Dosen pembimbing :
YANTI SUTRINYNTI M.KEP
NAMA KELOMPOK II :
Hani katu rohimah (P00320119047)
Seli chaniya Lusiya (P00320119050)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Penulis
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah ini sudah penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya penulis dengan lapang
dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya ini
bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penulis
13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar belakang..............................................................................................................
B. Rumusan masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................
1. Definisi.............................................................................................................................
2. Tanda dan Gejala BPH.......................................................................................................
3. Etiologi.............................................................................................................................
4. Patofisiologi......................................................................................................................
5. Klasifikasi
6. Manifestasi klinis..............................................................................................................
7. Komplikasi.................................................................................................................
8. penatalaksanaan..............................................................................................................
9. Pemeriksaan penunjang................................................................................................
10. Konsep Asuhan KeperawatanKonsep
11. diagnosa keperawatan ............................................................................................
12. Intervensi...................................................................................................................
BAB III ASKEP
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan..........................................................................................................................
B.Saran....................................................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin berkenaan dengan proses
penuaan. Pembesaran prostat disebabkan oleh dua faktor penting yaitu ketidakseimbangan
hormon estrogen dan androgen, serta faktor umur atau proses penuaan sehingga obstruksi
saluran kemih dapat terjadi(Andredkk, 2011).
Pada pasien BPH sering muncul keluhan nyeri, pengeluaran urine tidak lancar, dan
pembesaran prostat menunjukkan tanda gejala BPH yang sering di keluhkan pasien.
Gangguan-gangguan sistem lain seperti saluran kemih yang terinfeksi karena kuman patogen
berkembang dalam kandung kemih disebabkan kembalinya urine dari kandung kemih ke
ginjal, hal tersebut terjadi karena pembengkakan kelenjar prostat atau BPH. Ketidakmampuan
melakukan pencegahan terjadinya pembesaran prostat ketidakmampuan mengenal tanda
gejala BPH mengakibatkan keparahan yang mungkin terjadi
Penyebab terjadinya BPH hingga saat ini belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan dihidrosteron (DHT)
dan proses aging (penuaan). Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) dapat menyebabkan
obstruksi sehingga dapat dilakukan penanganan dengan cara melakukan tindakan yang paling
ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.
Terdapat macam-macam tindakan bedah yang dapat dilakukan pada klien BPH antara lain,
Prostatektomi Suprapubis, Prostatektomi Parineal, Prostatektomi Retropubik, Insisi Prostat
Transuretral (TUIP), Transuretral Reseksi Prostat (TURP) (Purnomo,2011).
B. Rumusan Masalah
1. Definisi
2. Tanda dan Gejala BPH
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
6. Manifestasi klinis
7. komplikasi
8. penatalaksanaan
9. Pemeriksaan penunjang
10. Konsep Asuhan KeperawatanKonsep
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi
2. Mengetahui Tanda dan Gejala BPH
3. Mengetahui Etiologi
4. Mengetahui Patofisiologi
5. Mengetahui Klasifikasi
6. Mengetahui Manifestasi klinis
7. Mengetahui komplikasi
8. Mengetahui penatalaksanaan
9. Mengetahui Pemeriksaan penunjang
10. Mengetahui Konsep Asuhan KeperawatanKonsep
15
16
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare, 2013). Hyperplasia
merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH
merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia
rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk, 2014)
Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH)
merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50 tahun
menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.
B. Tanda dan Gejala BPH
Menurut Hariono ,(2012) tanda dan gejala BPH meliputi:
1. Gejala obstruktif
a. Hesitansi, yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai dengan
mengejan.
b. Intermittency, yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan oleh ketidak
mampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan intra vesika sampai
berakhirnya miksi.
c. Terminal dribbling, yaitu menetesnya urin pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah, yaitu kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala iritasi
a. Urgensi, yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit di tahan.
b. Frekuensi, yaitu penderita miksi lebih sering miksi dari biasanya dapat terjadi pada
malam dan siang hari.
c. Disuria, yaitu nyeri pada waktu kencing.
C. Etiologi
Teori yang umum digunakan adalah bahwa BPH bersifat multifactorial dan pengaruh
oleh sistem endokrin, selain itu ada pula yang menyatakan bahwa penuaan menyebabkan
peningkatan kadar estrogen yang menginduksi reseptor adrogen sehingga meningkat
sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada BPH terjadi proses
hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel. Pemeriksaan micropis menunjukan
bahwa bPH tersusun atas stroma dan epitel dengan rasio yang bervariasi. Tanto (2014)
Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:
1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses penuaan, pada pria
terjadi peningkan hormone estrogen dan penurunan hormon testosteron. Hal ini yang
memicu terjadinya hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
17
peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel, sehingga
akan terjadi BPH.
4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit dan memicu terjadi
BPH
D. patofisiologi
Pertama kali BPH terjadi salah satunya karena faktor bertambahnya usia, dimana
terjadi perubahan keseimbangan testosterone, esterogen, karena produksi testosterone
menurun, produksi esterogen meningkat dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen
pada jaringan adipose di perifer. Keadaan ini tergantung pada hormon testosteron, yang di
dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung
memacu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensistesis protein sehingga
mengakibatkan kelenjar prostat mengalami hyperplasia yang akan meluas menuju kandung
kemih sehingga mempersempit saluran uretra prostatika dan penyumbatan aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan
urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli
berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-
buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada
buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau
lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala
prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke
dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga
terjadi retensi urin. Retensi urine ini diberikan obat-obatan non invasif tetapi obat-obatan
ini membutuhkan waktu yang lama, maka penanganan yang paling tepat adalah tindakan
pembedahan, salah satunya adalah TURP
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk
pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotongan dan counter yang
disambungkan dengan arus listrik. Trauma bekas resectocopy menstimulasi pada lokasi
pembedahan sehingga mengaktifkan suatu rangsangan saraf ke otak sebagai konsekuensi
munculnya sensasi nyeri (Haryono, 2012)
E. Klasifikasi
Menurut R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong ( 2010 ), klasifikasi BPH meliputi :
1. Derajat 1 : Biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan konservatif.
2. Derajat 2 : Merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopik melalui uretra ( trans urethral resection / TUR ).
3. Derajat 3 : Reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah cukup
besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui trans
retropublik / perianal.
4. Derajat 4 : Tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine total
dengan pemasangan kateter.
18
F. Manifestasi klinis
Menurut Tanto (2014) pada umumnya pasien BPH datang dengan gejala-gejala truktus
urinarius bawah (lower urinari tract symptoms -LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi
dan iritasi.
1. Gejala obtruksi :
a. Miksi terputus
b. Hesitancy: saat miksi pasien harus menunggu sebelum urin keluar
c. Harus mengedang saat mulai miksi
d. Kurangannya kekuatan dan pancaran urine
e. Sensasi tidak selesai berkemih
f. Miksi ganda (berkemih untuk kedua kalinya dala waktu ≤ 2 jam setelah miksi
sebelumnya)
g. Menetes pada akhir miksi
2. Gejala Iritasi
a. Frekuensi sering miksi
b. Urgensi : rsa tidak dapat menahan lagi, rasa ingin miksi
c. Nokuria : terbangun di malam hari
d. Inkotenensia
G. komplikasi
komplikasi BPH meliputi :
a. Aterosclerosis
b. Infark jantung
c. Impoten
d. Haemoragik post operasi
e. Fistula
f. Struktur pasca operasi dan inconentia urin
g. Infeksi
H. penatalaksanaan
Menurut Haryono (2012) penatalaksaan BPH meliputi :
1. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
b. Penghambat enzim, misalnya finasteride
c. Fitoterapi, misalnya eviprostat
2. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi,
adapun macam-macam tindakan bedah meliputi:
a. Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui
insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan
kelenjar prostat diangkat dari atas.
2) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum.
3) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding
[endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar
prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih.
b. Insisi prostat transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr /
kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
19
d. Prostatektomi
1) Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui
insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat kedalam kandung kemih dan
kelenjar prostat diangkat dari atas.
2) Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui suatu insisi dalam
perineum.
