Anda di halaman 1dari 56

By Heri Purwanto

Daya dukung Lingkungan


 Tingkat kemampuan dari suatu ekosistem untuk
menjaga keseimbangan alamiahnya akibat adanya
pergeseran yang masih dapat ditolerir oleh ekosistem
tersebut
 Contoh : ekosistem mempunya kemampuan self
purification apabila dimasukkan zat pencemar
Pemanasan Global.flv
Global warming
Pencemaran Lingkungan
 Apabila dilihat dari konsep daya dukung lingkungan
pencemaran didefinisikan :
 Apabila zat pencemar yang masuk ke dalam suatu
ekosistem dan melampaui batas toleransi dari
kemampuan ekosistem tersebut untuk dapat
memulihkan dirinya kepada kesetimbangan alamiah,
maka ekosistem tersebut akan tercemar dan menjadi
tidak seimbang.
PENCEMARAN LINGKUNGAN
(Science Advisory Board, U.S. EPA)
 Pencemaran didefinisikan sebagai perubahan
karakteristik fisika, kimia atau biologis pada udara, air,
tanah yang tidak diinginkan, yang dapat
menimbulkan pengaruh berbahaya bagi :
 Kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya
 Proses-proses Industri
 Kondisi-kondisi kehidupan
 Kekayaan budaya
 Memboroskan sumber daya/ bahan baku
Pencemaran Lingkungan
 Penyebab
 Pertambahan penduduk
 Pembangunan
 Industrialisasi
 Terjadinya
 Daya sukung (self purification) terlampaui
 Eksploitasi sumber daya alam berlebihan
Pencegahan Pencemaran
 Segala upaya yang dapat mengurangi jumlah dan
tingkat bahaya dari bahan berbahaya, polutan atau
kontaminan yang terbuang melalui saluran
pembuangan limbah atau terlepas ke lingkungan
(termasuk emisi yang cepat menguap) sebelum diolah
atau ditimbun.
TERMINOLOGI LIMBAH BAGI INDUSTRI
 JIKA SESUATU BUKAN MERUPAKAN PRODUK
ARTINYA LIMBAH

 Limbah vs By Product
Hirarki Waste Management
Paling disarankan Prevention

Minimisation

Reuse

Kurang disarankan Recycling

Energy Covery

Disposal
Produksi dan Karakteristik Limbah
PKS
Setiap ton TBS yang diolah menghasilkan :
 0,6 – 0,8 m3 limbah cair
 23% tandan kosong sawit
 13% serat
 6,0 % cangkang
 Solid decanter
 Gas buang boiler
PENGOLAHAN LIMBAH

 Limbah Cair  Land Aplication (-)


• Limbah Padat : a. TKS  Mulsa
b. Serat  Bahan Bakar utama Boiler
c. Cangkang  Bb. Boiler

• Limbah Gas  Belum Dimanfaatkan


Pollutions Control System
•THE DISPOSAL OF EMPTY BUNCH

•THE PROCESS OF THE INTEGRATED DECANTER – DRIER SYSTEM

• THE ANAEROBIC & AEROBIC EFFLUENT TREATMENT SYSTEM.

• DISPOSAL OF TREATED EFFLUENT FOR LAND APPLICATION.

• CONTROL OF AIR EMISSIONS.


Limbah Cair
 Drab buang (70-75%)
 Air Kondensat (15-20%)
 Air hidrocyclone dan Claybath (5-20%)
 Sisanya Air cucian pabrik

PKS yang cukup efisien menghasilkan limbah cair 0,6-


0,8 m3/ton TBS diolah, tergantung kepada :
 Jumlah air pengencer
 Sistem instalasi yang digunakan
 Efisiensi pengutipan minyak dari limbah
PARAMETER MUTU LIMBAH

BOD • Mengukur jumlah oksigen terlarut yang digunakan


mikrobia untuk mendegradasi bahan organik
(Biological Oxygen • Pengukuran dengan menginkubasi sejumlah
sampel yang diencerkan, dengan inkubasi selama 3
Demand) hari , suhu 30oC

• Pengukuran jumlah oksigen yang diperlukan


COD untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik
menjadi karbondioksida dan air
(Chemical Oxygen • Pengukuran dengan pencampuran sampel dengan
agent potassium dicromat (kondisi asam)
Demand menggunakan katalis perak sulfat, dilanjutakan
dengan titrasi ferrous aluminium sulphate.

• Mengukur jumlah Nitrogen dalam bahan organik


Nitrogen • Pengukuran dengan Metode Mikro kjeldahl
• Pengukuran Solid perlu dilakukan untuk
mengetahui jumlah padatan dalam bentuk bahan
organik dan anorganik, dalam hubungannnya
Solid dengan kemampuan untuk didegradasi oleh
lingkungan
• Pengukuran dengan metode gravimetri

• Mengukur hasil degradasi mikrobia pada tahap


Volatile yang pertama, dari bahan organik menjadi asam
asam volatil rantai pendek

Fatty Acid • Pengukuran dengan steaming effluent, dan titrasi


asam basa

• Pengukuran jumlah alkalin/ zat basa dalam sistem,

Alkalinity untuk keperluan netralisasi effluent.


• Pengukuran dengan titrasi asam basa, dengan
standar asam sulfat.
BAKU MUTU LIMBAH CAIR PKS
Debit limbah maksimum = 2.5 m 3 per ton CPO

Parameter Kadar maksimum Beban pencemaran maks.


(mg/l) (kg/ton)

BOD 100 0.25

COD 350 0.88

TSS 250 0.63

Oil & Fat 25 0.063

N-Total 50 0.125
pH 6.0 – 9.0
Source: BAPEDAL (1995)
Hal –hal yang harus diperhatikan
 IPAL dibuat 2 line (mulai dar anaerobic sampai final pond)
agar saat pembuangan lumpur, senyawa organik bisa
dipindahkan ke kolam lain.
 Kapasitas pompa sirkulasi 30 m3/jam untuk 30 ton
TBS/jam ( 2 buah)
 pH cairan di anaerobic pond > 6
 Lebar tanggul 5 m untuk dilewati excavator
 Lebar kolam maksimal 30 m agar lengan excavator masih
mampu menjangkau
 Aerator disediakan 2 unit dengan kapasitas 90 m3/menit di
final pond
DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK KELAPA SAWIT KAPASITAS 30 TON/JAM
RAW EFFLUENT
INPUT 432
M3/Hari
BOD 25.000 ppm

432 m3 /kolam
Kolam Pendinginan No.1 waktu tinggal : 1 hari Kolam Pendinginan
No.2
18 m3/ jam
Resikulasi
Lumpur
432 m3 /kolam Aktif
Kolam Asidifikasi No.1 waktu tinggal : 1 hari Kolam Asidifikasi
No.2

Kolam Anaerobik No.1 Kolam Anaerobik


No.2
26352 m 3 /
Kolam
Kolam Anaerobik waktu tinggal : Kolam Anaerobik
No.3 61 hari No.4

Pompa Resikulasi
Kolam Fakultatif
932m3 2 hari waktu
tinggal

Kolam Aereobik No.1 5184m 3 / Kolam Kolam Aerobik No.2


waktu tinggal : 12
hari
Pertimbangan Akhir
Debit : 432 m3/hari
(Sumber : Oil Palm Process Synopsis, 1999) BOD berkukrang 99,6%
(BOD < 100 PPM)
Parameter Limbah PKS

The objective is to treat the oil palm mill effluent discharge so as to comply with
conditions impose the Department of Environment (DOE) for disposal in accordance
to standards as follows:

Standard A.- For discharge to rivers shall be less than – BOD 20 mg / l


Standard B – For discharge to waterways shall be less than - BOD 50 mg / l
Standard C – For discharge to land & field shall be less than - BOD 500 mg /l
KOMPOSISI LCPKS
Source WPH BOD N P K Mg
(day) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l)

