Anda di halaman 1dari 26

“Tingkat Kesadaran Hukum Pada Masyarakat Indonesia”

DISUSUN OLEH

Mahran Mawarid (1501620012)

Muhammad Ixsan Setiawan (1501620037)

Mukhammad Furqon Akazzah (1501620044)

Ricky Haryadi Munthe (1503620089)

DOSEN PENGAMPU

Dra. Dwi Sukanti Lestariningsih, M.Si.

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2021/2022

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena hanya berkat rahmat Nya
pula kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tingkat Kesadaran Hukum Pada
Masyarakat Indonesia” ini. Adapun penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Sosial Budaya Dasar tahun 2021.

Tidak lupa kami haturkan terimakasih pada semua pihak yang telah bersedia membantu
menyelesaikan paper ini, diantaranya:

1. Ibu Dra. Dwi Sukanti Lestariningsih, M.Si, selaku dosen Ilmu Sosial Budaya Dasar,
2. Teman teman seperjuangan.

Pada akhirnya, sesuai dengan kata pepatah juga, bahwa tak ada gading yang tak retak.
Begitu juga makalah kami ini yang rasanya masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
dan saran yang membangun akan kami terima dengan senang hati untuk bahan penyempurnaan
makalah kami ini ke depannya

Jakarta, 24 Oktober 2021

Kelompok 5

2
Daftar Isi

Judul Makalah ................................................................................................................................. 1


Kata Pengantar ................................................................................................................................ 2
Daftar Isi ......................................................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan .......................................................................................................................... 4
1. Latar belakang ......................................................................................................................... 4
2. Rumusan masalah.................................................................................................................... 5
3. Tujuan penulisan ..................................................................................................................... 5
Bab II Pembahasan ......................................................................................................................... 6
1. Pengertian Hukum ................................................................................................................... 6
2. Pembentukan hukum di Indonesia ........................................................................................ 15
3. Kurangnya kesadaran hukum di Indonesia ........................................................................... 18
4. Kurangnya kesadaran hukum dari waktu .............................................................................. 19
5. Pemahaman tentang hukum .................................................................................................. 20
Bab III Kesimpulan ....................................................................................................................... 25
1. Kesimpulan............................................................................................................................ 25
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 26

3
Bab I
Pendahuluan

1. Latar belakang
Manusia dilahirkan mempunyai sifat, karakter, bakat, kemauan, dan kepentingan yang
berbeda-beda satu sama lain. Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain
dalam kehidupan bermasyarakat.Lingkungan masyarakat merupakan tempat untuk
mengembangkan manusia itu sendiri dalam bekerja sama, bergaul, dan mencari nafkah guna
memenuhi kebutuhannya.

Namun, karena perbedaan kepentingan dan kemauan seseorang dengan yang lainnya
seringkali terjadi benturan yang menimbulkan konflik dalam masyarakat. Hal ini dapat
menimbulkan lingkungan pergaulan yang tidak harmonis, tidak tertib, tidak tenteram, dan tidak
aman. Karena itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal negatif tersebut diperlukan suatu hukum
yang mengatur pergaulan dan mengembangkan sikap kesadaran hukum untuk menjalani
kehidupan antar masyarakat.

Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh
sebab itu setiap masyarat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum.

Hubungan antara hukum dengan masyarakat di Indonesia sangat rendah. Ini bisa dilihat
dari penegakan hukum, kesadaran hukum dan budaya hukum. “Kesadaran akan kewajiban hukum
tidak semata-mata berhubungan dengan kewajiban hukum terhadap ketentuan undang-undang
saja, tidak berarti kewajiban untuk taat kepada undang-undang saja, tetapi juga kepada hukum
yang tak tertulis, seperti adat, kebiasaan masyarakat,” ungkap Rektor UIN SGD Bandung, Prof.
Dr. H. Deddy Ismatullah, SH., M.Hum.
Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang atau suatu kelompok
masyarakat kepada aturan-aturan atau hukum yang berlaku.Kesadaran hukum sangat diperlukan
oleh suatu masyarakat. Hal ini bertujuan agar ketertiban, kedamaian, ketenteraman, dan keadilan

4
dapat diwujudkan dalam pergaulan antar sesama. Tanpa memiliki kesadaran hukum yang tinggi,
tujuan tersebut akan sangat sulit dicapai.

Dikalangan pelajar pun demikian, contoh saja terjadinya


perkelahian/ tawuran antar pelajar karena kurang tumbuhnya kesadaran pelajar terhadap hukum.
Akibat lemahnya kesadaran hukum, kehidupan masyarakat akan menjadi resah dan tidak
tenteram. Oleh karena itu, kita hendaknya mengembangkan sikap sadar terhadap hukum.

2. Rumusan masalah
1. What: apa itu hukum?

2. Who: siapa yang menciptakan hukum di indonesia?

3. Why: kenapa masyarakat indonesia kurang memiliki kesadaran akan hukum?

4. When: sejak kapan masyarakat indonesia kurang memiliki kesadaran akan hukum?

5. How: bagaimana cara agar masyarakat indonesia dapat memahami hukum?

3. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa itu hukum

2. Mengetahui siapa yang menciptakan hukum di indonesia

3. Mengetahui kenapa masyarakat indonesia kurang memiliki kesadaran akan hukum

4. Mengetahui sejak kapan masyarakat indonesia kurang memiliki kesadaran akan hukum

5. Mengetahui bagaimana cara agar masyarakat indonesia dapat memahami hukum?

5
Bab II

Pembahasan
1. Pengertian Hukum
a. Pengertian hukum, secara umum dan menurut para ahli
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Hukum memiliki tugas untuk menjamin bahwa adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh
sebab itu, setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pembelaan didepan hukum. Hukum dapat
diartikan sebagai sebuah peraturan atau ketetapan/ketentuan yang tertulis ataupun yang tidak
tertulis untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sanksi untuk orang yang
melanggar hukum.

