Anda di halaman 1dari 23

ft as at \tfameo

BAB 3. ANALISIS KAWASAN PASAk WAMEO

DAN BUDAYA MASARAKAT BUTON

Analisis ini dilakukan berdasarkan tinjauan langsung dilokasi atau


berdasarkan tinjauan pustaka. Tinjauan langsung dilokasi dengan meninjau langsung
lokasi, wawancara dengarr pihak-pihak yang mengetahui kondisi kawasan dan budaya
masyarakat setempat serta merekam beberapa gambar, baik itu dengan sketsa atau
dengan dokumentasi foto mengenai potensi kawasan pasar Wameo dan budaya yang
ada dan telah berkembang di Kotif Buton. Tinjauan tehadap pustaka yang bersumber
dari pemerintah daerah setempat dan dari sumber-sumber lain yang dapat dijadikan
sebagai acuan dalam menganalisis potensi kawasan dan budaya masyarakat Buton.

1. KAWASAN PASAk WAMEO

Terdiri atas beberapa poin-poin penting yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam re-desain pasar Wameo im :
1. Permasalahan ikan berarti berhubungan dengan pencemaran udara dan tanah.
Karena lokasi TPI berada didekat pinggir pantai dan pintu keluar melewati fungsi
lainnya yang tidak menimbulkan pencemaran, sehingga terkadang menimbulkan
bau tak sedap pada saat akan didrop keluar lokasi TPI. Sehingga perlu adanya
pemisahan jalur masuk pengunjung dan para pedagang peserta lelang.

y*M_3 t^^p^h "Vie^ye-t^b 0Ot*v= i^c

-A ^

58
ftasat ^4/>»meo
2. Berdasarkan tinjauan pada bab II dilihat bahwa antara fungsi TPr dan pasar wisata
dagang bukan merupakan satu kesatuan yang dapat dinikmati secara bersama oleh
pengunjung TPI dan pasar wisata dagang, dalam hal ini terkesan terpisah. Ini
terlihat dari pengunjung kedua fungsi tersebut yang berbeda. Pada hal keduanya
berada pada satu kawasan dan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan.
Sehingga perlu adanya penggabungan baik fungsi maupun fasilitas, dimana
pengunjung pasar wisata dagang dapat menikmati kegiatan di TPI begitu juga
sebaliknya.

v/ 'V

H> -7y e» < 4 tX


.X.1 lCr__,t^'-^ -^.ri'i \.^:. <r^ii

JCJ,^ -pul«* <)


\
/
Y f
r.vr»r inr.-
/

3. Tidak terdapatnya jalan Primer pada lokasi pasar wisata dagang. Kios dan los
yang menjadi tempat menjajakan barang dagangan berbentuk grid dan lebar jalan
yang terbentuk relatif hampir sama (jalan sekunder), sehingga membingungkan
orang pada saat masuk jalur mana yang akan dilewati terlebih dahulu.

:^\yi\ xm-i
'>' -_^'|-.., -?i-K'ciiiA?r V-i-M\M'
KlOi

Lop
^J &r' '^ ,,-J^ \s i^ '/^'-s- ',i

Ts^P'*- •"••*!.-"U<. >p>r*n\S.i


r , r 1

^i p t;:j L

rj^AcK e.-^t ""^-"^ ^ul«-'

59
ftasat \\pameo

2. BUDAYA MASYARAKAT BUTON

2.1 Aspek Kultural


S Aktivitas (pelaut/nelayan, pemasangan atap, dll)
1. Salah satu mata pencaharian masyarakat Kec. Betoambari dan juga merupakan
warisan dari nenek moyang mereka adalah sebagai nelayan. Jenis perlengkapan
untuk menangkap ikan diantaranya adalah sebuah perahu, ada yang menggunakan
mesin adapula dengan hanya menggunakan cara yang sederhana yaitu dengan
layar. Bentuk-bentuk bagian kapal ini sangat potensial untuk diwujudkan dalam
suatu bangunan dimana dapat memberikan ciri khas daerah pinggir pantai.