3) Prostatektomi retropubik, adalah suatu teknik yang lebih umum di banding
[endekatan suprapubik dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar
prostat yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung
kemih.
e. Insisi prostat transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan instrumen
melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30 gr /
kurang) dan efektif dalam mengobati banyak kasus dalam BPH.
f. Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra menggunakan
resektroskop dimana resektroskop merupakan endoskopi dengan tabung 10-3-F
untuk pembedahan uretra yang di lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang
di sambungkan dengan arus listrik.
I. Pemeriksaan penunjang
Menurut Haryono (2012) pemeriksaan penunjang BPH meliputi :
1. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus
mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
2. Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat juga keadaan
buli-buli termasuk residual urine.
3. Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red Blood Cell)
dalam urine yang memanifestasikan adanya pendarahan atau hematuria (prabowo dkk,
2014).
4. DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan internal dalam
abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen dan diperiksa jumlah sel darah
merahnya.
5. Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai data
pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
6. PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi. Sampel jaringan
akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk mengetahui apakah hanya bersifat
benigna atau maligna sehingga akan menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
20
6) Genetalia
22
a) j Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan biasanya terjadi
hematuria setelah tindakan pembedahan, sehingga Pada klien post operasi BPH
mengalami peningkatan tekanan darah.
b) Pada klien post operasi BPH terpasang treeway folley kateter dan biasanya terjadi
hematuria setelah tindakan pembedahan, sehingga terdapat bekuan darah pada
kateter. Dan dilakukan tindakan spolling dengan Ns 0,9% / PZ, ini tergantung dari
warna urine yang keluar.Bila urine sudah jernih spolling dapat dihentikan dan pipa
spolling di lepas
c) Pada pemeriksaan penis, uretra dan skrotum tidak ditemukan adanya kelainan,
kecuali adanya penyakit penyerta seperti stenosis meatus, striktur uretralis,
urethralithiasis, Ca penis, maupun epididimitis (Prabowo, 2014).
7) EkstermitasPada klien post opersi BPH perlu dikaji kekuatan otot dikarenakan
mengalami penurunan kekuatan otot (Prabowo, 2014).
C. Diagnosa keperawatan
1. Pre Operasi :
a) Ansietas b.d kurang terpapar informasi
b) Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologi
2. Post Operasi :
a) Nyeri akut b.d agen pencidera fisik (prosedur operasi)
b) Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme
c) Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
d) Resiko tinggi infeksi
D. INTERVENSI
1. Pre operasi
No Kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilkukan tindakan keperawatan REDUKSI ANXIETAS
diharapkan tingkat ansietas berkurang 1. Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat
1. perilaku gelisah berkurang anxietas berubah (mis. Kondisi,
2. Konsentrasi membaik waktu, stressor)
3. Pola tidur membaik 2. Identifikasi
4. Orientasi membaik kemampuan mengambil
keputusan
3. Monitor tanda anxietas
(verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
4. Ciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
5. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
6. Pahami situasi yang
membuat anxietas
7. Dengarkan dengan
penuh perhatian
8. Gunakan pedekatan
yang tenang dan meyakinkan
23
9. Motivasi
mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
10. Diskusikan
perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
11. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang mungkin
dialami
12. Informasikan secara
factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
13. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
14. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
15. Anjurkan
mengungkapkan perasaan dan
persepsi
16. Latih kegiatan
pengalihan, untuk mengurangi
ketegangan
17. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri yang
tepat
18. Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
obat anti anxietas, jika perlu
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Post operasi
No Kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatanMANAJEMEN NYERI
diharapkan tingkat nyeri berkurang 5. Observasi
dengan kriteria hasil: 1. lokasi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas,
2. Meringis berkurang intensitas nyeri
3. Kualitas tidur meningkat 2. Identifikasi skala
4. Pola nafas membaik nyeri
5. Tekanan darah membaik 3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan
25
tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
6. Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
7. Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu
26
B. RIWAYAT KELUARGA
Status Imunisasi
No Nama JK Hubungan dg KK Umur Pendidikan Pekerjaan BCG Polio DPT Hepatitis Campak
ny w 29 th smk Petani
Genogram :
10
Ket:
:laki-laki
:perempuan
:klien
C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :tidak bekerja
Alamat pekerjaan :sumber urip
Berapa jarak dari rumah : - (Km)
Alat transportasi :sped motor
Pekerjaan sebelumnya :petani
Sumber pendapatan & :sumber biaya klien ditanggung
Kecukupan terhadap oleh anak klien
Kebutuhan
E. RIWAYAT REKREASI
Hobby / Minat : memelihara ayam
Keanggotaan Organisasi :tidak ada
Liburan Perjalanan : nonton tv
G. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi Keluarga
klien dn keluarga berkomunikasi dengan baik dan memutuskan masalah menggunakan
musyawarah, keputusan terbuka..
