak
9,38%, jika dilihat standarisasi kadar air 15%
simplisia secara umum memenuhi syarat yaitu
tidak lebih dari 10% serta standarisai kadar Hasil pengamatan menunjukkan
abu < 1%, kadar abu tidak larut dalam asam bahwa semua formula gel yang dihasilkan
<1,5%, kadar sari larut air >4% dan kadar sari berbentuk setengah padat kental. Sediaan gel
larut dalam etanol >2% (25). formula 0 memiliki bentuk sediaan setengah
padat, warna putih bening dan bau yang tak
Pengujian Gel Ekstrak Etanol Bawang beraroma. Hasil yang ditunjukkan pada
Dayak sediaan gel formula 5% memiliki bentuk
Pengujian sifat fisik gel bertujuan sediaan setengah padat kental, warna coklat
untuk mengetahui kualitas gel yang baik. Uji kemerahan dan bau yang khas dari ekstrak
yang dilakukan adalah organoleptis, bawang dayak, pada konsentrasi 10% dan 15%
homogenitas, viskositas, daya sebar, dan pH. memiliki bentuk sediaan yang sama yaitu
setengah padat kental, warna coklat kemerahan
Hasil Uji Organoleptis Gel
dan bau yang khas dari ekstrak bawang dayak.
Uji organoleptis dilakukan secara
kasat mata. Uji yang dilakukan meliputi Hasil Uji Homogenitas
bentuk, bau dan warna. Dari penelitian didapat Hasil Pengujian Homogenitas dapat
hasil seperti yang tercantum pada Tabel 5 dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas Gel Ekstrak F1 60 2119
Etanol Bawang Dayak F2 60 2218
Formula Gel Homogenitas F3 60 2193
F0 Homogen
F1 Homogen Berdasarkan pengujian viskositas gel
F2 Homogen ekstrak etanol bawang dayak memenuhi
F3 Homogen kriteria viskositas sediaan gel yang baik yaitu
2000-4000cps (23).
Dari hasil pengujian homogenitas
terhadap masing masing konsentrasi gel Hasil Uji pH
diperoleh hasil untuk sediaan gel F0, F1, F2, Pengujian pH bertujuan untuk
F3 menunjukkan hasil yang homogen. mengetahui apakah pH gel yang telah dibuat
sesuai dengan pH kulit. Hasil uji pH dapat
Hasil Uji Daya Sebar dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut:
Uji daya sebar dilakukan dengan
mengukur diameter sebaran 1 gram emulsi gel Tabel 9. Hasil Pengujian pH Gel Ekstrak
ditengah kaca bulat berskala yang diberi beban Bawang Dayak
total 150 gram dan telah didiamkan selama 1 Rata-
Formula Hasil Ph
menit. Hasil uji daya sebar dapat dilihat pada rata
gel
Tabel 7 sebagai berikut: I II III
F0 6.0 6.0 6.0 6.0
Tabel 7. Hasil Uji Daya Sebar Gel Ekstrak F1 6.0 6,0 6,0 6,0
Bawang Dayak F2 6,4 6,4 6,5 6,4
F3 6,1 6,1 6,1 6,1
Diameter Daya Sebar Rata-
Formul
(cm) rata
a gel Berdasarkan pengujian pH gel ekstrak
I II III
F0 5 4,9 4,7 4,9 etanol bawang dayak F0 pH 6.0, F1 pH 6.0, F2
F1 7 7,1 7 7,0 pH 6,4 dan F3 pH 6,1 dan pH sediaan gel
F2 5,1 5 5,2 5,1 ekstrak etanol bawang dayak yang dibuat
F3 5,3 5,1 5,1 5,2 memenuhi kriteria pH untuk sediaan kulit
karna berada pada interval pH kulit yaitu 4,5-
Hasil daya sebar ekstrak etanol 6,5 (22).
bawang dayak menunjukkan semua formula
mempunyai daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm Hasil Uji Hedonik
yang konsistensi sangat nyaman dalam
Pengujian dilakukan dengan cara
penggunaannya (23).
mengoleskan masing-masing sampel dari
ketiga formula ke telapak tangan responden
Hasil Uji Viskositas
dan menanyakan penilaian dari tiap responden
Pengukuran viskositas menggunakan
dengan melihat aroma, teksturnya dan
alat viscotester. Emulsi gel dimasukkan
warnanya. Hasil uji hedonik dapat dilihat pada
kedalam wadah, dipasang spindle L-4 dengan
Tabel 10 sebagai berikut:
kecepatan 60rpm. Hasil uji viskositas dapat
dilihat pada Tabel 8 sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Uji Viskositas Gel Ekstrak


Etanol Bawang Dayak

Formula Kecepata Pengujian


Gel n (rpm) viskositas
F0 60 3057
Tabel 10. Hasil Pengujian Hedonik
Aroma Warna Tekstur Jumlah
F
F0 F1 F2 F0 F1 F2 F3 F0 F1 F2 F3
3
Total 25 21 30 30 40 41 41 39 49 42 43 38 439

Rata-rata 1,6 1,4 2 2 2,6 2,7 2,7 2,6 3,2 2,8 2,8 2,5 29,2
Keterangan : rata-rata 2,5. Hasil penilaian dapat dilihat
Sangat Suka Sekali :4 bahwa sampel F0 lebih disukai dibanding
Sangat Suka :3 dengan sampel lainnnya.
Suka :2
Tidak Suka :1
Hasil Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Uji hedonik gel untuk parameter Etanol Bawang Dayak
aroma berdasarkan data yang diperoleh Uji efek antiinflamasi dilakukan
diketahui bahwa panelis menyukai sampel F2 dengan menggunakan alat pletismometer,
dan F3 dengan rata-rata 2, sampel F0 dengan induksi radang diberikan secara intraplantar
rata-rata 1,6 dan sampel F1 dengan rata-rata pada kaki tikus jantan dengan karagenan 1%
1,4. Hasil penilaian dapat dilihat bahwa sebanyak 0,1 ml. Hasil penelitian ini
sampel F2 dan F3 lebih disukai dibanding menggunakan ANOVA dua arah dan uji tukey.
dengan sampel lainnya. Uji hedonik untuk Ukuran volume udem tikus dihitung tiap 30
parameter warna berdasarkan data yang menit. dimulai dari 60 menit setelah
diperoleh diketahui bahwa panelis menyukai penyuntikan karagenan. Lalu diukur persen
sampel F1 dan F2 dengan rata-rata 2,7, sampel radang dan persen inhibisi radang pada kaki
F0 dengan rata-rata 2,6 dan sampel F3 dengan tikus.
rata-rata 2,6. Hasil penilaian dapat dilihat Volume Udem 1 Jam Penyuntikan
bahwa sampel F1 dan F2 lebih disukai Karagenan
dibanding dengan sampel lainnya. Uji hedonik Hasil pengamatan rata-rata volume
untuk parameter tekstur berdasarkan data yang udem dan signifikan antar kelompok kontrol
diperoleh diketahui bahwa panelis menyukai dan sediaan uji dapat dilihat pada Tabel 11 dan
sampel F0 dengan rata-rata 3,2, sampel F1 dan hasil uji ANOVA pada Tabel 12 sebagai
F2 dengan rata-rata 2,8 dan sampel F3 dengan berikut:

Tabel 11. Rata-rata Volume Udem Kaki Tikus Tiap Waktu Pengamatan

Kelompok
Kontrol
Kontrol positif F1 F2 F3
Waktu negative
Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
sig sig sig sig sig
0,036 ±
0,036 ± 0,024 0,032±0,002 0,030 ± 0,003 0,034±0,002 .
30 0,004 - .
.1,00 - .863#.863 . 596#596 . 988# .988
1,00#
0,032 ± 0,030 ±
0,036 ± 0,002 0,028±0,002 . 0,032 ± 0,002
60 0,002 - 0,003 .974# .
.756 - 754# .159 .1,00# .754
.754# 405
90 0,032 ± 0,036 ± 0,004 0,030 ± 0,000 0,032 ± 0,002 0,034 ± 0,002
0,002 - .
.776 - .977#.438 .1,00# .776 .977 #.977
776#
0,032± 0,002 0,032± 0,002 0,026 ± 0,002 0,030 ± 0,003 0,036 ± 0,002
120
- .1,00# .1,00 - .438#.438 .977 # .977 .776 # .776
0,038 ±
0,030 ± 0,004 0,028 ± 0,002 0,034 ± 0,005 0,026 ± 0,002
150 0,002 -.
- .495 .283#.994 .922#.922 .143#.922
495#
0,032± 0,002 0,030 ± 0,000 0,026 ± 0,002 0,028±0,003 . 0,026 ± 0,002
180
- .977 - .977 .438#.776 776#.977 .438#.776
Keterangan: (*): Berbeda bermakna terhadap kontrol negatif
(#): Tidak berbeda bermakna terhadap kontrol positif