',,, <cr *.<•..*<?, ^v6Gl,tl k *v^a..


>/•

'•r( i'.',- rt" 6c?r ; l-'.--l-*;i vvr ik*-'\ \- p-«J<\

..mv,
| c.'0 IOj!'•.•) Ol/^l

K- K'> J

1 ^-cthrj k-i.'ho. ui^r , *i^

2. Menurut tata cara pemasangan atap pada rumah adat Buton diawali dari kanan
bagian depan, terus kebelakang. Kemudian dari kiri belakang kebagian depan.
Maksud dari pemasangan tersebut bahwa kita diciptakan oleh-Nya dimuka bumi
ini, akan mengalami suatu perjalanan kehidupan dan kemudian nantinya akan
kembali kepada-Nya. Pemasangan atap tersebut berguna agar kita senantiasa

60
ftasat \\Ptumeo
diingatkan pada saat masuk atau keluar rumah untuk selalu mengingat perintah
dan larangan-Nya. Cara ini masih dilakukan hingga sekarang untuk membangun
sebuah rumah.

Get- '.'-ivV -*n /^ ^'r.*o -r-..-}.~ fVvv'.x -'.'",

k>>^ A,--.l t ^> ~-a.

•^ Bentuk rumah adat Buton

Terdapat beberapa bagian-bagian dari rumah adat Buton yang menjadi ciri
khas, diantaranya :
1. Bentuk Atap
Arsitektur yang identik dengan bentuk atap pada sebuah bangunan, dimana akan
memberi ciri khas suatu bangunan pada daerah tertentu. Bentuk atap rumah adat
Buton, berbentuk pelana yang berundak, dimana menurut filosofinya bentuk ini
diambil dari posisi tangan pada saat sholat yaitu tangan kanan berada diatas
tangan kiri.

ICK.J. , .1 <? e n^,v\

1 f
1.1

--J,., W''~~,.

61
ftasat \tfameo
2. Bukaan (pinliA & jendela)
Bukaan yang ada pada rumah Malige berjumlah 19 buah, dengan mengambil
jumlah 17 raka'at dari seluruh sholat wajib dan ditambah 2 raka'at sholat sunnah.
Pada bukaan terdapat elemen garis lurus yang merupakan angin-angin dan elemen
silang pada bukaan. Terdapat beberapa model bukaan pada rumah Malige.

2A

2^
f...KW .A 'v-r^f-'- ^ !llK', .i»'--r
t ••"•'{'-i .-»! '9 ii' - _•»! '-n.yi

.:£><>!--->,,v< Ti , l-CYJ.,)v.„t -S - I=,v'-'l1 •-'•'! 1"_'


A • B i U"'-_3 +"'*'-'«^f .

3. Dinding
Dinding terbuat dari kayu jenis kelas satu, sehingga pada saat sekarang ini
bangunan tersebut masih berdiri tegak. Pada fasade rumah Malige terdapat unsur
garis vertikal yang merupakan sambungan dari papan (dinding). Warna yang
didominasi oleh coklat (warna kayu) memberi kesan natural dan menyatu dengan
lingkungannya.

V/C-fclK.-,!

'&$ :^&
.:•) "Ul'1,

4. Kolom

Jumlah kolom yang digunakan sebanyak 9, 12, 16 atau 20 tiang, tergantung dari
besarnya bangunan. Untuk rumah-rumah biasa (rakyat) biasanya menggunakan 9

62
ftasat \\Pameo
atau 12 kolom dan jumlah 16 atau 20 digunakan pada rumah Sultan atau
bangunan lainnya yang sifatnya untuk kegiatan publik.
tf- 0 - Q

t 1 r
-• •
^ o a » <
i

» « » •
j
B » • •
^ yCdor.
I
rx \"i' -A>
', K'.J.OM jr «^ » •_

20> Vol ory\

I ;•- . k"^l--.vi bcrfentuK S,'!",nJCl-


.^.f ^O c-V'

::1
f=*<spcSG Kfjl.oni

5. Simetris

Tampak dari bagian depan dari rumah adat Buton atau dari samping kanan
maupun kiri. Pembagi pada bagian depan adalah ujung atap rumah dan bukaan
yang bentuk dan jumlahnya sama pada kiri dan kanan. Sedangkan untuk bagian
samping dibagi oleh jumlah kolom dan juga oleh bukaan. '
-~^"- T3<zip^ ^~ iS^iMp in

ctr'W

.«K
^ '
Made! *fc.>p

/itSfc-V^ ^ f^v,v,-^" tci-r.'UnC- "J-l.n ^jitmpsb


P*
^*^ivi

S Peruangan dan pola tata massa bangunan rumah adat Buton


Ruang dalam rumah adat Buton terbagi atas tiga bagian, yaitu :
1. Bamba (ruang depan), terletak didepan sebagai tempat untuk menerima tamu

63
ftasa<c ^j/Jnmeo
2. Tanga (ruang tengah), yang terletak ditengah dengan fungsi sebagai ruang
keluarga, dibagian kanannya terdapat ruang sebagai kamar untuk orang tua dan
kamar buat anak laki-laki. Selain itu, Tanga juga digunakan sebagai ruang makan
3. Suo (ruang belakang), terletak dibelakang yang fungsinya sebagai kamar bagi anak
perempuan yang sudah ramaja atau sudah dewasa. Jadi tamu tidak diizinkan untuk
menginjakkan kaki ke Suo
Selain ruang tersebut diatas, ada rumah yang menggunakan loteng (Pa) sebagai
tempat penyimpanan barang dan sebagai ruang tidur tamu yang akan menginap.
Dan pada bagian paling atas dari rumah terdapat Musholah.
Terlepas dari ke tiga ruang diatas, dibagian belakang rumah terdapat ruang kecil
yang dihubungkan dengan Suo, yang disebut Rapu sebagai ruang untuk memasak
atau lebih dikenal dengan dapur.
•""3

h iu"?K

>•"*

-F?!

'.r'^'-?| . l.-v-) r
-'•-j
\ Vr,f,

Tr,

V,, \_)-?Ss' 0"| b'JO <blM.-'V 1?'P.

Pola tata massa bangunan rumah adat Buton mengelompok (berbentuk


perkampungan), dimana rumah diletakkan secara tidak beraturan. Pola massa ini
terdiri dari beberapa kelompok dan tiap kelompoknya dihubungkan oleh jalan

64
ftasnt \\Pameo
setapak. Semua kelompok-kelompok ini diikat oleh adanya rumah Malige (rumah
Sultan).

p.vl-

JL >,.*s__4 jji,.
SS. ' - -...-, tf '•> * •V;.-Im-.- f'.''>- ia) P <•••-" s'..^*J
•v «*.-* I
.wf1" -' f f'A-i,',i
\/e ' ,_i "x i, • sssf -^ IK<:* •''""(-•„/,- .,'••<•••'"-< •'.->:<> -J-)i i

1 ' - —, . _ , . »*

I ,«vi.i r.ircni'

(S?rf,l •*,» -,-.•


C^Gp .';vM<

Orientasi rumah adat Buton pada umumnya boleh mengarah pada salah satu
arah mata angin (utara-selatan atau timur-barat). Tetapi berbeda halnya dengan
Malegi yang mengarah pada mata angin timur-barat, yang artinya; timur adalah
manusia (dunia) dan barat berarti pencipta (akhirat). Rumah Malige adalah
merupakan contoh bagi rakyatnya, baik dari bentuk rumah maupun tata cara hidup,
akhlak orang yang tinggal didalamnya.

"lei-i^U

-&'<-.-*b / &£&£ IF
i / -jrt*.-x^~-—-h-

-t.~
"!.'•
,r• ,...^!-.
l-Mcb^'^-i l;J,.^ I—.-.,•, .*--) v-1.-i' t ^'.'.-'' ^>K*^"

>^ Filsafat hidup dan motto masyarakat Buton


Filsafat hidup dan motto masyarakat Buton yang dinamis adalah "Bolimo
karo somanamo lipu" , menurut arti sebenarnya adalah "Biarlah diri hancur asalkan
negara atau orang lain selamat". Kata ini merupakan gabungan dari empat sila-sila

65
ftasat \^/?ameo

lainnya yang menjadi prinsip dasar hidup pada masa Kesultanan Buton keempat
"Sultan Dayanu Ikhsanuddin". Karena adanya kemajuan dibidang ilmu pengetahuan,
maka lahirlah istilah tersebut yang mengantarkan masyarakat Buton kearah yang
lebih baik dan maju dalam hal pemikiran.
Menurut arti khiasannya adalah "Mengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi". Yang berarti dapat menerima sesuatu hal yang berkaitan
dengan orang banyak untuk kepentingan umum, khususnya msyarakat Buton itu
sendiri. Misalnya saja, pada masa lalu siapa pun boleh menjadi Sultan tanpa
memandang apakah ia anak seorang Sultan atau dari kaum dhufa, asalkan orang
tersebut memiliki kapasitas untuk memimpin, dan masyarakat pun akan menerima hal
itu untuk kepentingan orang banyak.

M^ncrim^

2.2 Aspek Natural


S Bentuk tanah

Keadaan topografi di pantai kawasan Wameo relatif datar, dengan kemiringan


0-1%. Kondisi ini mempunyai keuntungan dalam hal konstruksi bangunan serta
permasalahan utilitas. Kekurangan dari topografi yang datar adalah jangkauan
pandangan yang dikaitkan dengan atraksi utama daearah pantai. Pada bagian tempat
pelelangan, antara tanah dan laut terdapat perbedaan ketinggian yang tingginya ± 0,50
m dan diberi pembatas.

66
ftn&at \^J?ameo

Pembatas tersebut terbuat dan beton, untuk membatasi air jika terjadi air
pasang.

S%

>4
C._^v Jl-

toc^y*. .'wK.-~v n'^u vul" l*''w'^


w* -_»W/ilA <'<>* ut,) ^->

>^ Vegetasi
Meskipun hanya terdapat beberapa pohon kelapa dan pohon yang tumbuh di
karang, potensial untuk dikembangkan dan tumbuhnya vegetasi. Pohon tersebut
nantinya akan digunakan secara maksimal sebagai elemen yang dapat memperkuat
karakter pantai, selain dimanfaatkan sebagai penahan terik matahari dan pelindung
dimana pada saat sekarang ini fungsi belum terpenuhi.

:_"->-"^•*«£•.. _._£3?t- .*.-..-'. •-**- SS-i.--.-jO_ S. •-__»:•?

T?w*c>j\- felit"f-' l-l-.-i'-'-1


.y

-=• '.t'a""v-i' ^-'.mn-ii". k '^f

•-^4 » \ScrV.*. 1-^tU^! pl^'H |A->1.-y»< (' tzf',<i"<'-' O ^> t.^ V il l->-V"

fcsrWPV IV. C°\t\ct ,rl«?n.-».*v\< t.">'-''^')r -J"'r'^

67
V ftasat \\Pamco

•S Air (ombak)
Elemen yang kling menonjol adalah keberadaan laut disekitar kawasan
pantai Wameo. Hal im dapat dinikmati^secara visual maupun secara langsung sambil
menikmati kekayaan dan^andungannya.

..4,',mv'iv^- '

_^__s

•'"' I W-\ f\C\


J-

2.3 Aspek Visual


y Bentuk, warna, corak, ragam hias dan jenis bahan yang terlihat pada bangunan
rumah adat Buton

• Baik pada fasade, denah dan bukaan, terdapat unsur elemen segi empat.
• Pada atap rumah terlihat elemen segi tiga.

Corak rumah adat Buton terlihat warna-warna natural seperti warna kayu, tekstur
pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan. Juga terdapat warna-warna
lainnya yang berhubungan dengan alam, misalnya warna biru pada kusen jendela
yang mengambil warna langit, dsb.