Fat-pit - 25,000 500–900 90–140 1,000–1,975 250–340

Acidification 5 25,000 500–900 90–140 1,000–1,975 250–340


Pond
Primary 75 3,500–5,000 675 90–110 1,000–1,850 250–320
Anaerobic
Pond
Second. 35 2,000–3,500 450 62–85 875–1,250 160–215
Anaerobic
Pond
Aerobic Pond 15-21 100–200 80 5–15 420–670 25–55
Sedimentary 2 100–150 40–70 3–15 330–650 17–40
Pond

LCPKS TIDAK BERACUN


MASALAH
• Diperlukan lahan yang luas untuk
kolam limbah (5-7 ha)
• Biaya investasi tinggi
• Biaya pemeliharaan tinggi
• Sering terjadi pendangkalan
• Nutrisi terbuang

SOLUSI:
APLIKASI LAHAN
(LAND APPLICATION)
THE ANAEROBIC & AEROBIC EFFLUENT TREATMENT SYSTEM

Sistem Kolam
 Sifat : Murah, retention time lama
 Bagian bagian:
 Deoiling Pond
 Acidification Pond
 Netralisasi
 Anaerobic Pond
 Anaerobic sedimentation
 Fakultatif Pond
 Aerobic Pond
Pendinginan
 Menyesuaikan dengan suhu bakteri mesophil
 Metode :
 Menara Pendingin
 Kolam Pendingin
 Pendinginan dengan kolam dikombinasikan dengan pengutipan
minyak (RT : 48 jam)

Deoiling Pond
 Mengutip minyak hingga kadar minyak o,4%
 Instalasi tambahan membantu fatpit
 Kedalaman 3 m
 RT : 4 hari

Netralisasi
 Limbah disesuikan kondisinya dengan mikrobia (limbah pH asam)
 Penambahan bahan kimia/alkali : soda api, kapur thor, abu tandan kosong,
dan cairan limbah yang sudah netral
Kolam pembiakan bakteri
 Kolam untuk membiakkan bakteri
 Persyaratan :
 pH netral
 Suhu 30-40 0C untuk bakteri mesophil, dan 57-65 oc
untuk bakteri thermophil
 Nutrisi cukup (mengandung N dan P)
 Kedalaman kolam 5-6 m
 Kapasitas kolam dapat menampung limbah 2 hari
Kolam anaerobik
 Optimal kontak antara bakteri dan substrat/limbah
 Diupayakan tiada oksigen
 Faktor-faktor
 Resirkulasi (pemasukan kembali hasil oleh limbah di
kolam hilir ke kolam dihulu dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi pH, nutrisi, dan bakteri)
 Kandungan Minyak
 Kedalaman dan volume kolam (minimal 3 m)
 61 s.d 80 hari HRT
 Jenis bakteri yang digunakan
Kolam anaerobic
 Periksa kolam dari tanda-tanda kebocoran atau
rembesan. Amati gelembung yang terjadi.
 Ketebalan scum tidak boleh melebihi 10 cm.
 Jika scum terlalu banyak :
- tingkatkan volume sirkulasi dari bak anaerobic
sedimentation
- membuang scum secara manual
Kolam anaerobic sedimentation
 Kolam pengendapan hasil penuraian minyak dan
padatan lain di kolam anaerob
 Kedalaman dipertahankan > 3 m agar aktivitas bakteri
tidak menurun
 Untuk menghindari pendangkalan dapat dilakukan
dengan memompakan endapan lumpur keluar atau
menggunakan alat berat.
 RT 80 hari
Kolam Fakultatif
 Kolam peralihan anaerob-aerobik
 Volume disiapkan untuk menahan limbah selama 25
hari
 Proses perombakan anaerobik masih terjadi
 Karakteristik limbah pH 7,6-7,8 ; BOD 600-800 ppm;
COD 1250-1750 ppm
Kolam Aerasi
 Kedalaman ±3 m dan ditempatkan alat untuk menambah
oksigen terlarut
 Penambahan oksigen dengan cara difusi, menara, sprinkle
dll

Kolam Aerobik
 Limbah yang masuk mengandung oksigen terlarut
 Kedalaman 2,5 m (sinar matahari sampai kedasar kolam
akan membantu reaksi oksidasi
 RT 14 hari
 BOD turun dari 600-800 menjadi 75-125
Sistem Reaktor
 Tangki Digester
 Menggantikan kolam anaerobik
 Perombakan bahan organik menjadi methan gas
 Penangkapan gas methan dan dapat digunakan sebagai
bahan bakar
 RT 40 hari BOD turun menjadi 800-1200 ppm
 RT 60 hari BOD turun menjadi 500 ppm
Kombinasi
 Penggabungan sistem Kolam dengan Reaktor
 PKS 30 Ton/jam menghasilkan gas methan dengan
tenaga 237 KWH
 1 m3 limbah menghasilkan 60-70% methane dan CO2
30-40 %
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PKS
UNTUK APLIKASI LAHAN
TujTUJUANuan:
Jangka panjang
 Mengurangi dan mencegah berpindahnya pencemaran
dari suatu media ke media lainnya.
 Dalam rangka menerapkan konsep produksi bersih
dan zero waste.
Jangka pendek
 Mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik.
 Mengurangi biaya pengoperasian, pengawasan dan
pemeliharaan IPAL.
 Meningkatkan produksi TBS
SYARAT APLIKASI
 BOD LCPKS yang diaplikasi <5000 mg/I pH LCPKS 6-
9
 Tidak di lahan gambut
 Pada tanah yang mempunyai permeabilitas > 1,5
cm/jam dan < 15 cm/jam
 Tidak di lahan dengan kedalaman air tanah < 2 m
 Minimal 2 km dari pemukiman
 Maksimal 5 km dari PKS
Desain Kolam Anaerobik – Land Aplication
(30x10x3) m3 (120x30x5,5) m3 (60x20x5,5) m3
K. K.
Deoilling Anaerobik Anaerobik
WPH Primer 1 sekunder 1
2,5 hari WPH 40 WPH 20
(10x4x1,5) m3
hari hari
Pengaliran limbah cair
WPH ke kebun kelapa sawit
2 Jam dengan cara pipanisasi
dan tanki
K. K.
Deoilling Anaerobik Anaerobik
WPH Primer 2 sekunder 2
2,5 hari WPH 40 WPH 20
hari hari
Dasar perancangan :
• kapasitas olah PKS 30 ton TBS/jam
• operasi maksimum 20 jam/hari
• Laju alir LCPKS = 0,8 m3/ton TBS
• volume LCPKS = 480 m3/hari
• luas areal UPL = 25.000 m2
• luas areal kebun untuk aplikasi sekitar 100 - 150 ha untuk dosis aplikasi 750 - 1000 cm
rey
Aplikasi Dengan Tanki
Aplikasi ini dapat dilaksanakan pada areal kebun yang
datar dan berombak. Biaya investasi dengan cara
aplikasi tanki relatif murah, namun biaya operasional
dengan tanki relatif mahal.
Aplikasi Dengan Pipanisasi
Aplikasi ini dapat dilaksanakan pada areal kebun yang
datar, berombak dan berbukit. Biaya investasi dengan
cara aplikasi ini relatif mahal, namun biaya operasional
relatif murah. Pipa yang digunakan jenis HDPE, PVC
atau baja dengan ukuran 6”.
Jenis Parit Flatbed
Parit bersekat (flatbed) dibuat di gawang mati. Flatbed
umumnya dibangun di areal bergelombang dan
berbukit. Limbah cair dipompakan dari kolam limbah ke
bak penampungan (bak distribusi) yang berbeda di areal
paling atas. Setelah bak penampungan penuh, lalu
limbah cair dialirkan melalui flatbed hingga ke areal
yang paling rendah berdasarkan gaya grafitasi. Ukuran
flatbed umumnya 3 x 2 x 0,5 m (p x l x t).
Jenis Parit Longbed
Parit sambung (longbed) sangat tepat dibuat di areal
kebun yang topografinya datar. Limbah cair dialirkan
dari kolam limbah ke kolam-kolam penampungan di
lapangan. Selanjutnya limbah dari kolam distribusi
dialirkan ke parit sambung. Pada beberapa kebun yang
kondisinya beragam antara datar dan bergelombang,
limbah cair dialirkan pada 2 jenis parit yaitu longbed
dan flatbed. Ukuran longbed 1 x 0,5 m (l x t). Panjang
longbed disesuaikan dengan kondisi lapangan.
PEMELIHARAAN
 Perawatan pompa dan peralatan lainnya perlu
dilakukan secara rutin, dengan cara pelumasan.
 Perawatan kolam limbah sesuai dokumen UKL dan
UPL.
 Pemasangan katup pengaman pada pipa, terutama di
tempat tertentu untuk menghindari penyumbatan.
 Pembersihan dan pengerukan flatbed/longbed agar
limbah cair tidak melimpah ke luar.
PENGAWASAN
 Menjaga pengaliran limbah cair agar tidak melimpah
keluar dari flatbed/longbed.
 Pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di
akhir jalur flatbed/longbed.
 Menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah
melalui analisis laboratorium.
Prosedur Perizinan
PEMRAKARSA BUPATI/WALIKOTA INSTANSI TERKAIT

