1. Diketahui :
NOWC : 500-200 = Rp. 300 juta
Investor supplied capital = 400+800 = 1.200 juta
Total operating capital = 200+1.000 = 1.200 Juta
NOPAT = 300 (1-0,15) = Rp. 255 Juta
2. Diketahui :
Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
(Harga Perolehan ― Nilai Residu) ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan
Penghasilan Mesin Lama Mesin Baru
117.300.000 5
NPV mesin lama = - 100 + + (1+0,15)5 = - 100 + 102.000.000 + 2,48
(1+0,15)
= 101.999.902,48
132.600.000 5
NPV mesin lama = - 100 + + (1+0,15)5 = - 100 + 115.304.347,82 + 2,48
(1+0,15)
= 115.304.250,3
Sumber : EKMA4213 Hal 4.38-4.39
3. Jawab
a. Teori pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal
dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko
serta yang terakhir adalah saham biasa (Corey and Myers, 1984) . Pecking order theory
yang dikemukakan oleh (Corey and Myers, 1984) menggunakan dasar pemikiran bahwa
tidak ada suatu target debt to equity ratio tertentu dimana hanya ada tentang hirarkhi
sumber dana yang paling disukai oleh perusahaan. Esensi teori ini adalah adanya dua
jenis modal external financing dan internal financing. Teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan yang profitable umumnya menggunakan utang dalam jumlah yang sedikit.
Hal tersebut bukan disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang
rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing yang sedikit.
Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar
karena dua alasan, yaitu;
(1) dana internal tidak mencukupi,
(2) utang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Maka dari itu, teori pecking order
ini membuat hirarkhi sumber dana, yaitu dari internal (laba ditahan), dan eksternal (utang dan
saham).
Dalam teori pecking order, para manajer konsisten dengan tujuan utama perusahaan, yaitu
memakmurkan kekayaan pemegang saham. Pada teori ini menyatakan bahwa perusahaan
cenderung lebih memilih pendanaan yang berasal dari internal perusahaan daripada eksternal.
Penggunaan pendanaan eksternal dilakukan apabila dana internal perusahaan tidak
mencukupi.
b. Dalam penelitian Ozkan, leverage mewakili struktur modal perusahaan. Ukuran rasio
likuiditas terdiri dari empat alat ukur, sebagai berikut:
1) Current Ratio, yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar yang
merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan
aktiva lancar (Riyanto,1995:332). Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin
besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
2) Cash Ratio, yaitu perbandingan antara aktiva lancar yaitu kas dan efek dengan hutang
lancar yang merupakan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus
dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera
diuangkan (Riyanto, 1995:332).
𝐾𝑎𝑠 + 𝐸𝑓𝑒𝑘
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
3) Quick (acid test) Ratio, yaitu perbandingan antara aktiva lancar yang benar-benar
likuid saja, yakni aktiva lancar di luar persediaan atau dikurangi dengan persediaan
dan dibandingkan dengan hutang lancar. Rasio ini merupakan alat ukur untuk
menunjukkan kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan
aktiva lancar yang lebih likuid (Riyanto,1995:333).
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
4) Working Capital to Total Asset Ratio, yaitu perbandingan antara aktiva lancar
dikurangi hutang lancar dengan jumlah aktiva yang merupakan likuiditas dari total
aktiva dan posisi modal kerja (Riyanto, 1995:333).
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑜 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
c. Menurut Tatengkeng, dkk (2018) variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan,
diantaranya:
1) Kebijakan
Utang Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang
bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur
modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal yang optimal.
Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar dalam struktur
modal, namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan utang yang kecil atau
tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal
eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.
2) Likuiditas
Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat
pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat
merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.
3) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diartikan sebagai berikut: (1) alat-alat untuk mengukur (seperti
menjengkal dan sebagainya), (2) sesuatu yang dipakai untuk menentukan (menilai dan
sebagainya), (3) pendapatan mengukur panjangnya (lebarnya, luasnya, besarnya)
sesuatu.
4) Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran kinerja bagi perusahaan. Profitabilitas
menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam hal menghasilkan laba.
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.
