Diajukan Oleh
Kelompok 4 :
Oleh:
KELOMPOK 4
Diajukan Oleh :
Disetujui Oleh :
Sri Agustina Meliala, SKM., M.K.M M. Aidul Ilham, S.Kep, Ns, M.K.M
NIDN. 0122089002 NIDN. 0114049001
Mengetahui,
Ketua Prodi S1 Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Kesehatan Helvetia
Puji dan syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugrahnya yang berlimpah sehingga praktikan dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Magang Terintegrasi di Institut Kesehatan Helvetia Medan Tahun 2021.
1. Dr. dr, Hj. Razia Begum Suryono, M.Sc., M.kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M., M.Kes., selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan
3. Dr, H. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
4. Dr. Asriwati, S.kep., NS, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
5. Sri Agustina Meliala, SKM., selaku Ketuga Program Studi S1 Administrasi
Rumah Sakit Institut Kesehatan Helvetia
6. Sri Agustina Meliala., SKM., MKM, selaku dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan untuk kesempurnaan Laporan ini
7. Roselina Debora, Amd.PK., selaku Pembimbing lapangan yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran, selama Magang di Institut
Kesehatan Helvetia Medan
8. Seluruh Dosen Program Studi S1 Administrasi Rumah Sakit yang telah
mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis
9. Keluarga yang telah memberikan segala bentuk dukungan dalam masa studi
baik moril maupun materil, mendoakan dan selalu memotivasi penulis dalam
penyelesaian laporan Magang ini.
i
Medan, Juli 2021
Praktikan
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
2.1.3. Persyaratan....................................................................... 6
iii
2.2.1. Pengertian Rekam Medis................................................. 9
2.3.1. Pendaftaran...................................................................... 15
2.3.2. Assembling....................................................................... 25
2.3.3. Korespondensi................................................................. 26
2.3.4. Coding............................................................................. 27
2.3.5. Indeksing......................................................................... 29
2.3.6. Analising.......................................................................... 30
2.3.7. Pelaporan......................................................................... 34
2.3.8. Penyimpanan.................................................................... 35
iv
3.1 Hasil Magang............................................................................... 45
3.1.1 Pendaftaran...................................................................... 45
3.1.2 Asembbling...................................................................... 48
3.1.3 Korespodensi................................................................... 50
3.1.4 Coding............................................................................. 53
3.1.5 Indeksing......................................................................... 54
3.1.6 Pelaporan......................................................................... 55
3.1.7 Analising.......................................................................... 56
3.1.8 Penyimpanan.................................................................... 57
4.1 Kesimpulan.................................................................................. 61
4.2 Saran............................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 64
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Dan IGD ........... 43
Gambar 2.2 Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap............................. 44
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Lembar Catatan Kegiatan Harian Magang ................................. 65
Lampiran 2 Lembar Daftar Hadir .................................................................. 89
Lampiran 3 Dokumentasi ............................................................................... 91
Lampran 4 Lembar Bimbingan Praktik Magang .......................................... 94
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (5). Pembuatan rekam medis bertujuan untuk
mendapatkan data dari pasien mengenai riwayat kesehatan, riwayat penyakit,
dimasa lalu dan sekarang selain itu juga pengobatan yang diberikan kepada pasien
sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan (6).
Semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia, rekam medis
mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dalam menunjang pelaksanaan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Rekam medis berkembang sesuai dinamika
perkembangan dan kemajuan zaman, rekam medis sendiri tumbuh dari kondisi-
kondisi atau kesadaran akan pentingnya dokumentasi bagi kepentingan hukum,
medis keuangan, pendidikan dan lain-lain (6). Rekam medis adalah catatan yang
mencerminkan segala informasi yang menyangkut seorang pasien yang akan
dijadikan dalam menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan medis
maupun tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seorang pasien (6). Rekam
medis wajib dibuat oleh setiap sarana pelayanan kesehatan. Dengan demikian
rekam medis besar pengaruhnya terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang
diterima oleh pasien, juga menyumbangkan hal yang penting digunakan di hukum
kesehatan. Rekam medis dipergunakan sebagai bahan pendidikan, penelitian dan
akreditasi (6). Ditenaga kesehatan medis, pendokumentasian data pasien sangatlah
penting karena segala pelayanan yang diberikan oleh dokter, perawat, tenaga
kesehatan dan tenaga kesehatan lainnya harus dicatatat secara akurat dan
selanjutnya dikelola dalam suatu sistem rekam medis (6).
Sistem penyelenggaraan rekam medis di Rumah Sakit yaitu dari
penerimaan pasien baik rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat, analisa data
secara kualitatif dan kuantitatif, pengolahan data yaitu pemberian kode penyakit
dan tindakan dengan mengimput pada software INA-CBGs. Memberikan indeks
yang telah dilakukan pengkodingan, membuat pelaporan data dalam Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) baik internal maupun eksternal . berkas rekam
medis yang telah dilaporkan selanjutnya akan disimpan dalam rak penyimpanan
dan juga komputer dimana jika pasien berobat kembali akan mempermudah
3
petugas dalam penyediaan berkas (7). Rekam medis sebagai sumber informasi
memerlukan pengelolaan yang profesional untuk memenuhi kebutuhan berbagai
aspek meliputi : administrasi, hukum, keuangan, penelitiian, pendidikan,
pendokumentasian, dan kesehatan masyarakat melalui tahapan mengumpulkan,
mengintegrasikan, menganalisis data pelayanan kesehatan, menyajikan dan
mendeseminasi informasi yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan. Oleh karena itu pelayanan rekam medis dan informasi kesehatan perlu
dikelola oleh seseorang yang kompeten dan memiliki kewenangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku (8).
