Anda di halaman 1dari 12

Volume Desember 2020

ANALISIS KONSEP DIRI ANAK YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN


ANALYSIS SELF CONCEPT OF CHILDREN LIVING IN ORPHANAGE

Romlah Dewi, Puji Setya Rini


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang
pujipujisetyarini@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang: Konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan terus berkembang
sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Anak usia sekolah, merupakan usia
anak dengan berbagai macam karakterisitik yang mempunyai konsep dari pada
pandangannya atau penilaian individu lain terhadap dirinya sendiri, baik bersifat fisik,
sosial, maupun psikologis yang di dapat dari hasil interaksinya dengan orang lain. Tujuan
dalam penelitian ini untuk mengetahui konsep diri anak yang tinggal di panti asuhan.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
pendekatan evaluation research secara univariat yaitu melakukan penilaian terhadap
pelaksanaan kegiatan program yang sedang dilakukan dalam rangka mencari umpan
balik dan tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik total sampling
sebanyak 40 responden.
Hasil : Hasil penelitian gambaran konsep diri anak usia 6-12 tahun meliputi gambaran diri
positif 20 (50%) responden negatif 20 (50%), ideal diri realistis 19 (47%) dan tidak realistis
21 (53%) responden, harga diri tinggi 22 (55%) responden, rendah 18( 45%) peran diri
berperan 22 (55%) responden, tidak berperan 18 (45%) responden, dan identitas diri kuat
17 (47%) responden, tidak kuat 23 (58%) responden.
Kesimpulan : Hendaknya anak yang tinggal di panti asuhan dapat menjaga konsep diri
sehingga memudahkan interaksi sosial sehingga individu yang bersangkutan dapat
mengantisipasi reaksi orang lain.

Kata kunci : Konsep Diri, Anak, Panti Asuhan

ABSTRACT
Background: The concept of self began to develop from infancy and continues to
develop in line with the development of the individual itself. school age children, is the age
of children with a variety of characteristics that have concepts from their views or other
individual assessments of themselves, both physical, social, and psychological in the
results of their interactions with others. The purpose of this study was to determine the
self-concept of children living in orphanages.
Methods: The research design used was observational analytic with a univariate
evaluation research approach which was to carry out an assessment of the
implementation of the program activities being carried out in order to seek feedback and
sampling techniques using a total sampling technique of 40 respondents.
Results The results of the study of self-concept of children aged 6-12 years include
positive self-image 20 (50%) negative respondents 20 (50%), realistic self-ideal 19 (47%)
and unrealistic 21 (53%) respondents, high self-esteem 22 (55%) respondents, low 18
(45%) self-role plays 22 (55%) respondents, does not play 18 (45%) respondents, and
self-identity is strong 17 (47%) respondents, not strong 23 (58%) respondents .
Volume Desember 2020

Conclusion:Children who live in orphanages should be able to maintain their self-concept


so as to facilitate social interaction so that the individual can anticipate the reaction of
others.

