LP Diare Anak
LP Diare Anak
Disusun Oleh:
ARISYANUDIN PRASTYO
3215002
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE CAIR AKUT
DI BANGSAL ANGREK RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Disusun Oleh:
ARISYANUDIN PRASTYO
3215002
Yogyakarta, 2015
( ) ( ) ( )
I. TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal >
3 kali / hari, serta perubahan isi / volume (>200 gr/hari) dan konsistensi feses
cair (Nethina dkk, 2008)
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak
dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi (etz Cecily, 2009)
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat
dalam beberapa jam atau beberapa hari.
B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella,
Shigella, Vibrio dll), parasit (protozoa : E. hystolitica, G. lamblia; cacing :
Askaris, Trikurus; Jamur : Kandida) melalui fecal oral : makanan,
minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.
2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.
3. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan
4. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dll
5. Faktor lingkungan dan perilaku
6. Psikologi : rasa takut dan cemas
C. KLASIFIKASI
1. Diare Akut.
Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Penyebab utamanya adalah bakteri,
parasit maupun virus. Penyebab lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti
puasa yang berlangsung lama, kemoterapi dan berbagai kondisi lainnya.
2. Diare Kronik.
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini
berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas
waktu dua minggu. Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok,
yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat
pengaruh keduanya.
D. PATOFISIOLOGI
Spesies bakteri tertentu menghasilkan eksotoksin yang mengganggu
absorbsi usus dan dapat menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan
elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin kolera dan E. Coli. Spesies E. Coli
lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan penetrasi mukosa usus
kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah dan diare
dapat menyusul keracunan makanan non bakteri.
Diare dan muntah merupakan gambaran penting yang mengarah pada
dehidrasi, akibat kehilangan cairan ekstrvaskuler dan ketidakseimbangan
elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis
akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini tercermin dengan pernafasan
yang cepat (Qauliyah, 2010)
Patogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus,
memproduksi enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan
perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran mikrovili.
Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propria menimbulkan suatu
reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin menyebabkan sekresi elektrolit
dan air dengan merangsang adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus
halus. Sitotoksin memicu peradangan dari sel yang cedera serta meluaskan zat
mediator radang.
Perlengketan mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan
sel bulat di lamina propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus
juga mengganggu mukosa usus. Bakteri menghasilkan enzim dan hasil
metabolisme untuk menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi bersilia dan
menggangggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit. Cedera vili
menyebabkan lesi mukosa di sana sini yang disertai dengan segmen atrofi vili
subtotal dan respon radang subepitel yang mencolok.
E. PATHWAY
Mikro Organisme
Jumlah
Kurang pengetahuan berlebihan
Sanitasi M
kurang Keracunan A
K
DIARE
Perilaku tak Basi A
higienis
Alergi
Psikis
Hipertermi
kut
F. TANDA DAN GEJALA
1. Anak sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi dan
tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai
penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga menyebabkan kesadaran
menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria) (Arjatmo, 2011)
G. TEORI MENGENAI TAHAPAN TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan
besar sel di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan
mensintesis protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat
secara keseluruhan atau sebagian. Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah
yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak
semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk
berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual (Moersintowarti,
2007).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-
angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan
meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau
kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).
1. Perkembangan Psikoseksual
Dalam perkembangan psikoseksual dalam tumbuh kembang dapat
dijelaskan beberapa tahap sebagai berikut :
a. Tahap oral-sensori (lahir sampai usia 12 bulan)
Dalam tahap ini biasanya anak memiliki karakter diantaranya
aktivitasnya mulai melibatkan mulut untuk sumber utama dalam
kenyamanan anak, perasaannya mulai bergantung pada orang lain
(dependen), prosedur dalam pemberian makan sebaiknya memberkan
kenyamanan dan keamanan bagi anak.
b. Tahap anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler)
Dalam tahap ini anak biasanya menggunakan rektum dan
anus sebagai sumber kenyamanan, apabila terjadi gangguan pada tahap
ini dapat menimbulkan kepribadian obsesif-kompulsif seperti keras
kepala, kikir, kejam dan temperamen.
c. Tahap falik (3-6 tahun / pra sekolah)
Tahap ini anak lebih merasa nyaman pada organ genitalnya,
selain itu masturbasi dimulai dan keinggintahuan tentang seksual.