5) Risiko Bisnis
Perusahaan memiliki sejumlah risiko yang didapat langsung akibat dari jenis usaha
dari perusahaan tersebut, hal inilah yang dimaksud dengan risiko bisnis. Risiko bisnis
adalah seberapa berisiko saham perusahaan jika perusahaan tidak mempergunakan
utang. Risiko bisnis tidak hanya bervariasi dari industri ke industri, namun juga dapat
bervariasi antar perusahaan dari industri tertentu, dan juga dapat berganti seiring
waktu.
6) Kepemilikan Manajerial
Konsep Agency theory adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent, dimana
principal adalah pihak yang memperkerjakan agent agar melakukan tugas untuk
kepentingan principal, sedangkan agent adalah pihak yang menjalankan kepentingan
principal.
d. Hasil Penelitian
Purnama (2016) menyatakan bahwa kebijakan investasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cahyono (2016) bahwa keputusan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hubungan antara keputusan pendanaan dengan nilai perusahaan telah diteliti
sebelumnya diantaranya oleh Himawan dan Christiawan (2016) yang menemukan bukti
empiris bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Efni, dkk (2012) bahwa
keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Senata (2016) memberikan
konfirmasi empiris bahwa kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliariskha (2012) membuktinya adanya hubungan positif
antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. Rachmawati dan Noor (2015) telah
meneliti tentang hubungan antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan, hasil
penelitian ini memberikan konfirmasi empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Jadi berdasarkan hasil penelitian diatas mengenai Teori Pecking Order adalah struktur
modal dan kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Nama Perusahaan dan Latar Belakang Perusahaan yang Melakukan Merger
Proses merger tiga bank syariah besar di Indonesia menjadi salah satu tonggak sejarah
yang akan membuka banyak peluang-peluang baru dalam mendukung perekonomian
masyarakat secara nasional. Setiap bank syariah memiliki latar belakang dan sejarahnya
sendiri sehingga semakin menguatkan posisi BSI ke depannya.
1. PT BRI Syariah Tbk (BRIS)
PT BRI Syariah Tbk atau sering disingkat menjadi BRIS awalnya terbentuk dari
proses akuisisi BRI terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007. Setelahnya,
BRI Syariah mulai beroperasi pada 17 November 2008 dengan berlandaskan prinsip
syariah Islam. BRI Syariah berfokus membidik berbagai segmen di masyarakat dan
terus tumbuh luas menawarkan berbagai produk syariah kepada nasabahnya. Pada
2018, BRI Syariah mulai melaksanakan initial public offering di Bursa Efek Indonesia
dan mencatatkan diri sebagai anak usaha BUMN di bidang Syariah yang pertama kali
melaksanakan penawaran umum saham perdana.
2. PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) didirikan pada 29 April 2000 dengan
pembukaan 5 kantor cabang utama di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan
Banjarmasin. Pendirian Bank Negara Indonesia ini tercetus setelah melihat kondisi
bank syariah saat krisis moneter di tahun 1998 tetap mampu berdiri tanpa mengalami
perubahan secara signifikan. Dalam proses operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan aspek syariah yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas Syariah
dan telah melalui pengujian sehingga memenuhi aturan Syariah.
3. PT Bank Mandiri Syariah (BSM)
Awalnya Bank Mandiri adalah bank yang berdiri dari hasil penggabungan dari empat
bank, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo yang
mulai terguncang akibat krisis moneter pada tahun 1998. Setelah itu mulai dibentuk
tim konsolidasi untuk pengembangan perbankan syariah dan pada 1 November 1999
terbentuklah Bank Syariah Mandiri. Hingga saat ini Bank Mandiri Syariah mampu
memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani sebagai landasan operasional.
Hal ini yang membuat Bank Syariah Mandiri terus berkembang hari ini dan jadi
bagian dari BSI.
Sumber : https://www.qoala.app/id/blog/bisnis/apa-itu-bank-syariah-indonesia/
a) Merger berasal dari bahasa latin “mergerer” yang berarti (1) bergabung, bersama,
menyatu, berkombinasi (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau tertelan
sesuatu. Merge rmerupakan kombinasi dari dua perusahaan atau lebih untuk membentuk
sebuah perusahaan baru (Scott C. Whitaker, 2012). Merger biasa digunakan dalam
perusahaan sebagai proses penggabungan suatu usaha. Merger dapat dilakukan baik
secara internal maupun eksternal. Merger internal terjadi ketika perusahaan sasaran
berada dalam satu kepemilikan group yang sama sedangkan Merger eksternal terjadi
ketika perusahaan sasaran berada dalam group kepemilikan yang berbeda. Dalam strategi
bisnis Merger didefinisikan oleh Hitt (2001, h. 295) sebagai sebuah strategi dimana dua
perusahaan setuju untuk menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif
seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-
sama dapat menciptakan keunggulan kompetetif yang lebih kuat.
Sumber : http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2210/3/11.%20BAB%20II%20fix-2.pdf
b) Mulai 1 Februari 2021 lalu, tiga bank syariah yakni BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri
dan BNI Syariah resmi merger menjadi satu yakni menjadi Bank Syariah Indonesia.
Kebijakan merger tersebut selaras dengan Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah
Indonesia (MEKSI) 2019-2024. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan izin
untuk Bank Syariah Indonesia sebagai entitas baru. Pasca merger, komposisi pemegang
saham pada BSI adalah sebagai berikut:
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 51,2 persen
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0 persen
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4 persen
DPLK BRI-Saham Syariah 2 persen
Publik 4,4 persen
Sumber : https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/merger-bank-syariah-dorong-
pertumbuhan-perbankan-syariah/
c) Motif Perusahaan melakukan Merger
Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dan Bank BRI Syariah dulunya merupakan bank umum
syariah yang berdiri sendiri. Pada awal Februari, atas izin Otoritas Jasa Keuangan, ketiga bank
tersebut digabung menjadi satu dengan nama PT Bank Syariah Indonesia. Alasan dari merger ini
adalah bagian upaya dan komitmen pemerintah dalam memajukan ekonomi syariah sebagai pilar
baru kekuatan ekonomi nasional yang juga secara jangka panjang akan mendorong Indonesia
sebagai salah satu pusat keuangan syariah global. Rencananya, tujuan adanya merger ketiga bank
ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah dan menjadikan perbankan syariah
makin eksis di kalangan masyarakat. Dengan penggabungan ketiga bank ini nantinya diharapkan
mampu berinovasi dan lebih kuat lagi dalam memajukan keuangan syariah di Indonesia.
https://bisnika.hops.id/bank-bank-syariah-negara-dimerger-apa-alasannya/
Sumber:https://www.qoala.app/id/blog/bisnis/apa-itu-bank-syariah-indonesia/
Dari tiga perusahaan yang berbeda tapi satu jenis perusahaan yaitu, perusahaan Bank
yang bergerak dalam atau cara Syariah, seperti:
1. PT BRI Syariah Tbk (BRIS)
2. PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
3. PT Bank Mandiri Syariah (BSM)
Hal ini yang membuat ke-3 bank diatas dapat terus berkembang dan menjadi bagian dari
BSI (Bank Syariah Indonesia).
Manfaat yang didapatkan dari megernya ke-3 bank syariah diatas. Yaitu:
a. Sebagai sebuah strategi dimana dua perusahaan setuju untuk menyatukan kegiatan
operasionalnya dengan basis yang relatif seimbang, karena mereka memiliki
sumber daya dan kapabilitas yang secara bersama-sama dapat menciptakan
keunggulan kompetetif yang lebih kuat.
b. Tujuan adanya merger ketiga bank ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar
perbankan syariah dan menjadikan perbankan syariah makin eksis di kalangan
masyarakat. Dengan penggabungan ketiga bank ini nantinya diharapkan mampu
berinovasi dan lebih kuat lagi dalam memajukan keuangan syariah di Indonesia.
c. Dalam hal ekosistem ekonomi syariah, Menjadi prime mover di industri
perbankan syariah, Akselerasi pengembangan ekosistem ekonomi syariah melalui
peningkatan sinergi dengan LKS lainnya dan industri halal. Merger atau
penggabungan usaha tiga bank syariah milik negara akan menciptakan entitas baru
dengan visi besar jika pembentukan identitas baru selama proses merger berjalan
baik.
Jadi keuntungan utama dari adanya penggabungan diatas adalah di antaranya untuk
meningkatkan efisiensi dan peningkatan kemampuan menghasilkan laba,
mengembangkan usaha, meningkatkan daya saing perusahaan/lebih kompetitif.