Keywords : Self Concept, Children, Orphanage

PENDAHULUAN kenyamanan atau ketidak nyamanan


Pada era globalisasi dan fisik, sehingga pada akhirnya akan
modernisasi saat ini, terjadi banyak membentuk konsep dasar sebagai bibit
perubahan – perubahan baik dalam segi dari konsep diri. Jika anak diperlakukan
ekonomi, politik maupun sosial budaya. dengan kehangatan dan cinta, konsep
Perubahan yang cepat memberikan dasar yang muncul mungkin berupa
konsekuensi bagi individu untuk dapat perasaan positif terhadap diri sendiri,
menyesuaikan diri dengan tuntutan sebaliknya jika anak mengalami
lingkungan yang semakin lama semakin penolakan, yang tertanam adalah bibit
meningkat. Tuntutan untuk penolakan diri yang akan datang. Pada
menyesuaikan diri dengan lingkungan tahun 2013 dari 3348 panti asuhan
mengakibatkan perubahan nilai-nilai hanya 1270 yang terbina oleh
sosial budaya yang berpengaruh pada puskesmas wilayah kerjanya (Riskesdas,
konsep diri dan perilaku seseorang 2013). Hal ini mengindikasikan belum
(Mayasari, 2008). terbinanya anak-anak yang tinggal di
Konsep diri adalah pandangan panti asuhan secara optimal.
pribadi yang dimiliki seseorang tentang Seseorang dengan konsep diri
diri sendiri atau persepsi terhadap aspek negatif akan cenderung bersikap
diri yang meliputi aspek fisik, aspek pesimistik terhadap kehidupan dan
sosial dan aspek psikologis yang kesempatan yang dihadapinya. Ia tiadak
interaksi terhadap orang lain (Sobur, melihat tantangan sebagai kesempatan,
2009). Semenjak konsep diri terbentuk, namun lebih sebagai halangan. Orang
seseorang akan berperilaku sesuai dengan konsep diri negatif akan mudah
dengan konsep dirinya tersebut. Apabila menyerah sebelum berperang dan jika
perilaku seseorang tidak konsisten gagal, akan ada dua pihak yang di
dengan konsep dirinya, maka akan salahkan, entah itu menyalahkan diri
muncul perasaan tidak nyaman dalam sendiri (secara negatif) atau
dirinya. Sehingga pandangan seseorang menyalahkan orang lain.
terhadap dirinya akan menentukan Sebaliknya seseorang dengan
tindakan yang diperbuat (Arini, 2006). konsep diri yang positif akan terlihat lebih
Konsep diri mulai berkembang optimis, penuh percaya diri dan selalu
sejak masa bayi, dan terus akan bersikap positif terhadap segala sesuatu,
berkembang sejalan dengan juga terhadap kegagalan yang di
perkembangan individu itu sendiri. Pada alaminya. Kegagalan bukan di pandang
awalnya terbentuk pengertian samar- sebagai kematian, namun
samar, yang merupakan pengalaman menjadikannya sebagai penemuan dan
berulang-ulang, yang berkaitan dengan pelajaran berharga untuk melangkah
Volume Desember 2020

kedepan. Orang dengan konsep diri antar individu yang satu dengan individu
yang positif akan mampu menghargai yang lain. Agar anak dapat menilai
dirinya dan melihat hal-hal yang positif kemampuan dirinya dalam memainkan
yang dapat dilakukan demi keberhasilan peranan sosial, apakah baik, sedang,
di masa yang akan datang. Dari uraian di atau buruk, dan dalam keadaan
atas, dapat di simpulkan bahwa konsep demikianlah ia mengembangkan konsep
diri adalah pandangan atau penilaian dirinya, yang menunjukan kesan dan
indivindu terhadap dirinya sendiri, baik keyakinan mengenai karakteristik diri
yang bersifat fisik, social, maupun sendiri. Sehingga perkembangan konsep
psikologis, yang didapat dari hasil diri akan tumbuh pada segi kognitif dan
interaksinya dengan orang lain. afektif, indivindu akan mengevaluasi
Seseorang dikatakan mempunyai dirinya secara realistis dan positif,
konsep diri negatif jika ia meyakini dan evaluasi ini berkembang berdasarkan
memandang bahwa dirinya lemah, tidak pengalaman-pengalaman terhadap diri
berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, dimana diri sendiri sebagai objek
tidak kompeten, gagal, malang, tidak persepsi maupun pengalaman-
menarik, tidak disukai dan kehilangan pengalaman sebagai hasil belajar dan
daya tarik terhadap hidup. penilaian terhadap lingkungan, termasuk
Setiap indivindu/ seseorang penilaian orang lain terhadap dirinya.
cenderung mengharapkan dirinya Dengan tahap itu indivindu anak akan
berkembang dan dapat menjadi lebih mencapai gambaran diri (self image )
baik lagi. Perkembangan yang utuh, suatu pemahaman terhadap
kemampuan/potensi seseorang tidak diri dalam keseluruhan dalam aspek
akan terwujud begitu saja apabila tidak yang mungkin bagi aktualisasi dirinya.
diupayakan dan seberapa jauh Menurut penelitian Nurfiah Abdullah
seseorang mengupayakan sehingga pola tentang hubungan pola asuh orang
mewujudkan potensinya menjadi aktual tua dengan konsep diri anak usia
dan terwujud dalam sikap kepribadian. sekolah, populasi dalam penelitian ini
Hal ini dapat diperoleh apabila adalah siswa SD Aisiyiyah Dnoyo Usia
seseorang tersebut setidaknya memiliki 10-12 tahun, sebanyak 50 siswa, yang
rasa percaya dan konsep diri. tersebar padda 3 kelas yakni kelas 4
Anak yang memiliki konsep diri berjumlah 17 siswa, kelas 5 sebanyak 20
atau sesuatu kepribadian maka anak siswa dan kelas 6 sebanyak 13 siswa.
tersebut tidak akan pernah menjadi Hasil penelitian tersebut menunjukan
dirinya sendiri yang sesungguhnya, nilai r=0,689 dan sig. ( 2- tailed) =0,000
untuk itu perkembangan konsep diri anak dengan demikian korelasi antara pola
disini dimaksudkan agar anak itu harus asuh orang tua dengan konsep diri anak
dapat mentukan pilihan, tujuan atau usia sekolah kuat. Dari hasil penelitian
rencana untuk menentukan masa tersebut dapat disimpulkan bahwa pola
depannya. asuh orang tua yang positif dapat
Hal ini menegaskan bahwa menghasilkan konsep diri yang positif
sangat pentingnya mengenali diri sendiri pula. Bagaimana dengan anak usia
atau konsep diri yang membedakan sekolah yang tinggal di panti asuhan.
Volume Desember 2020

Menurut Departemen Sosial univariat yaitu untuk melakukan penilaian


Republik Indonesia (1989), panti asuhan terhadap pelaksanaan kegiatan program
adalah suatu lembaga usaha yang sedang dilakukan dalam rangka
kesejahteraan sosial yang mempunyai mencari umpan balik (Elfindri, 2012).
tanggungjawab untuk memberikan Dalam hal ini memberikan gambaran
pelayanan kesejahteraan sosial kepada konsep diri anak usia 6-12 tahun yang
anak terlantar serta melaksanakan tinggal di panti asuhan.
penyantunan dan pengentasan anak Populasi dalam penelitian ini
terlantar, memberikan pelayanan adalah semua anak yang tinggal di Panti
pengganti atau perwalian anak dalam ASUHAN.
memenuhi kebutuhan fisik, mental dan
sosial pada anak asuh sehingga HASIL PENELITIAN
memperoleh kesempatan yang luas, 1. Analisis Univariat
tepat dan memadai bagi perkembangan Analisis univariat dilakukan untuk
kepribadiannya sesuai dengan yang mengetahui distribusi frekuensi dan
diharapkan sebagai bagian dari generasi presentase dari setiap variabel.
penerus cita-cita bangsa dan sebagai
insan yang akan turut serta aktif dalam Tabel I Distribusi Frekuensi
bidang pembangunan nasional. Responden Berdasarkan Gambaran
Berdasarkan Studi Pendahuluan diri
yang dilakukan peneliti berdasarkan Gambaran Frekuensi Presentase
informasi yang diperoleh peneliti dari diri (%)
ketua panti asuhan, anak yang tinggal di Positif 20 50
Negatif 20 50
panti ditatangkan dari dina sosial dan
Jumlah 40 100
ada juga yang di datangkan dari wakil Berdasarkan tabel 1 diatas dapat
wali anak tersebut. Dari 80 dengan diketahuai bahwa dari 40 responden
rentang umur termuda 4 tahun dan yang yang memiliki gambaran diri positif
tertua 22 tahun, terkategori ada 40 anak sebanyak 20 responden (50%)
yang berusia antara 6-12 tahun, usia 6 sedangkan responden yang memiliki
tahun ada 3 anak, 10 tahun ada 11 anak gambaran diri positif sebanyak 20
dan 12 tahun ada 18 anak dan 10 anak responden (50%).
terkategori usia sekolah, empat Tabel II Distribusi Frekuensi
diantaranya terkategori mempunyai Responden Berdasarkan Ideal diri
konsep diri rendah. Ideal diri Frekuensi Presentase
Berdasarkan uraian di atas, penulis (%)
tertarik untuk melakukan penelitian Realistis 19 47
mengenai “Analisis Konsep Diri Anak Tidak 21 53
Yang Tinggal Di Panti Asuhan”. Realistis
Jumlah 40 100
METODE PENELITIAN Berdasarkan diatas dapat diketahuai
Desain penelitian yang digunakan bahwa dari 40 responden yang memiliki
adalah observasional analitik dengan Ideal diri Realistis sebanyak 19
pendekatan evaluation reseacrh secara responden (47%) sedangkan responden
Volume Desember 2020