Struktur Kekuatan
Keluarga ..........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Struktur Peran ( formal dan informal )
Sebagai seorang ayah dan kakek
Nilai dan Norma Keluarga
klien yang beragama islam dan klienmempercayai apa yang diajrkan oleh agamanya..
FUNGSI KELUARGA
Fungsi Sosial
Klien masih sering bersosialisasi kepada tentangga dan masyarakat lainnya
Fungsi Perawatan Keluarga
ketika klien sakit keluarga selalu merawatnya dengan baik.
Fungsi Reproduksi
istri klien sudah meninggal sejak 6 tahun yang lalu
Fungsi Ekonomi
klien sudah tidak bekerja lagi dan kebutan sehari hari di penuhi oleh anaknya..
12
SISTEM PENDUKUNG
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi :perawat
Jarak dari rumah :20m
Rumah Sakit :21Km
Klinik :300m
Pelayanan Kesehatan dirumah : perawat
Makanan yang dihantarkan :tidak ada
Perawatan sehari-hari yang dilakukan :tidak ada
keluarga : tidak ada
Lain-lain
DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual :sholat dan mengaji
Yang Lainnya : tidak ada
L. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan umum selama : tidak ada
setahun yang lalu : klien pernah mengalami struke
Status kesehatan umum selama dibagian kiri tubuh klien
5 tahun yang lalu
KELUHAN UTAMA : nyeri dibagian simpisis, simpisis teraba keras, glas terasa
penuh , nyeri saat akan bak,
Provokative / palliative : klien mengatakan kesulitan
Quality / Quantity akan bak
Region : seperti ditusuk - tusuk
Severity Scale : bagian simpisis
Timming :skala 5
: hilang timbul
OBAT-OBATAN :
No. Nama Obat Dosis Keterangan
K. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
L. DATA PENUNJANG
1. Labvoratorium : -
2. radiologi :-
INDEKS KATZ
Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
kan
Alamat
SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah,
(A) ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
SK
O
R
E
+ - No. PERTANYAAN JAWABA
N
1. Tanggal berapa hari ini ? Hari
Tgl
Th
+ 2. Hari apa sekarang ini ? Jum at
+ 3. Apa nama tempat ini ? rumah
+ 4. Berapa nomor telpon Anda ? Sumber
4.a. Dimana alamat Anda ? urip
(tanyakan bila tidak memiliki
telpon)
+ 5. Berapa umur Anda ? 60 an
+ 6. Kapan Anda lahir ? 1959
+ 7. Siapa Presiden Indonesia Jokowi
sekarang ?
+ 8. Siapa Presiden sebelumnya ? Jokowi
- 9. Siapa nama kecil ibu Anda ? Tidak ada
nama
kecil
- 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 17
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara
menurun ?
Jumlah Kesalahan Total 2
KETERANGAN :
1. Kesalahan 0 2 Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 4 Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7 Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 Kerusakan intelektual Berat
17
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan bila subyek hanya
berpendidikan SD
Bisa dimaklumi bila kurang dari 1 (satu) kesalahan bila subyek mempunyai
pendidikan lebih dari SD
Bisa dimaklumi bila lebih dari 1 (satu) kesalahan untuk subyek kulit hitam,
dengan menggunakan kriteria pendidikan yang lama.