Hukum adalah aturan yang selalu ada dimanapun kita pergi. Hukum di suatu negara biasanya
berbeda dengan hukum di negara lainnya. Dalam suatu negara juga beberapa daerahnya memiliki
hukum adat, yaitu hukum yang lahir dari kebudayaan suatu suku bangsa. Plato mengatakan bahwa
hukum adalah sistem peraturan - peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat hakim
dan masyarakat.

Berikut pengertian hukum menurut para ahli :

⚫ Aristoteles
Aristoteles adalah seorang filsuf terkenal asal Yunani, ia mendefinisikan hukum menjadi dua
yaitu tertentu dan hukum universal.

Dilansir dari Law Explorer, hukum tertentu adalah aturan yang menetapkan atau melarang
berbagai jenis tindakan. Sedangkan hukum universal adalah hukum alam yang memiliki
keteraturan dan pengarahan internalnya sendiri.

⚫ Ernest Utrecht
Ernest Utrecht adalah seorang pakar hukum asal Indonesia, mengutip dari buku Dasar - Dasar
Ilmu Hukum (2000) karya Prof. Chainur Arrasjid menyatakan bahwa hukum menurut Ernest
adalah :

“Hukum adalah himpunan penunjuk hidup (perintah atau larangan) yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang seharusnya

6
ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak
pemerintah dari masyarakat itu”.

⚫ Immanuel Kant
“Hukum adalah keseluruhan syarat berkehendak bebas dari orang untuk dapat menyesuaikan
dengan kehendak bebas dari orang lain, dan mengikuti peraturan tentang kemerdekaan”.

Dilansir dari Stanford Encyclopedia of Philosophy, Kant berpandangan manusia tergerak untuk
bertindak dibawah hukum yang merupakan standar otoritatif dan mengikat secara perasaan yang
mirip dengan kekaguman dan ketakutan.

Bahwa manusia akan bertindak sesuai kehendaknya sendiri namun tidak bertentangan dengan
moral yang berlaku di masyarakat.

⚫ Mochtar Kusumaatmadja
Mochtar Kusumaatmaja beranggapan bahwa hukum adalah kaidah dan asas-asas yang
mengatur hubungan bermasyarakat dan dibuat berdasarkan pada keadilan.

Mochtar Kusumaatmadja memandang hukum sebagai alat untuk memelihara, melindungi, dan
mengankan ketertiban dalam masyarakat.

Selain mengemukakan konsep hukum, Mochtar Kusumaatmadja memandang hukum untuk


membantu segala macam proses perubahan dalam masyarakat sehingga dipandang sangat relevan.

⚫ EM Meyers
Menurut EM Meyers dalam bukunya yang berjudul De Algemene Begrippen van het
Burgerlijk Recht mengemukan bahwa hukum adalah kumpulan aturan tingkah laku manusia dalam
kehidupan bermasyarakat.

Aturan-aturan tersebut dibuat dengan pertimbangan kesusilaan dan juga bertujuan menjadi
pedoman bagi penguasa negara.

⚫ Thomas Hobbes
Dilansir dari PathLegal India, Thomas Hobbes adalah seorang filsuf asal Inggris, dia
beranggaan bahwa:

7
“Hukum adalah perekat formal yang menyatukan masyarakat yang pada dasarnya tidak
teroganisir”

Sehingga hukum dipandang sebagai suatu aturan yang mengusai suatu masyarakat baik secara
memaksa ataupun memerintah dan dibuat oleh pihak-pihak yang berkuasa.

⚫ JCT Simorangkir dan Woerkono Sastropranoto


“Hukum adalah pertauran-peraturan bersifat memaksa yang dibuat oleh badan-badan resmi
yang berwajib, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat,
pelanggaran terhadap perturan tesebut akan berakibat diambilnya tindakan berbebntuk
hukuman”

⚫ Hans Kelsen
Hans Kelsen adalah seorang filsuf Eropa yang menggagas pengertian hukum sebagai teori
hukum murni. Kelsen berpendapat bahwa hukum adalah norma-norma yang yang berisi kondisi
dan konsekuensi dalam suatu tindakan. Konsekuensi pelanggaran hukum tersebut dapat berupa
ancaman sanksi dari penguasa.

⚫ Van Apeldoorn
Menurut Van Apeldoorn hukum adalah peraturan yang menghubungkan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat. Hukum bertujuan untuk mengatur tingkah laku serta pergaulan manusia
dan bertujuan untuk mencapai perdamaian.

⚫ John Austin
“Hukum adalah aturan yang ditetapkan sebagai pedoman makhluk berakal oleh makhluk
berakal yang memiliki kekuasaan atas dirinya”. Roger BM Cotterell dalam buku berjudul The
Politics of Jurisprudence: A Critical Introduction to Legal Philosophy (1989) menyebutkan bahwa
konsep hukum Austin menjelaskan adanya kedudukan di dalamnya. Bahwa manusia yang lebih
superior di bidang politik akan menentukan hukum bagi yang lebih inferior.

b. Tujuan adanya hukum

Menurut Lawrence M. Friedman, hukum memiliki fungsi pengawasan sosial atau social
control. Artinya hukum berperan untuk mengawasi dan mengendalikan lingkungan sosial di
masyarakat.

8
Hukum sebagai social control juga berarti memaksa warga masyarakat untuk mau
berperilaku sesuai dengan hukum. Jika tidak mematuhinya atau melanggar, maka sanksi akan
diberikan.

Hukum juga berfungsi untuk menyelesaikan sengketa atau permasalahan. Artinya hukum
menjadi penengah bagi kedua belah pihak yang sedang berselisih. Tentunya dalam penyelesaian
sengketa ini didasarkan pada ketentuan atau peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut Theo Huijibers, hukum berfungsi untuk memelihara kepentingan


umum di masyarakat. Kepentingan ini menyangkut kepentingan orang banyak dan bukan hanya
pada golongan atau individu tertentu saja. Karena hukum bersifat umum atau berlaku untuk semua
orang.