yang memiliki Ideal diri tidak realistis Identitas Frekuensi Presentase


sebanyak 21 responden (53%). diri (%)
Kuat 17 42
Tabel III Distribusi Frekuensi Lemah 23 58
Responden Berdasarkan Harga Diri Jumlah 40 100
Berdasarkan diatas dapat diketahuai
Harga Frekuensi Presentase
bahwa dari 40 responden yang memiliki
diri (%)
Tinggi 22 55 identitas diri Kuat sebanyak 17
Rendah 18 45 responden (42%) sedangkan responden
Jumlah 40 100 yang memiliki identitas diri Rendah
Berdasarkan diatas dapat diketahuai sebanyak 23 responden (58%).
bahwa dari 40 responden yang memiliki
Harga diri Kuat sebanyak 22 responden PEMBAHASAN
(55%) sedangkan responden yang A. Pembahasan Hasil Penelitian
memiliki harga diri Rendah sebanyak 18 Berdasarkan Hasil penelitian diatas
responden (45%). dapat diketahuai bahwa dari 40
responden yang memiliki.
Tabel IV Distribusi Frekuensi 1. Gambaran diri
Responden Berdasarkan Peran diri Gambaran diri positif sebanyak
20 responden (50%) sedangkan
Presentase responden yang memiliki gambaran
Peran diri Frekuensi
(%) diri positif sebanyak 20 responden
Berperan 22 55 (50%).
Tidak
18 45 Gambaran diri adalah sikap
berperan
seseorang terhadap tubuhnya secara
Jumlah 40 100
Berdasarkan diatas dapat sadar dan tidak sadar. Sikap ini
diketahuai bahwa dari 40 responden mencakup persepsi dan perasaan
yang memiliki Peran diri Berperan tentang ukuran dan bentuk tubuh,
sebanyak 22 responden (55%) fungsi, penampilan dan potensi tubuh
sedangkan responden yang Tidak saat ini dan masa lalu (Keliat, 1992).
berperan sebanyak 18 responden (45%). Menurut Hadiwibowo (2003),
gambaran diri berhubungan erat
dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek
psikologisnya. Pandangan yang
realistis terhadap diri, menerima dan
menyukai bagian tubuh akan memberi
rasa aman dan mampu meningkatkan
keinginan untuk berhasil didalam
Tabel V Distribusi Frekuensi kehidupan. Namun gambaran diri
Responden Berdasarkan Identitas diri yang tidak benar akan membuat
individu kehilangan jati dirinya serta
Volume Desember 2020

menghambat kemampuan yang Ideal diri Realistis sebanyak 19


dimilikinya. responden (47%) sedangkan
Hasil penelitian yang didilakukan responden yang memiliki Ideal diri
oleh marga 2010, tentang hubungan tidak realistis sebanyak 21
gambaran diri dengan tingkat responden (53%).
kecemasan ibu yang memiliki anak Ideal diri terdiri atas aspirasi,
berkebutuhan khusus dikelurahan tujuan, nilai dan standar perilaku
lhok keutapang tapak tuan, yang dianggap ideal dan diupayakan
didapatkan hasil penelitian untuk dicapai. Diri ideal berawal
menunjukkan adanya korelasi positif dalam tahun prasekolah dan
yang signifikan antara gamabaran diri berkembang sepanjang hidup. Diri
dengan tingkat kecemasan ibu ideal dipengaruhi oleh norma
(p=0,02). masyarakat dan harapan serta
Hasil penelitian yang dilakukan tuntutan dari orang tua dan orang
oleh malita 2014, berpendapat bahwa terdekat (Potter dan Perry, 2005).
semakin positif gambaran diri maka Hasil penelitian Hidayat 2012,
kecemasan akan menuru, gambaran pada mahasiswa profesi angkatan X
diri yang baik dapat mendorong dalam FKIK Unsoed, sebagai mahasiswa
sukses kehidupannya, meneriam dan mereka mampu menyelesaikan
menyukai bagian tubuh akan memberi tugas-tugas perkuliahan dengan
rasa aman sehingga terhindar dari baik. Pada penelitian ini hasil uji
rasa cemas dan meningkatkan harga statistik Chi-Square identitas diri
diri. tidak mempengaruhi kesiapan
Berdasarkan hasil penelitian di bekerja pada mahasiswa angkatan X
panti asuhan, peneliti berasumsi FKIK Unsoed menjelang akhir masa
bahwa gambaran konsep diri yang profesi ners.
berjumlah 5 (lima) konsep kepribadian Berdasarkan hasil penelitian di
anak yang menyukai bagian tubuh panti asuhan, peneliti berasumsi
akan memberi rasa aman dan mampu bahwa Dalam menetapkan ideal diri
meningkatkan keinginan untuk hendaknya tidak terlalu tinggi, masih
berhasil didalam kehidupan, sikap tinggi dan kemampuan individu, dan
seseorang terhadap tubuhnya secara masih dapat dicapai, Diri ideal
sadar dan tidak sadar, sikap ini berawal dalam tahun prasekolah
mencakup persepsi dan perasaan dan berkembang sepanjang hidup.
tentang ukuran, bentuk tubuh,
kesehatan, fungsi penampilan dan 3. Harga diri
potensi tubuh saat ini dan masa lalu Harga diri Kuat sebanyak 22
yang secara berkesinambungan di responden (55%) sedangkan
modifikasi dengan pengalaman baru responden yang memiliki harga diri
setiap individu. Rendah sebanyak 18 responden
(45%).
2. Ideal diri
Stuart dan Sundeen (dalam
Keliat, 1992) menjelaskan bahwa
Volume Desember 2020