Hambatan yang terjadi pada masa ini menyebabkan kesulitan dalam
identitas seksual dan bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu, dan
takut.
d. Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai
aktivitas intelektual dan fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak
muncul, penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul
pada waktu ini.
e. Genital (13 tahun keatas / pubertas atau remaja sampai dewasa)
Tahap ini genital menjadi pusat kesenangan seksual dan
tekanan, produksi horman seksual menstimulasi perkembangan
heteroseksual, energi ditunjukan untuk mencapai hubungan seksual
yang teratur, pada awal fase ini sering muncuul emosi yang belum
matang, kemudian berkembang kemampuan untuk menerima dan
memberi cinta.
2. Perkembenagan Psikososial
Erikson mengatakan bahwa perkembangan itu memiliki prinsip
epigenetic, maksudnya adalah prinsip ini menjelaskan bahwa kehidupan
organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki identitas
yang tidak berbeda dengan organisme yang baru dan bagaimana pun
perkembangannya itu bertahap. Perkembangan individu meliputi
perkembangan psikososial.
Ada 8 tahap perkembangan menurut erikson, yaitu :
a. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan) Tahap ini berlangsung
pada masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas
yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan
mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk
hadirnya suatu ketidakpercayaan
b. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu Pada tahap kedua adalah
tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa
balita yang berlangsung mulai dari usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun.
Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian
(otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
c. Inisiatif vs Kesalahan Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor
(genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap
ini pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau
6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini
ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu
melakukan kesalahan.
d. Kerajinan vs Inferioritas Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi
pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu
tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan
kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
e. Identitas vs Kekacauan Identitas Tahap kelima merupakan tahap
adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir
pada usia 18 atau 20 tahun. melalui tahap ini orang harus mencapai
tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti
mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke
tengah masyarakat.
f. Keintiman vs Isolasi yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar
20-30 tahun. Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan
berusaha menghindar dari sikap menyendiri
g. Generativitas vs Stagnasi Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada
posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30
sampai 60 tahun. salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat
mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu
(generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
h. Integritas vs Keputusasaan Tahap terakhir dalam teorinya Erikson
disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia
sekitar 60 atau 65 ke atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini
adalah integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan
kekecewaan.
3. Perkembangan Kognitif
a. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir
hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini,
perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam
kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan
tindakan-tindakan fisik.
b. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2
hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai
muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.Egosentrisme
adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif
seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat
sesuatu hanya dari sisi dirinya.
c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang
berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga
piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke
dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat
pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir
dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih
logis.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Tinja
2. Makroskopis dan mikroskopis untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
3. Pemeriksaan Darah
4. Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
6. Daudinal Intibatian
7. Untuk mnengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per
oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa
untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar
natrium 90 ml g/L. pada anak dibawah 6 bulan dehidrasi ringan /
sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut :
oralit.
b. Cairan parontenal
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya
cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan
tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badanya.
1) Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi.
2) Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral, selanjutnya : 125 ml /
kg BB / hari
3) Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde), selanjutnya
125 ml / kg BB / hari
4) Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan berat badan pasien.
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB
kurang dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan
asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).
b. Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang /
tidak sejuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang
melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb).
a. Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
b. Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin,
ekstrak beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi
diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal,
tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak
diberikan lagi.
c. Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab
yang jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg
BB / hari. Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti :
OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas : umur, alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
muntah, diare, kembung, demam.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : diare, alergi makanan,
intoleransi, riwayat operasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik
bersifat genetik atau tidak)
e. Riwayat Imunisasi : imunisasi campak ?
f. Riwayat tumbuh kembang
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (BB, PB, Usia)
b. Pemeriksaan persistem :
1) Sistem persepsi sensori :
a) Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal
b) Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab /
kering
2) Sistem persyarafan : kesadaran, kejang.
3) Sistem pernafasan : kusmaul, sianosis, cuping hidung
4) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak
teraba, kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, sianosis perifer.
5) Sistem Gastrointestinal :
a) Mulut : membrane mukosa lembab/kering, bibir
lembab/kering
b) Perut : turgor, kembung / meteorismus, distensi,
peristaltik meningkat, nyeri
c) Informasi tentang tinja : warna, volume, bau, konsistensi,
lendir, darah, sisa makanan
6) Sistem integumen : kulit kering/lembab, ubun-ubun
cekung/tidak, turgor, bibir kering/tidak, diaper rash/iritasi di daerah
perineal, ada lipatan kulit/keriput ?
7) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di wc /
jamban / sungai / kebun, personal hygiene, sanitasi, sumber air minum.
b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah,
makanan / minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang tidak
biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu formula,
baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek samping
obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum di
warung ?
c. Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir, oliguria,
anuria
5. Pola aktifitas dan latihan : travelling
6. Pola tidur dan istirahat
7. Pola kognitif dan perceptual
8. Pola toleransi dan koping stress
9. Pola nilai dan keyakinan
10. Pola hubungan dan peran
11. Pola persepsi diri dan konsep diri
12. Pola seksual dan reproduksi
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Diare berhubungan dengan factor psikologis (tingkat stress dan cemas
tinggi), faktor situasional ( keracunan, penyalahgunaan laksatif, pemberian
makanan melalui selang efek samping obat, kontaminasi, traveling), factor
fisiologis (inflamasi, malabsorbsi, proses infeksi, iritas, parasit)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
3. Cemas orang tua berhubungan dengan proses penyakit anaknya
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit diare berhubungan denganm kurang
informasi, keterbatasan kognisi, tidak familiar dengan sumber informasi
C. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan NOC / TUJUAN NIC / INTERVENSI
1. Diare b.d faktor psiko-logis Setelah dilakukan tindakan perawatan pasien Managemen Diarhea
(stress, cemas), faktor tidak mengalami diare / diare berkurang, dengan 1. Identifikasi faktor yang mungkin menyebabkan diare
situasional (kera-cunan, criteria : (bakteri, obat, makanan, selang makanan, dll )
kontaminasi, pem-berian 1. Bowel Elemination 2. Ajari pasien menggunakan obat diare dengan tepat
makanan melalui selang, - Frekuensi bab normal < 3 kali / hari (smekta diberikan 1-2 jam setelah minum obat yang lain)
penyalahgunaan laksatif, - Konsistensi feses normal (lunak dan 3. Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna,
efek samping obat, berbentuk) volume, frekuensi, bau, konsistensi feses.
travelling, malab-sorbsi, - Gerakan usus tidak meningkat (terjadi tiap 4. Dorong klien makan sedikit tapi sering (tambah secara
proses infeksi, parasit, 10 -30 detik) bertahap)
iritasi) - Warna feses normal 5. Monitor tanda dan gejala diare
Batasan karakteristik : - Tidak ada lendir, darah 6. Observasi turgor kulit secara teratur
- Bab > 3 x/hari - Tidak ada nyeri 7. Monitor area kulit di daerah perianal dari iritasi dan
- Konsistensi encer / cair - Tidak ada diare ulserasi
- Suara usus hiperaktif - Gambaran peristaltic tidak tampak 8. Ukur diare / keluaran isi usus
- Nyeri perut - Bau fese normal (tidak amis, bau busuk) 9. Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
- Kram 10. Kolaborasi dokter jika ada peningkatan suara usus
11. Kolaborasi dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
12. Anjurkan diet rendah serat
13. Anjurkan untuk menghindari laksatif
14. Ajari klien / keluarga bagaimana meme-lihara catatan
makanan
Nutrisiton managemen
1. Hindari makanan yang membuat alergi
2. Hindari makanan yang tidak bisa di-toleransi oleh klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan
kalori dan jenis makanan yang dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan kien dan ba-gaimana cara makannya
Bowel Incontinence Care
1. Tentukan faktor fisik atau psikis yang menyebabkan diare.
2. Terangkan penyebab masalah dan alasan dilakukan
tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan dengan
klien / keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga untuk mencatat keluaran feses
5. Cuci area perianal dengan sabun dan air dan keringkan
setiap setelah habis bab
6. Gunakan cream di area perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih dan kering
Perawatan Perineal
1. Bersihkan secara teratur dengan teknik aseptik
2. Jaga daerah perineum selalu kering
3. Pertahankan klien pada posisi yang nyaman
4. Berikan obat anti nyeri / inflamasi dengan tepat
Arjatmo T. (2011). Keadaan Gawat yang mengancam jiwa. Jakarta : Gaya baru.
Cecily L, Sowden Linda A. (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatik. Jakarta,
EGC.
Moorhead et al. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Ed. Fourth
Moorhead et al. (2008). Nursing Intervension Classification (NIC) Ed. Fourth
Moersintowarti BN. (2007). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja.
Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak FK. UNAIR,
Nanda. (2014). Nursing Diagnosis Definition & Classification. Philadelphia.
Nethina, Sandra, M. (2008). Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh
Setiawan, dkk. Jakarta : EGC.
Qauliyah, Asta. (2010). Patofisiologi, Gejala Klinik dan Penatalaksanaan Diare.
Artikel Kedokteran.
Soetjiningsih. (2011). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Pada Pendidikan Ilmu
Kesehatan Anak. Denpasar : FK UNUD.