68
ftasnr \>\l7ameo

Ragam hias yang terlihat pada rumah adat Buton terlihat pada ujung atap rumah,
berupa Nanas dan Naga, yang berarti kemulian dan kemakmuran.
,> [•viihll-' I

!_-«'. "]

..•dvr' ^r-.- .'^'J •'---'


t4-A^ t ^") -
/

,!f n ,W'J ™t'->K. "-;jr ^3^

/ * I

X"/* r~$-cJbzj~& p.-*- p^v° ^v"1 ^ K^ K'


\_S
S Aktivitas kehidupan di daerah pinggir pantai (pemadangair kapal-kapal -ylng
sedang parkir, gulungan dan suara ombak yang dapat memberi inspirasi, angin
yang bertiup sepoi-sepoi)

•S Kondisi lahan di daearah Buton (batu karang, hutan, dll)


Masih banyak terdapat karang, karena menurut sejarah hampir keseluruhan dataran
Buton (kecuali daerah benteng Keraton, daerah ketinggian dan merupakan batas
laut pada masa lalu) merupakan bekas laut yang mengalami penurunan air akibat
pembekuan es di kutub.
Hutan pun masih terlihat luas jika kita mengamatinya dari benteng Keraton yang
berada pada daerah ketinggian dan ini merupakan pemandangan yang indah.
Selain itu dari benteng ini juga terlihat keseluruhan wilayah Kotif Buton.

69
ftasat ^4/7amco

>7—

X ' ' Al '

K> ~V,-.

m-.<t
V Benteng Keraton sebagai tempat wisata (spesial image)

X' » Ektp>"e 'v'-./i'rv.

H> yCw 4v

4 J*

•^ Bangunan penting pada lingkungan Keraton (Mesjid yang menjadi simbol dari
masyarakat Buton dan Tiang bendera yang umurnya ± 700 tahun)

O' V cv-t

vT'-'.'Tl-''1 '^

70
ft asat \y!amco

3. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa diatas, dapat diambil beberapa prinsip-prinsip untuk


perencanaan tampilan fisik, gubahan massa dan penataan ruang kawasan pasar
Wameo berdasarkan pendekatan budaya masyarakat Buton dan kondisi alam
setempat.

Tampilan Fisik Bangunan


* Bentuk atap dan bangunan simetris, yang dibagi oleh bukaan baik dari jumlah,
ukuran maupun bentuk
• Terdapat unsur lengkung pada fasade, denah dan site yang merupakan ciri khas
dari layar dan bentuk perahu. Selain itu juga terdapat unsur tali yang memberi
kesan variatif (struktur kabel)
• Menggunakan elemem segi tiga dan segi empat sebagai bentuk dasar fasade dan
denah

• Terdapat perulangan pada bukaan dan bentuk lainnya (repetisi atau harmoni).
Elemen garis (vertikal atau horizontal) dan silang pada bukaan, juga akan
dikembangkan pada bentuk lainnya yang mengekspose bentuk tersebut
• Ekspose kolom sebagai perwujudan dari rumah panggung dengan repetisi.
Bangunan terkesan melayang sepeti halnya rumah panggung
• Pada tekstur bangunan memiliki warna natural (biru, coklat, hijau dan putih),
unsur batuan alami dan tekstur berkesan keras dan kaku pada bagian-bagian
tertentu

• Terdapat elemen melengkung yang berulang naik dan turun

Pola Gubahan Massa

Berdasarkan hasil analisis, pola gubahan massa dengan bentuk terbuka yang
berarti menerima, pola ini berbentuk letter U. Bentuk ini merupakan transforinasi dari
bentuk tangan yang terbuka. Keterbukaan tidak hanya pada bentuk pola, tetapi
dengan memiliki bukaan yang besar atau banyak. Dengan bukaan ini dapat

71
ftasat ^|/?nmeo
memasukkan hawa laut, suara ombak, hembusan angin sepoi-sepoi yang
mengantarkan nelayan kedaratan sehingga lebih menjadikan suatu bangunan yang
adaptif terhadap lingkungannya.

Tata Ruang
A. Tata ruang luar
• Terdiri atas beberapa massa, yang diikat oleh sebuah massa utama (sebagai
Landmark) dan setiap massa akan dihubungkan oleh selasar
• Massa utama sebagai Gale yang memisahkan antara kegiatan sebelum dan
setelah masuk kedalam fungsi TPI dan pasar wisata, yang akan dirasakan
adanya perbedaan
• Pemisahan fungsi parkir pengunjung dengan pedagang dan pengelola sehingga
tidak terjadi penumpukan kegiatan
• Pembuatan Water Front sebagai transforinasi dan filsafat hidup dan motto
masyarakat Buton yang berarti menerima. Obyek utama yang akan
menyaksikannya adalah orang yang berada dilaut pada saat itu
• Pemberian tanda-tanda yang jelas dengan prinsip kedekatan hubungan fasilitas
B. Tata ruang dalam
" Terdapat pergerakan Linear, yang akan digunakan main entrance
massa/bangunan utama pada arah masuk dan keluar
« Pengelompokkan ruang hanya dibagi kedalam dua bagian yaitu; Privat dan
Publik. Pengelola dan musholah sebagai ruang privat dan fungsi TPI, pasar
wisata dan fasilitas penunjang sebagai ruang publik.
« Pada bangunan utama terdapat tiga tingkatan
- Tingkat pertama, sebagai ruang penghubung
- Tingkat kedua, sebagai ruang pengelola
- Tingkat ketiga, sebagai musholah
• Semua massa akan mengarah pada arah mata angin timur-barat
» Ada perbedaan ketinggian lantai antara fungsi TPI dan pasar wisata
• Pemisahan antara pintu masuk pengunjung dengan pedagang dan pengelola

72
ft as at "i^nmeo
Pengunjung dari pintu depan (dianggap sebagai tamu)
Pedagang dan pengelola dari pintu samping (sebagai keluarga dekat)
• Pemisahan jalur masuk antara nelayan yang mendrop ikan dengan para
pedagang sebagai peserta lelang.
• Membedakan sirkulasi pada pasar wisata, antara jalan primer dengan jalan
sekunder.

• Penggabungan antara fungsi TPI dan pasar wisata dengan menyediakan fasilitas
penunjang bagi pedagang dan pengunjung yang akan digunakan bersama.
Diletakkan pada tempat yang melingkupi kedua fungsi tersebut.

4. PERUANSAN

4.1 Besaran Ruang


TnbcU.l
Besaran ruanq

KEBUTUHAN RUANG KAPASITAS STANDAR UKURAN BESARAN RUANG

1. Parkir pengunjung Bus = 50 orang Asumsi : (3 x 48 m2) + (20 x


Mobil = 6 orang Bus = 3 buah 12,5 m2) + (40x2 m2)
Motor = 2 orang Mobil = 20 buah + sirkulasi 60 % =
Motor = 40 buah 758,4 m2

Standart:
Bus = 4 x 12m
Mobil = 2,5 x 5 m
Motor = 1 x 2 m.

2. Parkir pengelola Mobil = 6 buah Asumsi : (3x 12,5 m2)+ (8x2


Motor = 2 buah Mobil = 3 buah m2) + sirkulasi 60 % =
Motor = 8 buah 85,6 m2

3. Space penerima 30 orang 1 m2J orang (30 x 1 m2) + sirkulasi


60 % = 48 m2

4. Tempat pendaratan 30 buah perahu Dimensi perahu -3x7 (30 x 21 m2) +


perahu bermesin tempel m = 21 m2 sirkulasi 60 % = 1008
m2
m

5. Tempat pelelangan

73
ft asat l^^ameo
ikan
- Ruang pelelangan Jumlah peserta 20- Asumsi : (28 m + sirkulasi 60
- Ruang tunggu 25 orang + 3 orang Gerak 1 orang = 1 m2 % + R. penyajian
staff 1 keranjang + orang lelang) + (5x2 m2) =
Tempat penyajian yang melelang = 2 m2 60,8 m2 x 2 = 121,6
ikan 5 keranjang in2

- Ruang timbang Penangkapan tiap 1 keranjang + orang (4 x 2 m2) + sirkulasi


- Ruang cuci hari 15-20 Kg yang mencuci = 2 m2 60 % = 12,8 m2 x 3 =
- Ruang transisi dibagi dalam 4 38,4 m2
keranjang

- Gudang 16 m2

- Ruang administrasi 3 orang staff Asumsi (3x4 m2) -r sirkulasi


Gerak manusia + meja 60% = 19,2 m2
= 4 m2

- Area dagang ikan & Sebanyak 74 petak Ukuran kios/los 9 m2 (74 x 9 m2) + sirkulasi
pangan kios/los 60 % = 1065,6 m3
i

6. Penyimpanan ikan
- Cool box 5 keranjang tiap Asumsi (5 x 1 m2) + sirkulasi i
hari 1 keranjang = 1m2 60 % = 8 m2

Gudang pendingin Penangkapan 20 (20 Kg x 20) = 400


Kg/perahu Kg/hari
Perahu beroperasi 400 : 15 Kg/keranjang
20 buah/hari = 26,67 keranjang
25 % masuk gudang =
6,67 keranjang +
sirkulasi 60 % = 10,67
m*

7. Tempat dropping Mobil pick-up = 3 Asumsi (3 x 15 m2) + (2 x 32


barang eks impor & orang Mobil = 3 buah m2) + sirkulasi 60 % =
tempat distribusi ikan Truk = 5 orang Truk = 2 buah 174,4 m2
keluar 2 x 174,4 m2 = 348,8
Standart m2
Mobil pick-up =3x5
m = 15 m2
Truk = 4 x 8 m = 32 m2

8. Tempat penjualan Untuk 1 kios/los Ukuran kios/los = 3x3 (186 x 9 m2) +

74
ft asat ^4^ameo

barang eks impor dan dijaga oleh 3 orang m = 9 m2 sirkilasi 60 % = 3744


kebutuhan sandang nr

- R. penjualan barang Sebanyak 260 70% barang eks impor


- Ruang penyimpanan petak kios/los 30% barang sandang

- Toilet 16 buah 1,2 x 1,8 m 16 x 2,2 m2 = 35,2 m2

9. Warung makan
- Ruang makan 5 buah warung Asumsi 24 x 1,5 m2 + sirkulasi
- Teras pandang I warung makan = Standart 1,5 m-Vorang 40 % = 50,4 m2
24 orang 5 x 50,4 m2 = 252 m2

- Dapur karyawan 3 Asumsi 7 m2 7 m2


Ruang cuci orang/warung

- Toilet 10 buah, 1warung 2 Standart 1,2 x 1,8 m 10x2,2m2 = 22m2


buah Luas warung makan =
281 m2

10. Ruang pengelola


Ruang pimpinan 1 orang pimpinan Ruang gerak 1 orang + (4 x 4 m2) + sirkulasi
Ruang staff & arsip 3 orang staff meja kerja = 4 m2 60 % = 25.6 m2

- Ruang rapat 10 orang Asumsi 15 m2 20 m2

Gudang 16 m2

- Toilet 2 buah Standart 1,2 x 1,8 m 2 x 2,2 m2 = 4,4 m2


Luas R. pengelola =
66 m2

11. Perawatan kapal &


perbaiakan
- Bengkel 2 buah perahu 3,67 x 7 m/perahu (2 x 25,69 m2) +
sirkulasi 60 % = 82,21
m2

Gudang 25 buah mesin 0,7 x 0,4 m/mesin 25 x (0,7 x 0,4m) +


kapal sirkulasi 60 % =11,2
m2

- Ruang BBM Asumsi 10 m2 10 m2

- Toilet 2 buah Standart 1,2 x 1,8 m 2 x 2,2 m2 = 4,4 m2

75
ft asat }4^nmeo

12. Area rekreasi


Dermaga 25 orang 1,8 m2/orang (25 x 1,8 m2) +
sirkulasi 60 % = 72 m2

Gazebo 60 orang 0,5 m2/orang 10 x (6 x 0,5 m2) +


6 orang/gazebo sirkulasi 60 % = 48 m2

Gardu pandang 2 buah 0,6 m2/orang 2 x (10 x 0,6 m2) +


Kafetaria 10 orang/gardu sirkulasi 60 % = 19,2
pandang m2

- Toilet 6 buah Standarat 1,2 x 1,8 m 6x2,2m2=13,2m2

13. Musholah 40 jama'ah Standart tempat sholat (40 x 0,72m2) + (10 x


= 0,72 m2/orang 0,81m2) + (4 x 2,2 m2)
10 tempat wudhlu Wudhlu = 0,8 lm2/orang + ( 2 x 5 m2) +
4 toilet 2,2 m2/orang sirkulasi 60% = 89,12
2 R. takmir Asumsi R. takmir = 5 m2
m2

14. Wartel 6 buah KBU Standarat 1,0 x 0,8 m 6 x (1,0 x 0,8m) + 16


1 kasir + R. tunggu Asumsi 16 m2 m2 + sirkulasi 60 % =
33,28 m2

15. Keamanan
- Menara SAR 2 buah 1,9m2/orang (2 x 1,9m2) + sirkulasi
2 orang/menara 40 % = 5,32
nrrVmenara

Ruang satpam 2 buah Asumsi 5 m2/ruang 2x5m2=10m2

16. Toilet umum 6 buah Standart 1,2 x 1,8 m 6 x 2,2 m2 = 13,2 nr

17. MEE Asumsi 20 m2 20 m2

18. Servis Asumsi 40 nr 40 m2


Total Luas 8091,2 m2
Atau ± 8200 m2

76
ftasat ^4/?nmeo

4.2 Hubungan Ruang

SPACE
(Parkir & Plaza)

Pengelola

Musholah

Pasar
Wisata

TPI

Fasilitas
Penunjang

Area
Rekerasi

Keterangan : /. Jauh
2. Sedang
3. Dekat

Lt. 3. Musholah
Susunan ruang verlikal
Lt. 2. R. Pengelola

Lt. 1. TPI & pasar wisata

77
ftasat 1/^ameo

4.3 Organisasi Ruang

Kelompokfasilitas umum
Kelompokfasilitasfungsional —
Kelompokfasilitas penunjang —

78
ft asat ^/i/'nmeo
Space Plaza Parkir

Datang t_ Parkir Space _.


GATE
w w

Pasar Wisata

Barang eks impor


->

%
GATE Pasar Wisata Barang sandang _w. Toilet
w w

X
Makan khas
i r +> Buton & cendera
mata
Warunu
Ma can
Ket. Barang sandang; keb. Perabot rui
tangga, keb. Pribadi, dsb.

Warung Makan

Kasir

Warung Makan Ruang makan _i Teras pandang


w ^ w

1r i f

Dapur/R. cuci Toilet Area rekreasi


w

TPI
-i
Toilet K. administrasi

i L.

TPt _. R. Tunggu ^t R. lelang


w w

t
R. timbang ^
R. transisi _i

I
Gudang _> _, R. cuci _• _, Cool box _, Dropp ikan
^ w ^ w w

79
ftasat \^J?ameo
Bengkel

Bengkel R. per saikan m ^ R. mesin & alat


w ^

Toilet R. BBM
w

Pengelola

Pengelola R. staffs arsip R. pimpinan


w w

^r
\
Gudansj R. rapat Tiolet
r

Musholah

Musholah R. wudhlu m w Toilet


w ^ w

R. Sholat 4 R. takmir
w t W

Wartel

Wartel R. tunggu _< KBU


w ^ ^

t
Kasir

80

Anda mungkin juga menyukai