harga diri adalah penilaian pribadi perbedaan tingkat kecemasan,


terhadap hasil yang dicapai dengan siswa akselerasi perempuan dan
menganalisa seberapa jauh perilaku siswa akselerasi laki-laki, serta
memenuhi ideal diri. Frekuensi perbedaan penyesuaian sosial siswa
pencapaian tujuan akan SMPN 2 dan siswa akselerasi SMP
menghasilkan harga diri yang PL domenico=0,8986 alpha savio.
rendah/tinggi. Bila individu selalu Penelitian ini menggunakan skala
sukses maka cenderung harga diri sosial (P=0,9226) yang diberikan
tinggi, sebaliknya bila ia sering gagal kepada 61 subjek alpha dan skala
maka ia akan cenderung harga diri konsep diri penelitian sesuai yang
rendah. Harga diri diperoleh dari diri dihipotesisnya ditemukan hubungan
sendiri dan orang lain. Aspek yang positif dan signifikan antara
utamanya adalah dicintai dan harga diri dengan tingkat
menerima penghargaan dari orang kecemasan, baik di SMPN 2
lain. Menyayangi dan menghargai maupun di SMP Pl dan ditemukan
orang lain akan mampu mengangkat juga bahwa terdapat perbedaan
harga dirinya. Begitu pula tingkat kecemasan siswa akselerasi
sebaliknya, dengan tidak adanya SMPN 2 dengan siswa SMPL
kasih sayang dan penghargaan namun demikian tidak ditemukan
maka akan terbentuk harga diri yang perbedaan tingkat kecemasan siswa
rendah (Santrock (2002). akselerasi perempuan dan siiswa
Individu yang memiliki harga diri akselerasi laki-laki dari kedua
positif akan menerima dan sekolah tersebut.
menghargai dirinya sendiri apa Berdasarkan hasil penelitian di
adanya. Dalam harga diri tercakup panti asuhan, peneliti berasumsi
evaluasi dan penghargaan terhadap bahwa Harga diri dapat diperoleh
diri sendiri dan menghasilkan sikap melalui orang lain dan diri sendiri.
positif atau negatif terhadap dirinya Aspek utama harga diri adalah
sendiri. Sikap positif terhadap diri dicintai, disayangi, dikasihi orang
sendiri adalah sikap terhadap lain dan dapat penghargaan dari
kondisi diri, menghargai kelebihan orang lain. Dalam harga diri tercakup
dan potensi diri, serta menerima evaluasi dan penghargaan terhadap
kekurangan yang ada, sedangkan diri sendiri dan menghasilkan sikap
yang dimaksud dengan sikap negatif positif atau negatif terhadap dirinya
adalah sikap tidak suka atau tidak sendiri.
puas dengan kondisi diri dan tidak
menghargai kelebihan diri dengan 4. Peran diri
melihat diri sebagai sesuatu yang Peran diri Berperan sebanyak
selalu kurang (Santrock, 1998). 22 responden (55%) sedangkan
Penelitian ini tidak sejalan diatas responden yang Tidak berperan
karena penelitian ini bertujuan untuk sebanyak 18 responden (45%).
mengetahui hubungan antara harga Sebagian besar individu
diri dengan tingkat kecemasan, mempunyai lebih dari satu peran.
Volume Desember 2020