Hukum berfungsi untuk menjaga hak manusia. Artinya hukum berperan dalam melindungi
hak manusia. Contohnya perlindungan hak anak, hak pekerja, hak warga negara, dan lain-lain. Jika
ada yang melanggar, maka sanksi tegas akan diberikan.

Terakhir, hukum berfungsi untuk mewujudkan keadilan bersama. Artinya sifat umum pada
hukum menjadi sarana perwujudan keadilan masyarakat.

Contohnya setiap masyarakat memiliki perlindungan hukum yang sama. Contoh lainnya
setiap masyarakat yang melanggar hukum akan dikenai sanksi, tanpa memandang suku, agama,
jabatan, ras dan golongannya.

Maka jika dirangkum, fungsi hukum ialah:

⚫ Menertibkan dan mengatur masyarakat


⚫ Pengawasan dan pengendali sosial
⚫ Penyelesaian sengketa
⚫ Memelihara kepentingan umum
⚫ Menjaga hak asasi manusia
⚫ Mewujudkan keadilan bersama
Berikut beberapa tujuan hukum menurut para ahli:

➢ Aristoteles

9
Menurut Aristoteles, hukum bertujuan untuk mencapai keadilan di lingkungan masyarakat.
Artinya setiap warga negara akan diberikan apa yang sudah menjadi haknya. Konsep milik
Aristoteles ini dikenal pula sebagai teori etis.

➢ Sudikno Mertokusumo
Menurut Sudikno Mertokusumo, tujuan pokok hukum ialah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib dan seimbang. Artinya hukum dijadikan sarana atau alat untuk membentuk tatanan
masyarakat yang lebih tertib.

➢ Jeremy Bentham
Menurut Jeremy Bentham, hukum bertujuan untuk mencapai kemanfaatan tertentu. Artinya hukum
dibuat dan diterapkan untuk menjamin kebahagaian bagi banyak orang. Konsep milik Jeremy
Bentham juga dikenal sebagai teori utilities.

➢ Soedjono Dirdjosisworo
Menurut Soedjono Dirdjosisworo, tujuan hukum yang sebenarnya ialah untuk menciptakan
kerukunan dan perdamaian dalam hidup bersama. Artinya hukum dijadikan sarana untuk membuat
lingkungan masyarakat lebih damai dan rukun.

➢ Geny
Menurut Geny, hukum bertujuan untuk mencapai keadilan dan sebagai unsur keadilan. Artinya
hukum diciptakan untuk mencapai keadilan di lingkungan masyarakat. Hukum dalam hal ini juga
menjadi bagian dari unsur keadilan, yakni kepentingan yang berdaya guna serta kemanfaatan.

c. Unsur yang ada pada hukum


1. Mengatur Tingkah Laku Masyarakat

Sebuah produk hukum harus mengandung unsur peraturan yang berfungsi mengatur interaksi dan
hubungan antaranggota masyarakat di tempat hukum tersebut berlaku.

2. Dibuat Badan Resmi yang Berwajib

Tidak setiap orang atau lembaga memiliki hak dan kewenangan untuk membuat produk hukum.
Hanya badan resmi yang berwenang dan ditentukan berdasarkan kesepakatan.

3. Peraturan Bersifat Memaksa

10
Sifat hukum yang memaksa ini membedakan hukum dengan norma lain yang berlaku di dalam
masyarakat. Sifat memaksa ini ditandai dengan adanya sanksi bagi siapa pun yang melanggar
hukum yang berlaku.

4. Sanksi Bersifat Tegas

Unsur terakhir dalam produk hukum adalah adanya sanksi yang tegas. Sanksi ini diatur di
dalam perundang-undangan atau produk hukum lainnya yang telah disepakati bersama. Sanksi bisa
berupa penjara, denda, bahkan hukuman mati.

Hukum merupakan salah satu norma yang berlaku di masyarakat. Hukum bersifat mengikat
dan bertujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, agar keadaan lingkungannya bersifat aman,
nyaman serta tertib.

Oleh karena sifatnya yang mengikat, maka hukum harus ditaati dan dijalani. Jika tidak,
sanksi akan diberikan kepada mereka yang melanggar.

Menurut H. Ishaq dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Hukum (2018), hukum dapat diartikan
sebagai sekumpulan peraturan yang bersifat umum dan normatif.

Umum karena berlaku bagi semua orang tanpa kecuali. Normatif karena apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, tercantum dalam peraturannya.

Sebagai salah satu norma, hukum memiliki sejumlah fungsi di antaranya untuk mengawasi
atau melakukan pengendalian sosial serta menjadi pedoman atau arahan bagi manusia untuk
bertingkah laku.

Dalam buku Pengantar Ilmu Hukum (2017) karya Muhamad Sadi Is, unsur-unsur yang
terdapat dalam definisi hukum, yakni:

⚫ Peraturan tentang tingkah laku manusia


Hukum berfungsi untuk mengatur bagaimana manusia harus bertingkah laku di masyarakat. Secara
jelas, hukum menjabarkan tentang hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan masyarakat.
Tujuannya supaya lingkungan masyarakat dapat tertib, aman, dan nyaman.

Selain itu, tujuan lainnya ialah supaya tingkah laku manusia menjadi lebih terarah ke sisi yang
baik.

11
Contohnya peraturan tentang pentingnya menggunakan helm saat berkendara motor. Jika
peraturan ini dilanggar, maka keselamatan diri akan terancam dan bisa mendapat sanksi tegas dari
pihak polisi.

