Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

METODE IJMALI

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Ulumul Qur’an


Dosen Pengampu: Muhammad Irfan, S.Hd., M. Ag

Disusun Oleh:
Juliawati Sawab (12115074)
Rifah Insani Saniah (12115094)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode Tafsir Ijmali
B. Langkah-Langkah Metode Tafsir
C. Syarat-Syarat Mufassir menafsirkan Al-Quran
D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tafsir Ijmali
E. Kitab Tafsir yang Menggunkan Metode Tafsir Ijmali
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSAKA
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan kerunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikam makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Ulumul Quran pada program Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dengan judul:
“ Metode Ijmali ”.

Kami menyandari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari cara penulisan maupun isi. Dikarenakan terbatas
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhinya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pontianak, 19 Desember

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab yang agung dan sempurna. Keagungan dan


kesempurnaannya bukan hanya dirasakan oleh orang-orang yang
memahami karakteristik bahasanya yaitu bahasa arab tetapi juga dirasakan
oleh mereka yang mempercayai dan mengharapkan petunjuk-petunjuknya
dan semua orang yang mengenalnya sebagai kitab yang diturunkan oleh
Tuhan Yang Maha Tinggi.
Seseorang yang mempelajari dari aspek bahasanya akan ditemukan
berbagai keindahan bahasa Al-Qur’an dari susunan kata dan kalimatnya
serta ketelitian dan keseimbangan redaksi-redaksinya. Keagungan dan
kesempurnaan Al-Qur’an dari aspek kebahasaannya ini merupakan salah
satu bukti kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah dan bukti
kemukjizatan Nabi Muhammad Saw.
Keyakinan dan harapan untuk memperoleh petunjuk-petunjuk Al-
Qur’an lebih dipahami dalam konteks bahwa Allah memberikan hidayah
kepada manusia melalui Al-Qur’an dengan hidayah Aqidah dan syariat.
Selain itu Allah juga akan mengangkat derajat suatu kaum atau
merendahkan kaum yang lain dengan Al-Quran. ( H.R. Muslim dari Umar
Ibn Khattab ).
Upaya memahami Al-Quran melalui kegiatan tafsir telah menjadi
sesuatu yang amat penting. Hal ini dikarenakan bahwa Al-Quran adalah
wahyu Allah yang tidak pernah habisnya untuk dikaji, diperdebatkan atau
bahkan didekonstruksi. Selain itu, Al-Quran adalah kitab suci dan sumber
ajaran bagi umat Islam yang menjadi inspirator, pemandu dan pemadu
gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad sejarah
pergerakan umat, sehingga pemahaman-pemahaman yang aktual dan
kontekstual berperan penting bagi maju mundurnya umat Islam.
Ditinjau dari segi metode, penafsiran terhadap Al-Quran yang
berkembang hingga saat ini dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
metode tafsir tahlili ( al-manhaj al-tahlili ), metode tafsir ijmali ( al-manhaj
al-ijmali ), metode tafsir muqarin ( al-manhaj al-muqarin ) dan metode tafsir
maudhu’i ( al-manhaj al-maudhu’i ).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan tafsir metode ijmali?


2. Apa ciri-ciri tafsir metode ijmali?
3. Apa kelebihan dan kekurangan tafsir metode ijmali?

C. Tujuan

1. Memberikan penyajian tafsir metode ijmali


2. Menyajikan tafsir metode ijmali dalam perkembangan masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Tafsir Ijmali

Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-Qur`an


agar maksudnya lebih mudah dipahami. Sedangkan menurut istilah, tafsir
adalah upaya seseorang untuk menjelaskan makna dan maksud dari ayat-
ayat Al-Qur`an sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, menurut kadar
kemampuan. Ijmali berasal dari kata ijmal yang disertai dengan ya nisbah.
Kata tersebut berasal dari kata kerja jamalaatauajmala yang berarti
jama’ahu ‘an tafarruqin (mengumpulkannya). Kata ajmala juga semakna
dengan kata mujmal.Istilah ini sering digunakan untuk menyebut“kalimat
yang singkat”.Sedang fungsi dari ya nisbah tersebut adalah menunjukkan
sifat. Kata ijmal dalam bahasa Indonesia berarti global, sehingga arti kata
ijmali adalah bersifat global.
Jadi tafsir ijmali adalah tafsir yang bersifat global.Tafsir/penafsiran ini
bersifat global, karena menggunakan metode ijmali/global. Dengan metode
ini, mufassir berupaya pula menafsirkan kosa kata Al-Quran dengan kosa
kata yang ada dalam Al-Quran sendiri, sehingga para pembaca yang melihat
uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks Al-Quran, tidak keluar dari muatan
makna yang dikandung oleh kosa kata serupa dalam Al-Quran, dan adanya
keserasian antara bafgian Al-Quran yang satu dan bagian yang lain. Metode
ini lebih jelas dan lebih mudah dipahami para pembaca. Ketika
menggunakanmetode ini, para mufassir menjelasakan Al-Quran dengan
bantuan Asbab Al-Nuzul, peristiwa sejarah, Hadis, atau pendapat ulama.
Para pakar menganggap bahwa metode ijmali merupakan metode yang
pertama kali lahir dalam sejarah perkembangan metodologi tafsir. Hal ini di
dasarkan pada kenyataan bahwa pada era Nabi SAW dan para sahabat
persoalan bahasa, terutama Bahasa Arab bukanlah menjadi penghambat
dalam memahami al-Quran. Tidak saja karena mayoritas sahabat adalah
orang Arab dan ahli Bahasa Arab, tetapi juga mereka mengetahui secara
baik latar belakang turunnya (Asbab al-Nuzul) ayat bahkan menyakasikan
serta terlibat langsung dalam situasi dan kondisi umat islam ketika ayat Al-
Quran turun.
Realitas sejarah yang demikian sangat kondusif dalam menyuburkan
persemaian metode ijmali , karena sahabat tidak memerlukan penjelasan
yang rinci dari Nabi, tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana.
Boleh dikatakan bahwa pada awal-awal islam metode ijmali menjadi satu-
satunya opsi dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur`an. Prosedur
metode Ijmaliyang praktis dan mudah dipahami rupanya turut memotivasi
ulama tafsir belakangan untuk menulis karya tafsir dengan menerapkan
metode ini. Di antara mereka adalah Jalal alDin Mahalli (w.864H) dan Jalal
al-Din al-Suyuthi (w.911 H) yang mempublikasikan kitab tafsir yang sangat
popular dengan judul tafsir al-Jalalain.

B. Langkah-langkah Metode Tafsir

Langkah-langkah yang ditempuh para mufassir dalam penafsiran


metode Ijmali:
1. Membahas ayat demi ayat sesuai dengan urutan yang tertuang dalam
mushaf.
2. Mengemukakan arti global yang dimaksud oleh ayat tersebu.
3. Makna yang diutarakan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat
(ayat diletakkan di antara dua tanda kurung, sementara tafsirnya
diletakkan di luar tanda kurung tersebut) atau menurut pola yang diakui
oleh jumhur Ulama dan mudah dipahami semua orang.
4. Bahasa yang digunakan, diupayakan lafaznya mirip bahkan sama dengan
lafaz yang digunakan Al-Qur`an (dalam bentuk sinonim).
C. Syarat-Syarat Mufassir Untuk menafsirkan Al-Qur`an

seorang mufassir setidaknya harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut, diantaranya:
1. Akidah yang benar, sebab aqidah sangat berpengaruh terhadap jiwa
pemiliknya dan seringkali mendorongnya untuk mengubah Nash dan
berkhianat dalam penyampaian berita.
2. Bersih dari hawa nafsu, sebab hawa nafsu akan mendorong pemiliknya
untuk membela kepentingan mazhabnya.
3. Menafsirkan lebih dahulu Al-Qur`an dengan Al-Quran, karena sesuatu
yang global pada satu tempat telah diperinci di tempat lain dan sesuatu
yang dikemukakan secara ringkas di suatu tempat telah diuraikan di
tempat lain
4. Mencari penafsiran dari Sunnah, karena sunnah berfungsi sebagai
pensyarah al-Qur`an.
5. Mencari penafsiran para sahabat
6. Mencari penafsiran para tabi`in (generasi setelah sahabat).
7. Pengetahuan bahasa Arab dengan segala cabangnya.
8. Pengetahuan tentang pokok-pokok ilmu yang berkaitan dengan al-
Qur`an seperti ilmu qira`ah
9. Pemahaman yang cermat sehingga mufassir dapat mengukuhkan sesuatu
makna atas yang lain atau menyimpulkan makna yang sejalan dengan
nash-nash syari`at.