Peran sebagai orang tua, sebagai anak mahasiswa, perawat, dokter,


pekerja dan sebagai pelajar atau bidan , dosen, dan lain-lain
mahasiswa. Setiap peran mencakup
pemenuhan harapan tertentu dari 5. Identitas diri
orang lain. Pemenuhan harapan ini Identitas diri kuat sebanyak 17
mengarah pada penghargaan. responden (42%) sedangkan
Ketidakberhasilan untuk memenuhi responden yang memiliki identitas diri
harapan ini menyebabkan rendah sebanyak 23 responden (58%).
penurunan harga diri atau Pembentukan identitas diri
terganggunya konsep diri seseorang seseorang tidak lepas dari tugas
(Potter dan Perry, 2005). perkembangan yang berhasil dilalui,
Penelitian ini sejalan dengan dimana dalam hal ini pula tingkat
teori yang dikemukakan oleh kematangan pada diri seseorang
Rahmat (2008) yang menyatakan mempengaruhi pembentukan sikap dan
bahwa peran diri adalah pola pola perilaku pada identitas diri orang
perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi tersebut. kematangan seseorang dalam
yang diharapkan individu melalui tahap perkembangan tidak
berdasarkan posisinya lepas dari proses belajar, yang
dimasyarakat. Setiap individu merupakan hal penting dalam
disibukkan oleh berbagai macam perkembangan. Di mana kematangan
peran yang terkait dengan posisinya merupakan dasar untuk belajar
pada setiap saat, selama dia masih menentukan pola prilaku seseorang
hidup, misalnya peran sebagai anak, (Hurlock, 1999).
istri, ayah, suami, mahasiswa, Bahwa identitas diri memiliki
perawat, dokter, bidan, dosen dan peranan penting dalam menentukan
ketua Rt atau Rw. Konflik peran perilaku individu sebagai cermin bagi
terjadi apabila peran yang diinginkan individu dalam memandang dirinya.
individu, sedang diduduki individu Individu akan bereaksi terhadap
lain. lingkungannya sesuai dengan konsep
Berdasarkan hasil penelitian di dirinya.
panti asuhan, peneliti berasumsi Identitas diri tentunya ada yang
bahwa Peran yang tidak sesuai, positif dan ada juga negatif. Berkaitan
terjadi apabila individu dalam proses dengan pola asuh orang tua, juga
peralihan mengubah nilai dan sikap. memiliki pola asuh yang positif dan
Misalnya, seseorang yang masuk negatif. Paling tidak ada ciri-ciri konsep
anggota organisasi profesi diri positif misalanya : Mempunyai
keperawatan, terdapat konflik antara penerimaan diri yang baik, Mengenal
sikap dan nilai individu dengan dirinya sendiri dengan baik, Dapat
profesi. Setiap individu disibukkan memahami dan menerima fakta-fakta
oleh berbagai macam peran yang yang nyata tentang dirinya, Mampu
terkait dengan posisinya pada setiap menghargai dirinya sendiri, Mampu
saat, misalnya sebagai ayah, ibu, menerima dan memberikan pujian
secara wajar, Mau memperbaiki diri
Volume Desember 2020