PERMOHONAN PENUGASA Surat tugas Evaluasi


IZIN N/EVALUASI dokume
Melengkapi n
dokumen Dokumen
Melengkapi tidak Dokumen
kekurangan lengkap lengkap
dokumen
Surat permintaan Merekomendasikan permintaan
PRESENTASI pengadaan diadakannya presentasi
presentasi
Melakukan kunjungan lapangan serta verifikasi
teknis dan evaluasi terhadap presentasi tersebut

Layak
tekni
Tidak s Layak
Tidak dapat Penerbitan surat Merekomendasika
laksanakan LA penolakan izin n penolakan izin
Melaksanakan LA Merekomendasika
Penerbitan surat zin
n pemberian izin

Pengawasan pelaksanaan LA dan Pengawasan pelaksanaan LA dan


Pemantauan evaluasi laporan pemantauan evaluasi laporan pemantauan

Laporan Indikasi
pencemara
Tidak n
ada Ada
Kegiatan LA Berlanjut Rekomendasi
meneruskan izin
Rekomendasi
Stop kegiatan Pencabutan surat izin
menghentikan izin
Land Application
1. Mutu limbah cair untuk aplikasi lahan : BOD kisaran 3000-
5000 ppm.
2. Dosis : 750 m3 / per ha / tahun.
3. Luas areal aplikasi = La :
La = Kapasitas olah POM setahun x 67%/ Dosis
67% adalah konstanta perbandingan limbah cair
POMdengan tbs diolah.
4. Luas areal diaplikasi per hari.
Lap/ hari = Jumlah limbah sehari

Vol kolam/ha
5. Waktu rotasi ( hari).
Waktu rotasi = La/(Lap/hari)
6. Rotasi aplikasi /tahun.
Rotasi aplikasi/tahun = 365 hari/tahun
waktu rotasi
7. Ukuran bed untuk menampung limbah pada
aplikasi lahan
a. LONG BED :
pada lahan yang datar = 20m (p) x 2,5 m (l) x 0,3 m( d)
b. FLAT BED :
pada lahan bergelomang = 6–8 m (p) x 2,5 m ( l) x0,3 m (d)
Sistem Flatbed

Flatbed
Parit limbah

Gawangan
panen
Flatbed (2.5 m x 1.5 m x 0.25 m)
PENGARUH TERHADAP PRODUKSI TBS

PARAMETER PORIM EBOR RS UNITED GUTHRIE PPKS


PLANTATION

TBS 25,8 20,8 28,8 31,8 36,6


(kg/ha/th) (160) (114) (129) (116) (136)

