Anda di halaman 1dari 42

11

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA TN.W DENGAN BHP

Dosen pembimbing :
YANTI SUTRINYNTI M.KEP

NAMA KELOMPOK II :
Hani katu rohimah (P00320119047)
Seli chaniya Lusiya (P00320119050)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN CURUP
2020/2021
12

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Penulis
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini sudah penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya penulis dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya ini
bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Rejang lebong 11 Agustus 2021

Penulis
13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar belakang..............................................................................................................
B. Rumusan masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................
1. Definisi.............................................................................................................................
2. Tanda dan Gejala BPH.......................................................................................................
3. Etiologi.............................................................................................................................
4. Patofisiologi......................................................................................................................
5. Klasifikasi
6. Manifestasi klinis..............................................................................................................
7. Komplikasi.................................................................................................................
8. penatalaksanaan..............................................................................................................
9. Pemeriksaan penunjang................................................................................................
10. Konsep Asuhan KeperawatanKonsep
11. diagnosa keperawatan ............................................................................................
12. Intervensi...................................................................................................................
BAB III ASKEP
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan..........................................................................................................................
B.Saran....................................................................................................................................
14

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan. Pembesaran prostat disebabkan oleh dua faktor penting yaitu ketidakseimbangan
hormon estrogen dan androgen, serta faktor umur atau proses penuaan sehingga obstruksi
saluran kemih dapat terjadi(Andredkk, 2011).
Pada pasien BPH sering muncul keluhan nyeri, pengeluaran urine tidak lancar, dan
pembesaran prostat menunjukkan tanda gejala BPH yang sering di keluhkan pasien.
Gangguan-gangguan sistem lain seperti saluran kemih yang terinfeksi karena kuman patogen
berkembang dalam kandung kemih disebabkan kembalinya urine dari kandung kemih ke
ginjal, hal tersebut terjadi karena pembengkakan kelenjar prostat atau BPH. Ketidakmampuan
melakukan pencegahan terjadinya pembesaran prostat ketidakmampuan mengenal tanda
gejala BPH mengakibatkan keparahan yang mungkin terjadi
Penyebab terjadinya BPH hingga saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan dihidrosteron (DHT)
dan proses aging (penuaan). Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) dapat menyebabkan
obstruksi sehingga dapat dilakukan penanganan dengan cara melakukan tindakan yang paling
ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.
Terdapat macam-macam tindakan bedah yang dapat dilakukan pada klien BPH antara lain,
Prostatektomi Suprapubis, Prostatektomi Parineal, Prostatektomi Retropubik, Insisi Prostat
Transuretral (TUIP), Transuretral Reseksi Prostat (TURP) (Purnomo,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Definisi
2. Tanda dan Gejala BPH
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
6. Manifestasi klinis
7. komplikasi
8. penatalaksanaan
9. Pemeriksaan penunjang
10. Konsep Asuhan KeperawatanKonsep
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi
2. Mengetahui Tanda dan Gejala BPH
3. Mengetahui Etiologi
4. Mengetahui Patofisiologi
5. Mengetahui Klasifikasi
6. Mengetahui Manifestasi klinis
7. Mengetahui komplikasi
8. Mengetahui penatalaksanaan
9. Mengetahui Pemeriksaan penunjang
10. Mengetahui Konsep Asuhan KeperawatanKonsep
15
16

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare, 2013). Hyperplasia
merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH
merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia
rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk, 2014)
Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH)
merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50 tahun
menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.
B. Tanda dan Gejala BPH
Menurut Hariono ,(2012) tanda dan gejala BPH meliputi:
1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan
mengejan.
b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan oleh ketidak
mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan intra vesika sampai
berakhirnya miksi.
c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala iritasi
a. Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b. Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat terjadi pada
malam dan siang hari.
c. Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.
C. Etiologi
Teori yang umum digunakan adalah bahwa BPH bersifat multifactorial dan pengaruh
oleh sistem endokrin, selain itu ada pula yang menyatakan bahwa penuaan menyebabkan
peningkatan kadar estrogen yang menginduksi reseptor adrogen sehingga meningkat
sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada BPH terjadi proses
hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel. Pemeriksaan micropis menunjukan
bahwa bPH tersusun atas stroma dan epitel dengan rasio yang bervariasi. Tanto (2014)
Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:
1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses penuaan, pada pria
terjadi peningkan hormone estrogen dan penurunan hormon testosteron. Hal ini yang
memicu terjadinya hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
17

peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel, sehingga
akan terjadi BPH.
4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan memicu terjadi
BPH
D. patofisiologi
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana
terjadi perubahan keseimbangan testosterone, esterogen, karena produksi testosterone
menurun, produksi esterogen meningkat dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen
pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon testosteron, yang di
dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein sehingga
mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hyperplasia yang akan meluas menuju kandung
kemih sehingga mempersempit saluran uretra prostatika dan penyumbatan aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan
urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli
berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-
buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada
buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau
lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke
dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif tetapi obat-obatan
ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang paling tepat adalah tindakan
pembedahan, salah satunya adalah TURP
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotongan dan counter yang
disambungkan dengan arus listrik. Trauma bekas resectocopy menstimulasi pada lokasi
pembedahan sehingga mengaktifkan suatu rangsangan saraf ke otak sebagai konsekuensi
munculnya sensasi nyeri (Haryono, 2012)
E. Klasifikasi
Menurut R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong ( 2010 ), klasifikasi BPH meliputi :
1. Derajat 1 : Biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan konservatif.
2. Derajat 2 : Merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopik melalui uretra ( trans urethral resection / TUR ).
3. Derajat 3 : Reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah cukup
besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui trans
retropublik / perianal.
4. Derajat 4 : Tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine total
dengan pemasangan kateter.
18

F. Manifestasi klinis
Menurut Tanto (2014) pada umumnya pasien BPH datang dengan gejala-gejala truktus
urinarius bawah (lower urinari tract symptoms -LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi
dan iritasi.
1. Gejala obtruksi :
a. Miksi terputus
b. Hesitancy: saat miksi pasien harus menunggu sebelum urin keluar
c. Harus mengedang saat mulai miksi
d. Kurangannya kekuatan dan pancaran urine
e. Sensasi tidak selesai berkemih
f. Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala waktu ≤ 2 jam setelah miksi
sebelumnya)
g. Menetes pada akhir miksi
2. Gejala Iritasi
a. Frekuensi sering miksi
b. Urgensi : rsa tidak dapat menahan lagi, rasa ingin miksi
c. Nokuria : terbangun di malam hari
d. Inkotenensia
G. komplikasi
komplikasi BPH meliputi :
a. Aterosclerosis
b. Infark jantung
c. Impoten
d. Haemoragik post operasi
e. Fistula
f. Struktur pasca operasi dan inconentia urin
g. Infeksi
H. penatalaksanaan
Menurut Haryono (2012) penatalaksaan BPH meliputi :
1. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
b. Penghambat enzim, misalnya finasteride
c. Fitoterapi, misalnya eviprostat
2. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi,
adapun macam-macam tindakan bedah meliputi:
a. Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui
insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan
kelenjar prostat diangkat dari atas.
2) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum.
3) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding
[endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar
prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih.
b. Insisi prostat transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr /
kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
19

c. Transuretral Reseksi Prostat (TURP)


Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop dimana resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10-3-F
untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang
di sambungkan dengan arus listrik.

d. Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui
insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan
kelenjar prostat diangkat dari atas.
2) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum.
3) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding
[endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar
prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih.
e. Insisi prostat transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr /
kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
f. Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop dimana resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10-3-F
untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang
di sambungkan dengan arus listrik.
I. Pemeriksaan penunjang
Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
1. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus
mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan
buli-buli termasuk residual urine.
3. Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell)
dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau hematuria (prabowo dkk,
2014).
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam
abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel darah
merahnya.
5. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
6. PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel jaringan
akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui apakah hanya bersifat
benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
20

J. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Nursalam, 2012).
1. Anamnese :
a. Identitas : identitas digunakan untuk mengetahui klien yg mengalami BPH yang
sering dialami oleh laki –laki diatas umur 45 tahun
b. Keluhan Utama : pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan nyeri,
sehingga yang perlu dikaji untk meringankan nyeri (provocative/ paliative), rasa
nyeri yang dirasakan (quality), keganasan/intensitas (saverity) dan waktu serangan,
lama, (time)
c. Riwayat penyakit sekarang: Keluhan yang sering dialami klien BPH dengan istilah
LUTS (Lower Urinary Tract Symtoms). Antara lain: hesistansi, pancaran urin
lemah, intermittensi, ada sisa urine pasca miksi, frekuensi dan disuria (jika
obstruksi meningkat).
d. Riwayat penyakit dahulu : tanyakan pada klien riwayat penyakit yang pernah
diderita, dikarenakan orang yang dulunya mengalami ISK dan faal darah beresiko
terjadinya penyulit pasca bedah (Prabowo, 2014)
2. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)
a. Vital sign (tanda vital)
1) Pemeriksaan temperature dalam batas normal
2) Pada klien post operasi BPH mengalami peningatan RR
3) Pada klien post operasi BPH mengalami peningkatan nad
4) Pada klien post operasi BPH mengalami peningkatan tekanan darah
(Prabowo,2014).
B. Pemeriksaan fisik ( head to toe )
1) Mata : lihat kelopak mata, konjungtiva (pucat atau tidak)
2) Mulut dan gigi : kaji bagaimana kebersihan rongga mulut dan bau mulut, warna bibir
(pucat atau kering), lidah (bersih atau kotor). Lihat jumlah gigi, adanya karies gigi atau
tidak
3) Leher : Palpasi daerah leher untuk merasakan adanya massa pada kalenjar tiroid,
kalenjar limfe, dan trakea, kaji juga kemampuan menelan klien, adanya peningkatan
vena jugularis
4) Dada : lihat bentuk dada, pergerakan dinding dada saat bernafas, apakah ada suara nafas
tambahan
5) Abdomen
Menurut Purnomo, 2009 pemeriksaan abdomen meliputi:
1. Perkusi : Pada klien post operasi BPH dilakukan perkusi pada 9 regio abdomen
untuk mengetahui ada tidaknya residual urine
2. Palpasi : Teraba kistus di daerah suprasimfisis akibat retensi urin dan sering
dilakukan teknik bimanual untuk mengetahui adanya hidronefrosis dan
pyelonefrosis.
21

6) Genetalia
22

a) j Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan biasanya terjadi
hematuria setelah tindakan pembedahan, sehingga Pada klien post operasi BPH
mengalami peningkatan tekanan darah.

b) Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan biasanya terjadi
hematuria setelah tindakan pembedahan, sehingga terdapat bekuan darah pada
kateter. Dan dilakukan tindakan spolling dengan Ns 0,9% / PZ, ini tergantung dari
warna urine yang keluar.Bila urine sudah jernih spolling dapat dihentikan dan pipa
spolling di lepas
c) Pada pemeriksaan penis, uretra dan skrotum tidak ditemukan adanya kelainan,
kecuali adanya penyakit penyerta seperti stenosis meatus, striktur uretralis,
urethralithiasis, Ca penis, maupun epididimitis (Prabowo, 2014).
7) EkstermitasPada klien post opersi BPH perlu dikaji kekuatan otot dikarenakan
mengalami penurunan kekuatan otot (Prabowo, 2014).
C. Diagnosa keperawatan
1. Pre Operasi :
a) Ansietas b.d kurang terpapar informasi
b) Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologi
2. Post Operasi :
a) Nyeri akut b.d agen pencidera fisik (prosedur operasi)
b) Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
c) Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
d) Resiko tinggi infeksi
D. INTERVENSI
1. Pre operasi
No Kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilkukan tindakan keperawatan REDUKSI ANXIETAS
diharapkan tingkat ansietas berkurang 1.  Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat
1. perilaku gelisah berkurang anxietas berubah (mis. Kondisi,
2. Konsentrasi membaik waktu, stressor)
3. Pola tidur membaik 2. Identifikasi
4. Orientasi membaik kemampuan mengambil
keputusan
3. Monitor tanda anxietas
(verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
4. Ciptakan suasana 
terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
5. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
6. Pahami situasi yang
membuat anxietas
7. Dengarkan dengan
penuh perhatian
8. Gunakan pedekatan
yang tenang dan meyakinkan
23

9. Motivasi
mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
10. Diskusikan
perencanaan  realistis tentang
peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
11. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang mungkin
dialami
12. Informasikan secara
factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
13. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
14. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
15. Anjurkan
mengungkapkan perasaan dan
persepsi
16. Latih kegiatan
pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
17. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri yang
tepat
18. Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas, jika perlu

2 Setelah dilakukan tindakan keperawatanMANAJEMEN NYERI


diharapkan tingkat nyeri berkurang 1. Observasi
dengan kriteria hasil: 1. lokasi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas,
2. Meringis berkurang intensitas nyeri
3. Kualitas tidur meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
4. Pola nafas membaik 3. Identifikasi respon nyeri
5. Tekanan darah membaik non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
24

penggunaan analgetik
2. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Post operasi
No Kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatanMANAJEMEN NYERI
diharapkan tingkat nyeri berkurang 5. Observasi
dengan kriteria hasil: 1. lokasi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas,
2. Meringis berkurang intensitas nyeri
3. Kualitas tidur meningkat 2. Identifikasi skala
4. Pola nafas membaik nyeri
5. Tekanan darah membaik 3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan
25

tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
6. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
7. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu
26

2 Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NUTRISI


keperawatan diharapakan 1. Observasi
defisit nutrisi menurun 1. Identifikasi status
dengan kriteria hasil: nutrisi
1. Porsi makan yang dihabskan 2. Identifikasi alergi
meningkat dan intoleransi makanan
2. Perasaan cepat kenyang menurun 3. Identifikasi
3. Berat badan meningkat makanan yang disukai
4. Nafsu makan meningkat 4. Identifikasi
kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
5. Identifikasi
perlunya penggunaan
selang nasogastrik
6. Monitor asupan
makanan
7. Monitor berat
badan
8. Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik
9. Lakukan oral
hygiene sebelum makan,
jika perlu
10. Fasilitasi
menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
11. Sajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
12. Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
15. Hentikan
pemberian makan melalui
selang nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
16. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
17. Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
18. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
27

19. Kolaborasi dengan


ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
3 Setelah dilakukan tindakan MEMFASILITASI SIKLUS
keperawatan diharapkan TIDUR DAN TERJAGA YANG
pola tidur membaik TERATUR
dngan kriteria hasil: 1. observasi
1. Keluhan sulit tidur berkurang 1. Identifikasi pola aktivitas
2. Keluhan sering terjaga berkurang dan tidur
3. Keluhan tidak puas tidur 2. Identifikasi faktor
berkurang pengganggu tidur fisik atau
psikologi
3. Identifikasi makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur (kopi,
alkohol, teh, makanan
mendekati tidur, minum
banyak sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
2. Terapeutik
5. Modifikasi lingkungan
(mis: pencahayaan,
kebisingan, suhu, dan
tempat tidur)
6. Batasi waktu tidur siang
jika perlu
7. Fasilitasi penghilang stres
sebelum tidur
8. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
3. Edukasi
9. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
10. Hancurkan mendapati
kebiasaan waktu tidur
11. Anjurkan menghindari
makanan atau minuman
yang mengganggu tidur
12. Menganjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur rem
13. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
14. Ajarkan relaksasi otot-otot
togel atau cara non farmasi
4 Setelah dilakukan tindakan PENCEGAHAN INFEKSI
keperawatan diharapkan
gangguan pola tidur 1. Observasi
menurun dengan kriteria 1. Identifikasi riwayat
28

hasil: kesehatan dan riwayat


1. Kemerahan berkurang alergi
2. Bengkak berkurang 2. Identifikasi kontraindikasi
3. Nyeri berkurang pemberian imunisasi
4. Nafsu makan meningkat 3. Identifikasi status
imunisasi setiap kunjungan
ke pelayanan kesehatan
2. Terapeutik
3. Berikan suntikan pada
pada bayi dibagian paha
anterolateral
4. Dokumentasikan informasi
vaksinasi
5. Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
3.Edukasi
4. Jelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
5. Informasikan imunisasi
yang diwajibkan
pemerintah
6. Informasikan imunisasi
yang melindungiterhadap
penyakit namun saat ini
tidak diwajibkan
pemerintah
7. Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
8. Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
9. Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin gratis
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

Tanggal Pengkajian :30 juli 2021 ………………


A. DATA BIOGRAFI
Nama : tn. W L / P
Usia : 62 tahun…..... Gol.Darah : O / A / B / AB
Pendidikan Terakhir : TidakSekolah/SD/SLTP/SLTA/DI/DIII/DIV/S1/S2
Agama : Islam/Protestan/Katolik/Hindu/Budha/Konghucu
Status Perkawinan : Kawin/Belum/Janda/Duda (cerai : Hidup/Mati)
TB/BB :160…… Cm /50……….. Kg
Penampilan :kurus, sawo matang Ciri-ciri Tubuh :memakai
Alamat tongkat
:sumber urip……………………………………………….
Orang Yang Dapat Di ………………………………Telp./ ………………………..
hubungi :tn d…………….. L/P
Hubungan dengan Lansia : anak kndung
Alamat :sumber urip…………………………………..
……………………………… Telp./ ………………………..