⚫ Peraturan dibuat oleh pihak atau badan resmi yang berwenang


Dalam hal ini, tidak semua orang bisa membuat hukum. Karena pembuatannya melalui proses
kajian mendalam yang hanya bisa dilakukan oleh para ahli serta badan resmi yang memiliki
wewenang atau kewajiban.

Contohnya hukum atau peraturan normatif di Indonesia dibuat oleh DPR. Tujuan dari pembuatan
peraturan ini ialah supaya lingkungan masyarakat tertib dan kondusif.

Apabila semua lapisan masyarakat bisa mematuhi hukum, tentu lingkungannya akan aman dan
nyaman.

⚫ Peraturan bersifat memaksa


Salah satu sifat hukum ialah adanya paksaan. Artinya hukum memaksa semua orang tanpa
kecuali, untuk mematuhi peraturan yang ada.

Hukum dibuat tidak hanya untuk ditaati golongan tertentu saja, tetapi oleh semua warga negara.
Hukum juga tidak memandang suku, agama atau ras tertentu.

Tujuan dari sifat paksaan ini ialah untuk memberi peraturan yang baku kepada masyarakat. Pada
dasarnya seluruh manfaat hukum akan kembali ke masyarakat itu sendiri. Misalnya keselamatan
diri akan terjaga jika taat menggunakan helm saat naik motor.

⚫ Sanksi pelanggaran bersifat tegas


Jika ada masyarakat yang melanggar atau tidak menaati peraturan hukum, mereka akan
diberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan tersebut. Sanksi ini bersifat nyata dan pasti
dirasakan bagi mereka yang melanggar.

Tujuannya supaya orang yang melanggar tidak mengulangi kesalahannya dan mau taat menjalani
peraturannya. Contohnya jika tidak menggunakan helm saat naik motor, maka akan dikenakan
sanksi tilang.

12
d. Jenis-jenis hukum
Macam-macam hukum yang berlaku di Indonesia ada banyak sekali, hukum tersebut harus
Anda ketahui dan Pahami. Hukum adalah peraturan berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan mencegah
terjadinya kekacauan.

Secara umum, hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat,
yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah. dalam setiap negara memiliki aturan dan norma
hukum yang berlaku, termasuk di Indonesia. Indonesia merupakan negara hukum, sesuai bunyi
pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Hal itu berarti setiap warga negara wajib untuk mematuhi hukum dan
aturan yang berlaku di Indonesia.

Tujuan dalam adanya aturan dan norma hukum ini sebagai membatasi perilaku guna
mewujudkan keadilan di dalam masyarakat. Untuk itu, setiap masyarakat berhak untuk
memperoleh hak dan pembelaan yang sama di depan hukum. Dengan demikian, aturan hukum dan
norma hukum di Indonesia ada berbagai macam.

Ada macam-macam hukum yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagai berikut ini :

Hukum Berdasarkan waktu

Berdasarkan waktu berlakunya, macam-macam hukum terbagi menjadi, tiga yaitu Ius
constitutum, Ius constituendum, dan Hukum asasi.

1. Ius constitutum merupakan hukum positif yang berlaku saat ini bagi suatu masyarakat dalam
suatu daerah tertentu.

2. Ius constituendum merupakan hukum yang berlaku untuk masa yang akan datang.

3. Hukum asasi merupakan hukum alam yang berlaku di manapun.

Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya

Berdasarkan tempatnya, macam-macam hukum terbagi menjadi tiga, yaitu hukum nasional,
hukum internasional, dan hukum asing.

5. Hukum nasional ialah hukum yang hanya berlaku di dalam suatu negara dan tidak berlaku di
negara lain.

13
6. Hukum internasional ialah hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara di berbagai
penjuru dunia.
7. Hukum asing ialah hukum yang berlaku di negara asing.
Hukum Berdasarkan sifatnya

Berdasarkan sifatnya, macama-macam hukum terbagi menjadi dua, yakni:

1. Hukum yang memaksa, merupakan hukum yang memiliki paksaan secara mutlak dalam
keadaan apa pun.
2. Hukum yang mengatur, merupakan hukum yang dapat dikesampingkan atau diabaikan jika
pihak-pihak yang bersangkutan sudah membuat atau memiliki peraturan sendiri.
Hukum Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, macam-macam hukum terbagi menjadi dua, yakni hukum tertulis
dan tidak tertulis:

1. Hukum tertulis ialah hukum yang dicantumkan atau ditulis dalam perundang-undangan.
Contohnya, hukum pidana yang dituliskan dalam KUHP pidana dan hukum perdata yang
dituliskan dalam KUHP perdata.
2. Hukum tidak tertulis ialah hukum yang tidak tercantum dalam perundang-undangan atau hukum
kebiasaan yang masih dijunjung tinggi dalam keyakinan masyarakat. Meski hukum tersebut tidak
tercantum, masih berlaku serta masih ditaati seperti halnya peraturan perundangan. Contohnya,
hukum kebiasaan/adat suatu daerah atau masyarakat tidak dicantumkan dalam perundang-
undangan, namun tetap dipatuhi oleh daerahnya.
Hukum Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya, macam-macam hukum terbagi menjadi lima macam, yaitu hukum
undang-undang, kebiasaan atau adat, traktat, jurisprudensi, doktrin.

5. Hukum undang-undang ialah hukum yang tercantum di dalam peraturan perundang-


undangan.
6. Hukum adat ialah hukum yang berada dalam peraturan-peraturan adat.
7. Hukum traktat ialah hukum yang dibentuk karena adanya suatu perjanjian negara-negara yang
terlibat di dalamnya.
8. Hukum jurisprudensi ialah hukum yang terbentuk karena adanya keputusan dari hakim.