Jumlah Tandan - - 987,0 1264,0 1105


(tandan/ha/th)
(111) (104) (129)

Bobot Tandan - 21,1 - 25,2 32,2


(kg/tandan)
(103) (103) (106)
KEUNTUNGAN

• Memperbaiki sifat kimia dan fisika tanah


• Tidak mencemari air tanah di sekitar lokasi
aplikasi
• Aplikasi LCKS pada tanaman umur 21 th
dengan dosis 12,66 mm ECH LCKS/BLN
dan dosis pupuk 50% standar kebun dapat
meingkatkan produksi 36%
• Menghemat biaya pemupukan sekitar 45%
APLIKASI TKS UNTUK MULSA
KETERSEDIAAN
• 120 ton/hari untuk PKS kap. 30 t TBS/jam

NILAI
• 1 ton TKS = 3 kg urea
0,6 kg RP
12 kg KCl
2 kg Kies

TKS 42.8% C 2.9% K2O 0.8% N


0.22% P2O5 0.3% MgO
10 ppm B 23 ppm Cu 51 ppm Zn
The disposal of empty bunch
 25 % TBS
 Kaya akan trace element
 Mulching
 75-100 ton Tankos/hektar
KEUNTUNGAN

• Menghemat pupuk 50%


• Meningkatkan
– produksi TBS 10 - 34%
– stabilitas
– aktivitas mikroba tanah
– kapasitas penahanan air
– aerasi tanah K, Mg, dan Ca
THE PROCESS OF THE INTEGRATED DECANTER – DRIER SYSTEM
 Proses Integrasi antara Decanter dan Sistem pengering
yang mampu mengurangi beban BOD limbah sebanyak
75%.
 Keuntungan dari “dried sludge”
 Pelepasan nutrient yang lambat
 Nutrient yang lengkap
 Meningkatkan penahanan air
 Prosesnya Terdiri dari
 Multy cyclone separator
 The Decanter System
 Rotary drum drier
 Dried sludge clarification steam
Biogas
 Definisi : gas yang dihasilkan jika bahan organik
mengalami fermentasi atau mengalami proses
metanisasi.
 1 m3 metana ≈ 0,6 l fuel oil setara dengan 10 kWh (60 -
100 watt lampu bohlam selama enam jam)
 Proses :
 Hidrolisis
 Asidifikasi (pseudomonas, escherichia, flavobacterium)
 Metanisasi (methanobacterium, methanosarcina,
methanococcus)
 Biogas_ how it works.flv
Biogas
 Kondisi yang perlu diperhatikan :
 Temperature, pH, pengadukan, bahan bahan
penghambat, RT setelah pengisian pertama 15-20 hari
 1 Ton FFB ≈ effluent (67% FFB)≈15-20 m3 biogas ≈ 0,6-
0,7 m3 biofertilizer (wb)
 Biogas plant process_2.mp4
 BAPPENAS dan MCC SURVEI POTENSI BIOGAS dari
LIMBAH KELAPA SAWIT, JAMBI.mp4
METHANE CAPTURE TECHNOLOGY
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR (CSTR)
The continuous stirred-tank reactor (CSTR), juga
dikenal sebagai vat- or backmix reactor, adalah
sejenis reaktor yang biasa digunakan dalam
bidang keteknikan kimia. CSTR biasanya
menggunakan agitator yang dioperasikan secara
kontinu untuk memperoleh output yang
diharapkan.

COVERED IN-GROUND ANAEROBIC DIGESTOR


(CIGAR)
Dengan menngunakan penutup yang fleksibel
CIGAR adalah sistem yang efisien untuk
menangkap gas metan dan pengolahan limbah
cair yang mudah diperasikan.
THE FLOW PROCESS TO UTILIZE BIOGAS FOR
POWER PLANT IN TANDUN

PALM OIL MILL PKO MILL

Methane trap
Biogas Installation Biogas Power Plant
POME  Biogas

Anda mungkin juga menyukai