Tabel 12. Hasil Uji ANOVA


Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Meni Between Groups .000 4 .000 2.000 .133
t_0 Within Groups .000 20 .000
Total .001 24
Meni Between Groups .000 4 .000 .810 .534
t_30 Within Groups .001 20 .000
Total .001 24
Meni Between Groups .000 4 .000 1.571 .221
t_60 Within Groups .001 20 .000
Total .001 24
Meni Between Groups .000 4 .000 .867 .501
t_90 Within Groups .001 20 .000
Total .001 24
Meni Between Groups .000 4 .000 2.200 .106
t_120 Within Groups .001 20 .000
Total .001 24
Meni Between Groups .000 4 .000 1.933 .144
t_150 Within Groups .001 20 .000
Total .002 24
Meni Between Groups .000 4 .000 1.133 .369
t_180 Within Groups .001 20 .000
Total .001 24

0.04
0.04
0.03
Volume Udem

0.03 Negatif
0.02 Positif
0.02 konsentrasi 5%
0.01 Konsentrasi 10%
0.01 konsentrasi 15%
0
0 30 60 90 120 150 180
Waktu (Menit)

Gambar 1. Grafik Udem


Berdasarkan data, penurunan volume yang tidak berbeda jauh dengan kontrol
edema mekanisme kerja antiinflamasi yang positif. Pada persen radang efek
cukup baik yaitu pada konsentrasi 5%, dimana antiinflamasinya diduga karena flavonoid,
pada konsentrasi tersebut sudah mempunyai yang berfungsi menghambat sintesis mediator
kemampuan untuk menurunkan volume edema untuk mengurangi edema.

Persen Inhibisi Radang


Hasil inhibisi rata-rata radang dan signifikansi antar kelompok dan sediaan uji dapat
dilihat pada Tabel 13 dan hasil uji ANOVA pada Tabel 14 sebagai berikut:

Tabel 13. Persen Inhibisi Radang Volume Udem Kaki Tikus Tiap Waktu Pengamatan
Kelompok
Kontrol Positif F1 F2 F3
Waktu
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Rata-rata
Sig Sig Sig
56,66 ± 19,43 . 32,22±14,94
30 82,22 ± 12,95 52,22±17,35 .578#
692# .176#
70,00± 20,00 . 40,00±19,43 26,66±19,43
60 80,00 ± 13,33
980# .433# .206#
40,00±24,49 . 56,66± 19,43 26,66±19,43
90 63,33 ± 15,27
841# .995# .575#
56,66±19,43 . 33,33± 18,25 40,00±19,43
120 66,66 ± 21,08
983# .633# .772#
80,00±12,24 . 70,00± 13,33 80,00±20,00
150 73,33± 12,47
989# .999# .989#
80,00 ± 20,00 . 60,00±19,43 90,00±10,00
180 80,00 ± 20,00
1,00# .857# .978#
Keterangan: (#): Tidak berbeda bermakna terhadap kontrol positif

Tabel 14. Hasil Uji ANOVA


Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Menit_30 Between Groups 6337.959 3 2112.653 1.579 .233#
Within Groups 21408.304 16 1338.019
Total 27746.263 19
Menit_60 Between Groups 9375.183 3 3125.061 1.875 .175#
Within Groups 26667.067 16 1666.692
Total 36042.250 19
Menit_90 Between Groups 4110.956 3 1370.319 .690 .571#
Within Groups 31778.289 16 1986.143
Total 35889.244 19
Menit_120 Between Groups 3485.989 3 1161.996 .606 .620#
Within Groups 30666.800 16 1916.675
Total 34152.789 19
Menit_150 Between Groups 374.933 3 124.978 .113 .951#
Within Groups 17666.267 16 1104.142
Total 18041.200 19
Menit_180 Between Groups 2374.650 3 791.550 .496 .690#
Within Groups 25555.244 16 1597.203
Total 27929.894 19
100.00
Persen Inhibisi Radang (%)
90.00
80.00
70.00
60.00
Positif
50.00
40.00 konsentrasi 5%
30.00 Konsentrasi 10%
20.00 konsentrasi 15%
10.00
0.00
30 60 90 120 150 180
Waktu (Menit)
Gambar 2. Grafik Inhibisi Radang

Pada persen inhibisi radang semua tinggi adalah pada ekstrak konsentrasi 0,08%
konsentrasi ekstrak etanol bawang dayak yaitu sebesar 72,74%, sedangkan konsentrasi
berbeda terhadap kontrol negatif . konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak bawang dayak
ekstrak etanol bawang dayak yang paling adalah pada konsentrasi 0,02% yaitu sebesar
memberikan efek yang berbeda adalah 59,58% dari hasil uji statistik Tukey
konsentrasi 5%, yang paling sedikit menunjukkan pada konsentrasi 0,02% tidak
memberikan efek yang berbeda konsentrasi berbeda secara bermakna atau identik dengan
15%. kontrol positif (natrium diklofenak) pada
konsentrasi 0,01% yaitu sebesar 60,39%
Dari hasil yang didapat pada
dengan nilai signifikansi sampel 0,757 ≥ 0,05
penelitian ini telah terbukti bahwa ekstrak
ini menunjukkan bahwa bawang dayak
etanol bawang dayak memberikan efek
memiliki potensi sebagai antiinflamasi.
antiinflamasi, pada konsentrasi 5%
Penelitian Paramita dan Khairul (2018) hasil
memberikan efek antiinflamasi yang baik dari
EC50 ekstrak E. bulbosa menunjukkan
pada kontrol positif.
aktivitas antiperadangan yang potensial
Tanaman bawang dayak memiliki
dengan efektivitas yang hampir sama dengan
hampir semua kandungan fitokimia, antara lain
separuh konsentrasi indometasin, dapat
glikosida, flavonoid, saponin, tanin dan steroid
disimpulkan bahwa ekstrak E. bulbosa dapat
. Kandungan Flavonoid dapat menghambat
dikembangkan lebih lanjut sebagai sumber
siklooksigenase sehingga kemungkinan besar
bahan alam baru untuk agen antiperadangan.
efek antiinflamasi disebabkan karena
Pada penelitian Agus (2016) hasil uji aktivitas
penghambatan siklooksigenase yang
antiinflamasi menunjukkan bahwa umbi
merupakan langkah pertama pada jalur yang
bawang dayak dapat menurunkan volume dan
menuju eikosanoid seperti prostaglandin dan
ketebalan udema pada kaki tikus putih yang
tromboksan. Tanin memiliki aktivitas
diinduksi dengan karagenan dengan daya
menghambat enzim siklooksigenase,
antiinflamasi ekstrak umbi bawang dayak
menurunkan permeabilitas vascular, dan
berdasarkan volume udemnya (8)(9)(10).
sebagai antioksidan. Saponin memiliki
Dari rangkaian parameter yang diukur
mekanisme sebagai antiinflamasi dengan cara
dalam menunjukkan aktivitas antiinflamasi
menghambat histamin, bradikinin dan
pada setiap perlakuan dapat disimpulkan
serotonin (6)(7).
bahwa ekstrak etanol bawang dayak dapat
Berdasarkan penelitian Roji dkk
dikembangkan menjadi sediaan gel untuk
(2018) Hasil uji aktivitas antiinflamasi dengan
digunakan sebagai obat alternatif untuk
metode stabilisasi membran sel darah merah
mengobati inflamasi.
menunjukkan bahwa ekstrak bawang dayak
Berdasarkan hasil uji tukey persen
yang memiliki aktivitas antiinflamasi paling
radang bahwa antara perlakuan positif dan
perlakuan negatif terhadap waktu perlakuan. Putih Jantan Galur Wistar, J. Sains dan
Pada menit 150 menunjukkan data signifikan Teknologi Farmasi; 2007. 112-115 p.
yakni 0,004 konsentrasi 5% dan 0,001 pada 3. Mutsclher E. Dinamika Obat
konsentrasi 15%. Pada menit 180 Farmakologi dan Toksikologi. 5th ed.
menunjukkan data signifikan yakni 0,016 Bandung: Institut Teknologi Bandung;
konsentrasi 5% dan 0,016 pada konsentrasi 1991.
15%. Dikatakan signifikan lebih kecil dari 4. Neal, M.J. A a G. Farmakologi Medis.
0,05. Ini berarti adanya perbedaan aktivitas 5th ed. 2005.
antiinflamasi antara perlakuan yang 5. Nur A. Kapasitas Antioksidan Bawang
diperbandingkan dengan waktu. Hasil Dayak (Eleutherine palmifolia) dalam
penelitian tersebut terbukti bahwa ekstrak Bentuk Segar, Simplisia dan Keripik,
etanol bawang dayak memiliki aktivitas pada Pelarut Nonpolar, Semipolar dan
antiinflamasi pada konsentrasi 5% dan 15 %. Polar. Institut Pertanian Bogor; 2011.
Berdasarkan hasil uji tukey persen inhibisi 6. Galingging R. Bawang Dayak Sebagai
radang nilai signifikansi t > 0.05 yang artinya Tanaman Obat Multifungsi. 2009;3:2–
tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu 4.
perlakuan terhadap perlakuan lainnya. 7. Robinson T. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. 6th ed. Bandung:
KESIMPULAN Penerbit ITB; 1991.
Ekstrak etanol bawang dayak 8. Septian, Roji, H. dkk. Uji Aktivitas
(Eleutherine palmifolia (L.) Merr) dapat Antiinflamasi Ekstrak Bawang Dayak
dibuat kedalam sediaan gel yang memenuhi (Eleutherine americana L. Merr)
syarat uji mutu fisik. Gel ekstrak etanol Terhadap Stabilisasi Membran Sel
bawang dayak konsentrasi 5%, 10%, 15% Darah Merah. J Lab Khatulistiwa.
mempunyai efek sebagai obat antiinflamasi 2018;
pada tikus yang diinduksi karagenan dan pada 9. Paramita, S., Nur Yanto K. Aktivitas
konsentrasi 5% gel ekstrak bawang dayak Antiperadangan Ekstrak Etanol Umbi
memberikan efek antiinflamasi terbaik Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa
terhadap tikus putih jantan. (MILL.) URB.). J Vocat Heal Stud.
2018;
SARAN 10. Hidayat Agus. Uji Aktivitas
Disarankan pada penelitian Antiinflamasi Ekstrak Etanol Umbi
selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih Bawang Dayak
lanjut tentang pengujiaan efek antiinflamasi (Eleutherine palmifolia L. Merr)
dari ekstrak bawang dayak menggunakan Terhadap Tikus Jantan Putih Galur
metode ekstraksi yang lain, dibuat sediaan Wistar. Universitas Muhammadiyah
semi padat lainnya seperti salep atau krim Purwokerto; 2016.
serta perlu dilakukan pengujian toksisitas 11. Mitsui T. New Cosmetics Science.
untuk menunjang keamanan pemakaian Amsterdam: Elsivier; 1997.
bawang dayak. 12. Madan, J., dan Singh R. Formulation
and Evaluation of Aloevera Topical
DAFTAR PUSTAKA Gels. 2010;2:551–5.
1. Muller W. Leukocyte-endothelial cell 13. Arikaunala, J., Dewantara, I.G.N.A.,
Interactions in The Inflammatory dan Wijayati NPA. Optimasi HPMC
Response. Lab Investigation; 2002. Sebagai Gelling Agent dalam Formula
2. Erlina, R.A. I dan Y. Efek Gel Ekstrak Kulit Buah Manggis
Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Garcinia mangostan L.). J Farm
(Curcuma domestica Val.) pada Tikus Udayana. 2013
14. Depkes RI. Cara Pembuatan Simplisia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
1985. 297-326, 333-340 p.
15. Depkes RI. Sediaan Galenik. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 1986.
6,7,10,19,21
16. World Health Organization. Quality
Control Methods for Medicinal Plant
Material. Switherland: WHO; 1992.
31-33 p.
17. Depkes RI. Materia Medika Indonesia.
6th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 1995. 321,325,333-334,336.
18. Depkes RI. Farmakope Herbal
Indonesia. 1st ed. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2008.
19. Abdass M. Formulasi Ekstrak Daun
Sukun (Artocarpus altilis (parkins.)
fosberg) Dengan Basis Gel Sebagai
Antiiflamasi. J Farm Indones.
2009;4:199–209.
20. Panjaitan. Formulasi Gel Dari Ekstrak
Rimpang Jahe Merah (Zingiber
officinale roscoe). J Pharm Pharmacol.
2012;1:9–20.
21. Tranggono, Retno, L., Latifah F. Buku
Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
2007.
22. Ansari S. Skin pH and Skin Flora. In
Handbook of Cosmetics Science and
Technology. 3rd ed. New York:
Informa Healthcare USA; 2009. 202-
223 p.
23. Garg, A., Aggarwal, D., Garg, s., and
Sigla A. Spreading of Semisolid
Formulation. Pharmaceutical
Technology; 2002. 84-102 p.
24. Martin, A., Swarbick, J., Cammaraata
A. Dasar-Dasar Farmasi Fisik Dalam
Ilmu Farmasi. 1st ed. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia; 1990. 25 p.
25. Depkes RI. Materia Medika Indonesia.
5th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 1989. 197 p.

Anda mungkin juga menyukai