B. RIWAYAT KELUARGA

Susunan anggota Keluarga

Status Imunisasi
No Nama JK Hubungan dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan BCG Polio DPT Hepatitis Campak

tn k Anak kandung 40 th Stm/smk Petani


Anak kandung
Anak kandung 35 th
tn L Sma Swasta

ny w 29 th smk Petani

Genogram :
10

Ket:

:laki-laki

:perempuan

:klien

Tipe / Bentuk Keluarga :

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :tidak bekerja
Alamat pekerjaan :sumber urip
Berapa jarak dari rumah : - (Km)
Alat transportasi :sped motor
Pekerjaan sebelumnya :petani
Sumber pendapatan & :sumber biaya klien ditanggung
Kecukupan terhadap oleh anak klien
Kebutuhan

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal :permanen
Jumlah Kamar :4
Jumalah Tongkat di kamar :1
Kondisi tempat tinggal :dekat dengan pemukiman
Jumlah orang yang tinggal penduduk
Derajat Privasi :Laki-laki…Orang/Perempuan…
Tetangga terdekat Orang
Alamat / Telepon : baik
:ny r
:

Denah Rumah / keterangan :


11

E. RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat : memelihara ayam
Keanggotaan Organisasi :tidak ada
Liburan Perjalanan : nonton tv

F. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Tahap Perkembangan Saat Ini :


Klien mengatakan memiliki 3 anak dan 1 belum menikah, kiln memiliki 3 orang cucu 2 laki – laki
dan 1 perempuan
Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi :
1 orang anak belum menikah
Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
:semasa hidup istri klien mengalami struk dan colestrol
Riwayat Keluarga Sebelumnya
tidak ada riwayat penyakit turunan.

G. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi Keluarga
klien dn keluarga berkomunikasi dengan baik dan memutuskan masalah menggunakan
musyawarah, keputusan terbuka..
Struktur Kekuatan
Keluarga ..........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Struktur Peran ( formal dan informal )
Sebagai seorang ayah dan kakek
Nilai dan Norma Keluarga
klien yang beragama islam dan klienmempercayai apa yang diajrkan oleh agamanya..
FUNGSI KELUARGA
Fungsi Sosial
Klien masih sering bersosialisasi kepada tentangga dan masyarakat lainnya
Fungsi Perawatan Keluarga
ketika klien sakit keluarga selalu merawatnya dengan baik.
Fungsi Reproduksi
istri klien sudah meninggal sejak 6 tahun yang lalu
Fungsi Ekonomi
klien sudah tidak bekerja lagi dan kebutan sehari hari di penuhi oleh anaknya..
12

SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi :perawat
Jarak dari rumah :20m
Rumah Sakit :21Km
Klinik :300m
Pelayanan Kesehatan dirumah : perawat
Makanan yang dihantarkan :tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan :tidak ada
keluarga : tidak ada
Lain-lain

DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual :sholat dan mengaji
Yang Lainnya : tidak ada

L. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama : tidak ada
setahun yang lalu : klien pernah mengalami struke
Status kesehatan umum selama dibagian kiri tubuh klien
5 tahun yang lalu

KELUHAN UTAMA : nyeri dibagian simpisis, simpisis teraba keras, glas terasa
penuh , nyeri saat akan bak,
Provokative / palliative : klien mengatakan kesulitan
Quality / Quantity akan bak
Region : seperti ditusuk - tusuk
Severity Scale : bagian simpisis
Timming :skala 5
: hilang timbul

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :


Klien mengetahui penyakit yang didertanya ,klien rutin meminum obat dan sering kontrol

OBAT-OBATAN :
No. Nama Obat Dosis Keterangan

Alergi : (Catatan agen dan reaksi spesifik)


Obat-obatan : tidak ada
Makanan :seafood
Faktor Lingkungan :tidak ada

Penyakit yang diderita :


Hipertensi
13

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks Katz : A/B/C/D/E/F/G
Oksigenasi :22x/menit
Cairan & Elektrolit : klien kurang lebih minum
8gelas/hari

Nutrisi : makan 3x sehari


Eliminasi : bak 6 – 8x/hari bab 1x/hari
Aktivitas : klien biasa mengurus ayamnya
Istirahat & Tidur :tidur siang 1 – 2 jam dan tidur
malam 4 -6 jam
Personal Hygiene : 2x sehari pagi dan sore
Seksual :-
Rekreasi : nonton tv
Psikologis : normal