14
9. Hukum doktrin adalah hukum yang terbentuk dari pendapat beberapa ahli hukum yang
terkenal karena pengetahuannya.
Hukum Berdasarkan cara mempertahankannya

Berdasarkan cara mempertahankannya, macam-macam hukum terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Hukum material, merupakan hukum yang memuat seluruh peraturan yang mengatur tentang
kepentingan serta hubungan yang bersifat perintah dan larangan.
2. Hukum formal, merupakan hukum yang berisi peraturan tentang bagaimana cara melaksanakan
hukum material tersebut dengan baik.
Hukum Berdasarkan wujudnya

Berdasarkan wujudnya, macam-macam hukum terbagi menjadi dua, yakni:

1. Hukum objektif, merupakan hukum dalam suatu negara yang berlaku secara umum.
2. Hukum subjektif, merupakan hukum yang muncul dari hukum objektif dan berlaku pada
individu tertentu atau lebih. Hukum ini disebut juga dengan hak.
Hukum Berdasarkan isinya

Berdasarkan isinya, macam-macam hukum terbagi dua yakni:

1. Hukum privat, ialah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. Hukum ini disebut juga hukum
sipil. Contohnya, hukum dagang dan perdata.
2. Hukum publik, ialah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat kelengkapan
negara dan mengatur hubungan antaranegara dengan warga negaranya. Hukum tersebut dibedakan
menjadi tiga, yakni hukum pidana, tata negara, dan administrasi Negara.

2. Pembentukan hukum di Indonesia


a. Sejarah hukum

Negara Indonesia merupakan negara hukum. Yang dimaksud dengan negara hukum adalah
negara yang menjunjung tinggi segala peraturan dan perundang-undangan yang sudah tercantum
dalam negara tersebut, seperti yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang 1945 yang

15
mempunyai makna bahwa negara hukum yang pelaksanaan ketatanegaraanya dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Dalam sebuah negara hukum, kekuasaan akan dijalankan oleh pemerintah berdasar
kedaulatan hukum atau yang kita sebut sebagai supremasi hukum yang bertujuan untuk
menjalankan sebuah ketertiban hukum.

Fase Pra-Kolonial

Fase Pra-Kolonial biasa disebut dengan fase sebelum penjajahan, dahulu Indonesia
sebelum adanya penjajahan menganut sistem kerajaan, diantara lain kerajaan maja pahit, kerajaan
sriwijaya, kerajaan mataram dan sebagainya. Pada saat itu berarti masih menerapkan hukum sistem
antar masing-masing wilayah kerajaan.

Terdapat 2 zaman kerajaan yaitu kerajaan Hindu-Budha dan zaman kerajaan Islam

Fase Kolonial

Fase kolonial biasa disebut dengan fase penjajahan, semenjak Belanda menjajah Indonesia,
banyak sekali perubahan terutama dalam sistem hukum di Indonesia. Sejak masa VOC
berlangsung pada abad XVII, tatanan hukumnya dikualifikasikan sebagai tatanan hukum represif
in optima forma. Tatanan hukum yang berlaku saat itu menguntungkan bangsa Belanda dan
merugikan bangsa Indonesia terutama dalam bidang ekonomi.

Periode kolonialisme Jepang

Pada Maret 1942, Terjadi pada saat Jepang ingin menguasai kekuasaan yang Belanda
miliki pada waktu itu. Jepang mulai meduduki seluruh daerah Hindia Belanda. Untuk
melaksanakan tata pemerintahan di Indonesia, pemerintahan balatentara Jepang berpedoman
kepada undang-undangnya yang disebut “Gunseirei”.

Masa pendudukan Jepang pembaharuan hukum tidak banyak terjadi, seluruh peraturan perundang-
undangan yang tidak bertentangan dengan peraturan militer Jepang, tetap berlaku sembari
menghilangkan hak-hak istimewa orang-orang Belanda dan Eropa lainnya.

Fase Kemerdekaan

16
Di fase kemerdekaan ini terdapat 3 masa yaitu masa orde lama, masa orde baru dan masa
reformasi.

Masa Orde Lama

Tata hukum Indonesia adalah tata hukum yang di tetapkan oleh bangsa Indonesia sendiri
atau Negara Indonesia. Orde Lama dipimpin Presiden Soekarno dan wakil presiden Moh. Hatta.
Sejak 18 Agustus 1945 tata hukum positif di Indonesia adalah system hukum yang tersusun atas
subsistem hukum adat, subsistem hukum Islam, dan subsistem hukum Barat. Dinamika politik
pada masa ini mengalami pasang surut.

Masa Orde Baru

Setelah Kudeta G.30.S/PKI digagalkan, kemudian sejak terbitnya Surat Perintah 11 Maret
1966 yang sering dikenal sebagai “Supersemar”, maka dimulailah suatu babak baru dalam
perjalanan sejarah kehidupan bangsa Indonesia, yang kemudian menyebut diri sebagai
pemerintahan Orde Baru.

Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru justru diawali
oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan. Diantaranya UU pokok Agraria,
yang bersamaan dengan dibuatnya UU Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, UU
Pertambangan.

Orde Baru juga menundukkan lembaga-lembaga hukum di bawak eksekutif, pengendalian


sistem pendidikan, pemikiran kritis masyarakat dibatasi, hingga tak ada perkembangan dalam
hukum nasional.

Penyelenggaraan pemerintahan Orde Baru menyalahgunakan ketentuan peraturan


perundang-undangan demi suatu kekuasaan. Keterpurukan kondisi sistem ketatanegaraan yang
dibangun pada masa Orde Baru mencapai puncaknya ketika diiringi dengan munculnya krisis
ekonomi yang melanda duniaperekonomian bangsa Indonesia dan Negara-negara Asia.