D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tafsir Ijmali

Tafsir sebagai produk pemahaman manusia terhadap teks ayat-ayat Al-


Qur`an, tentu tidak lepas dari kelebihan dan kelemahannya, demikian juga
dengan metode tafsir Ijmali, pasti memiliki kelebihan dan kelemahan yang
kalau kita analisa akan saling melengkapi antara yang satu dengan yang
lainnya. Berikut kelebihan dan kelemahan metode tafsir Ijmali:
1. Kelebihan
a. Memiliki karakter yang simplistis dan mudah dimengerti
b. Tidak mengandung elemen penafsiran israiliyat
c. Lebih mendekati bahasa Al-Qur`an.
2. Kelemahan
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial
b. Tidak membuka ruang untuk mengemukakan analisis yang
memadai.

E. Kitab Tafsir yang menggunakan Metode Tafsir Ijmali


Di antara kitab Tafsir yang menggunakan metode ini adalah sebagai
berikut:
1. Tafsir Al-jalalain, karya Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal alDin al Mahally
2. Tafsir Al-Qur`an al-Azhim karya Muhammad Farid Wajdi.
3. Shafwah al-bayan li Ma`any Al-Qur`an karya Syaikh Hasanain Muhammad
Makhluf
4. Tanwir al-Miqbas min tafsir Ibnu Abbas karya Ibnu Abbas yang dihimpun
al-Fairuz abady
5. Tafsir al-Wasith, produk lembaga Pengkajian Universitas alAzhar Mesir,
karya suatu komite Ulama
6. Al-Tafsir al-Muyassar karya Syaikh Abd al-jalil Isa
7. Al-Tafsir al-Mukhtashar, produk Majelis Tinggi Urusan Umat Islam, karya
suatu komite ulama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode Tafsir Ijmali merupakan salah satu metode untuk menafsirkan


ayat-ayat Al-Qur`an agar dapat dipahami maknanya oleh umat Islam, agar
jangan sampai Al-Qur`an yang merupakan firman Allah tidak dapat
diaktualisasikan oleh umat yang meyakininya sebagai petunjuk dan
pedoman dalam hidup dan kehidupannya.
Metode tafsir Ijmali adalah metode tafsir yang telah digunakan oleh
Nabi Muhammad sebagai al-Mufassir al-Awwal untuk menafsirkan al-
Qur`an dengan cara singkat dan global, metode ini digunakan agar pesan
yang tersirat dalam ayat-ayat alQur`an dapat dipahami dengan mudah dan
gampang oleh umat Islam.
DAFTAR PUSAKA

1. Dalam artikel Tafsir Ijmali Sebagai Metode Tafsir Rasulullah Oleh


Muhammad Mutawali mengatakan bahwa metode tafsir ijmali adalah
metode tafsir yang telah digunakan oleh Nabi Muhammad sebagai al-
Mufassir al-Awwal untuk menafsirkan al-Quran dengan car singkat dan
global, metode ini di gunakan agar pesan yang tersirat dalam ayat-ayat
al-Quran dapat dipahami dengan mudah dan gampang oleh umat Islam.
2. Al-Farmawi, Abdul Hayy, Metode Tafsir Maudhu`I (ter),
Bandung: Pustaka setia, 2002.
al-Qaththan, Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an,
Bogor: Litera antar Nusa, 2013. Ash-Shalih,
Subhi, Mabahits fi Ulumil Qur`an, Beirut: Darul Ilm lil malayin, 1985.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali, At-Tibyan fi Ulumil Qur`an,

Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2003

Izzan, Ahmad, Ulumul Qur`an, Bandung: Tafakur, 2013.

Mesra, Alimin, dkk, Ulumul Qur`an, Jakarta: PSW UIN Jakarta,


2005.

Saleh, Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam


pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta: Sulthan Thaha Press, 2007), 4

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2001.


Thib

Raya, Ahmad, Rasionalitas Bahasa al-Qur`an, Jakarta: Fikra Publishing,


2006.

Ushama, Thameem, Methodologies of the Quranic Exegesis (terj),


(Jakarta: Riora Cipta, 2000.

Anda mungkin juga menyukai