Dari Pfeiffer E (1975)
NILA PA PERTANYAAN
I SI
EN
Maks
im
u
m
ORIENTASI
5 5 (2021,musim hujan,30 juli )
30 Nilai Total 21
KETERANGAN :
SKORE URAIAN
A KESEDIHAN
33 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
19
B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
(0) Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan
C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat
kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
(0) Tidak merasa gagal
D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
(1) Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas
E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
(2) Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah
I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
(1) Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
(2) Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya
L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
(1) Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya
M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
(1) Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya
PENILAIAN
0-4 Depresi Tidak Ada / Minimal
5-7 Depresi Ringan
8- Depresi Sedang
1
5
16 + Depresi Berat
21
baru
4. Saya puas dengan cara keluarga 1
(teman-teman) saya AFFECTIO
mengekspresikan afek &
N
berespons terhadap emosi-
emosi saya seperti marah,
sedih / mencintai.
5. Saya puas dengan cara teman- 0
teman saya & saya RESOLVE
menyediakan waktu
bersama-sama.
PENILAIAN : 5
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab TOTAL
:
Selalu : Skore 2
Kadang-kadang : Skore 1
ANALISA DATA
No DATA INTERPRESTA MASALA
. SUBYEKTIF/OBYE SI H
KTIF (Etiologi) (Problem
(Sign/Symptom) )
1 2 3 4
Ds. Klien mengatakan Agen pecedera Nyeri akut
nyeri dibagian simpisis fisioogis
1
SCORING
No Kriteria Skor Bobot Pembenaran
24
1.
Sifat masalah
Skala : Tidak kurang sehat
Ancaman
Keadaan sejahtera
RENCANA TINDAKAN
No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan
Keluarga
Kriteria Standar
Nyeri akut b.d Keluhan nyeri (menurun) observasi
agen Meringis (menurun) Identifikasi lokasi,
pecedera Gelisah(menurun) karakteristik, durasi,
fisiologis Kesulitan tidur(menurun) frekuensi kualitas
nyeri
Pola nafas (membaik)
Identifikasi nyeri
Tekanan darah (membaik)
Identifikasi factor
Fungsi berkemih(membaik) memperberat dan
memperingan nyei
teraeutik
Berikan teknik non
farmakologis
Control lingkungan yang
25
memperberat rasa
nyeri
Fasilitasi
Edukasi jelaskan
penyebab dan pemicu
nyeri
jelaskan strategi
meredakan nyeri
anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
kolaborasi
kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
tidur
Mengidentifikasi
tanda dan
27
gejala retensi
atau
inkontinensia
urine
Mengidentifikasi
factor yang
menyebabka
n retensi atau
inkontinesia
urine
Memonitor
eliminasi urne
Mencatat waktu
waktu dan
haluaran
urine
Membatasi
asupan
cairan, jika
perlu
Mengajarkan
tanda dan
gejala infeksi
saluran kemih
Mengajarkan
mengukur
asupan cairan
dan haluaran
urine
Mengajarkan
mengenali
tanda
berkemih
Mengajarkan
terapi
modalitas
penguatan
otot otot
panggul/berk
emihan
Anjurkan minum
yang cukup,
jika tidak ada
kontraindikasi
Menganjurkan
mengurangi
minum
menjelang
tidur
28
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana kelenjar prostat
mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran urine dengan menutup orifisium uretra (Smeltzer dan Bare, 2013). Hyperplasia
merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh penambahan jumlah sel. BPH
merupakan suatu kondisi patologis yang paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia
rata-rata 50 tahun ( Prabowo dkk, 2014)
Menurut Tanto (2014) Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH)
merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki berusia 41-50
tahun menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih dari 80 tahun.
B. Saran
Semoga dengan membaca makalah dan asuhan keperawatan BPH ( Benigna Prostat
Hyperplasia ) Ini pembaca dapat mengenali penyakit mengenai BPH dan dapat
menghindari resiko terkena bph dan dapat mencegah terjadinya pbh
30
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo Eko dan Pranata Eka. 2014 .Buku ajar asuhan keperawatan sistem
perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika
Purnomo. 2014. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV.Agung
Haryono, Rudi.2012. Keperawatan medical bedah system perkemihan.Yogyakarta
:rapha publishing
Andre, Terrence & Eugene. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
Karisma Publishing Group
Sjamjuhidajat, R & Jong Wim De. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Nusalam. 2015. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Nasional. Edisi 5. EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
21
22