Masa Reformasi

Wakil Presiden B.J. Habibie menggantikan posisi Presiden Soeharto. Selama


pemerintahannya sudah terjadi empat kali amandemen UUD RI. Dengan demikian, komposisi
UUD 1945 pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002 yang lalu, maka susunan UUD 1945 memiliki

17
susunan sebagaimana berikut ini: 1). Undang-Undang Dasar 1945 naskah asli; 2). Perubahan
pertama Undang-Undang Dasar 1945; 3). Perubahan kedua Undang-Undang Dasar 1945; 4).
Perubahan ketiga Undang-Undang Dasar 1945; 5). Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar
1945.

3. Kurangnya kesadaran hukum di Indonesia


a. Kondisi hukum di Indonesia

Di Indonesia, kesadaran hukum mulai merosot. Banyak sekali kejahatan yang dilakukan
oleh masyarakat. Banyak pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik tentang pelanggaran
hukum. Banyak kriminalitas yang terjadi seperti penipuan, pembunuhan, pencurian, perampokan
bahkan sekarang banyak kejahatan korupsi dilakukan oleh aparat penegak hukum yang tahu
mengenai hukum dan seharusnya menjadi panutan atau memberikan contoh baik bagi masyarakat.

Sekarang kejahatan sudah terorganisir. Orang melakukan pembunuhan sudah hal yang
biasa untuk menyelesaikan masalah. Tingkat kecelakaan semakin meningkat, boleh dikatakan
hampir setiap hari terjadi kecelakaan. Hal tersebut sebenar dapat Iidak terjadi apabila para
pengendara motor mentaati peraturan lalu lintas dan para petugas yang mengatur lalu lintas ketat
mengawasi serta mempunyai sikap yang tegas dan konsekuen dalam menghadapi
pelanggaranpelanggaran lalu lintas, kecelakan lalu lintas tersebut tidak akan terjadi.

Hubungan antara hukum dengan masyarakat di Indonesia sangat rendah. Ini bisa dilihat
dari penegakan hukum, kesadaran hukum dan budaya hukum. Kesadaran akan kewajiban hukum
tidak semata-mata berhubungan dengan kewajiban hukum terhadap ketentuan undang-undang
saja, tidak berarti kewajiban untuk taat kepada undang-undang saja, tetapi juga kepada hukum
yang tak tertulis, seperti adat, kebiasaan masyarakat

b. Pemahaman hukum di masyarakat

Penyebab kurangnya kesadaran di masyarakat dikarenakan; Pertama, Kaidah Hukum.


Seperangkat peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh lembaga yang berwenang yang
masih belum memperlihatkan perlindungan masyarakat. Kedua, masyarakat. merasa hukum di
Indonesia masih belum bisa memberikan jaminan terhadap mereka. Ketiga, Aparat Penegak
Hukum sebagai pembuat dan pelaksana hukum itu sendiri masih belum bisa untuk benar-benar

18
menerapkan peraturan yang sudah ditetapkan. Malahan sering aparat penegak hukum yang
seharusnya sebagai pelaksana malah melanggar hukum.

Manusia dilahirkan mempunyai sifat, karakter, bakat, kemauan, dan kepentingan yang
berbeda-beda satu sama lain. Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain
dalam kehidupan bermasyarakat.Lingkungan masyarakat merupakan tempat untuk
mengembangkan manusia itu sendiri dalam bekerja sama, bergaul, dan mencari nafkah guna
memenuhi kebutuhannya. Namun, karena perbedaan kepentingan dan kemauan seseorang dengan
yang lainnya seringkali terjadi benturan yang menimbulkan konflik dalam masyarakat. Hal ini
dapat menimbulkan lingkungan pergaulan yang tidak harmonis, tidak tertib, tidak tenteram, dan
tidak aman. Karena itu, untuk mencegah terjadinya hal-hal negatif tersebut diperlukan suatu
hukum yang mengatur pergaulan dan mengembangkan sikap kesadaran hukum untuk menjalani
kehidupan antar masyarakat.

4. Kurangnya kesadaran hukum dari waktu


Kesadaran hukum pada masyarakat sejak dibuatnya Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) hingga sekarang ini semakin menurun
banyak sekali tindakan atau perbuatan yang dilakukan sengaja, orang membunuh untuk
menyelesaikan masalah sudah tindakan yang biasa dilakukan tanpa membedakan itu laki-laki,
perempuan bahkan anak- anak. Pada dewasa ini tidak hanya sekedar meningkatkan kesadaran
hukum masyarakat saya, tetapi juga membina kesadaran hukum. Kesadaran hukum berkaitan
dengan hukum, sedangkan hukum adalah produk kebudayaan. Dimana kebudayaan yang
memberikan pedoman-pedoman tentang apa yang harus boleh dilakukan dan apa yang dilarang.
Dengan demikian kebudayaan mencakup suatu system tujuan-tujuan dan nilai-nilai. Hukum
met'upakan pencerminan dari nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat. Menanamkan kesadaran
hukum berarti menanamkan nilai-nilai kebudayaan. Menanamkan nilai-nilai kebudayaan tersebut
dapat dicapai dengan pendidikan. Menurunnya kesadaran hukum dapat ditingkatkan dan dilakukan
pembinaan yang utama, dimana dilakukan dengan efektif dan efisien ialah dengan pendidikan.
Pendidikan merupakan pembinaan kesadaran hukum yang dilakukan dengan tidak cepat, melaikan
dilakukan secara kontinyu dan intensif. Terutama dalam pendidikan hukum memakan waktu yang
lama. Pendidikan yang dimaksud tidak hanya pendidikan formal disekolah-sekolah dari taman

19
kanak-kanak sampai perguruan Tinggi, tetapi juga pendidikan non formal diluar sekolah kepada
masyarakat luas.

