DI SUSUN OLEH :
1. Ridwan Maulana Safi’i (203202)
2. Riski Burhanudin (203209)
3. Syuhail Ahmad Rosyid (203230)
4. Sya’ban Qoharudin (203232)
5. M Bahtiar Effendi (203156)
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun pada kesempatan ini kami mendapatkan tema
“PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DAN
SOLUSINYA”
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada bapak dosen mata kuliah Pembelajaran Akidah
Akhlak yang telah memberikan tugas ini terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Kami semua menyadari bahwasanya kami jauh dari sempurna.Dan ini
merupakan Langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, di
karenakan keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yg dimaksud akhidah akhlak ?
2. Apa problematika pembelajaran akidah akhlak ?
3. Bagaimana solusi problematika akidah akhlak di sekolah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang definisi akidah akhlak
2. Untuk mengetahui problematika pembelajaran akidah akhlak di sekolah
3. Untuk mengetahui solusi dalam pembelajaran akidah akhlak di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wahyudi,Dedi.2017.Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya.
(Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books). Hlm 1-3
2
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 77-98, 2021
B. PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
Sebagai sebuah proses, pembelajaran dihadapkan pada beragam
permasalahan, problematika. Problematika pembelajaran adalah berbagai
permasalahan yang mengganggu, menghambat, mempersulit, atau bahkan
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Problematika
pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara
umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran ditentukan
oleh 3 faktor, Bahan Baku, Instrumen, dan Lingkungan.
3
https://kampuspendidikan.blogspot.com/2011/11/problematika-
pembelajaran_24.html (diakses pada tanggal 01 November 2021 pukul 17:35)
berpengaruh pada siswa dan pengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan
atau sekolah.
4
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 2021
5
ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia Januari – Juni 2021 Vol. 05 No. 01 e-ISSN :
2579-5694 p-ISSN : 2549-4821 pp. 1 - 17
pembelajaran dan kesulitan untuk menanyakan materi
dikarenakan pada saat pembelajaran.
2) Peserta didik harus saling bergantian untuk bertanya kepada
guru.
3) Minat peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran
pun cukup rendah akibat materi pembelajarannya terlalu
menoton.
7
ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia Januari – Juni 2021 Vol. 05 No. 01 e-ISSN :
2579-5694 p-ISSN : 2549-4821 pp. 1 - 17
8
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol.
7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
memfasilitasi kebutuhan pembelajaran daring, terutama orangtua peserta didik dari
kalangan ekonomi menengah ke bawah, tidak memiliki anggaran dalam menyediakan
jaringan internet. Tidak berhenti sampai di situ, meskipun jaringan internet dalam
genggaman tangan, peserta didik menghadapi kesulitan akses jaringan internet karena
tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang
menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak
geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi
permasalahan yang banyak terjadi pada peserta didik yang mengikuti pembelajaran
daring, sehingga pelaksanaannya kurang efektif.
Selain itu ketidaksiapan guru dan peserta didik terhadap pembelajaran daring
juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring
secara tiba-tiba (karena pandemi covid-19) tanpa persiapan yang matang. Akhirnya,
sejumlah guru tidak mampu mengikuti perubahan dengan pembelajaran berbasis
teknologi dan informasi. Padahal guru juga diharuskan memanfaatkan teknologi
untuk mendukung pembelajarannya, lebih-lebih di masa pandemi Covid-19. Mau
tidak mau, siap tidak siap, semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses
pembelajaran dapat berjalan dan terpenuhinya hak peserta didik dalam memperoleh
pendidikan walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.9
Beberapa permasalah yang dialami oleh Guru dalam masa pembelajaran via
online (daring) diantaranya10:
1. Konten materi yang disampaikan secara daring belum tentu bisa
dipahami semua peserta didik. Sebab konten materi ini disajikan dalam
bentuk e-book yang disajikan per bab, materi berbentuk powerpoint, dan
dalam bentuk video pembelajaran. Mungkin materi dapat dipahami,
tetapi pemahaman peserta didik tidak komprehensif. Mereka memahami
berdasarkan tafsiran atau sudut pandang mereka sendiri.
2. Kemampuan guru terbatas dalam menggunakan teknologi pada
pembelajaran daring. Tidak semua guru mampu mengoperasikan
komputer atau gadget untuk mendukung kegiatan pembalajaran, baik
dalam tatap muka langsung, terlebih lagi dalam pembalajaran daring.
Mungkin ada sebagian guru mampu mengoprasikan komputer, tetapi
dalam hal pengopresian terbatas. Mereka tidak mampu mengakses lebih
9
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol.
7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
10
Ibid
jauh yang berkaitan dengan jaringan internet, menggunakan berbagai
aplikasi pembelajaran, membuat media/video pembalajaran sendiri dan
sebaginya.
3. keterbatasan guru dalam melakukan kontrol saat berlangsungnya
pembelajaran daring. Hal ini antara lain disebabkan aplikasi yang
digunakan tidak menyajikan menu forum diskusi untuk menjelaskan atau
menanyakan materi. Kalaupun ada menu tersebut, banyak peserta didik
tidak memanfaatkannya dengan baik. Sebab lainnya, peserta didik pada
saat awal pembelajaran mengisi daftar hadir, setelahnya tidak aktif lagi
sampai selesai waktu pembelajaran, pergi untuk melakukan aktivitas lain
di luar pembelajaran.
4. Peserta didik kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran
daring meskipun mereka didukung dengan fasilitas yang memadai dari
segi ketersediaan perangkat komputer, handphone/gadget, dan jaringan
internet. Kurangnya kepedulian akan pentingnya literasi dan
pengumpulan tugas portofolio, sering menghambat jalannya BDR. Tugas
yang seharusnya dikumpulkan dalam tenggang waktu satu minggu sering
molor menjadi dua minggu.
5. Peserta didik tidak memiliki perangkat handphone/gadget yang
digunakan sebagai media belajar daring, kalaupun ada, itu milik orangtua
mereka. Jika belajar daring, mereka harus bergantian menggunakannya
dengan orangtua, dan mendapat giliran setelah orangtua pulang kerja.
Ada yang pulang di siang hari, sore hari, bahkan malam hari. Sementara
itu umumnya jadwal pembelajaran daring di sekolah dilakukan mulai
pagi hari hingga siang hari.
6. Sejumlah peserta didik tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses
internet. Mereka tidak dapat menerima tugas yang disampaikan oleh guru
baik melalui whatsapp atau kelas maya.
7. Mengingat perjalanan BDR sudah berlangsung selama hampir 1,5 tahun
sejak pertengahan Maret 2020, menurut beberapa peserta didik, terlalu
lama BDR membuat mereka malas dan membosankan.
Selain itu latar belakang orang tua peserta didik juga mempengaruhi pada saat BDR,
mereka rata-rata bekerja di luar rumah, baik bekerja di sektor pemerintah, swasta maupun
wiraswasta, hingga nyaris tidak bisa memantau dan mendampingi anak-anaknya belajar,
apalagi membimbing langsung dan memecahkan kesulitan yang mereka hadapi saat
belajar. Sisi lain, sebagian orangtua mengeluh karena pembelajaran online menambah
biaya pengeluaran. Karena itu mereka berharap pemerintah segara mengubah
kebijakannya ke belajar tatap muka sebagaimana biasa meskipun dijadwalkan dengan
sistem block/shif. 11
11
Ibid
12
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 2021
Aspek keteladan yang dilakukan para guru dengan memberikan contoh yang baik
dalam pergaulan sehari-hari. Misalnya, mengucapkan salam ketika bertemu dengan
orang lain, sesama guru, kepala sekolah dan lain-lain. Juga sopan saat berbicara,
suara tidak terlalu keras dan tidak suka menyela jika orang lain sedang berbicara.
Juga memberikan dorongan dan menekankan pentingnya kedisiplinan secara
langsung.
Pemanfatan teknologi informasi dapat mengatasi proses belajar dan mengajar
tetap berjalan dengan baik meskipun berada dimasa pendemi Covid 19. Hal ini sangat
diharapkan bisa terlaksana dengan baik melihat masyrakat Indonesia saat ini sudah
menggunakan internet.13
Bagi guru dalam meminimalisir hambatan pembelajaran daring, terdapat
beberapa solusi yang bisa diterapkan, yaitu14:
a) Guru hendaknya menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin,
seperti penyajian materi dalam slide powerpoint disertai video
pembelajaran agar materi lebih hidup dirasakan oleh peserta didik
b) Dalam hal keterbatasan penguasaan IT, guru dapat menggunakan
teknologi yang pengoperasiannya lebih sederhana, seperti aplikasi
whatsapp. Namun, sedikit demi sedikit guru harus meningkatkan
kompetensi IT-nya, antara lain dengan mengikuti workshop terkait,
bertanya kepada guru-guru lain yang mempunyai kemampuan lebih di
bidang IT dan juga dengan banyak mengikuti tutorial di youtube yang
banyak menyajikan pengenalan aplikasi pembelajaran dan langkah-
langkah penggunaannya, serta bagaimana memproduksi video
pembelajaran
c) Peserta didik yang “kurang peduli” mengikuti pembelajaran daring, dapat
diatasi dengan proaktif menghubungi (via telepon/video call) peserta
didik atau orang tuanya secara personal, apabila tidak memungkinkan
untuk melakukan home visit.
d) Solusi lain, guru mata pelajaran bersama guru BK berusaha mencari tahu
apakah kendalanya dengan menghubungi orang tuanya. Bila kendala
memang anaknya malas, maka guru BK akan meminta pada orangtuanya
agar dapat mendampingi pelaksanaan BDR anaknya.
13
Ibid
14
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol. 7 No. 4
p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
e) Bagi peserta didik yang tidak memiliki perangkat atau bergiliran
menggunakannya dengan orangtua, atau yang tidak memiliki akses
jaringan internet, peserta didik dapat mengerjakan tugas secara manual,
terpenting tetap belajar dan berada di rumah.
f) Peserta didik yang mengalami permasalahan koneksi internet dapat
diatasi dengan thethering ke anggota keluarga lainnya atau menghemat
dengan cara connect saat dibutuhkan saja.
g) Dapat juga diatasi dengan BDR bagi peserta didik dengan mengikuti
program pendidikan lewat siaran televisi yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan TVRI
dalam rangka memfasilitasi pendidikan di masa pandemi Covid-19 di
Indonesia.
Juga solusi untuk permasalahan dari faktor orang tua yakni dengan cara 15:
a) Melakukan komunikasi (via handphone/whatsapp) dengan para orangtua
untuk meluangkan waktu untuk segera kembali ke rumah dari tempat
kerja agar handphone/gadget segera digunakan oleh anaknya untuk
belajar daring
b) Memberi kelonggaran waktu mengerjakan tugas agar peserta didik yang
bergantian handphone/gadget dengan orang tuanya dapat terlayani
c) Meminta bantuan wali kelas untuk menginformasikan kemajuan belajar
peserta didik melalui whatsapp grup orang tua, sehingga orang tua
diharapkan mampu memotivasi dan mendampingi anaknya yang kurang
memperhatikan tugas dari guru
d) Pengampu mata pelajaran meminta bantuan peserta didik yang aktif
untuk menginformasikan tagihan yang belum dikerjakan oleh peserta
yang kurang peduli
e) Pengampu mata pelajaran menghubungi langsung nomor peserta didik
untuk menanyakan sebab-sebab tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Paparan di atas, memberikan gambaran bahwa pembelajaran daring dapat
berjalan sesuai kondisi yang dialami dengan berbagai permasalahan yang muncul baik
yang sederhana maupun kompleks. Setiap permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan
dengan menghadirkan beragam solusi dari para guru sehingga pembelajaran di masa
pandemi covid- 19 tetap berlangsung, yang penting anak tetap belajar dan terus belajar
15
Ibid
meskipun BDR. Sebab pelaksanaan BDR ini tidak mengejar ketuntasan kurikulum, tetapi
menekankan pada kompetensi literasi dan numerasi.
Namun hakekatnya, peran guru itu tidak bisa tergantikan dengan teknologi
bagaimanapun canggihnya. Penggunaan teknologi di bidang pendidikan hanya mampu
membantu guru dalam transfer of knowledge, bukan pada pembentukan karakter peserta
didik. Sejalan dengan apa yang ungkapkan oleh pakar pendidikan Universitas
Terbuka,Ojat Darojat bahwa “Teknologi tidak bisa menggantikan posisi guru”. Kalaupun
akan ada robot, tetapi sekedar mengajar bukan mendidik. Tugas mendidik ini hanya bisa
dilakukan seorang guru secara langsung.16
16
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Oktober 2020. Vol.
7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudi,Dedi.2017.Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya.
(Yogyakarta:Lintang Rasi Aksara Books). Hlm 1-3
Tadabbur: Jurnal Peradaban Islam Vol. 3, No. 1, 77-98, 2021
ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia Januari – Juni 2021 Vol. 05 No.
01 e-ISSN : 2579-5694 p-ISSN : 2549-4821 pp. 1 – 17
Jurnal Paedagogy: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Oktober 2020. Vol. 7 No. 4 p-ISSN: 2355-7761 e-ISSN: 2722-4627 pp. 281-288
https://kampuspendidikan.blogspot.com/2011/11/problematika-
pembelajaran_24.html (diakses pada tanggal 01 November 2021 pukul 17:35)