kearah yang lebih baik. Dan Mampu 4. Distribusi frekuensi Peran diri peran
menempatkan diri di dalam lingkungan. sebanyak 22 responden (55%)
Hasil penelitian ini tidak jauh sedangkan responden yang memiliki
berbeda dari penelitian yang dilakukkan gambaran diri tidak berperan
oleh esterlita (2011), tentang hubungan sebanyak 18 responden (45%)
antara identitas diri dengan kecemasan 5. Distribusi frekuensi identitas diri kuat
ibu yang memiliki anak tunawicara di sebanyak 17 responden (42%)
SLB N 3 Yogyakarta, didapatkan hassil sedangkan responden yang memiliki
penelitian menunjukkan bahwa hasil uji identitas diri lemah sebanyak 23
linearitas kedua variable menunjukkan responden (58%).
nilai F =61,010 dengan taraf signifikan
0,000 (p<0,05). Artinya hubungan Saran
antara identitas diri dengan kecemasan 1. Bagi Institusi Pendidikan.
ibu yang memiliki anak tuna wicara Hendaknya hasil penelitian ini
dinyatakan linier. dapat digunakan sebagai salah satu
Berdasarkan hasil penelitian di sarana evaluasi konsep diri.
panti asuhan, peneliti berasumsi bahwa Sehingga Individu akan bereaksi
identitas diri seseorang tidak lepas dari terhadap lingkungannya sesuai
tugas perkembangan yang berhasil dengan konsep dirinya.
dilalui, dimana dalam hal ini pula tingkat 2. Bagi Panti Asuhan
kematangan pada diri seseorang Hendaknya seluruh anak-anak
mempengaruhi pembentukan sikap dan di panti asuhan, dapat benar-benar
pola perilaku pada identitas diri orang menjaga konsep diri anak, Sehingga
tersebut. memudahkan interaksi sosial
sehingga individu yang bersangkutan
dapat mengantisipasi reaksi orang
KESIMPULAN DAN SARAN lain. serta dapat meningkatkan mutu
Simpulan dari Panti Asuhan itu sendiri. Pihak
1. Distribusi frekuensi gambaran diri panti diharapkan dapat meningkatkan
positif sebanyak 20 responden (50%) peran sertanya dipanti asuhan
sedangkan responden yang memiliki khususnya anak yang tinggal dipanti
gambaran diri negatif sebanyak 20 asuhan tersebut dalam memberikan
responden (50%). informasi kesehatan berupa
2. Distribusi frekuensi Ideal diri realistis penyuluhan dan memberikan
sebanyak 19 responden (47%) motivasi kepada anak sehingga
sedangkan responden yang memiliki dapat memiliki konsep diri yang
Ideal diri tidak realistis sebanyak 21 positif.
responden (53%). 3. Bagi Peneliti Selanjutnya.
3. Distribusi frekuensi Harga diri tinggi Disarankan untuk meneliti
sebanyak 22 responden (55%) secara lebih mendalam tentang
sedangkan responden yang memiliki konsep diri anak usia 6-12 tahun,
harga diri rendah sebanyak 18 serta menguji lagi kevalidtan dari
responden (45%). kuesioner, sehingga dapat diketahui
Volume Desember 2020

secara mendetil perilaku konsep diri Dudung Hamdung. (2009). The 7


anak usia 6-12 tahun. Dan Personalities of Success. Yogyakarta:
diharapkan dapat meneliti yang sama Gara Ilmu.
tapi menggunakan model kualitatif Departemen kesehatan RI. (2013). Riset
tentang konsep diri anak, sehingga kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes
dapat dijelaskan gambaran konsep RI.
diri anak usia 6-12 tahun. Dermawan, Deden.(2012). Buku Ajar
Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
DAFTAR PUSTAKA
Hamdan. (2009). Hubungan Antara
Agoes Dariyo. (2004). Psikologi Kepercayaan Diri Dengan Motivasi
Perkembangan Remaja. Bogor: Berprestasi Pada Siswa SMUN 1 Setu
Ghalia Indonesia. Bekasi. Skripsi. Depok: Universitas
Andi Mappiare. (1992). Pengantar Gunadarma.
Konseling dan Psikoterapi. Malang: Haris Mudjiman. (2006). Manajemen
Rajawali Pers. Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.
Angelis, Barbara De. (2003). Confidence Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Percaya Diri Sumber Sukses dan Haryanto. (2010). Pengertian Konsep
Kemandirian.Jakarta: PT. Gramedia Diri. Diakses dari
Pustaka Utama. http://belajarpsikologi.com/pengertian-
Candy, Philip. (1991) Independent konsep-diri/pada Tanggal 10 juni 2015
learning; Some ideas from the jam 22:13.
literature.Diakses dari Hendrianti Agustianti. (2006). Psikologi
Conny Semiawan. (2002). Belajar dan Perkembangan. Bandung: PT Refika
Pembelajaran Prasekolah dan Aditama.
Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Hiemstra. (1994). Self-Directed Learning.
Chabib Thoha. (1996). Kapita Selekta In T. Husen & T. N. Postlewaite (Eds),
Pendidikan Islam. Yogyakarta : The International Encyclopedia of
Pustaka pelajar (IKAPI). Education (second edition) Oxford:
Dahlan, S (2008).”langkah-langkah Porgomon Press. Diakses dari
Membuat Proposal Penelitian Holsten, Hermann. (1984). Murid Belajar
Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta : Mandiri. Penerjemah: Soeparmo.
CV. Sagung Seto. Bandung: CV Remadja Karya.
Daryanto dan Muljo Rahardjo. (2012). Hutagalung, Inge. ( 2007).
Model Pembelajaran Inovatif. Malang: Pengembangan Kepribadian Tinjauan
Gava Media. Praktis Menuju Pribadi Positif. Jakarta:
Depdikbud. (1996). Kamus Besar PT IndeksEffendy, Ferry dan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Makhfudli. /2009/ Keperawatan
Pustaka. Kesehatan Komunitas-Teori dan
Djaali. (2007). Psikologi Pendidikan. Praktek dalam Keperawatan.. Jakarta:
Jakarta: PT Bumi Aksara. Salemba Medika
Volume Desember 2020