5. Pemahaman tentang hukum


a. Contoh kasus

1. Korupsi E-KTP
Perjalanan kasus e-KTP mendapat momentum di tahun 2017. Kasus itu sebelumnya
ditangani Kejaksaan Agung sejak 2010. Belakangan mega korupsi yang merugikan negara
Rp 2,3 Triliun itu ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2014.
2. Pelanggaran UU ITE Buni Yani
Kasus Buni Yani beririsan dengan kasus penisataan agama yang melibatkan Ahok.
Buni Yani mengunggah cuplikan video pernyataan Ahok di Pulau Pramuka yang
kontroversial, pada awal Oktober 2016. Dalam video itu Ahok menyitir surat Al Maidah
ayat 51.
3. Korupsi Hakim MK Patrialis Akbar
Operasi penindakan KPK di awal tahun 2017 membuat publik terhenyak. Sekali
lagi, Hakim Mahkamah Konstitusi terjerat kasus korupsi, di tengah harapan yang tinggi
pada MK sebagai pengawal konstitusi.

b. Solusi

Dalam rangka semakin mendekatkan nilai-nilai yang terkandung dalam hukum dengan
realitas kehidupan hukum, maka perlu dilakukan serangkaian kebijakan dengan prioritas sebagai
berikut:

1. Di bidang substansi hukum.

- Mengganti peraturan hukum yang tidak sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan dan
aspirasi rakyat;
- Badan pembentuk Undang-undang harus membuka diri terhadap partisipasi masyarakat
dalam pembentukan Undang-undang dalam rangka pembentukan hukum yang responsif;
- Dalam pembentukan substansi hukum agar dipenuhi asas-asas formal maupun material;

20
- Perlu dilakukan inventarisasi Undang-undang yang belum diikuti dengan peraturan
pelaksanaan;
- Peraturan pelaksanaan Undang-undang dipersiapkan dan ditetapkan segera setelah
Undang-undang berlaku, agar semangat dan jiwanya mengalir sampai kepada peraturan
pelaksanaan;
- Peraturan pelaksanaan suatu Undang-undang yang diberlakukan berdasarkan ketentuan
peralihan Undang-undang segera diganti;
- Program Legislasi Nasional diprioritaskan untuk melaksanakan amanat Undang-Undang
Dasar Negara RI Tahun 1945, mengganti Undang-undang yang sudah ketinggalan jaman,
membentuk Undang-undang baru untuk mendukung pembangunan ekonomi dan politik
demokratis dan memerangi kejahatan transnasional atau kejahatan luar biasa;
- Melakukan kajian yuridis terhadap dampak putusan lembaga yudikatif yang mengabulkan
permohonan judicial review dan melakukan tindak lanjut untuk menyelesaikan
permasalahan yuridis yang timbul;

2. Di bidang Struktur (kelembagaan) hukum.

- Mengembalikan kepercayaan rakyat kepada aparat penegak hukum, melalui peningkatan


kinerja, sikap tegas, konsisten dan bebas dari praktek KKN dalam penegakkan hukum;
- Melakukan revitalisasi dan reposisi kelembagaan serta perubahan budaya kerja;
- Menjamin badan peradilan bebas dari pengaruh dan campur tangan badanbadan lain dan
menjamin kebebasannya untuk memeriksa dan memutus perkara serta menata pembinaan
badan peradilan di bawah satu atap Mahkamah Agung;
- Melakukan pengawasan pelaksanaan kewenangan diskresioner yang dimiliki lembaga-
lembaga hukum serta menetapkan pelaporan berkala kepada publik tentang pelaksanaan
kewenangan tersebut;
- Mempertegas batas-batas yurisdiksi lembaga-lembaga hukum dengan menyempurnakan
peraturan perundang-undangan yang mengaturnya;
- Memperbaiki manajemen penanganan kasus hukum agar transparan, akuntabel dalam
rangka melaksanakan prinsip penanganan kasus yang cepat, sederhana, akurat dan adil
dengan biaya yang wajar;
- Memantapkan koordinasi pada tataran kebijakan dan pada pelaksanaannya di lapangan;

21
- Meningkatkan profesionalisme dan integritas penegak hukum melalui pendidikan dan
pelatihan serta penegakkan disiplin dan kode etik;
- Mendayagunakan lembaga penyelesaian sengketa alternatif
- Menyediakan dana, sarana dan prasarana yang lebih memadai untuk pelaksanaan tugas
penegakkan hukum;
- Meningkatkan kesejahteraan aparat penegak hukum.

3. Di bidang budaya hukum.

- Para pemimpin dan elit politik pada tingkat nasional maupun lokal agar memberikan
teladan dalam mematuhi hukum;
- Menyempurnakan sistem internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai hukum kepada masyarakat
baik yang berkenaan dengan metodologi, substansi dan target khalayak yang ingin
dijangkau, agar lebih partisipatif dan sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan dan
aspirasi masyarakat;
- Masyarakat agar tidak mentolerir pelanggaran-pelanggaran hukum dan turut memberikan
sanksi moral kepada para pelakunya.

c. Macam-macam pelanggar hukum di Indonesia

Bukan hanya masyarakat saja, Isi hukum tidak mungkin dapat berjalan baik apabila tidak
ditopang aparat yang punya integritas. Begitu juga aparat penegak hukum berintegritas tidak
mungkin dapat diperoleh apabila budaya hukum masyarakatnya tidak mendukung untuk itu. Jika
diperhatikan keadaan sekarang kita akan melihat ada beberapa permasalahan menyangkut stuktur
hukum ini di Indonesia, di antaranya:

a. Penegakan hukum dilakukan secara diskriminatif. Selama ini sanksi berupa hukuman lebih
banyak dijatuhkan untuk pelanggaran hukum kelas teri, sedangkan mereka yang tergolong
kelas kakap seakan-akan tak tersentuh oleh sanksi karena punya relasi, sisa-sisa pengaruh
dan dana yang melimpah untuk “mengatur” kasus yang mereka hadapi. Berbagai cara dapat
mereka lakukan untuk meloloskan diri dari jeratan hukuman, sehingga keadilan yang
seharusnya berlaku buat setiap orang tak pandang bulu berkurang maknanya. Tersangka
yang mempunyai status sosial yang tinggi di tengah-tengah masyarakat akan diperlakukan
secara istimewa. Penegakan hukum seolah hanya berpihak pada si kaya tetapi tidak pada

22
si miskin. Ini semua karena mentalitas aparat penegak hukum yang lebih melihat
kedudukan seseorang di masyarakat daripada apa yang diperbuat.
b. Di setiap lini penegakan hukum, aparat dan pendukung aparat penegak hukum, sangat
rentan dan terbuka peluang bagi praktek korupsi atau suap. Uang dapat berpengaruh pada
saat polisi melakukan penyidikan perkara. Dengan uang, pasal sebagai dasar sangkaan
dapat diubah-ubah sesuai jumlah uang yang ditawarkan. Pada tingkat penuntutan, uang
bisa berpengaruh terhadap diteruskan tidaknya penuntutan. Apabila penuntutan diteruskan,
uang dapat berpengaruh pada seberapa berat tuntutan. Di institusi peradilan, uang
berpengaruh pada putusan yang akan dikeluarkan oleh hakim. Uang dapat melepaskan atau
membebaskan seorang terdakwa. Bila terdakwa dinyatakan bersalah, dengan uang,
hukuman bisa diatur agar serendah dan seringan mungkin. Bahkan di lembaga
pemasyarakatan uang juga berpengaruh karena yang memiliki uang akan mendapat
perlakuan yang lebih baik dan manusiawi.
c. Independensi badan peradilan sebagai benteng terakhir bagi pencari keadilan belum
terwujud, penegakan hukum bisa diatur karena kekuasaan menghendaki. Aparat penegak
hukum didikte oleh kekuasaan, bahkan diintervensi dalam menegakkan hukum. Penegakan
hukum akan dilakukan secara tegas karena penguasa memerlukan alasan sah untuk
melawan kekuatan pro-demokrasi atau pihak-pihak yang membela kepentingan rakyat.
Tetapi penegakan hukum akan dibuat lemah oleh kekuasaan bila pemerintah atau elit-elit
politik yang menjadi pesakitan.
d. Kewenangan diskresioner yang dimiliki oleh lembaga-lembaga penegak hukum tanpa
kontrol, sehingga sering disalahgunakan, artinya dalam praktik aparat penegak hukum
dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dalam pelaksanaan tugasnya di luar dari yang
telah ditentukan. Namun tindakan ini terkadang malahan bisa menimbulkan pelanggaran
hukum pula.
e. Manajemen penanganan kasus-kasus hukum belum efektif dan efisien, lamanya
penanganan terhadap perkara yang dihadapi membuat pihak-pihak yang terkait merasa
sangat dirugikan oleh tindakan aparat penegak hukum, seperti misalnya penyelesaian
perkara perdata yang bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun.
f. Lemahnya koordinasi, karena kuatnya egoisme sektoral. Sejak tahap awal pemeriksaan
perkara, misalnya perkara pidana, semenjak awal pihak penyidik telah harus bekerjasama

23
dengan aparat yang lain seperti kejaksaan dan pengadilan, agar proses pemeriksaan dan
penyelesaian perkara berjalan dengan cepat. Namun dalam praktenya hal ini belum
terwujud sepenuhnya.
g. Aparat penegak hukum kurang profesional dan rendah integritasnya dalam mengemban
tugas pokok, kurangnya keilmuan dan wawasan yang dimiliki menyebabkan aparat
penegak hukum dalam bertindak mengikuti kehendak mereka sendiri, sehingga terkadang
hasil dari tindakannya itu jauh dari penegakan hukum

24
Bab III

Kesimpulan
1. Kesimpulan
Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah terjadinya kekacauan.
Oleh karena itu, kita harus ada kesadaran akan hukum dalam diri kita masing-masing dan
pemahaman tentang hukum yang ada. Di Indonesia, kesadaran dan pemahaman hukum masih
kurang, sehingga masih banyak sekali kasus pelanggaran hukum terjadi. Pelanggaran hukum
bukan hanya masyarakat saja, namun apparat penegak hukum juga turut terlibat didalamnya. Maka
dari itu, semua harus ikut serta mendekatkan nilai-nilai yang terkandung dalam hukum dengan
realitas kehidupan hukum, maka perlu dilakukan serangkaian kebijakan dengan prioritas sebagai
solusi penegakan hukum.

25
Daftar Pustaka
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/kesadaran-hukum-sejak-dini-bagi-
masyarakat

https://uinsgd.ac.id/rendahnya-kesadaran-hukum-di-indonesia/

https://jdih-dprd.bangkaselatankab.go.id/publikasi/detail/2-pengertian-hukum

https://jdih-dprd.bangkaselatankab.go.id/publikasi/detail/2-pengertian-hukum

https://www.kompas.com/skola/read/2021/06/03/100000869/10-pengertian-hukum-menurut-
para-ahli?page=all

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/13/130257669/fungsi-dan-tujuan-hukum-menurut-
para-ahli

https://www.bola.com/ragam/read/4436427/pengertian-hukum-tujuan-unsur-dan-jenis-jenisnya

https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/06/120731869/unsur-unsur-hukum

https://hot.liputan6.com/read/4570441/21-macam-macam-hukum-yang-berlaku-di-indonesia-
beserta penjelasannya#:~:text=Berdasarkan%20sumbernya%2C%20macam-
macam%20hukum,%2C%20traktat%2C%20jurisprudensi%2C%20doktrin.

https://www.viva.co.id/vstory/sejarah-vstory/1339718-sejarah-singkat-hukum-di-
indonesia?page=4&utm_medium=selanjutnya-4

https://www.liputan6.com/news/read/3208744/kasus-hukum-paling-menyita-perhatian-publik-
sepanjang-2017

26

Anda mungkin juga menyukai