Persepsi Klien : klien yakin penyakitnya akan


sembuh
Konsep Diri : berfokus pada kesembuhan
: klien bersifat tenang
Emosi : berdaptasi baik dengan
lingkungan
Adaptasi : klien memiliki sifat sabar dan
memohon kesembuhan pada
Mekanisme Pertahanan Diri tuhan

Keadaan Umum : klien sadar penuh


Tingkat Kesadaran : Composmentis,

Skala Koma Glasgow : Eye 6 Verbal 5 Psikomotor 4


Tanda-tanda Vital : Pols=86 Temp=36,6 RR=22
Tensi=140/90mmhg

System kardiovaskuler : tidak ada masalah, tindak ada


suara tambahan,
Sistem pernafasan
:tidak ada pernapasan cuping
hidung
Hidung tampak bersih
Mulut Tidak terdapat sekret

System perkemihan : tampak kering, jumla gigi tidak


lengkap

: klien mengeluhkan nyeri jika akan


bak, glas terasa penuh, sering
tidak tuntas jika bak, bak bisa
lebih dari 10x,
14

K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL

Short Porteble mental Status Questionnaire (SPMSQ) ……………………………….


Mini Mental State Exam (MMSE) : ………………………………………………….
Inventaris Depresi Beck : ……………………………………………………………..
APGAR Keluarga : ……………………………………………………………………….

L. DATA PENUNJANG
1. Labvoratorium : -
2. radiologi :-

INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari

Nama : Tn W Tanggal : 30 juli


Klien : L / P Umur : 62Tahun 2021
Jenis : ISLAM TB/BB : 160
Kela : SD/SMP/SMA/PT cm/50 Kg
min : Desa sumber urip Gol Darah : O
Agama
Pendidi
15

kan
Alamat

SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah,
(A) ke kamar kecil, berpakaian dan mandi

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,


B kecuali satu dari fungsi tersebut

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,


C kecuali mandi, dan satu fungsi tambahan

Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,


D kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi
tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
E kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu
fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,
F kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak


Lain-lain dapat di klasifikasikan sebagai C, D, E atau F
16

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE


(SPMSQ)
Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual Lansia.

Nama Klien : Tn W Tanggal : 30 juli


Jenis Kelamin : L / P Umur : TB/BB : 160
Agama 60Tahun cm/50Kg
Pendidikan : ………………………… Gol Darah : O
Alamat ….
Nama : SD/SMP/SMA/PT
Pewawan : desa sumber urip
cara : hani katu rohima
: seli chania lusya

SK
O
R
E
+ - No. PERTANYAAN JAWABA
N
1. Tanggal berapa hari ini ? Hari
Tgl
Th
+ 2. Hari apa sekarang ini ? Jum at
+ 3. Apa nama tempat ini ? rumah
+ 4. Berapa nomor telpon Anda ? Sumber
4.a. Dimana alamat Anda ? urip
(tanyakan bila tidak memiliki
telpon)
+ 5. Berapa umur Anda ? 60 an
+ 6. Kapan Anda lahir ? 1959
+ 7. Siapa Presiden Indonesia Jokowi
sekarang ?
+ 8. Siapa Presiden sebelumnya ? Jokowi
- 9. Siapa nama kecil ibu Anda ? Tidak ada
nama
kecil
- 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun ?
Jumlah Kesalahan Total 2

KETERANGAN :
1. Kesalahan 0 – 2 Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 – 4 Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat
17

 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
 Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan lebih dari SD
 Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
Dari Pfeiffer E (1975)

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Menguji Aspek - Kognitif dari Fungsi Mental

NILA PA PERTANYAAN
I SI
EN
Maks
im
u
m
ORIENTASI
5 5 (2021,musim hujan,30 juli )

(Tahun, Musim, Tgl, Hari, Bulan, apa


sekarang ? dimana
5 4 (Indonesia prov Bengkulu, kabupaten rejang
1/5 lebong)
kita : (Negara Bagian, Wilayah, Kota) di RS,
Lantai ?)
REGISTRASI
2 ( kursi, kebun, kerang klien mampu
3 1/5 menjawab dengan bnenar)