Effendy, Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Kemandirian Belajar Matematika


Keperawatan Kesehatan Masyarakat Siswa kelas XSMA N 1 Sleman Tahun
Edisi 2. Jakarta: EGC Pelajaran 2006/2007. Skripsi.
Elfindri dkk,(2010).Metodologi penelitian Yogyakarta: UNY.
Kesehatan. Jakarta: Baduose Media Rusman. (2012). Model-Model
Jakarta. Pembelajaran. Bandung: Rajawali
Pers
Irianto,A.(2010).Statisitk Konsep Saryono & Widianto, A. T. (2010).
dasar,Aplikasi dan Catatan Kuliah: Kebutuhan Dasar
Pengembangannya. Jakarta: Kencana Manusia
Predana Media group. (KDM). Yogyakarta: Nuha Medika.
Malita. (2014). Skripsi “Hubungan Schaefer, Charles. (1994) Bagaimana
konsep diri dengan tingkat Mempengaruhi Anak. Jakarta: Dahara
kecemasan pada orang tua anak tuna Press.
rungu di SLB B karya Ibu Palembang Schiller, Pam dan Bryant, Tamera.
Tahun 2014”.Palembang: Program (1998). The Values Book for Children
Studi Ilmu Keperawatan (16 Nilai Modal Dasar Bagi Anak).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Penerjemah: Susi Sensusi. Jakarta:
Muhammadiyah Palembang. PT Elex Media Komputindo.
Mulyati. (2005). Psikologi Belajar. Siregar, Syofian. (2013). Metode
Yogyakarta: Andi Offset. Penelitian Kuantitatif Dilengkapi
Pasaribu dan Simandjuntak. (1980). Perhitungan Manual SPSS. Jakarta:
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Kencana.
Tarsito. Slameto. (2010) Belajar dan Faktor-
Riwidikdo, H. (2010). Statistik Untuk Faktor yang Mempengaruhinya.
Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi Jakarta: Rineka Cipta.
Program R dan SPSS. Yogyakarta : Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Pustaka Rihama. Kuantitaif Kualitatif dan R&D.
Retno Dwi Astuti. (2005). Pengaruh Pola Bandung: Alfabeta.
Asuh Orang Tua Terhadap Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain.
Kemandirian Siswa Dalam Belajar (1997). Strategi Belajar Mengajar.
pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Jakarta: Rineka Cipta.
Sumpiuh Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan
Rika Eka Izzaty, dkk. (2008). Makna Pembelajaran untuk
Perkembangan Peserta Didik. Membantu Memecahkan
Yogyakarta: UNY Press. Problematika Belajar dan Mengajar.
Rochmat Wahab dan Solehuddin. Bandung: Alfabeta.
(1998). Pekembangan dan Belajar Syamsu Yusuf. (2006). Program
Peserta Didik. Yogyakarta: Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Depdikbud. (SLTP dan SLTA). Bandung: Pustaka
Rosnida Nurhayati. (2007). Pemanfaatan Bani Quraisy.
Website www.gomath.com sebagai Walker, Edward. (1973). Conditioning
Media dalam Peningkatan dan Proses Belajar Instrumental.
Volume Desember 2020

Penerjemah: Team Fakultas


Psychologi Universitas Indonesia.
Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai