Anda di halaman 1dari 3

MPDR5102

TUGAS 2
MUHAMAD FUAD FATAHILLAH
NIM.530075094

1. Pendekatan Tradisional atau behavioristik merupakan teori belajar yang telah cukup
lama dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gagne dan Berliner yang berisi
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya
perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut Jordan,Stack & Carlile (2009) dalam Nahar (2016) inti dari behaviorisme adalah
1) Behaviorisme berfokus pada peristiwa pembelajaran yang diamati seperti yang
ditunjukkan oleh hubungan stimulus dan respon,
2) Belajar selalu melibatkan perubahan perilaku,
3) Proses mental harus dikeluarkan dari studi ilmiah tentang belajar,
4) Hukum yang mengatur pembelajaran berlaku untuk semua mahluk hidup, termasuk
manusia,
5) Mahluk hidup memulai hidup sebagai papan tulis kosong: tidak ada bawaan perilaku,
6) Hasil Belajar dari peristiwa eksternal di lingkungan,
7) Behaviorisme adalah teori deterministik: subjek tidak memiliki pilihan selain untuk
menanggapi rangsangan yang tepat.
Pendekatan Konstruktivisme yakni Von Galserfeld (dalam Paul, S., 1996) mengemukakan
bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan, yaitu;
1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan
perbedaan,
3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dan pada lainnya.
Proses belajar konstruktivisme. Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari
pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar
ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya
melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur
kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada perolehan
pengetahuan dan fakta-fakta yang terlepas-lepas.
Berikut Perbedaan Pendekatan Tradisional dengan Konstruktivisme
Tradisional Konstruktivisme
1. Kurikulum disajikan dari bagian-bagian 1. Kurikulum disajikan mulai dari
menuju keseluruhan dengan menekankan keseluruhan menuju ke bagian-bagian dan
pada ketrampilanketrampilan dasar. lebih mendekatkan pada konsepkonsep
yang lebih jelas.
2. Pembelajaran sangat taat pada kurikulum . 2. Pembelajaran lebih menghargai pada
yang telah ditetapkan pemunculan pertanyaan dan ide-ide siswa.
3. Kegiatan kurikuler lebih banyak 3 Kegiatan kurikuler lebih banyak
mengandalkan pada buku teks dan buku mengandalkan pada sumbersumber data
kerja primer dan manipulasi bahan.
4. Siswa-siswa ipandang sebagai “kertas 4. Siswa dipandang sebagai pemikir-
kosong” yang dapat digoresi informasi oleh pemikir yang dapat memunculkan teori-
guru, dan guru-guru pada umumnya teori tentang dirinya.
menggunakan cara didaktik dalam
menyampaikan informasi kepada siswa
5. Penilaian hasil belajar atau pengetahuan 5. Pengukuran proses dan hasil belajar
siswa dipandang sebagai bagian dari siswa terjalin dalam kesatuan pembelajaran
pembelajaran dan biasanya dilakukan pada dengan cara guru mengamati hal-hal
akhir pelajaran dengan cara testing. yangsedang dilakukan siswa, serta melalui
tugas-tugas pekerjaan.
6. Siswa-siswa biasanya bekerja sendiri- 6. Siswa-siswa banyak dan bekerja di dalam
sendiri, tanpa ada group process dalam group process
belajar.

2. Pandangan Pandangan Vygotsky adalah bahasa merupakan aspek sosial. Menurut Vygotsky,
interaksi egosentris merupakan permulaan dari pembentuk inner speech atau kemampuan bicara
yang pokok yang akan digunakan sebagai alat dalam berpikir. Inner speech inilah berperan dalam
pembetukan pengertian spontan. Pengertian spontan memiliki dua segi yakni pengertian dalam diri
pebelajar dan pengertian untuk orang lain. Pengertian untuk orang lain/sosial menjelaskan
pengertian yang diletakkan dalam pembicaraan untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Dua
pengertian itu membetuk ketegangan dialektika sejak awal. Pebelajar terus berusaha untuk
mengungkapkan pengertian dengan simbol yang sesuai untuk berkomunikasi secara sosial. Vygotsky
membedakan antara pengertian spontan dan pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah
pengertian yang didapatkan dari pengalaman sehari-hari. Pengertian ini tidak terdefinisikan dan
terangkai secara sistematis logis. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas.
Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisikan secara logis dalam suatu sistem yang
lebih luas.

3. Berdasarkan teori J. Peaget dan Vygotsky yang telah dikemukakan oleh bu Lia maka pembelajaran
dapat dirancang/didesain model pembelajaran konstruktivis di kelas sebagai berikut:

1) Identifikasi prior knowledge dan miskonsepsi. Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif
yang mereka miliki terhadap lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-
kemungkinan akan munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa.
1) Penyusunan program pembelajaran. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan
pelajaran.
2) Orientasi dan elisitasi, situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan perlu diciptakan
pada awal- awal pembelajaran untuk membangkitkan minat mereka terhadap topik yang akan
dibahas.
3) Refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat miskonsepsi yang
muncul pada tahap orientasi dan elisitasi direflesikan dengan miskonsepsi yang telah dijaring
pada tahap awal
4) Restrukturisasi ide. Restrukturisasi ide dilakukan melalui (1) Tantangan, siswa diberikan
pertanyaan- pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan atau diselidiki
dalam praktikum
5) Aplikasi. Menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari miskonsepsi menuju
konsepsi ilmiah. Menganjurkan mereka untuk menerapkan konsep ilmiahnya tersebut dalam
berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang instruktif dan kemudia menguji
penyelesaian secara empiris
6) Review. Review atau kilas balik dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran
yang telah berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai