Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN


SOLUSINYA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran akidah Akhlaq
Dosen Pengampu : Eko Harianto, M.SI

DI SUSUN OLEH :
1. Ridwan Maulana Safi’i (203202)
2. Riski Burhanudin (203209)
3. Syuhail Ahmad Rosyid (203230)
4. Sya’ban Qoharudin (203232)
5. M Bahtiar Effendi (203156)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM KLATEN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun pada kesempatan ini kami mendapatkan tema
“PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN
SOLUSINYA”
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada bapak dosen mata kuliah Pembelajaran Akidah
Akhlak yang telah memberikan tugas ini terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Kami semua menyadari bahwasanya kami jauh dari sempurna.Dan ini
merupakan Langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, di
karenakan keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Klaten, 07 November 2021


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan


adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan definisi di atas, penulis menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama
yang terkandung di dalamnya, yaitu: (1) usaha sadar dan terencana; (2)
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif
mengembangkan potensi dirinya; dan (3) memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan poin ke tiga di atas, bahwa perlu diketahui pembelajaran Aqidah
Akhlak harus diterapkan di sekolah agar semua siswa mampuh mengaplikasikan
keimanan dan amaliah sehari – harinya sesuai dengan ajaran agama islam  yang
benar agar terhindar dari perilaku kenakalan remaja yang marak terjadi di zaman
sekarang

B. Rumusan Masalah
1. Apa yg dimaksud akhidah akhlak ?
2. Apa problematika pembelajaran akidah akhlak ?
3. Bagaimana solusi problematika akidah akhlak di sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang definisi akidah akhlak
2. Untuk mengetahui problematika pembelajaran akidah akhlak di sekolah
3. Untuk mengetahui solusi dalam pembelajaran akidah akhlak di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhidah Akhlak


Aqidah merupaan poros atau inti kemanakah tujuan hidup manusi. Apabila
aqidah dan akhlaknya bagus maka damai dan sejahteralah lahir dan batinnya, juga
sebaliknya, bila rusak aqidah dan akhlaknya tentu akan rusak lahir dan batinnya. Oleh
karennya aqidah dan akhlak merupakan kunaci jatuh bangunnya peradaban suatu
bangsa. Aqidah dan akhlak sangat erat kaitannya, aqidah yang kuat dan benar akan
tercermin dari akhlaknya yang baik dan benar, begitu juga sebaliknya.oleh karena itu
aqidah dan akhlak diajarkan di berbagai sekolah dalam pembelajaran agama islam,
terutama disekolah yang berbasis islam.1
Aqidah Akhlak adalah merupakan cabang dari pendidikan Agama Islam, menurut
Zakiyah Daradjat pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Mata pelajaran Aqidah Akhlak tidak
hanya mengantarkan siswa untuk menguasai pengetahuan Aqidah dan Akhlak tapi
yang terpenting adalah yang menekankan keutuhan dan keterpaduan antara
pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga siswa dapat mengamalkan Aqidah dan
Akhlak dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
siswa serta pencegahan dari akhlak tercela. 2

1
Wahyudi,Dedi.2017.Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya.
(Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books). Hlm 1-3
2
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 77-98, 2021
B. PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam
permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai
permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Problematika
pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara
umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan
oleh 3 faktor, Bahan Baku, Instrumen, dan Lingkungan.

Bahan baku, calon siswa merupakan bahan baku pembelajaran.


Merekalah yang akan "diolah" melalui proses pembelajaran hingga mencapai
kondisi tertentu. Melalui proses pembelajaran mereka diubah, dikembangkan
atau ditingkatkan potensinya, sehingga mereka berubah dari kondisi
sebelumnya. Mereka berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dewasa
menjadi dewasa, dari tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya. sebelum
diberikan pembelajaran, pada dasarnya mereka memiliki potensinya sendiri.
Potensi itulah yang perlu dikembangkan hingga mencapai kondisi tertentu.
Potensi tersebut juga mempengaruhi kualitas proses pembelajaran. Kualitas
mental dan kecerdasan calon siswa dengan turut menentukan keberhasilan
pembelajaran.

Instrumen, Instrumen pembelajaran adalah segala kelengkapan yang


memungkinkan proses pembelajaran berlangsung dan mencapai tujuan yang
ditetapkan. Instrumen pembelajaran terdiri dari guru, managemen sekolah,
kurikulum, sarana dan prasarana. Bilamana keseluruhan instrumen baik
berupa program kurikulum, managemen dan administrasi dan sarana dan
prasarana telah memadai, maka kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada
kepiawaian guru. Bahkan khusus dalam hal pembelajaran, guru merupakan
instrumen utamanya. Hal ini dikarenakan disain pembelajaran, termasuk
dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran sangat tergantung
pada kesiapan guru dan memanfaatkannya.3

Lingkungan, problem pembelajaran juga dapat muncul dari faktor


lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan dalam hal ini adalah kondisi
masyarakat sekitar sekolah yang mempengaruhi kelangsungan proses
pembelajaran. Pengaruh tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

3
https://kampuspendidikan.blogspot.com/2011/11/problematika-
pembelajaran_24.html (diakses pada tanggal 01 November 2021 pukul 17:35)
berpengaruh pada siswa dan pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan
atau sekolah.

Berpengaruh Langsung pada SiswaFaktor-faktor yang berpegaruh


langsung pada siswa terdiri-dari berbagai hal yang mempengaruhi kesiapan
mental peserta didik dalam menjalani proses pembelajaran. Di antara faktor-
faktor dimaksud adalah kondisi keluarga, pola asuh orang tua, dan lingkungan
pergaulan peserta didik.  

Berpengaruh pada SekolahFaktor yang berpengaruh pada sekolah di


antaranya adalah adanya kebisingan, bau, dan suhu udara, seperti yang dialami
oleh sekolah yang berada di lingkungan pabri yang bising, peternakan yang
berbau menyengat, jalan raya dan pasar yang terlalu hiruk-pikuk.    

Seorang guru dalam melakukan suatu pembelajaran tidaklah selalu sesuai


apa yang direncanakan, sehingga menyebabkan terjadinya hambatan dalam
melakukan pengajaran. Hambatan yang dialami oleh guru dalam proses
pembelajaran ialah guru harus lebih bekerja keras, lebih kreatif, inovatif dan variatif
dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. karena kemampuan daya
pikir dan daya tangkap siswa secara keseluruhan berbeda-beda. Sehingga, di sini
dituntut kepada guru untuk memiliki kemampuan lebih dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Sarana dan prasarana yang mendukung terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada umumnya.4
Sebagai seorang guru, mengajar bukan hanya dengan ceramah saja, tetapi harus
dengan berbagai metode yang dapat dikembangkan agar siswa menjadi semangat dan
giat dalam belajar, hal ini berbanding terbalik dengan yang terjadi di lapangan bahwa
masih banyak siswa yang jenuh ketika pembelajaran berlangsung karena guru di
kelas hanya menggunakan metode ceramah. Padahal jika guru memvariasikan
metodenya maka dapat meningkatkan semangat belajar dan siswa memiliki harapan
untuk menjadi yang terbaik di kelas. Adapun dampak yang ditimbulkan antara lain5:
1) Kurangnya pemahaman peserta didik akibat minimnya interaksi
antara guru dengan peserta didik. Hal tersebut terjadi karena
terbatasnya ruang untuk melakukan evaluasi ketika akhir

4
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 2021
5
ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia Januari – Juni 2021  Vol. 05 No. 01 e-ISSN :
2579-5694 p-ISSN : 2549-4821 pp. 1 - 17
pembelajaran dan kesulitan untuk menanyakan materi
dikarenakan pada saat pembelajaran.
2) Peserta didik harus saling bergantian untuk bertanya kepada
guru.
3) Minat peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran
pun cukup rendah akibat materi pembelajarannya terlalu
menoton.

Fakta tersebut menunjukkan bahwa keadaan saat ini, kegiatan pembelajaran di


sekolah atau lembaga pendidikan secara umum dianggap hanya untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga membuat kehadirannya tak lagi punya makna. Apalagi dalam
bermasyarakat, orang tidak lagi memandang latar belakang pendidikan sesuatu yang
lebih. Masyarakat sudah memahami bahwa nilai penting seseorang bukan
berdasarkan kekayaan yang dimilikinya, melainkan karena perilakunya.
Pembelajaran yang hanya beorientasi terhadap penguasaan materi yang terbukti
berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, namun menyebabkan gagal
dalam membekali anak di dalam memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang.
Jika pembelajaran hanya berfokus menghafal atau mengerjakan tes tulis saja, maka
dengan kemampuan peserta didik yang hanya terbatas pada kemampuan kognitif
perlu melakukan praktik. Pendidikan modern, “mengisi” pikiran siswa dengan
berbagai teori tanpa praktik terbukti kurang efektif. 6
Dalam konsep pendidikan modern, pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang dapat menghadirkan kehidupan nyata kedalam kelas yang dapat
mendorong peserta didik untuk membuat jembatan penghubung antara pengetahuan
yang dimiliki untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, peserta
didik akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan, dengan konteks yang
tidak terbatas dan bertahap dari proses mengkonstruksi pengetahuan sendiri sebagai
bekal dalam memecahkan masalah.
Di era modern seperti sekarang penerapa pembelajaran jarak jauh(online)
terbilang cukup efektif ,apalagi sejak munculnya wabah Virus Covid-19 ini. Proses
penerapan pembelajaran online sendiri sudah di terapkan sejak tahun 1990-an dengan
terbentuknya siaran televisi Pendidikan Indonesia walaupun tidak berjalan optimal.
6
Ibid
Internet sendiri tidak dibatasi oleh jarak dan waktu, hal inilah yang membuat
pembelajaran bisa dilakukan. Ini membuat media web sangat cocok untuk dijadikan
media komunikasi untuk pembelajaran jarak jauh. Penggunaan internet sebagai
sarana belajar dapat menjadikan cara untuk meningkatkan dampak positif
penggunaan internet. Hal ini tentu membutuhkan peran para pendidik dalam
mengelola agar penggunaannya dapat terstruktur dengan baik serta sesuai dengan
proses pembelajaran.7
Pada tahun 2019 seluruh dunia terkena wabah Covid 19 salah satunya di
Indonesia. Akibat yang ditimbulkan wabah Covid 19 ini ialah terhentinya semua
aktivitas, baik dalam pekerjaan, maupun dalam bidang pendidikan. Salah satu yang
terkena dampaknya adalah peserta didik mereka melakukan pembelajaran dengan
memanfaatkan alat elektronik demi kelangsungan pembelajaran agar peserta didik
dapat memahami pembelajaran, meningkatkan hasil belajar, serta meningkatkan
konsentrasi peserta didik.
Salah satu sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) yaitu sistem pembelajaran daring.
Sistem pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara
langsung antarguru dan peserta didik, melainkan secara online yang menggunakan
jaringan internet. Guru dan peserta didik melakukan pembelajaran bersama, waktu
yang sama, dengan menggunakan berbagai aplikasi, seperti whatsapp, telegram,
zoom meeting, google meet, google classroom, quiepper school, ruang guru dan
aplikasi lainnya.
Dari fakta di masyarakat saat ini, sebagian orang tua peserta tidak memiliki
perangkat handphone (android) atau komputer untuk menunjang pembelajaran
daring, terlebih bagi peserta didik sendiri. Kondisi demikian membuat mereka
kebingungan menghadapi kenyataan yang ada. Satu sisi dihadapkan pada ketiadaan
fasilitas penunjang, sisi lain adanya tuntutan terpenuhinya pelayanan pendidikan bagi
peserta didik. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1)
menyatakan bahwa “Setiap warga berhak mendapat pendidikan”. 8
Permasalahan yang terjadi bukan hanya pada ketersediaan fasilitas pembelajaran,
melainkan ketiadaan kuota (pulsa) yang membutuhkan biaya cukup tinggi, guna

7
ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia Januari – Juni 2021 Vol. 05 No. 01 e-ISSN :
2579-5694 p-ISSN : 2549-4821 pp. 1 - 17
8
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol.
7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring, terutama orangtua peserta didik dari
kalangan ekonomi menengah ke bawah, tidak memiliki anggaran dalam menyediakan
jaringan internet. Tidak berhenti sampai di situ, meskipun jaringan internet dalam
genggaman tangan, peserta didik menghadapi kesulitan akses jaringan internet karena
tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang
menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak
geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi
permasalahan yang banyak terjadi pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran
daring, sehingga pelaksanaannya kurang efektif.
Selain itu ketidaksiapan guru dan peserta didik terhadap pembelajaran daring
juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring
secara tiba-tiba (karena pandemi covid-19) tanpa persiapan yang matang. Akhirnya,
sejumlah guru tidak mampu mengikuti perubahan dengan pembelajaran berbasis
teknologi dan informasi. Padahal guru juga diharuskan memanfaatkan teknologi
untuk mendukung pembelajarannya, lebih-lebih di masa pandemi Covid-19. Mau
tidak mau, siap tidak siap, semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses
pembelajaran dapat berjalan dan terpenuhinya hak peserta didik dalam memperoleh
pendidikan walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.9
Beberapa permasalah yang dialami oleh Guru dalam masa pembelajaran via
online (daring) diantaranya10:
1. Konten materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa
dipahami semua peserta didik. Sebab konten materi ini disajikan dalam
bentuk e-book yang disajikan per bab, materi berbentuk powerpoint, dan
dalam bentuk video pembelajaran. Mungkin materi dapat dipahami,
tetapi pemahaman peserta didik tidak komprehensif. Mereka memahami
berdasarkan tafsiran atau sudut pandang mereka sendiri.
2. Kemampuan guru terbatas dalam menggunakan teknologi pada
pembelajaran daring. Tidak semua guru mampu mengoperasikan
komputer atau gadget untuk mendukung kegiatan pembalajaran, baik
dalam tatap muka langsung, terlebih lagi dalam pembalajaran daring.
Mungkin ada sebagian guru mampu mengoprasikan komputer, tetapi
dalam hal pengopresian terbatas. Mereka tidak mampu mengakses lebih
9
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol.
7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
10
Ibid
jauh yang berkaitan dengan jaringan internet, menggunakan berbagai
aplikasi pembelajaran, membuat media/video pembalajaran sendiri dan
sebaginya.
3. keterbatasan guru dalam melakukan kontrol saat berlangsungnya
pembelajaran daring. Hal ini antara lain disebabkan aplikasi yang
digunakan tidak menyajikan menu forum diskusi untuk menjelaskan atau
menanyakan materi. Kalaupun ada menu tersebut, banyak peserta didik
tidak memanfaatkannya dengan baik. Sebab lainnya, peserta didik pada
saat awal pembelajaran mengisi daftar hadir, setelahnya tidak aktif lagi
sampai selesai waktu pembelajaran, pergi untuk melakukan aktivitas lain
di luar pembelajaran.
4. Peserta didik kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran
daring meskipun mereka didukung dengan fasilitas yang memadai dari
segi ketersediaan perangkat komputer, handphone/gadget, dan jaringan
internet. Kurangnya kepedulian akan pentingnya literasi dan
pengumpulan tugas portofolio, sering menghambat jalannya BDR. Tugas
yang seharusnya dikumpulkan dalam tenggang waktu satu minggu sering
molor menjadi dua minggu.
5. Peserta didik tidak memiliki perangkat handphone/gadget yang
digunakan sebagai media belajar daring, kalaupun ada, itu milik orangtua
mereka. Jika belajar daring, mereka harus bergantian menggunakannya
dengan orangtua, dan mendapat giliran setelah orangtua pulang kerja.
Ada yang pulang di siang hari, sore hari, bahkan malam hari. Sementara
itu umumnya jadwal pembelajaran daring di sekolah dilakukan mulai
pagi hari hingga siang hari.
6. Sejumlah peserta didik tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses
internet. Mereka tidak dapat menerima tugas yang disampaikan oleh guru
baik melalui whatsapp atau kelas maya.
7. Mengingat perjalanan BDR sudah berlangsung selama hampir 1,5 tahun
sejak pertengahan Maret 2020, menurut beberapa peserta didik, terlalu
lama BDR membuat mereka malas dan membosankan.

Selain itu latar belakang orang tua peserta didik juga mempengaruhi pada saat BDR,
mereka rata-rata bekerja di luar rumah, baik bekerja di sektor pemerintah, swasta maupun
wiraswasta, hingga nyaris tidak bisa memantau dan mendampingi anak-anaknya belajar,
apalagi membimbing langsung dan memecahkan kesulitan yang mereka hadapi saat
belajar. Sisi lain, sebagian orangtua mengeluh karena pembelajaran online menambah
biaya pengeluaran. Karena itu mereka berharap pemerintah segara mengubah
kebijakannya ke belajar tatap muka sebagaimana biasa meskipun dijadwalkan dengan
sistem block/shif. 11

C. SOLUSI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK


Guru tidak hanya sekedar datang, masuk kelas dan menyampaikan pelajaran di
dalam kelas saja, akan tetapi guru diharapkan mengembangkan metodologi belajar
serta mampu mengembangkan budaya belajar pada peserta didik. Dengan demikian,
anak didik merasa rindu belajar, rindu sekolah dan merasa haus akan ilmu
pengetahuan serta mengetahui cara belajar yang efektif dan efisien.Pelaksanaan
pembelajaran dituntut untuk memaksimalkan peran dan kemampuannya dalam
memfasilitasi, mengarahkan serta memberdayakan potensi anak didik sehingga
potensi yang terpendam dalam setiap anak didik tersebut dapat diberdayakan secara
maksimal pula
Proses belajar mengajar dapat berhasil baik bila menggunakan metode yang tepat.
Peserta didik sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya, semakin
alat indera digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, semakin besar pula
kemungkinan informasi atau apa yang dialaminya langsung dapat dimengerti dan
dipertahankan dalam ingatannya. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan
dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi
yang disampaikan oleh guru, begitu juga dengan keteladan guru yang ditampilkan
dalam lingkungan pendidikan madrasah atau di luarnya.
Pemilihan metode pembelajaran yang dilakukan guru tidak menoton dan kaku,
artinya memadukan dengan beragam metode pmbelajaran, hal ini sebagaimana
disampaikan oleh guru bahwa fleksibel saja dalam pembelajaran. Jadi, tidak perlu
monoton dengan ceramah. Untuk materi-materi tertentu, khususnya akhlak, kita perlu
menggunakan strategi dan metode lain agar lebih menarik minat siswa, sehingga
tujuan pembelajaran bisa tercapai. Sebab, Aqidah dan Akhlak tidak hanya berisi
pengetahuan, tapi lebih dari itu berkaitan dengan keyakinan, sikap dan perbuatan.12

11
Ibid
12
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 2021
Aspek keteladan yang dilakukan para guru dengan memberikan contoh yang baik
dalam pergaulan sehari-hari. Misalnya, mengucapkan salam ketika bertemu dengan
orang lain, sesama guru, kepala sekolah dan lain-lain. Juga sopan saat berbicara,
suara tidak terlalu keras dan tidak suka menyela jika orang lain sedang berbicara.
Juga memberikan dorongan dan menekankan pentingnya kedisiplinan secara
langsung.
Pemanfatan teknologi informasi dapat mengatasi proses belajar dan mengajar
tetap berjalan dengan baik meskipun berada dimasa pendemi Covid 19. Hal ini sangat
diharapkan bisa terlaksana dengan baik melihat masyrakat Indonesia saat ini sudah
menggunakan internet.13
Bagi guru dalam meminimalisir hambatan pembelajaran daring, terdapat
beberapa solusi yang bisa diterapkan, yaitu14:
a) Guru hendaknya menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin,
seperti penyajian materi dalam slide powerpoint disertai video
pembelajaran agar materi lebih hidup dirasakan oleh peserta didik
b) Dalam hal keterbatasan penguasaan IT, guru dapat menggunakan
teknologi yang pengoperasiannya lebih sederhana, seperti aplikasi
whatsapp. Namun, sedikit demi sedikit guru harus meningkatkan
kompetensi IT-nya, antara lain dengan mengikuti workshop terkait,
bertanya kepada guru-guru lain yang mempunyai kemampuan lebih di
bidang IT dan juga dengan banyak mengikuti tutorial di youtube yang
banyak menyajikan pengenalan aplikasi pembelajaran dan langkah-
langkah penggunaannya, serta bagaimana memproduksi video
pembelajaran
c) Peserta didik yang “kurang peduli” mengikuti pembelajaran daring, dapat
diatasi dengan proaktif menghubungi (via telepon/video call) peserta
didik atau orang tuanya secara personal, apabila tidak memungkinkan
untuk melakukan home visit.
d) Solusi lain, guru mata pelajaran bersama guru BK berusaha mencari tahu
apakah kendalanya dengan menghubungi orang tuanya. Bila kendala
memang anaknya malas, maka guru BK akan meminta pada orangtuanya
agar dapat mendampingi pelaksanaan BDR anaknya.
13
Ibid
14
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol. 7 No. 4
p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
e) Bagi peserta didik yang tidak memiliki perangkat atau bergiliran
menggunakannya dengan orangtua, atau yang tidak memiliki akses
jaringan internet, peserta didik dapat mengerjakan tugas secara manual,
terpenting tetap belajar dan berada di rumah.
f) Peserta didik yang mengalami permasalahan koneksi internet dapat
diatasi dengan thethering ke anggota keluarga lainnya atau menghemat
dengan cara connect saat dibutuhkan saja.
g) Dapat juga diatasi dengan BDR bagi peserta didik dengan mengikuti
program pendidikan lewat siaran televisi yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan TVRI
dalam rangka memfasilitasi pendidikan di masa pandemi Covid-19 di
Indonesia.
Juga solusi untuk permasalahan dari faktor orang tua yakni dengan cara 15:
a) Melakukan komunikasi (via handphone/whatsapp) dengan para orangtua
untuk meluangkan waktu untuk segera kembali ke rumah dari tempat
kerja agar handphone/gadget segera digunakan oleh anaknya untuk
belajar daring
b) Memberi kelonggaran waktu mengerjakan tugas agar peserta didik yang
bergantian handphone/gadget dengan orang tuanya dapat terlayani
c) Meminta bantuan wali kelas untuk menginformasikan kemajuan belajar
peserta didik melalui whatsapp grup orang tua, sehingga orang tua
diharapkan mampu memotivasi dan mendampingi anaknya yang kurang
memperhatikan tugas dari guru
d) Pengampu mata pelajaran meminta bantuan peserta didik yang aktif
untuk menginformasikan tagihan yang belum dikerjakan oleh peserta
yang kurang peduli
e) Pengampu mata pelajaran menghubungi langsung nomor peserta didik
untuk menanyakan sebab-sebab tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Paparan di atas, memberikan gambaran bahwa pembelajaran daring dapat
berjalan sesuai kondisi yang dialami dengan berbagai permasalahan yang muncul baik
yang sederhana maupun kompleks. Setiap permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan
dengan menghadirkan beragam solusi dari para guru sehingga pembelajaran di masa
pandemi covid- 19 tetap berlangsung, yang penting anak tetap belajar dan terus belajar
15
Ibid
meskipun BDR. Sebab pelaksanaan BDR ini tidak mengejar ketuntasan kurikulum, tetapi
menekankan pada kompetensi literasi dan numerasi.
Namun hakekatnya, peran guru itu tidak bisa tergantikan dengan teknologi
bagaimanapun canggihnya. Penggunaan teknologi di bidang pendidikan hanya mampu
membantu guru dalam transfer of knowledge, bukan pada pembentukan karakter peserta
didik. Sejalan dengan apa yang ungkapkan oleh pakar pendidikan Universitas
Terbuka,Ojat Darojat bahwa “Teknologi tidak bisa menggantikan posisi guru”. Kalaupun
akan ada robot, tetapi sekedar mengajar bukan mendidik. Tugas mendidik ini hanya bisa
dilakukan seorang guru secara langsung.16

16
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol.
7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi,Dedi.2017.Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya.
(Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books). Hlm 1-3
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 77-98, 2021
ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia Januari – Juni 2021 Vol. 05 No.
01 e-ISSN : 2579-5694 p-ISSN : 2549-4821 pp. 1 – 17
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Oktober 2020. Vol. 7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
https://kampuspendidikan.blogspot.com/2011/11/problematika-
pembelajaran_24.html (diakses pada tanggal 01 November 2021 pukul 17:35)

Anda mungkin juga menyukai