Nama 3 Obyek (1 detik untuk mengatakan


masing-masing) tanyakan klien ke 3 obyek
setelah anda telah mengatakan. Beri 1
point untuk tiap jawaban yang benar,
kemudian ulangi sampai ia mempelajari
ke 3 nya jumlahkan percobaan & catat.
Percobaan : ……………………
PERHATIAN & KALKULASI
Seri 7's ( 1 point tiap benar, berhenti setelah
5 5 jawaban, berganti eja kata ke belakang)
( 7 kata dipilih eja dari belakang)
MENGINGAT
3 2 ( klien hanya menjawab kerang)
18

Minta untuk mengulangi ke 3 obyek diatas,


beri 1 point untuk tiap kebenaran.
BAHASA
7 Nama pensil & melihat (2 point)
9 Mengulang hal berikut tak ada jika ( dan atau
tetapi) 1 point

30 Nilai Total 21

KETERANGAN :

Mengkaji Tingkat Kesadaran klien sepanjang Kontinum :


Composmentis, Apatis, Somnolens, Suporus, Coma.

Nilai Maksimum 30 (Nilai 21 / kurang indikasi ada kerusakan kognitif 


perlu penyelidikan lanjut)

INVENTARIS DEPRESI BECK


(Penilaian Tingkat Depresi Lansia dari Beck & Decle, 1972)

Nama Klien : Tn W Tanggal :30 juli


Jenis Kelamin : L / P TB/BB : 160
Agama Umur : ….Tahun cm/ 50Kg
Pendidikan : Islam Gol Darah : O
Alamat : SD/SMP/SMA/PT
Nama : Desa sumber urip
Pewawan : hani katu rohimah
cara Seli chania lusya

SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
33 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
19

(1) Saya merasa sedih/galau


0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
(0) Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
(0) Tidak merasa gagal

D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
(1) Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
(2) Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
(0) Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
(0) Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak
perduli pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain &
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
(1) Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
20

0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
(1) Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
(2) Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya
tidak menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada
sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
(2) Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
(1) Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
(1) Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

KETERANGAN : nilai 12(depresi sedang)

PENILAIAN
0-4 Depresi Tidak Ada / Minimal
5-7 Depresi Ringan
8- Depresi Sedang
1
5
16 + Depresi Berat
21

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining Singkat Yang dapat digunakan untuk
mengkaji Fungsi Sosial lansia

Nama : Tn W Tanggal :30 juli


Klie : L / P Umur : ….Tahun TB/BB :
n :islam 160cm/50Kg
Jenis : SD/SMP/SMA/PT Gol Darah : O
Kela : sumber urip
min
Agama
Pendidi
kan
Alamat

NO. URAIAN FUNGSI SKO


R
E
1. Saya puas bahwa saya dapat 1
kembali pada keluarga ADAPTATI
(teman-teman) saya untuk
ON
membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya.
2. Saya puas dengan cara keluarga 2
(teman-teman) saya PARTNER
membicarakan sesuatu
SHIP
dengan saya &
mengungkap- kan masalah
dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga 1
(teman-teman) saya GROWTH
menerima & mendukung
keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah
22

baru
4. Saya puas dengan cara keluarga 1
(teman-teman) saya AFFECTIO
mengekspresikan afek &
N
berespons terhadap emosi-
emosi saya seperti marah,
sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman- 0
teman saya & saya RESOLVE
menyediakan waktu
bersama-sama.
PENILAIAN : 5
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab TOTAL
:

Selalu : Skore 2

Kadang-kadang : Skore 1

Hampir Tidak Pernah : Skore 0


23

ANALISA DATA
No DATA INTERPRESTA MASALA
. SUBYEKTIF/OBYE SI H
KTIF (Etiologi) (Problem
(Sign/Symptom) )
1 2 3 4
Ds. Klien mengatakan Agen pecedera Nyeri akut
nyeri dibagian simpisis fisioogis
1

Do. Klien tanpa meringis


Klien tampak gelisah
Nadi meningkat
Nyeri saat akan bak

Ds. Klien mengatakan glas Efek tindakan Gangguan


terasa penuh medis dan elimina
diagnostik si urin
Do. Klien mengatakan
nyeri saat akan bak
Keinginan berkemih tapi
terasa nyeri
Klien tampah gelisah saat
akan bak

SCORING
No Kriteria Skor Bobot Pembenaran
24

1.
Sifat masalah
Skala : Tidak kurang sehat
Ancaman
Keadaan sejahtera

2. Kemungkinan masalah dapat diatasi


Skala : Mudah
Sebagian
Tidak dapat
3. Potensial masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi
Cukup
Rendah
4.
Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat harus segera ditangani
Adanya masalah tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan

DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI SCORING


1. …………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………….
3. …………………………………………………………………….
4. …………………………………………………………………….

RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan
Keluarga
Kriteria Standar
Nyeri akut b.d Keluhan nyeri (menurun) observasi
agen Meringis (menurun) Identifikasi lokasi,
pecedera Gelisah(menurun) karakteristik, durasi,
fisiologis Kesulitan tidur(menurun) frekuensi kualitas
nyeri
Pola nafas (membaik)
Identifikasi nyeri
Tekanan darah (membaik)
Identifikasi factor
Fungsi berkemih(membaik) memperberat dan
memperingan nyei
teraeutik
Berikan teknik non
farmakologis
Control lingkungan yang
25

memperberat rasa
nyeri
Fasilitasi
Edukasi jelaskan
penyebab dan pemicu
nyeri
jelaskan strategi
meredakan nyeri
anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
kolaborasi
kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

Sensasi berkeih (meningkat)


Desakan berkemih(menurun)
Distensi kandung
kemih(menurun) edukasi
Berkemih tidak tuntas menurun mengidentifikasi tanda
Volume residu urine (menurun) dan gejala retensi
Frekuensi bak( membaik) atau inkontinesia
Karakteristik urine(membaik) urine
Gangguan
identifikasi factor yang
eliminasi urin
menyebabkan
b.d efek
retensi atau
tindakan
inkontinesia urine
medis dan
monitor eliminasi urine
diagnostik
terapeutik
catat waktu – waktu dan
haluaran berkemih
batasi asupan cairan, jika
perlu
edukasi
ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urin
ajari mengenali ta da
berkemh dan waktu
yang tepat untuk
berkemih
ajarkan terapi mordalitas
penguatan otot –
otot
panggul/berkemih
anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
amjurkan mengurangi
minum menjelang
26

tidur

FORMAT PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


No Hari / Tanggal Tujuan Khusus Implementasi Evaluasi Keterangan
Keluhan Mengidentifikasi
Jum’at 30 juli nyeri(menur lokasi,
2021 un) karakteristik,
Meringis(menur lfrekuensi,
un) itensitas nyeri
Gelisah Mengidentifikasi
(menurun) skala nyeri
Kesulitan Mengidentifikasi
tidur(menur respon nyeri
un) non ferbal
Frekuensi Mengidentifikasi
nadi(membai factor yang
k) memperberat
Pola nafas dan
(membaik) memperingan
Tekanan darah nyeri
(membaik) Meberikan teknik
non
farmakologis
Mengontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
Memfasilitasi
istirahat dan
tidur
Menjelaskan
penyebab,
priode, dan
pemicu nyeri
Menjelaskan
strategi
peredah nyeri
Menganjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
Mengkolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Mengidentifikasi
tanda dan
27

gejala retensi
atau
inkontinensia
urine
Mengidentifikasi
factor yang
menyebabka
n retensi atau
inkontinesia
urine
Memonitor
eliminasi urne
Mencatat waktu
– waktu dan
haluaran
urine
Membatasi
asupan
cairan, jika
perlu
Mengajarkan
tanda dan
gejala infeksi
saluran kemih
Mengajarkan
mengukur
asupan cairan
dan haluaran
urine
Mengajarkan
mengenali
tanda
berkemih
Mengajarkan
terapi
modalitas
penguatan
otot – otot
panggul/berk
emihan
Anjurkan minum
yang cukup,
jika tidak ada
kontraindikasi
Menganjurkan
mengurangi
minum
menjelang
tidur
28
29

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare, 2013). Hyperplasia
merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH
merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia
rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk, 2014)
Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH)
merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50
tahun menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.

B. Saran
Semoga dengan membaca makalah dan asuhan keperawatan BPH ( Benigna Prostat
Hyperplasia ) Ini pembaca dapat mengenali penyakit mengenai BPH dan dapat
menghindari resiko terkena bph dan dapat mencegah terjadinya pbh
30

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo Eko dan Pranata Eka. 2014 .Buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika
Purnomo. 2014. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV.Agung
Haryono, Rudi.2012. Keperawatan medical bedah system perkemihan.Yogyakarta
:rapha publishing
Andre, Terrence & Eugene. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
Karisma Publishing Group
Sjamjuhidajat, R & Jong Wim De. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Nasional. Edisi 5. EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
21
22

Anda mungkin juga menyukai