Magang merupakan periode pengalaman kerja yang ditawarkan oleh suatu
organisasi untuk jangka waktu terbatas dalam bentuk pendidikan atau pelatihan
yang bertujuan memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk
mengetahui dan mengenal gambaran umum dunia kerja yang sesungguhnya.
Pelaksanaan dari magang terintegrasi yang dilaksanakan di Institut Kesehatan
Helvetia Medan yang terdiri dari 8 kompetensi yang dapat bermamfaat bagi
praktikkan untuk mengetahui dan memahami alur Rekam medis dibagian
Pendaftaran, Assembling, Koding, Korespodensi, Indexing, Analising, Pelaporan,
dan Penyimpanan.
6. Untuk mengetahui alur Rekam Medis yang ada di Rumah Sakit pada bagian
Analising
7. Untuk mengetahui alur Rekam Medis yang ada di Rumah Sakit pada bagian
Pelaporan
8. Untuk mengetahui alur Rekam Medis yang ada di Rumah Sakit pada bagian
Penyimpanan (filling)
5
6
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran gigi dan
tenaga keehatan lainnya
18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by
laws)
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas, dan
20. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.
Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dikenakan sanksi administratif
berupa:
1. Teguran;
2. Teguran tertulis, atau
3. Denda dan pencabutan izin Rumah Sakit.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah Sakit diatur dengan
Peraturan Menteri (9).
2.1.5 Hak Rumah Sakit
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (11). Dokumentasi rekam medis merupakan hal yang
penting untuk merekam temuan, dan pengamatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit termasuk masa lalu dan sekarang, pemeriksaan, tes, asuhan klinik (medis
dan keperawatan) dan hasil merupakan bukti implementasi rencana asuhan pasien
oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) (12).
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (13).
2.2.2 Kegunaan Rekam Medis
1. Media komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada
pasien.
2. Data yang berguna bagi keperluan penelitian dan pendidikan.
3. Dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan
kepada pasien.
4. Bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien dirawat di rumah sakit.
5. Dasar untuk analisis, penelitian, dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan
yang diberikan kepada pasien.
6. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
7. Dasar dalam perhitungan pembayaran pelayanan medis pasien.
8. Sumber dokumentasi sekaligus sumber pertanggungjawaban dan laporan
(14).
2.2.3 Tujuan Rekam Medis
1. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis yang berisi tentang tindakan berdasarkan
wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga medis dan para medis dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek Legal
11
Suatu berkas rekam medis yang berisi tentang adanya jaminan kepastian
hukum atas dasar keadilan pelayanan kesehatan, sebagai usaha mengakkan
hukum serta penyediaan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
3. Aspek Finansial
Suatu berkas rekam medis yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi
untuk menetapkan biaya pembayaran jasa pelayanan kesehatan. Tanpa adanya
bukti catatan tindakan atau pelayanan maka pembayaran tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
4. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai penelitian karena isinya
menyangkut data atau informasi yang dapat digunakan sebagai aspek
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
5. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis yang berisi data-data yang dapat digunakan untuk
mengetahui kronologis suatu tindakan pelayanan medik yang diberikan
kepada pasien dan mengetahui sistem pengelolaan rekam medis.
6. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis yang digunakan sebagai ingatan yang harus
didokumentasikan dapat dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan
laporan sarana kesehatan (14).
2.2.4 Hak Pasien Atas Rekam Medis
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesis (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
4. Hasil pemerintah fisik dan penunjang medis
5. Diagnosa
6. Rencana penatalaksanaan
14
Data pasien rawat inap yang dimasukkan dalam rekam medis, sekurang-
kurangnya antara lain:
1. Identitas pasien
2. Tanggal dan waktu
3. Anamnesa (sekurang-kurangnya keluhan, riwayat penyakit)
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5. Diagnosa
6. Rencana penatalaksanaan
7. Pengobatan dan atau tindakan
8. Persetujuan tindakan bila perlu
9. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10. Ringkasan pulang (discharge summary)
11. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang
memberikan pelayanan kesehatan
12. Pelayanan lain yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan tertentu
13. Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan odontogram klinik(15).
Ruang Gawat Darurat Data pasien rawat inap yang harus dimasukkan
dalam rekam medis sekurang-kurangnya antara lain:
1. Identitas pasien
2. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
3. Identitas pengantar pasien
4. Tanggal dan waktu
15
1. Akurat, yaitu rekam medis yang mampu menggambarkan proses dan hasil
akhir produk pelayanan kesehatan, dan ukurannya adalah ketepatan catatan
rekam medis yang harus memuat semua data pasien, dan di isi/ditulis dengan
teliti, cermat, seksama dan benar atau sesuai keadaan pasien yang
sesungguhnya, serta sesuai norma hukum rekam medis, urutan dalam standar
prosedur operasional, kewajiban/standar profesi, dan kebutuhan medis pasien
termasuk menjaga rahasia kedokteran.
2. Lengkap, yaitu rekam medis yang sesuai dengan ketentuan isi rekam medis
dan jenis pelayanan yang diberikan; kelengkapan rekam medis juga mencakup
seluruh kekhususan pasien dan sistem yang dibutuhkan dalam rangka analisis
hasil penyelenggara rekam medis terkait ukuran kelengkapannya.
3. Terpercaya, yaitu rekam medis yang dilaksanakan secara bertanggungjawab
oleh para pihak yang terkait, sesuai pedoman/norma hukum/kebijakan rekam
medis, sehingga dapat digunakan untuk berbagai kepentingan khususnya
sebagai alat bukti dan pembelaan bagi dokter dan fasilitas pelayanan
16
a. Pasien Poliklinik
1) Jika pasien dari poliklinik ditetapkan untuk rawat inap, maka pasien
dilakukan pendaftaran untuk pasien rawat inap dengan menanyakan
kepada pihak yang mendaftar apakah pasien pernah berkunjung ke rumah
sakit sebelumnya
2) Jika sudah pernah, maka petugas meminta kartu identitas pasien ataupun
wawancara tentang data pasien
3) Jika pasien baru, maka petugas meminta kartu identitas pasien
4) Pasien/keluarga yang mengantar mengisi formulir pemilihan kelas
perawatan dan menyerahkan berkas rekam medis dan surat rujuk rawat
inap yang dibawa dari poliklinik.
5) Petugas menanyakan cara pembayaran kepada pasien/ keluarga yang
mengantar, menggunakan jaminan, kesehatan atau umum.
6) Petugas menanyakan kelas perawatan yang dikehendaki dan menjelaskan
fasilitas yang ada.
7) Petugas yang meminta tanda tangan pasien/keluarga yang bertanggung
jawab atas pasien.
8) Petugas mencatat data pasien yang telah mendaftar di buku register rawat
inap dan buku ekspedisi (14).
b. Pasien UGD
1) Jika pasien sudah ditetapkan oleh dokter untuk rawat inap, maka keluarga
pasien melakukan pendaftaran di bagian pendaftaran pasien rawat inap
dengan menanyakan kepada pihak yang mendaftar apakah pasien pernah
berkunjung ke rumah sakit sebelumnya.
2) Jika sudah pernah, maka petugas meminta kartu identitas pasien ataupun
wawancara tentang data pasien
3) Jika pasien baru, maka petugas meminta kartu identitas pasien
4) Pihak yang bertanggungjawab terhadap pasien mengisi formulir pemilihan
kelas perawatan
5) Petugas menanyakan nama pasien guna mencatat nomor rekam medis dan
diagnosa pasien
19
Cara menulis dan mengindeks nama dalam formulir rekam medis adalah:
1. Nama tunggal
Nama orang dapat terdiri dari satu, dua atau lebih suku kata. Jika nama
orang yang terdiri dari satu suku kata, diindeks sebagaimana nama disebut.
Contoh:
Nama : Indeks:
Suta Suta
Naya Naya
2. Nama majemuk
20
Nama orang majemuk dan oleh si pemilik nama itu ditulis menjadi satu,
diindeks sebagaimana nama itu ditulis.
Nama Indeks:
Agungsedayu Agungsedayu
Sekarmirah Sekarmirah
3. Nama keluarga
Contoh
Nama Indeks
4. Nama Gelar.
Mayor Direktur
Letnan Kolonel
Bupati
R = Raden Kanjeng
Tn. = Tuan
Nn = Nona
Ny = Nyonya
Contoh :
Nomor rekam medis terdiri dari 6 angka (digit) yang terbagi menjadi 3
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari dua angka. Dengan demikian
maka dijumpai kelompok angka awal, tengah dan akhir. Enam angka tersebut
mulai dari 00.00.00 s/d 99.99.99. Contoh untuk membedakan kelompok angka
tersebut, misalnya 48.12.06: kelompok awal angka 48; kelompok tengah angka 12
dan kelompok angka akhir 06.
Ketika pasien datang berobat, petugas rekam medis harus memberikan nomor
rekam medis dan mencatatnya ke dalam beberapa formulir rekam medis yaitu
24
Pemberian nomor cara seri atau dikenal dengan Serial Numbering System
adalah suatu sistem penomoran dimana setiap penderita yang berkunjung ke
rumah sakit atau Puskesmas selalu mendapatkan nomor baru. Keuntungan dengan
menggunakan sistem ini adalah petugas mudah mengerjakan. Kerugiannya adalah:
1. Membutuhkan waktu lama dalam mencari DRM lama, karena 1 pasien dapat
memperoleh lebih dari 1 nomor rekam medis,
2. Informasi pelayanan klinisnya menjadi tidak berkesinambungan yang dapat
merugikan pasien.
25
Pada sistem ini, KIB dan KIUP praktis tak diperlukan karena seorang
pasien dapat memiliki lebih dari KIB dan KIUP. Bila pasien datang berobat untuk
kunjungan berikutnya petunjuk yang digunakan yaitu buku register dengan cara
menanyakan nama dan tanggal terakhir berobat. Meskipun dengan cara ini
pelayanan di pendaftaran akan lebih cepat, akan tetapi cara ini akan menggunakan
banyak formulir rekam medis. Hal ini dikarenakan setiap kali pasien datang
bertambah pulalah folder DRM pasien yang bersangkutan, sehingga akan terjadi
pemborosan formulir rekam medis. Selain itu akan akan mempercepat penuhnya
rak filing untuk penyimpanan DRM, karena setiap pasien datang akan memiliki
forlder DRM baru untuk disimpan pada rak yang sesuai dengan metode
penyimpanan dan penjajarannya (17).
Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal dengan Serial Unit
Numbering System adalah suatu sistem pemberian nomor dengan
menggabungkan sistem seri dan sistem unit. Dimana setiap pasien datang
berkunjung ke rumah sakit atau Puskesmas diberikan nomor baru dengan DRM
baru. Kemudian setelah selesai pelayanan, berdasarkan nomor rekam medis pada
DRM tersebut dicari di KIUP untuk memastikan pasien tersebut pernah
berkunjung atau tidak. Bila ditemukan dalam KIUP berarti pasien tersebut pernah
berkunjung dan memiliki DRM lama. Selanjutnya DRM lama dicari di filing,
setelah diketemukan DRM baru dan lama dijadikan satu, sedang nomor rekam
medis yang digunakan patokan adalah nomor rekam medis lama. Nomor rekam
medis baru milik pasien tersebut dicoret diganti nomor rekam medis lama
26
selanjutnya nomor baru itu dapat digunakan oleh pasien lain. DRM yang telah
dijadikan satu tersebut dikembalikan sesuai dengan nomor rekam medis lama.
Kelebihan dari sistem ini yaitu pelayanan menjadi lebih cepat karena tidak
memilah antara pasien baru atau lama semua pasien yang datang seolah-olah
dianggap sebagai pasien baru.
Kekurangannya yaitu
Pemberian nomor cara unit atau dikenal dengan Unit Numbering System
adalah suatu sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam
medis pada pasien berobat jalan maupun pasien rawat inap dan gawat darurat serta
bayi baru lahir. Setiap pasien yang berkunjung mendapatkan satu nomor pada saat
pertama kali pasien datang ke rumah sakit atau Puskesmas, dan digunakan
selamanya pada kunjungan berikutnya. Dengan demikian maka, DRM pasien
tersebut hanya tersimpan di dalam satu folder (berkas) dibawah satu nomor.
Kelebihan pada unit numbering system adalah informasi klinis dapat
berkesinambungan karena semua data dan informasi mengeanai pasien dan
pelayanan diberikan berada dalam satu folder DRM. Dengan demikian maka
KIUP sebagai indeks utama pasien yang disimpan di tempat pendaftaran dan KIB
yang diberikan pasien akan sangat diperlukan. KIUP dan KIB pada setiap pasien
hanya ada 1 untuk 1 pasien.
cara SNS. Kekurangan ini dapat diatasi dengan sistem pelayanan yang terpisah
antara loket pasien baru dan pasien lama. Pada loket pasien lama dapat dipisah
lagi antara pasien lama yang membawa KIB dan tak membawa KIB. Bagi pasien
yang tak membawa KIB, petunjuk yang digunakan untuk mencari DRM lamanya
adalah KIUP yaitu dengan cara menanyakan nama pasien yang bersangkutan,
kemudian dicari nomor rekam medisnya di dalam KIUP.
Sistem pemberian nomor yang baik dan dianjurkan yaitu sistem unit,
karena memiliki kelebihan yaitu :
1. Semua rekam medis penderita memiliki satu nomor dan terkumpul dalam satu
folder secara tepat memberikan informasi kepada klinisi dan manajemen, satu
gambaran yang lengkap mengenai riwayat penyakit dan pengobatan seorang
penderita.
2. Menghilangkan kerepotan mencari dan mengumpulkan rekam medis seorang
pasien yang terpisah-pisah dalam sistem seri.
3. Menghilangkan kerepotan mengambil rekam medis lama, untuk disimpan ke
nomor baru dalam sistem seri unit (17).
2.3.1.4 Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP), adalah kartu yang berisi identitas
pasien pasien baru dan nomor rekam medis serta sebagai salah satu cara untuk
menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien. KIUP digunakan sebagai kunci
untuk memperoleh rekam medis pasien terutama jika pasien lupa membawa KIB
(Kartu Identitas Berobat) yang disimpan oleh sarana pelayanan kesehatan yang
disusun berdasarkan alphabet / kamus dari nama pasien yang dapat dibuat secara
manual atau jika dengan komputer harus bisa ditampilkan dimonitor atau dapat di
print-out dengan ukuran standar 12,5 x 7,5 cm
Kartu Identitas Berobat (KIB) adalah kartu tanda pengenal sebagai pasien
yang berisi identitas pasien dan nomor rekam medis. Dibawa oleh pasien dan
setiap kali berobat, dimana kegunaannya sebagai alat untuk mencari rekam medis
29
serta sebagai bukti pernah berobat atau pasien lama. KIB dapat dibuat secara
manual maupun komputer, ukurannya 4,25 x7,5 cm.
KIB disimpan tersusun secara alphabet seperti susunan kata-kata dalam kamus
sehingga mempercepat dan mempermudah mengambilkan kartu indeks nama jika
sewaktu-waktu dibutuhkan (14).
Buku register pelayanan rawat jalan yaitu buku pencatatan yang dibuat
pada unit rawat jalan (poliklinik) masing-masing UPF (unit pelaksanaan
Fungsional). Bagi setiap pasien rawat jalan yang dilayani termasuk pasien yang
dilayani di unit gawat darurat baik pengunjung baru maupun lama.
6. Menerima pengembalian dokumen rekam medis dan sensus harian dari unit
pelayanan rekam medis
7. Mencocokkan jumlah dokumen dengan jumlah pasien
8. Meneliti kelengkapan isi dokumen (14).
Formulir-formulir yang digunakan di unit ini adalah Kartu Kendali, isi dari
Kartu Kendali:
1. Menentukan jenis pernyataan (leadterm) yang akan dikode dan rujuk section
yang sesuai pada indeks alfabet
2. Menentukan lokasi leadterm untuk penyakit atau cedera
3. Memahami semua catatan yang terdapat dibawah leadterm
4. Memahami semua term yang dikurung oleh parentheses setelah leadterm
5. Mengikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang see dan see also di dalam
indeks
6. Merujuk daftar tabulasi (volume 1) untuk memastikan nomor kode yang dipilih
7. Memahami setiap term inklusi dan eksklusi dibawah kode yang dipilih , atau
dibawah judul bab, blok, atau kategori
8. Menetukan kode (14).
2.3.4.4 Teknik Pengkodean
1. Memberi kode penyakit pada diagnosis pasien yang terdapat pada berkas
rekam medis sesuai dengan ICD-X untuk diagnosa penyakit dan ICD IX
untuk tindakan
2. Menghubungi dokter yang menangani pasien yang bersangkutan jika
diagnosis pasien tersebut yang kurang dimengerti atau tidak jelas
3. Melakukan pengolahan klasifikasi
35
4. Memberikan pelayanan kepada dokter atau peneliti lain yang akan melakukan
penelitian sesuai dengan indeks penyakit pasien
5. Hasil diagnosis dari dokter merupakan diagnosis utama maupun sebagai
diagnosis sekunder yang dapat berupa penyakit komplikasi maka harus
menggunakan buku ICD-X.
2.3.5 Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat
kedalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau komputerisasi),
didalam kartu indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien. Jenis indeks yang
bisa dibuat yaitu:
Indeks penyakit (diagnosis) adalah suatu kartu katalog yang berisi kode
penyakit yang berobat di Rumah Sakit indeks ini berisi:
Indeks operasi atau tindakkan adalah suatu katalog yang berisi kode
operasi yang berobat di Rumah Sakit. Indeks ini berisi
Indeks dokter adalah suatu kartu katalog yang berisikan nama dokter yang
memberikan pelayanan medic epada pasien. Kegunaan untuk menilai pekerjaan
dokter dan sebagai bukti pengadilan. Indeks ini berisi:
a. Sebab kematian
b. Identitas pasien
c. Nomor rekam medis
d. Mati < 48 jam dan >48 jam
e. Dokter yang bertanggung jawab
Waktu untuk melakukan analisis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Retrospective analysis
Yaitu ananlisis yang dilakukan setelah pasien pulang, hal ini yang sering
dilakukan karena dapat menganalisis rekam medis secara keseluruhan walaupun
hal ini dapat memperlambat proses melengkapi yang kurang
2. Concurrent analysis
Yaitu analisis yang dilakukan pada saat pasien masih dirawat atau selama
perawatan untuk mengindetifikasi kekurangan/ketidaksesuaian, salah interprestasi
secara cepat sebelum digabungkan (14)
2.3.6.1 Analisis Kuantitatif
Setiap lembar rekam medis harus ada identitas pasien (No RM, Nama).
Jika ada lembaran rekam medis yang tanpa identitas harus direview untuk
menentukan milik siapa lembaran tersebut.
ada kaitannya dengan peraturan seperti lembar riwayat pasien dan pemeriksaan
fisik harus diisi kurang dari 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap.
3. Review autentifikasi
4. Review pencatatan
Pada komponen ini surat persetujuan dari pasien dianalisis apakah sudah
diisi dengan benar dan lengkap sesuai dengan prosedur yang dibuat (14).
41
c. Kegiatan persalinan
d. Kegiatan pembedahan
e. Kegiatan rawat jalan penunjang (14).
2. Pelaporan eksternal Rumah Sakit
Yaitu pelaporan yang wajib dibuat oleh Rumah Sakit sesuai dengan
peraturan yang berlaku ditunjukkan kepada Departemen kesehatan, Dinkes
provinsi, Dinkes kabupaten/kota, meliputi:
Data kegiatan Rumah Sakit dibuat setiap waktu jika terdapat perubahan
data dasar dari Rumah Sakit. Data ketenagaan, data kegiatan pelayanan Rumah
Sakit dan data morbiditas/mortalitas pasien yang dilaporkan setahun sekali.
Sedangkan laporan bulanan dilaporkan sebulan sekali.
Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter
gigi dan pimpinan sarana kesehatan. Rekam medis pasien rawat inap di Rumah
Sakit wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu lima tahun
terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan. Setelah batas
waktu dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik. Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik
harus disimpan untuk jangka waktu sepuluh tahun terhitung dari tanggal
dibuatnya ringkasan tersebut (19).
1. Sentralisasi
Sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis pasien dalam waktu kesatuan
baik catatan kunjungan poliklinik maupun catatan selama seorang pasien
dirawat disimpan pada satu tempat yaitu bagian rekam medis.
a Keuntungan dari sistem sentralisasi adalah :
1) Dapat mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan
penyimpanan rekam medis.
44
Dengan sistem ini, dokuemn rekam medis dapat tersebar secara merata,
petugas dapat diserahkan tanggungjawab untuk sejumlah bagian tertentu.
47
Rekam medis nonaktif dapat diambil dari rak penyimpanan. Jumlah rekam
medis untuk setiap bagian terkontrol dan dihindarkan timbulnya rak-rak kosong.
Selain itu, dengan sistem ini dapat membantu memudahkan perencanaan peralatan
penyimpanan (jumlah rak) serta mencegah kekeliruan penyimpanan (misfile).
Hanya saja, mungkin lebih lama dalam latihan dan bimbingan bagi petugas
penyimpanan dalam hal sistem angka akhir.
Lemari ini biasanya memiliki 4-5 rak susun tanpa pintu, bisa satu muka
maupun dua muka (bolak-balik). Bahan rangkanya bisa dari besi atau kayu.
Keuntungan lemari dengan rak terbuka yaitu mudah dan cepat dalam menyimpan
dan mengambil kembali rekam medis, jumlah rak bisa cukup banyak setinggi
jangkauan tangan ke atas jadi kapasitas simpan lemari menjadi lebih banyak,
mudah dalam mengecek ketepatan dan kerapian, lebih hemat ruang filling, dan
lebih murah biaya pengadaannya. Sedangkan kelemahan dari lemari dengan rak
yaitu mudah berdebu karena terbuka, mudah rusak dan sobek, dan keamanan
kurang terjaga.
48
a. Roll O’pack
Bentuk lemari ini merupakan modifikasi dan pengembangan dari lemari
dengan rak terbuka. Yang membedakan yaitu roll o’pack mudah di geser
karena memiliki roda atau rel. Dengan demikian penataan ruang filling lebih
hemat tempat.
b. Lemari putar (Rotary System)
Dengan inovasi sistem lemari yang dapat diputar maka daya tampung masing-
masing lemari menjadi lebih banyak lagi dan tetap terjaga kerapihannya.
2.3.8.3 Tracer
Tracer adalah kartu yang diisi setiap dokumen rekam medis akan diambil
kemudian disisipkan pada tempat dokumen yang akan diambil tersebut sebagai
petunjuk bahwa dokumen rekam medis tersebut sedang tidak berada pada tempat
penyimpanan. Berguna untuk memudahkan pengembalian dokumen rekam medis
yang telah selesai digunakan dan dikembalikan dibagian filing. Selain itu dapat
juga berguna untuk melacak jika dokumen rekam medis tersebut hilang, karena
didalamnya berisi kapan, siapa dan dimana, untuk apa dokumen rekam medis
digunakan (14).
retensi dilakukan oleh petugas filing secara periodik yang dibentuk harus memiliki
pengetahuan dan konsentrasi untuk meretensi berkas rekam medik agar tidak
terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan penyusutan berkas rekam medik sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Setiap penyelenggaraan pelayanan
kesehatan penting untuk memperhatikan sistem pelayanan rekam medik sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) agar pelayanan kepada pasien dapat
optimal dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Dokumen yang sudah
diretensi harus disimpan di rak filing terpisah. Penyimpanan dokumen rekam
medis inaktif dikelompokan menurut jenis penyakitnya dengan mengurutkannya
berdasarkan tanggal terakhir berobat.
Proses pelaksanaan retensi membutuhkan proses dan waktu yang lama,
sehingga membuat beberapa rumah sakit kesulitan dalam pelaksanaanya.
Penyusutan berkas rekam medik di lakukan dengan bertahap, yaitu mulai dari
pemilahan, pemindahan, penilaian dan pemusnahan. Sebelum berkas rekam medik
tersebut di musnahkan, berkas rekam medik tersebut di scan terlebih dahulu.
Scanning berfungsi untuk menduplikat objek layaknya mesin fotokopi ke dalam
bentuk digital. Terbatasnya ruangan penyimpanan berkas rekam medis yang
hanya terdiri dari satu ruangan tanpa adanya komputer dan alat scanning sebagai
alat penunjang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tidak sesuainya
dilakukannya retensi yang diakibatkan karena adanya faktor kendala ruangan dan
keuangan. Ruang penyimpanan yang memadai yaitu ruangan yang di lengkapi
dengan alat penyimpanan yang baik, penerangan dan pengaturan suhu ruangan
yang baik, rak penyimpanan yang sesuai dengan volume berkas, serta
pemeliharaan dan keselamatan berkas dalam ruangan Penyimpanan (22).
B. Sistem Pemusnahan Berkas Rekam Medis
Pemusnahan rekam medis merupakan salah satu upaya yang dilakukan
oleh pihak rumah sakit untuk mengurangi penumputan berkas rekam medis di
ruang penyimpanan. Ia adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik
arsip rekam medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya rendah.
Penghancuran harus dilakukan secara total dengan cara membakar habis,
50
mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat dikenali lagi isi maupun
bentuknya (14).
Pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan langkah berikut:
a. Seleksi, untuk memastikan arsip-arsip yang akan dimusnahkan
b. Pembuatan daftar jenis arsip yang akan dimusnahkan
c. Pembuatan berita acara pemusnahan arsip
d. Pelaksanaan pemusnahan dengan saksi-saksi
Formulir rekam medis yang dilestarikan, yaitu: ringkasan masuk dan
keluar, resume, lembar operasi, identifikasi bayi, lembar persetujuan, dan lembar
kematian. Dan rekam medis sisanya dan rekam medis rusak tidak terbaca
disiapkan untuk dimusnahkan.
Tim pemusnah membuat berita acara pemusnahan yang ditanda tangani
ketua dan sekretaris dan diketahui direktur. Berita acara pemusnahan rekam medis
yang asli disimpan di rumah sakit, lembar ke-2 dikirim pada pemilik pelayanan
kesehatan. Khusus untuk rekam medis yang sudah rusak atau tidak terbaca dapat
langsung dimusnahkan dengan terlebih dahulu membuat pernyataan di atas kertas
segel oleh direktur.
Berkas rekam medis yang dinilai untuk keperluan pemusnahan adalah
berkas rekam medis yang telah 2 tahun inaktif. Indikator yang digunakan untuk
menilai berkas rekam medis inaktif, yaitu: seringnya rekam medis digunakan
untuk pendidikan dan penelitian; nilai guna primer, mencakup: administrasi,
hukum, keuangan, dan iptek; dan nilai guna sekunder, mencakup: pembuktian dan
sejarah.
Alur pelaksanaan Rekam Medis yang ada di Rumah Sakit ada dua yaitu
alur berkas Rekam Medis rawat jalan dan rawat inap seperti bagan dibawah ini
(23):
52
IGD/TPPRJ
ENTRY DATA
Gambar 2.1 Alur Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Dan IGD (23)
53
REGISTRASI EKPEDISI
KELUAR BERKAS REKAM
MEDIS
CHECKLIST PENYERAHAN
BERKAS REKAM MEDIS
BERKAS RM DI BAWA
BERKAS REKAM MEDIS KE RUANG
ADM RUANGAN KE
RAWATAN
PEMBAYARAN PASIEN
ADM RUANGAN
CHECKLIST PENERIMAAN
MENGEMBALIKAN BERKAS RM
ASSEMBLING & BERKAS RM
KE RUANGAN REKAM MEDIS
ANALISING
7. Petugas mencatat data pasien yang telah mendaftar di buku register rawat inap
dan buku ekspedisi. buku ekspedisi di bawa untuk perawat yang menerima
dokumen rekam medis, perawat wajib mengisi nama dan mentandatangani di
buku eksepedisi untuk mengetahui pertanggung jawaban peminjaman dan
pemulangan berkas rekam medis.
1. Berkas rekam medis pasien yang sudah diterima dari sub unit administrasi
kemudian berkas diserahkan kebagian unit assembling untuk dilakukan
perakitan kembali (assembling).
2. Mengoreksi berkas rekam medis yang belum lengkap pengisiannya yang
kemudian berkas rekam medis yang tidak lengkap pengisiannya dikirimkan
kembali pada dokter atau perawat yang bertanggung jawab
3. Untuk berkas yang sudah lengkap maka dilakukan perakitan atau di
assembling Petugas memeriksa kelengkapan berkas rekam medis dibantu
dengan lembar chek-list sesuai dengan aturan berlaku di rumah sakit.
1. Ikhtisar umum
2. General consent
3. Surat pernyataan
4. Eduksai
5. DPJP
6. Surat pengantar rawat inap
7. Informed consent
8. Assesment awal IGD/poli
9. Rekonsiliasi obat
10. Kunjungan gizi
11. Transfer pasien
12. RAK
59
1. Ikhtisar umum
2. General consent
3. Surat pernyataan
4. Eduksai
5. DPJP
6. Surat pengantar rawat inap
7. Informed consent
8. Assesment awal IGD/poli
9. Rekonsiliasi obat
10. Kunjungan gizi
11. Transfer pasien
12. RAK
13. Penilaian nyeri
14. Resiko jatuh
60
a. Kop surat
b. Nomor surat
c. Nama
d. Umur
e. Jenis kelamin
f. No Rekam Medis
g. Alamat
h. Keterangan surat bahwa telah berobat di Rumah sakit
i. Alamat dan tanggal pembuatan surat
j. Tanda tangan dan nama dokter yang memeriksa
2. Surat keterangan berbadan sehat
a. Kop surat
b. Nomor surat
c. Nama
d. Umur
e. Jenis kelamin
f. No Rekam Medis
g. Alamat
h. Pernyataan telah dilaksanakan pemeriksaan
i. Keterangan
j. Alamat dan tanggal pembuatan surat
k. Tanda tangan dan nama dokter penanggung jawab
a. Kop surat
b. Nomor surat
c. Nama
d. Umur
e. Jenis kelamin
f. No Rekam Medis
g. Alamat
h. Pernyataan telah meninggal
i. Keterangan hari, tanggal dan pukul kematian
j. Alamat dan tanggal pembuatan surat
k. Tanda tangan dan nama dokter penanggung jawab
4. Surat keterangan lahir
a. Kop surat
b. Nomor surat
c. Nama ibu
d. Umur
e. Nama ayah
f. Alamat
g. Tanggal kelahiran/hari
h. Keterangan jenis kelamin bayi
i. Nama bayi
j. Berat badan dan tinggi badan lahir
k. Alamat dan tanggal pembuatan surat
l. Tanda tangan dan nama dokter penanggung jawab
5. Surat sakit
63
a. Kop surat
b. Nomor surat
c. Nama
d. Umur
e. Jenis kelamin
f. No Rekam Medis
g. Alamat
h. Keterangan keadaaan sakit
i. Alamat dan tanggal pembuatan surat
j. Tanda
3.1.4 Coding
d. Mengikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori.
e. Memasukan kode sesuai dengan diagnose penyakit.
c. Baca dan ikuti semua catatan atau petunjuk dibawah kata kunci
d. Baca setiap catatan dalam tanda kurung setelah kata kunci (penjelasan ini tidak
e. Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (“see” dan “see also”) yang ditemukan
dalam index
g. Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode yang dipilih atau dibawah
h. Tentukan kode
3.1.5 Indeksing
Dan dari data yang dimasukan kedalam form Ms.Exel tersebut akan
menghasilkan 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan setiap bulan kepada
Direktur rumah sakit dan Komite medik.
3.1.6 Pelaporan
b. Laporan eksternal rumah sakit dibuat dalam bentuk Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS). Formulir SIRS terdiri dari 5 Rekapitulasi Laporan (RL), antara
lain:
1. RL 1 berisikan tentang :
1) Data Dasar Rumah Sakit
2) Indikator Pelayanan Rumh Sakit
3) Fasilitas Tempat Tidur Rawat Inap
2. RL 2 Data Ketenagaan
3. RL 3 Data Kegiatan Pelayanan
4. RL 4 Data Morbiditas/Mortalitas
1) RL 4a Morbiditas Pasien Rawat Inap
2) RL 4b Morbiditas Pasien Rawat Jalan
5. RL 5 data bulanan berisi data kunjungan dan data 10 besar penyakit
1) Pengunjung Rumah Sakit
2) Kunjungan Rawat Jalan
3) 10 Besar Penyakit Rawat Inap
4) 10 Besar Penyakit Rawat Jalan
Dengan adanya sistem pelaporan maka bisa dijadikan sebagai bagian dari
proses pengambilan keputusan untuk rumah sakit dalam perbaikan pelayanan
kemasa depan agar terwujudnya pelayanan yang bermutu kepada pasien di Rumah
Sakit.
3.1.7 Analising
Secara garis besar kegiatan yang dilaksanakan untuk melihat kelengkapan berkas
rekam medis terdiri dari:
68
3.2 Pembahasan
3.2.1 Coding
Tujuan Coding
5. Dan menyediakan informasi diagnosis dan tindakan bagi riset, edukasi dan
kajian assesment kualitas keluaran.
Komponen ICD-10
1. Volume 1 merupakan daftar tabulasi dalam kode alfanumerik tiga atau empat
karakter dalam inklusi dan eksklusi, beberapa aturan pengkodean, klasifikasi
morfologis neoplasma, daftar tabulasi khusus untuk morbiditas dan mortalitas,
definisi tentang penyebab kematian, serta peraturan mengenai nomenklatur.
2. Volume 2 merupakan manual instruksi dan pedoman penggunaan ICD-10
3. Volume 3 merupakan indeks alfabetik, daftar komprehensif semua kondisi
yang ada didaftar tabulasi (volume 1), daftar sebab luar gangguan (external
cause), tabel neoplasma, serta petunjuk memilih kode yang sesuai untuk
berbagai kondisi yang tidak ditampilkan di dalam tabular list (volume 1).
21. Bab XXI : Z00-Z99 Faktor yg berpengaruh status kesehatan dan kontak
1. Dengan melihat diagnosa utama penyakit yang telah ditulis oleh dokter,jika
diagnosa yang ditulis oleh dokter adalah bahasa Indonesia maka terlebih
dahulu diubah kebahasa Inggris.
2. Kemudian petugas koding mencari kode diagnosa tersebut didalam buku ICD-
10 dan ICD-9
3. Mencari diagnosa tersebut didalam buku ICD-10 volume 3 terlebih dahulu,
buku ICD-X volume 3 lebih memudahkan untuk mencari diagnosa penyakit
karena terdiri dari susunan indeks abjad
72
4.1 Kesimpulan
4. Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah di buat
kedalam indeks-indeks (dapat menggunakan kartu indeks atau kompurisasi).
Dari data yang dimasukan kedalam form Ms.Exel tersebut akan menghasilkan
10 penyakit terbanyak yang dilaporkan setiap bulan kepada Direktur rumah
sakit dan Komite medik.
5. Pelaporan adalah proses pembuatan laporan untuk kepentingan internal dan
eksternal rumah sakit. Secara garis besar jenis pelaporan rumah sakit
dibedakan menjadi dua, yaitu pelaporan internal dan eksternal, pelaporan
internal rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Laporan
internal rumah sakit meliputi semua catatan hasil kegiatan yang dilakukan
oleh rumah sakit. Sedangkan yang dimaksud dengan pelaporan eksternal
rumah sakit adalah laporan yang ditujukkan kepada instansi yang berwenang
diatas rumah sakit. Ada tiga instansi tujuan laporan Yakni Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehata RI, Dinas Kesehatan Provinsi,
serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6. Analising adalah melakukan analising berkas yaitu dengan menganalisa
lengkap atau tidak lengkap, terbaca atau tidak terbaca sebuah berkas rekam
medis. Pelaksanaan analising yang dilakukan terhadap berkas rekam medis
dengan melakukan analisa kelengkapan berkas sehigga nantinya akan
didapatkan presentase kelengkapan berkasnya kemudian dibagi dengan
jumlah pasien atau jumlah berkas yang ada.
7. Koding adalah membuat kode atas diagnosa penyakit, dan yang terkait dengan
kesehatan dan tindakan medik, yaitu perekam medis dan dokter mampu
menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai dengan kode
penyakit ICD-10 dan kode tindakan ICD-9.
8. Filing atau penyimpanan kegiatan menyimpan rekam medis merupakan usaha
melindungi rekam medis dari kerusakan fisik dan isi dari rekam medis itu
sendiri. Rekam medis harus disimpan dan dirawat dengan baik karena rekam
medis merupakan harta benda Rumah Sakit yang sangat berharga.
4.2 Saran
75
1. Pada bagian pendaftaran, semua alur dan proses pendaftaran sudah terlaksana,
hampir sesuai dengan alur pendaftaran seperti di Rumah Sakit namun ada
kekurangan yaitu tidak digunakan Kartu indeks utama pasien (KIUP) dan
kartu identitas berobat (KIB) serta perlu pemberian nomor antrian pasien pada
saat mendaftar agar lebih teratur pada saat mendaftar di loket.
2. Pada bagian analising, lembar analising ditambahkan lagi
3. Pada bagian assembling, sebaiknya lembar pedoman pada kegiatan assembling
diperbanyak lagi.
4. Pada bagian pengkodingan sarana sudah tersedia yakni buku ICD-9 dan ICD
-10, buku ICD di perbanyak lagi dan alangkah baiknya jika pengkodingan
bisa dilaksanakan secara elektronik.
5. Bagian penyimpanan atau filling kurangnya rak yang menyebabkan berkas
rekam medis tidak disimpan dalam tempatnya tetapi di simpan di kardus yang
diletakkan di lantai, sehingga membuat berkas rekam medis rusak dan
tercecer. Penambahan rak rekam medis sangat perlu agar berkas rekam medis
tidak rusak dan tercecer dan saat berkas diperlukan mudah dalam mencarinya.
6. Bagian pelaporan, dilaksanakan secara manual dan alangkah lebih baiknya
dilakukan menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit.
7. Indeksing, sebaiknya dalam pengimputan indeks menggunakan SIRS (Sistem
Informasi Rumah Sakit
8. Korespondensi, dalam pelaksanaan kegiatan korespondensi sudah baik
76
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 3 Dokumentasi
Dokumentasi Dibagian Pendaftaran Pasien
106
Dokumentasi indeksing
Dokumentasi pengkodingan
107